pengaruh. Bukti menunjukkan bahwa orang dinegara yang berbeda-beda cenderung lebih
menyukai taktik kekuasaan yang berbeda pula.
Kekuasaan Dalam Kelompok : Koalisi
Mereka yang berada di luar lingkaran kekuasaan dan berusaha masuk ke sana
mula-mula akan mecoba memperbesar kekuasaan mereka secara individual. Tetapi, jika
upaya ini berbukti tidak efektif, alternatifnya adalah membentuk sebuah koalisi (coalition)
suatu kolompok informal yang diikat oleh satu isu perjuangan yang sama. Prediksi lain
mengnai koalisi berkaitan dengan kadar kesalingtergantungan di dalam organisasi. Lebih
banyak koalisi jika yang bisa tercipta bilamana terdapat banyak ketergantungan tugas dan
sumber
daya.
G. Pelecahan Sexual : Ketidakseimbangan Kekuasaan di Tempat Kerja
Pelecehan sexual (sexual harassment) didefinisikan sebagai segala aktivitas bersifat
sexual yang tidak diinginkan dan memengaruhi pekerjaan seorang individu, serta
menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman. Kebanyakan studi menegaskan bahwa konsep
kekuasaan sangat penting untuk memahami pelecehan sexual, pelecehan sexual lebih
mungkin terjadi ketika ada kesenjangan kekuasaan yang besar. Meskipun tidak memiliki
kekuasaan legitimasi, rekan kerja dapat memiliki pengaruh dan memanfaatkan pengaruh itu
untuk melakukan pelecehan sexual kepada temannya. Malahan, walaupun pelecehan sexual
sering dilakukan oleh rekan kerja tetapi tidak separah yang dilakukan Penyelia.
Pelecehan sexual adalah masalah kekuasaan, yaitu seorang individu mencoba
mengendalikan atau mengancam individu lainnya. Pelecahan sexual dapat menyebabkan
kehancuran sebuah organisasi, tetapi tindakan tersebut dapat dihindarkan dengan cara antara
lain :
a. Patikan ada sebuah kebijakan yang dengan tepat mendefinisikan hal-hal yang merupakan
pelecahan sexual, yang member tahu karyawan bahwa mereka dapat dipecat karena
melakukan pelecehan sexual semacam ini kepada karyawan lain, dan menetapkan prosedur
untuk menyampaikan keluhan.
b. Yakinkan karyawan bahwa mereka tidak akan menghadapi balasan jika mereka
menyampaikan keluhan mereka.
c. Selidiki setiap keluhan dan ikut sertakan divisi legal dan sumber daya manusia perusahaan.
d. Pastikan bahwa pelakunya terkena sanksi atau diberhentikan.
e. Adakan seminar internal untuk membangkitkan kesadarann karyawan akan isu-isu seputar
pelecehan sexual.
Kesimpulan: adalah bahwa para manajer memiliki tanggung jawab untuk melindungi
karyawan mereka dari lengkungan kerja yang tidak menyenangkan, tetapi mereka juga perlu
melindungi diri mereka sendiri.
H. Politik : kekuasaan yang Bermain
Ketika orang-orang menyatu dalam kelompok, berlakulah hukum kekuasaan. Ketika
para karyawan dalam suatu organisasi mulai memainkan kekuasaan yang ada pada mereka,
kita melihatkan sebagai politik. Orang orang dengan Keterampikan politik yang baik
memiliki kemampuan untuk menggunakan landasan-landasan kekuasaan yang mereka miliki
secara afektif. Jadi definisi berfokus pada penggunaan kekuasaan untuk memengaruhi
pengambilan keputusan dalam organisasi atau perilaku-perilaku anggota yang egois dan tidak
melayani kebutuhan organisasi. Perilaku politik (political behavior) didefinisikan sebagai
aktivitas yang tidak dianggap sebagai bagian dari peran formal seseorang dalam organisasi,
tetapi yang memengaruhi, atau berusaha memengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di
dalam organisasi.
Komentar terakhir berkaitan dengan apa yang disebut sebagai dimensi sah tidak
sah dalam perilaku politik.
- Perilaku politik yang sah (Legitimate political behavior) mengacu pada politik sehari-hari
yang wajar- menyampaikan keluhan kepada penyelia anda, memotong rantai komando,
membangun koalisi, menentang kebijakan atau keputusan organisasi lewat pemogokan atau
dengan
terlalu
berpegang
ketat
pada
ketentuan
yang
ada.
- Perilaku politik yang tidak sah (Ilegitimate political behavior) yang menyimpang dari aturan
main yang digariskan. Misalnya sabotase, melaporkan kesalahan, dan protes-protes simbolik
seperti memakai pakaian nyeleneh atau bros tanda protes dan beberapa karyawan tidak masuk
kerja.
I. Realitas Politik
Politik adalah sebuah kenyataan realitas hidup dalam organisasi. Organisasi terbentuk dari
individu dan kelompok dengan nilai, tujuan, dan kepentingan yang berbeda-beda. Fakta ini,
mengandung potensi timbulnya konflik untuk memperebutkan sumber daya. Sumber daya
yang dimiliki organisasi juga ada batasnya, sehingga potensi konflik berubah menjadi konflik
nyata. Lebih jauh, entah benar atau salah, keuntungan satu orang atau kelompok seringkali
dipahami akan diperoleh dengan mengurbankan orang-orang atau kelompok lain dalam
organisasi. Barangkali, factor terpenting yang mendorong tumbuhnya politik di dalam
organisasi adalah kesadaran bahwan sebagian besar fakta yang digunakan untuk
mendasarkan pengalokasian sumber daya yang terbatas itu terbuka untuk ditafsirkan secara
beragam. Terakhir, karena sebagian besar keputusan harus dibuat dalam ambiguitas- di mana
fakta jarang yang sepenuhnya objektif dan, karenanya, terbuka untuk diinterprestasikan
orangorang di dalam organisasi akan menggunakan pengaruh apa pun semampu mereka
untuk menelikung kenyataan demi memperjuangkan tujuan dan kepentingan mereka. Hal ini
memunculkan
aktivitas
yang
kita
kenal
dengan
Politisasi.
Jadi untuk menjawab mengenai apakah mungkin bagi sebuah organisasi bebas dari politik
bisa dijawab Ya, jika semua anggota punya tujuan dan kepentingan yang sama, sumber
daya tidak langka, serta kinerja benar-benar jelas dan objektif.
Factor-faktor yang berkontribusi terhadap politik
1. Factor individu. Para peneliti telah mengidentifikasi sifat-sifat keperibadian tertentu,
kebutuhan, dan beberapa factor lain yang dapat dikaitkan dengan perilaku politik seseorang.
Dalam hal sifat, kita menemukan bahwa para karyawan yang mempu merefleksi diri secara
baik (high self-monitor), memiliki pusat kendali (locus of control) internal, dan memiliki
kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan punya kemungkinan lebih besar untuk terlibat dalam
perilaku politik. Orang yang mampu merefleksi diri secara baik lebih sensitive terhadap
berbagai tanda social, mampu menampilkan tingkat kecedasarn social, dan terampil dalam
berperilaku politik daripada mereka yang kurang mampu merefleksi diri (low self monitor).
Selain itu investasi seseorang dalam organisasi, alterbatir-alternatif yang diyakininya ada, dan
harapan akan kesuksesan turut mempengaruhi sejauh mmama ia akan memanfaatkan sarana
tindakan politik yang tidak sah.
2. Factor-faktor Organisasi. Kegiatan politik kiranya lebih merupakan fungsi karakteristik
organisasi ketimbang fungsi variable perbedaan individu. Tanpa menafikan peran yang
Daftar Pustaka
Luthans, Fred.2006.Perilaku Organisasi.Yogyakarta:Andi
Robbins,S.P.dan Timothy A Judge.2011.Jakarta:Salemba Empat
Tugas Diskusi
Managemen dan Organisasi
Pengampu : Bu Agustin Handayani, S.Psi, M.si
Nama Anggota : Arrum
Anissa Indah
Ashfi Baqiyatus Shofi S S
Kurnia Nofiyana
Legita Putri
30701401408
307014014
30701401421
30701401479
30701401