Anda di halaman 1dari 8

BETON BERTULANG

Disusun untuk :
Memenuhi Tugas Struktur Beton Bertulang
oleh :
Mariza Santoso (325130001)
Andi
(325130002)
Derian Jevon
(325130032)
Andreas Pratama (325130040)
Nevin Nathanael (325130046)
Steven
(325130048)
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Tarumanagara
Jakarta
2015

Beton Bertulang
Beton bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi
agregrat dan pengikat semen.
Bentuk paling umum dari beton adalah beton yang terdiri dari
agregrat halus (pasir), agregrat kasar (kerikil), semen, dan air.

Beton bertulang kombinasi dua unsur bahan, yaitu tulangan baja


dan beton yang digunakan secara bersama.
Pengertian lainnya dapat disebutkan beton bertulang adalah beton
yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan tertentu untuk
mendapatkan suatu penampang yang berdasarkan asumsi bahwa
kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang
bekerja.

Keunggulan Beton Bertulang


Keunggulan dari beton adalah kuat tekannya yang tinggi,
sementara baja tulangan sangat baik untuk menahan gaya tarik dan
geser. Penggabungan antara material beton dan baja tulangan
memungkinkan pelaku konstruksi untuk mendapatkan bahan baru
dengan kemampuan untuk menahan gaya tekan, tarik, dan geser
sehingga struktur bangunan secara keseluruhan menjadi lebih kuat
dan aman.

Cara Pembuatan Beton Bertulang


Prinsip dasar desain dan penelitian elemen beton bertulang
berlaku selama diketahui variasi gaya aksial, momen lentur, gaya
geser, momen punter, dan unsur gaya dalam lainnya, serta bentang
dan dimensi setiap elemen.
Secara umum pembahasan analisis dan desain dilakukan secara
terpisah, tetapi untuk struktur beton bertulang, kedua bahasan ini
dalam prosedur perencanaannya merupakan satu siklus sebab
umumnya sistem struktur beton bertulang merupakan sistem struktur
statik tak tentu, dimana dimensi penampang elemen harus ditetapkan
terlebih dahulu bagi analisis sebelum dilakukan desain akhir.

Berikut proses pembuatan beton bertulang :


1. Pada tahap perencanaan kita gambar desain bangunan untuk
menggambarkan bentuk konstruksinya dan menentukan letak
kolom struktur.
2. Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk
mendapatkan dimensi kolom dan bahan bangunan yang kuat
untuk digunakan namun tetap ekonomis.
3. Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi
kolom bangunan, ini harus pas sesuai dengan gambar
rencana. apalagi pada gedung bertingkat tinggi yang angka
toleransi kesalahan hanya beriksar 1 cm, jika salah dalam
mengukur maka ada resiko keruntuhan gedung.
4. Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan
besi yang perlu dipersiapkan. ini sering disebut sebagai
bestek besi.
5. Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang
telah direncanakan.
6. Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang
akan dibuat.
7. Membuat bekisting / cetakan. bisa terbuat dari kayu, plat
alumunium atau media lain yang mampu menahan saat
proses pekerjaan pengecoran beton.
8. Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
9. Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai
dengan ukuran rencana, dan apakah sudah benar-benar tegak.
10.Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
11.Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan
kualitas sesuai hasil perhitungan semula. misalnya mau
menggunakan mutu beton K-250, K-300, K-400 dan
seterusnya.

12.Melakukan pekerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi


cor bisa dilakukan dengan berpedoman pada ukuran
bekisting atau mengukur sisa cor dari ujung atas bekisting.

Jenis Beton Bertulang dan Contoh Penggunaannya


Penerapan beton bertulang pada struktur bangunan biasanya
dapat dijumpai pada: pondasi (jenis pondasi dalam seperti pondasi
tiang pancang), balok beton, kolom beton, plat beton, dan dinding
geser (shear wall).
1. Pondasi Dalam
Tiang pancang saat ini banyak digunakan di Indonesia
sebagai pondasi bangunan, seperti jembatan, gedung
bertingkat, pabrik atau gedung-gedung industri, menara,
dermaga, bangunan mesin-mesin berat.

2. Balok Beton
Balok beton, direncanakan untuk menahan tegangan tekan
dan tegangan tarik yang diakibatkan oleh beban lentur yang
bekerja pada balok tersebut. Karena sifat beton yang kurang
mampu dalam menahan tegangan tarik maka beton diperkuat
dengan tulangan baja pada daerah dimana tegangan tarik itu
bekerja. Selain gaya lentur hal lain yang harus diperhatikan

dalam perencanaan balok antaralain adalah kapasitas geser,


defleksi, retak dan panjang penyaluran yang harus sesuai
dengan persyaratan
Perletakan balok dapat bebas atau terjepit.
Penggambarannya dengan penampang memanjang dan
beberapa penampang melintang sesuai dengan
keperluan sehingga dapat menjelaskan penulangan
yang diberikan.

3. Kolom Beton
Kolom beton umumnya berbentuk persegi panjang, bujur
sangkar atau bulat. Penulangannya dapat secara simetri atau
mengelilingi
sisinya.
Penyambungan
penulangan
dilaksanakan secara praktis pada permukaan suatu lantai
atau di tengah kolom.

4. Plat Beton

Plat beton, yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton


bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban
yang bekerja tegak lurus pada apabila struktur tersebut.
Ketebalan bidang plat ini relatif sangat kecil apabila
dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya. Plat
beton ini sangat kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada
bangunan
gedung,
pelat
ini
berfungsi
sebagai
diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat
untuk mendukung ketegaran balok portal.
Plat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil,
baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung,
lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang
bekerja pada plat umumnya diperhitungkan terhadap beban
gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut
mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus
balok).
Ada 3 jenis perletakan pelat pada balok, yaitu
- Terletak bebas
Keadaan ini terjadi jika plat diletakkan begitu saja di
atas balok, atau antara plat dan balok tidak dicor
bersama-sama, sehingga plat dapat berotasi bebas pada
tumpuan tersebut plat yang ditumpu oleh tembok juga
termasuk dalam kategori terletak bebas.
- Terjepit elastis
Keadaan ini terjadi jika plat dan balok dicor bersamasama secara monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil,
sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah
terjadinya rotasi plat.
- Terjepit penuh
Keadaan ini terjadi jika plat dan balok dicor bersamasama secara monolit, dan ukuran balok cukup besar,
sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi
plat.

5. Dinding Geser (Shear Wall)


Shear Wall adalah jenis struktur dinding yang berbentuk
beton bertulang yang biasanya dirancang untuk menahan
geser, gaya lateral akibat gempa bumi. Dengan adanya Shear
Wall / dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian
besar beban gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut.

Anda mungkin juga menyukai