Anda di halaman 1dari 11

Sabtu, 14-11-2009

Perkembangan Sosial Dan Kebudayaan


Indonesia
Senin, 10-12-2007 15:28:51 oleh: sekar ramadhania wahyu & hanna merliandra
Kanal: Remaja
Setiap kehidupan di dunia ini tergantung pada kemampuan beradaptasi terhadap lingkungannya
dalam arti luas. Akan tetapi berbeda dengan kehidupan lainnya, manusia membina hubungan
dengan lingkungannya secara aktif. Manusia tidak sekedar mengandalkan hidup mereka pada
kemurahan lingkungan hidupnya seperti ketika Adam dan Hawa hidup di Taman Firdaus. Dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengelola lingkungan dan mengolah sumberdaya secara
aktif sesuai dengan seleranya. Karena itulah manusia mengembangkan kebiasaan yang
melembaga dalam struktur sosial dan kebudayaan mereka. Karena kemampuannya beradaptasi
secara aktif itu pula, manusia berhasil menempatkan diri sebagai makhluk yang tertinggi
derajatnya di muka bumi dan paling luas persebarannya memenuhi dunia.
Di lain pihak, kemampuan manusia membina hubungan dengan
lingkungannya secara aktif itu telah membuka peluang bagi pengembangan
berbagai bentuk organisasi dan kebudayaan menuju peradaban. Dinamika
sosial itu telah mewujudkan aneka ragam masyarakat dan kebudayaan dunia,
baik sebagai perwujudan adaptasi kelompok sosial terhadap lingkungan
setempat maupun karena kecepatan perkembangannya.
MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN INDONESIA
Dinamika sosial dan kebudayaan itu, tidak terkecuali melanda masyarakat Indonesia, walaupun
luas spektrum dan kecepatannya berbeda-beda. Demikian pula masyarakat dan kebudayaan
Indonesia pernah berkembang dengan pesatnya di masa lampau, walaupun perkembangannya
dewasa ini agak tertinggal apabila dibandingkan dengan perkembangan di negeri maju lainnya.
Betapapun, masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang beranekaragam itu tidak pernah
mengalami kemandegan sebagai perwujudan tanggapan aktif masyarakat terhadap tantangan
yang timbul akibat perubahan lingkungan dalam arti luas maupun pergantian generasi.
Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya masyarakat
Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang mmicu perubahan sosial, Petama, adalah
kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan
berbagai penemuan dan rekayasa setempat. Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat
(external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung
maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya
dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali
kehidupan mereka .

Betapapun cepat atau lambatnya perkembangan sosial budaya yang melanda, dan factor apapun
penyebabnya, setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan reaksi pro dan kontra terhadap
masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Besar kecilnya reaksi pro dan kontra itu dapat
mengancam kemapanan dan bahkan dapat pula menimbulkan disintegrasi sosial terutama dalam
masyarakat majemuk dengan multi kultur seperti Indonesia.
PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN DEWASA INI
Masyarakat Indonesia dewasa ini sedang mengalami masa pancaroba yang amat dahsyat sebagai
akibat tuntutan reformasi secara menyeluruh. Sedang tuntutan reformasi itu berpangkal pada
kegiatan pembangunan nasional yang menerapkan teknologi maju untuk mempercepat
pelaksanaannya. Di lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan
nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan orientasi baru. Tidaklah mengherankan apabila
masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya itu seolah-olah mengalami
kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial, politik dan kebudayaan dewasa ini.
Penerapan teknologi maju
Penerapan teknologi maju untuk mempercepat pebangunan nasional selama 32 tahun yang lalu
telah menuntut pengembangan perangkat nilai budaya, norma sosial disamping ketrampilan dan
keahlian tenagakerja dengn sikap mental yang mendukungnya. Penerapan teknologi maju yang
mahal biayanya itu memerlukan penanaman modal yang besar (intensive capital investment);
Modal yang besar itu harus dikelola secara professional (management) agar dapat mendatangkan
keuntungan materi seoptimal mungkin; Karena itu juga memerlukan tenagakerja yang
berketrampilan dan professional dengan orientasi senantiasa mengejar keberhasilan (achievement
orientation).
Tanpa disadari, kenyataan tersebut, telah memacu perkembangan tatanan sosial di segenap sector
kehidupan yang pada gilirannya telah menimbulkan berbagai reaksi pro dan kontra di kalangan
masyarakat. Dalam proses perkembangan sosial budaya itu, biasanya hanya mereka yang
mempunyai berbagai keunggulan sosial-politik, ekonomi dan teknologi yang akan keluar sebagai
pemenang dalam persaingan bebas. Akibatnya mereka yang tidak siap akan tergusur dan semakin
terpuruk hidupnya, dan memperlebar serta memperdalam kesenjangan sosial yang pada
gilirannya dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang memperbesar potensi konflik
sosial.dalam masyarakat majemuk dengan multi kulturnya.
Keterbatasan lingkungan (environment scarcity)
Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya cenderung bersifat exploitative dan expansif
dalam pelaksanaannya. Untuk mengejar keuntungan materi seoptimal mungkin, mesin-mesin
berat yang mahal harganya dan beaya perawatannya, mendorong pengusaha untuk
menggunakannya secara intensif tanpa mengenal waktu. Pembabatan dhutan secara besarbesaran tanpa mengenal waktu siang dan malam, demikian juga mesin pabrik harus bekerja terus
menerus dan mengoah bahan mentah menjadi barang jadi yang siap di lempar ke pasar.
Pemenuhan bahan mentah yang diperlukan telah menimbulkan tekanan pada lingkungan yang

pada gilirannya mengancam kehidupan penduduk yang dilahirkan, dibesarkan dan


mengembangkan kehidupan di lingkungan yang di explotasi secara besar-besaran.
Di samping itu penerapan teknologi maju juga cenderung tidak mengenal batas lingkungan
geografik, sosial dan kebudayaan maupun politik. Di mana ada sumber daya alam yang
diperlukan untuk memperlancar kegiatan industri yang ditopang dengan peralatan modern,
kesana pula mesin-mesin modern didatangkan dan digunakan tanpa memperhatikan kearifan
lingkungan (ecological wisdom) penduduk setempat.
Ketimpangan sosial-budaya antar penduduk pedesaan dan perkotaan ini pada gilirannya juga
menjadi salah satu pemicu perkembangan norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya yang
befungsi sebagai pedoman dan kerangka acuan penduduk perdesaan yang harus nmampu
memperluas jaringan sosial secara menguntungkan. Apa yang seringkali dilupakan orang adalah
lumpuhnya pranata sosial lama sehingga penduduk seolah-olahkehilangan pedoman dalam
melakukan kegiatan. Kalaupun pranata sosial itu masih ada, namun tidak berfungsi lagi dalam
menata kehidupan pendudduk sehari-hari. Seolah-olah terah terjadi kelumpuhan sosial seperti
kasus lumpur panas Sidoarjo, pembalakan liar oleh orang kota, penyitaan kayu tebangan tanpa
alas an hokum yang jelas, penguasaan lahan oleh mereka yang tidak berhak.
Kelumpuhan sosial itu telah menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan dan berlanjut
dengan pertikaian yang disertai kekerasan ataupun amuk.
PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN
Sejumlah peraturan dan perundang-undangan diterbitkan pemerintah untuk melindungi hak dan
kewajiban segenap warganegara, seperti UU Perkawinan monogamous, pengakuan HAM dan
pengakuan kesetaraan gender serta pengukuhan personal, individual ownership atas kekayaan
keluarga mulai berlaku dan mempengaruhi sikap mental penduduk dengan segala akibatnya.
PENDIDIKAN
Kekuatan perubahan yang sangat kuat, akan tetapi tidak disadari oleh kebanyakan orang adalah
pendidikan. Walaupun pendidikan di manapun merupakan lembaga ssosial yang terutama
berfungsi untuk mempersiapkan anggotanya menjadi warga yang trampil dan bertanggung jawab
dengan penanaman dan pengukuhan norma sosial dan nilai-nilai budaya yang berlaku, namun
akibat sampingannya adalah membuka cakrawala dan keinginan tahu peserta didik. Oleh karena
itulah pendidikan dapat menjadi kekuatan perubahan sosial yang amat besar karena
menumbuhkan kreativitas peserta didik untuk mengembangkan pembaharuan (innovation).
Di samping kreativitas inovatif yang membekali peserta didik, keberhasilan pendidikan
menghantar seseorang untuk meniti jenjang kerja membuka peluang bagi mobilitas sosial yang
bersangkutan. Pada gilirannya mobilitas sosial untuk mempengaruhi pola-pola interaksi sosial
atau struktur sosial yang berlaku. Prinsip senioritas tidak terbatas pada usia, melainkan juga
senioritas pendidikan dan jabatan yang diberlakukan dalam menata hubungan sosial dalam
masyarakat.

Dengan demikian pendidikan sekolah sebagai unsur kekuatan perubahan yang diperkenalkan dari
luar, pada gilirannya menjadi kekuatan perubahan dari dalam masyarakat yang amat potensial.
Bahkan dalam masyarakat majemuk Indonesia dengan multi kulturnya, pendidikan mempunyai
fungsi ganda sebagai sarana integrasi bangsa yang menanamkan saling pengertian dan
penghormatan terhadap sesama warganegara tanpa membedakan asal-usul dan latar belakang
sosial-budaya, kesukubangsaan, keagamaan, kedaerahan dan rasial. Pendidikan sekolah juga
dapat berfungsi sebagai peredam potensi konflik dalam masyarakat majemuk dengan multi
kulurnya, apabila diselenggarakan dengan benar dan secara berkesinambungan.
Di samping pendidikan, penegakan hukum diperlukan untuk menjain keadilan sosial dan
demokratisasi kehidupan berbangsa dalam era reformasi yang memicu perlembangan sosialbudaya dewasa ini. Kebanyakan orang tidak menyadari dampak sosial reformasi, walaupun
mereka dengan lantangnya menuntut penataan kembali kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Sesungguhnya reformasi mengandung muatan perubahan sosial-budaya yang harus diantisipasi
dengan kesiapan masyarakat untuk menerima pembaharuan yang seringkali menimbulkan
ketidak pastian dalam prosesnya.
Tanpa penegakan hukum secara transparan dan akuntabel, perkembangan sosial-budaya di
Indonesia akan menghasilkan bencana sosial yang lebih parah, karena hilangnya kepercayaan
masyarakat akan mendorong mereka untuk bertindak sendiri sebagaimana nampak gejala
awalnya dewasa ini. Lebih berbahayalagi kalau gerakan sosial itu diwarnai kepercayaan
keagamaan, seperti penatian datangnya ratu adil dan gerakan pensucian (purification) yang
mengharamkan segala pembaharuan yang dianggap sebagai biang kekacauan.
Betapaun masyarakat harus siap menghadapi perubahan sosial budaya yang diniati dan mulai
dilaksanakan dengan reformasi yang mengandung makna perkembangan ke arah perbaikan
tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Daftar Kebudayaan Indonesia yg diklaim Malaysia

http://paijomania.blogdetik.com/2009/08/24/daftar-kebudayaan-indonesia-yg-diklaimmalaysia/#comment-8401
August 24, 2009 | Tagged daftar budaya diklaim malaysia, klaim kebudayaan atas malaysia, tari
pendet di klaim malaysia |

Negara tetangga kembali berulah dengan melakukan klaim terhadap kebudayaan


kita lagi. Kali ini yg menjadi sasaran adalah tari pendet asal Bali. Mereka menggunakannya utk
iklan pariwisata malaysia. Setelah mereka mengirim teroris ke Indonesia, sekarang mereka
mau mencuri kebudayaan Indonesia. Huh.. :(. Mereka begitu jeli memanfaatkan situasi dimana
sebagian besar rakyat Indonesia sudah tidak begitu memperhatikan kebudayaannya sendiri.
Situasi dimana rakyat Indonesia lebih bangga jika menggunakan yg berbau luar dan asing.
Situasi dimana, kebudayaan2 tersebut sudah jarang dan hampir punah mungkin dari bumi
pertiwi, dikarenakan hanya sedikit orang yg mau tetap melestarikannya. Saya masih ingat, ketika
kecil kita sering bermain kuda lumping, dakon, gobak sodor dll. Tapi sekarang, anak2 lebih suka
dengan Play Station, bermain ke Time Zone, nonton TV acara2 yg ngga bermutu. Media televisi,
juga dengan latahnya mengikuti trend ini. Praktis, mungkin hanya TVRI yg cukup konsisten
menayangkan acara budaya2 Indonesia, disamping TV2 lokal tentunya. Dan itupun pemirsanya
cuman sedikit.
Ini menjadi cambuk bagi kita untuk instropeksi, disamping memang ulah negara sebelah yg
kelewat batas. Ada puluhan budaya yg telah diklaim oleh negara sebelah. Dan berikut ini
daftarnya :
1. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
2. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
3. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
4. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
5. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
6. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
7. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
8. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
9. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia

10. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia


11. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
12. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
13. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
14. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
15. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
16. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
17. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
18. Kain Ulos oleh Malaysia
19. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
20. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
21. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia
Daftar tersebut saya sadur dari sumber budaya-indonesia.org

Menyusun Strategi Kebudayaan Indonesia ke Depan


Muhammad Taufiqqurahman - detikNews
http://www.detiknews.com/read/2009/10/26/023317/1228199/10/menyusun-strategikebudayaan-indonesia-ke-depan
Ilustrasi (detikcom)
<a href='http://openx.detik.com/delivery/ck.php?
n=a59ecd1b&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img
src='http://openx.detik.com/delivery/avw.php?
zoneid=24&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a59ecd1b' border='0'
alt='' /></a>
Jakarta - Kebudayaan, salah satu kata yang merujuk pada perkembangan intektual, spritualitas,
dan estetika pada sebuah masyarakat. Kebudayaan pun disepakati sebagai buah tangan dari
manusia dan melalui konstruksi sosial.

Gejolak-gejolak dalam masyarakat terhadap kebudayaan seperti terorisme, korupsi, bencana


alam dan kemanusiaan, serta klaim budaya terhadap negara tetangga Malaysia memunculkan
sebuah keinginan untuk menyusun sebuah strategi kebudayaan yang menyeluruh.
Reaksi dari keinginan tersebut menetes dalam sebuah forum "Temu Akbar Mufakat Kebudayaan
Indonesia". Berdasarkan rilis yang diterima detikcom, Senin (26/10/2009), forum ini adalah
sebuah wadah untuk mempertemukan para seniman, cendikiawan, dan budayawan dari seluruh
Indonesia.
Rencananya, forum ini akan diadakan di Jakarta pada 28-29 Oktober bertempat di Hotel Alia
Jakarta. Forum ini pun diharapkan akan mencetuskan rekomendasi-rekomendasi mengenai
strategi kebudayaan Indonesia dalam konteks kekinian dan masa yang akan datang.
Pada forum ini juga, akan dilakukan sebuah acara untuk menghormati dan mengenang Si Burung
Merak, WS Rendra dalam sebuah acara 'Pagelaran Indonesia Membaca Rendra'.
Beberapa tokoh cendikiawan, seniman, dan budayawan yang akan berpartisipasi di antaranya
adalah Daniel Dhakide, Fadjroel Rahman, Rocky Gerung, Ninok Leksono dan Abdul Hadi WM.
(fiq/anw)

Daftar 32 Artefak Budaya Indonesia Yang di Klaim Negara Lain


Oleh Arif Hidayat

Selasa, 25 Agustus 2009 04:23

http://www.maubaca.com/serba-serbi/502-32-daftar-artefak-budaya-indonesia-yang-di-klaimnegara-lain.html
Maubaca.com.- Indonesia sangat kaya akan budaya, fakta ini tidak bisa disangkal lagi oleh
siapapun. Namun dibalik kekayaan tersebut justru Pemerintah dan bangsa Indonesia sangat
lemah mematenkan apa yang seharusnya menjadi hak bangsa Indonesia.
Dalam seminggu terakhir Bangsa Indonesia dikagetkan dengan klaim Malaysia atas tarian
Pendet dari Bali. Dari data yang dikumpul situs http://budaya-indonesia.org setidaknya terdapat
32 daftar artefak budaya Indonesia yang di klaim bangsa lain.
Berikut ini adalah daftar artefak budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan, diklaim, dan
atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi asing, oknum warga negara asing, ataupun
negara lain:
1. Batik dari Jawa oleh Adidas
2. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
3. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia

4. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia


5. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
6. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
7. Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda
8. Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda
9. Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda
10. Tempe dari Jawa oleh Beberapa Perusahaan Asing
11. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
12. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
13. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
14. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
15. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
16. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
17. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
18. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
19. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
20. Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN
Perancis
21. Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Inggris
22. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
23. Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti dari Bali oleh Oknum WN Amerika
24. Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia oleh Shiseido Co Ltd
25. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
26. Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda
27. Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang
28. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
29. Kain Ulos oleh Malaysia
30. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
31. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
32. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia
Bangsa serumpun atau dikenal dengan Malaysia setidaknya mengklaim 21 artefak budaya
Indonesia, dan yang terkini adalah tari Pendet dari Bali.
1. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
2. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
3. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
4. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
5. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
6. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
7. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
8. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
9. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
10. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
11. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia

12. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia


13. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
14. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
15. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
16. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
17. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
18. Kain Ulos oleh Malaysia
19. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
20. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
21. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia
Mungkin masih banyak lagi artefak budaya Indonesia yang diklaim negara lain, ayo bersamasama jaga Identitas Indonesia!

Malaysia Mengklaim (Lagi) Budaya Indonesia


August 27th, 2009 | News

Entah sudah berapa banyak produk budaya dan kesenian negeri ini yang diklaim oleh negara
lain, terutama Malaysia. Sebut saja Reog Ponorogo, kain batik, angklung, rendang, Rasa
Sayange, hingga terakhir, Tari Pendet yang jelas-jelas milik rakyat Bali. Untungnya baru saja
Norman Abdul Halim, produser film dokumenter Malaysia, meminta maaf atas klaim batik dan
tari pendet serta menghentikan iklan Enigmatic Malaysia di Discovery Chanel.
Menurut saya, hal ini sebenarnya bisa dimaklumi mengingat penduduk Malaysia dulunya
adalah orang Indonesia yang kemudian terpisahkan karena imperialisme. Jadi wajar bila
budaya Indonesia diamalkan di Malaysia dan diturunkan ke generasi mereka selanjutnya. Yang

jadi masalah adalah ketika budaya tersebut tidak di-acknowledge dengan jelas sebagai budaya
milik Indonesia. Kedua, budaya tersebut dimanfaatkan hanya untuk kepentingan intern Malaysia.
Ini tentu tidak bisa dibenarkan.
Dilihat dari sejarahnya, selepas masa Soekarno, hubungan Indonesia-Malaysia sebenarnya relatif
mesra. Malaysia juga sangat menyadari bahwa mereka membutuhkan Indonesia. Namun sejak
Mahathir Mohamad mencanangkan slogan Malaysia boleh, orang-orang Malaysia kemudian
menjadi lebih eksklusif dan tidak mau lagi disamakan sebagai rumpun Melayu/Indonesia.
Satu-dua kasus, orang-orang Indonesia di Malaysia pernah membuat masalah, namun hal ini
terlalu dibesar-besarkan. Akibatnya, orang Indonesia kemudian dicap inferior, sampai muncul
istilah ejekan indon.
Media juga sebenarnya berperan dalam membuat urusan bertetangga ini menjadi kian memanas.
Tengok kasus pulau Sipadan-Ligitan. Walaupun dalam sengketa, berdasarkan Undang-undang,
kedua pulau itu bukan milik Indonesia-kendati Indonesia akan diuntungkan seandainya kedua
pulau tersebut jatuh ke tangan Indonesia. Namun yang terjadi, media menulis seolah-olah kedua
pulau tersebut hilang dari genggaman kita. Tentu saja hal ini menimbulkan persepsi yang
berbeda di masyarakat.
Apapun itu, harusnya kasus semacam ini bisa menjadi peringatan. Bangsa ini sepertinya kurang
bersyukur. Sudah diberi Tuhan 17 ribu pulau lebih, namun sampai sekarang masih banyak yang
belum dinamai. Kita punya begitu banyak kesenian dan tarian yang mempesona, namun tak
banyak dari kita yang mau mempelajari dan melestarikan. Papan-papan penunjuk jalan di Jogja
banyak yang dituliskan dalam aksara Jawa, tapi berapa banyak anak muda sekarang yang bisa
membaca hanacaraka itu?
Pemerintah sudah tentu harus bertindak cepat, tegas, namun juga smart. Berbagai produk
kesenian dan budaya kita musti didata dan didaftarkan hak miliknya agar tak perlu lagi
kecolongan di kemudian hari. Kedua, kita juga tidak boleh kalah dalam memasarkan Indonesia
di luar negeri. Harapannya, tentu saja agar orang asing lebih nyantol dengan tarian, masakan,
maupun produk budaya kita lainnya. Kalau tarian ini, atau kesenian itu, sudah dikenal orang
asing, maka sulit bagi bangsa lain untuk mengklaim budaya tersebut sebagai miliknya.
Pemerintah juga tidak boleh merasa inferior, karena sesungguhnya bukan kita yang
membutuhkan bangsa lain melainkan bangsa lain yang membutuhkan Indonesia.
Untungnya, kasus-kasus pencurian budaya semacam ini juga memberikan blessing in disguise
buat kita. Sejak batik diklaim negara sebelah, sekarang banyak instansi yang mewajibkan
penggunaan seragam batik di hari-hari tertentu. Anak muda pun tak lagi canggung mengenakan
batik karena desain dan motifnya terus berkembang menyesuaikan jaman. Teman-teman di luar
negeri pun kian bersemangat dalam mempromosikan budaya Indonesia kepada orang asing.

Banyak orang Indonesia yang sebelumnya cuek dengan budaya Indonesia, kini menjadi lebih
peduli terhadap nasionalisme dan identitas bangsa ini.
Saya sendiri bangga dan bahagia menjadi bangsa Indonesia. Negeri ini memang masih jauh dari
ideal. Namun perjalanan bangsa ini sudah menorehkan sejarah panjang. Kita memperjuangkan
sendiri kemerdekaan kita. Beragam suku dan golongan berhasil disatukan dengan susah payah.
Seperti kata Hillary Clinton, Indonesia adalah model dunia masa depan, dimana demokrasi,
modernitas, dan Islam berada dalam satu wadah yang harmonis. Kita memang masih berkutat
soal korupsi, pengangguran, kemiskinan, dan keamanan. Tapi negeri ini punya potensi untuk
menjadi besar dan superpower di masa depan. Dan banyak bangsa yang iri denggan potensi yang
kita punya.
Sebagai catatan dan renungan akhir, jangan sampai kasus semacam ini justru menjadi maling
teriak maling. Kita mengeluh negara lain membajak kekayaan negeri ini. Sementara di sisi lain
kita lupa bahwa pembajakan di negeri ini sebenarnya masih cukup tinggi. Jangankan produk
software atau musik luar negeri, karya bangsa sendiri saja masih sering dibajak. Bukankah itu
juga sesuatu yang cukup memalukan? Ingat bahwa Indonesia adalah bangsa yang bermartabat
dan berwibawa.

Anda mungkin juga menyukai