PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah perdarahan uterus abnormal dalam
hal
jumlah,
frekuensi,
dan
lamanya
yang
terjadi
baik
di
dalam
maupun di luar siklus haid, merupakan gejala klinis yang semata-mata karena suatu
gangguan fungsional mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovariumendometrium
tanpa adanya kelainan organik alat reproduksi. (Ali, 1989).
Perdarahan uterus abnormal adalah perdarahan uterus yang jumlah, lama, atau
frekuensinya lebih dari normal. Yang disebabkan karena kelainan organik reproduksi
maupun
disfungsi
atau
gangguan
fungsi
kerja
hipotalamus-hipofisis-ovarium-
endometrium. Yang dapat terjadi pada usia pasca repsoduksi dan pada umur lebih dari 40
tahun sampai manopouse. (Noerpramana, N. 2004)
Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) digunakan untuk menunjukan semua
keadaan perdarahan melalui vagina yang abnormal. PUD disini didefenisikan sebagai
perdarahan vagina yang terjadi didalam siklus <20 hari / >40 hari, berlangsung >8 hari
mengakibatkan kehilang darah > 80 mL & anemia. Ini merupakan diagnosis
penyingkiran dimana penyakit lokal dan sistemik harus disingkirkan. Sekitar 50 % dari
pasien ini sekurang-kurangnya berumur 40 th & 20 % yang lain adalah remaja, karena
merupakan saat siklus anovulatori lebih sering ditemukan. (Rudolph, A. 2006).
Perdarahan uterus abnormal yang terjadi tanpa kelainan pada saluran reproduksi,
penyakit medis tertentu atau kehamilan. Diagnosis perdarahan uterus disfungsional
(PUD) ditegakkan per ekslusionam. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan akut dan
banyak, perdarahan ireguler, menoragia dan perdarahan akibat penggunaan kontrasepsi.
(Hestiantoro, Andon. 2007)
Abnormal Uterine Bleeding/ Perdarahan Uterus Abnormal merupakan perdarahan
yang terjadi diluar siklus menstruasi yang dianggap normal. Perdarahan Uterus Abnormal
dapat disebabkan oleh faktor hormonal, berbagai komplikasi kehamilan, penyakit
sistemik, kelainan endometrium (polip), masalah-masalah serviks/ uterus (leiomioma)/
c. Hormon
Ketidakseimbangan hormon yang mengganggu ovulasi dapat menyebabkan
perdarahan uterus abnormal. Beberapa hal yang dapat mengganggu keseimbangan
hormon yang rumit yang mempengaruhi ovulasi dan pendarahan, yaitu :
1) Kehamilan
Pada wanita usia subur, kehamilan merupakan penyebab utama dari periode
dilewati
2) Perimenopause
Perubahan hormonal yang terjadi selama menjelang menopause (berhentinya
menstruasi) menyebabkan kelainan perdarahan
3) Stres
Stres hormon seperti kortisol yang diketahui mengganggu ovulasi
4) Polycystic ovary syndrome (PCOS)
Suatu kondisi di mana ovarium menjadi penuh dengan kista kecil dan
memperbesar. Masalah terjadi ketika kelenjar pituitary memproduksi terlalu
banyak hormon yang disebut luteinizing hormone (LH). Ketidakseimbangan
hormon yang menciptakan hasil meluap-luap lapisan rahim yang membuat
perdarahan tidak teratur.
5) Penyebab Lainnya
Masalah yang berasal dari kelenjar tiroid, kelenjar pituitary, atau kelenjar
adrenal dapat mengganggu ovulasi. Masalah fisik di dalam rahim dapat
menyebabkan perdarahan abnormal, yaitu :
a) Fibroid
Pertumbuhan non-kanker yang menyerang dinding rahim di minimal 20%
dari wanita berusia di atas 35. Fibroid dapat muncul secara tunggal atau
dalam kelompok, dan sekecil anggur atau sebesar jeruk. Mereka terdiri
dari otot dan jaringan fibrosa, dan dapat menyebabkan aliran berlebihan
saat menstruasi atau pendarahan antara periode
b) Polip
Pertumbuhan non-kanker yang dapat menyerang leher rahim atau uterus.
Polip mungkin begitu kecil sehingga mereka tidak diketahui, atau mungkin
cukup besar untuk menyodok ke dalam rongga rahim atau panggul dan
menyebabkan perdarahan abnormal.
c. Apopleksia uteri pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah dalam uterus.
d. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah
2. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru
sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim
berkepanjangan. (Wiknjoksastro, 2007)
3. Berdasarakan jenis perdarahan yang muncul, yaitu :
Batasan Pola Abnormalitas Perdarahan
Oligomenorea
Polimenorea
Menoragia
Menometroragia
Metroragia/
perdarahan
antara haid
Bercak
intermenstrual
Perdarahan
pasca
menopause
bulan
Perdarahan
uterus abnormal
akut
Perdarahan
uterus disfungsi
1.4 Patofisiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus berovulasi maupun pada siklus
tidak berovulasi.
a. Siklus berovulasi
Perdarahan teratur dan banyak terutama pada tiga hari pertama siklus haid. Penyebab
perdarahan adalah terganggunya mekanisme hemostasis lokal di endometrium.
b. Siklus tidak berovulasi
Perdarahan tidak teratur dan siklus haid memanjang disebabkan oleh gangguan pada
poros hipothalamus-hipofisis-ovarium. Adanya siklus tidak berovulasi menyebabkan
efek estrogen tidak terlawan (unopposed estrogen) terhadap endometrium. Proliferasi
endometrium terjadi secara berlebihan hingga tidak mendapat aliran darah yang
cukup kemudian mengalami iskemia dan dilepaskan dari stratum basal.
c. Efek samping penggunaan kontrasepsi
Dosis estrogen yang rendah dalam kandungan pil kontrasepsi kombinasi (PKK)
menyebabkan integritas endometrium tidak mampu dipertahankan. Progestin
menyebabkan endometrium mengalami atrofi. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan
perdarahan bercak. Sedangkan pada pengguna alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
kebanyakan perdarahan terjadi karena endometritis.
1.5 Komplikasi
Komplikasi dari perdarahan uterus abnormal yaitu :
a. Infertilitas dari kurangnya ovulasi
b. Anemia dari perdarahan haid berkepanjangan atau berat
c. Penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang cukup (faktor kemungkinan
dalam perkembangan kanker endometrium).
terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral; obat ini dapat dihentikan setelah
3-6 bulan dan dilakukan observasi untuk melihat apakah telah timbul pola
menstruasi yang normal. Banyak pasien yang mengalami anovulasi kronik
dan pengobatan berkelanjutan diperlukan.
3) Golongan progesterone
Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional
bersifat anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi
pengaruh estrogen terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antara lain:
a) Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum 7-10 hari
b) Norethisteron: 31 tablet, diminum selama 7-10 hari
c) Kaproas hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuskular
4) OAINS
Menorragia dapat dikurangi dengan Obat Anti Inflamasi Non Steroid. Fraser
dan Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan
selama 7 hingga 10 hari sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada
pasien DUB ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada onset menstruasi dan
dilanjutkan selama espisode perdarahan dan berhasil baik. Obat ini
mengurangi kehilangan darah selama menstruasi (mensturual blood loss/
MBL) dan manfaatnya paling besar pada DUB ovulatori dimana jumlah
pelepasan prostanoid paling tinggi.
2. Mengatur menstruasi agar kembali normal adalah setelah perdarahan berhenti,
langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi, misalnya
dengan pemberian: Golongan progesteron: 21 tablet diminum selama 10 hari.
Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.
3. Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr% adalah terapi yang ini diharuskan
pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik. Sekantong darah (250 cc)
diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika
kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu sekitar 4 kantong
darah.
Penatalaksanaan berdasarkan tipe AUB
1. Perdarahan uterus disfungsi yang anovulatoir
Pil kontrasepsi oral digunakan untuk mengatur siklus haid dan kontrasepsi.
Pada penderita dengan siklus haid tidak teratur akibat anovulasi kronik (oligo
ovulasi), pemberian pil kontrasepsi mencegah resiko yang berkaitan dengan stimulasi
estrogen berkepanjangan terhadap endometrium yang tidak diimbangi dengan
progesteron (unopposed estrogen stimulation of the endometrium). Pil kontrasepsi
secara efektif dapat mengendalikan perdarahan anovulatoir pada penderita pre dan
perimenopause. Bila terdapat kontraindikasi pemberian pil kontrasepsi (perokok berat
atau resiko tromboflebitis) maka dapat diberikan terapi dengan progestin secara siklis
selama 5-12 hari setiap bulan sebagai alternatif.
Obat
Dosis
Maksud
Pil
Etinil estradiol 20-35 mcg + progestin Mengatur
siklus
haid
kontrasepsi
monofasik tiap hari
Kontrasepsi
Pil 35 mcg 2-4 kali sehari selama 5-7 hari Mencegah
hiperplasia
sampai perdarahan berhenti dan diikuti endometrium
dengan penurunan secara bertahap sampai 1 Penatalaksanaan
pil 1 kali perhari dan dilanjutkan dengan perdarahan yang banyak
namum
tidak
bersifat
pemberian pil kontrasepsi selama 3 siklus
gawat darurat
Progestin:
5-10 mg/ hari selama 5-10 hari @ bulan
Mengatur siklus haid
Medroxyprog
Mencegah
hiperplasia
esteron asetat
endometrium
(Provera,
Prothyra)
2. Perdarahan uterus disfungsi ovulatoir
Terapi medikamentosa untuk kasus menoragia terutama adalah NSAID (asam
mefenamat) dan AKDR-levonorgesterel (Mirena). Efektivitas asam mefenamat, pil
kontrasepsi, naproxen, danazol terhadap menoragia adalah setara.
Efek samping dan harga dari androgen (Danazol atau GnRH agonis)
membatasi penggunaannya bagi kasus menoragia, namun obat-obat ini dapat
digunakan dalam jangka pendek untuk menipiskan endometrium sebelum dikerjakan
tindakan ablasi endometrium.
Obat antifibrinolitik secara bermakna mengurangi jumlah perdarahan, namun
obat ini jarang digunakan dengan alasan yang menyangkut keamanan (potensi
menyebabkan tromboemboli).
3. Pembedahan
Bila terapi medis gagal atau terdapat kontraindikasi maka dilakukan intervensi
pembedahan. Terapi pilhan pada kasus adenokarsionoma adalah histerektomi,
tindakan ini juga dipertimbangkan bila hasil biopsi menunjukan atipia.
Tindakan
Alasan
Histeroskopi operatif
Abnormalitas struktur intra uteri.
Mimektomi
(abdominal, Mioma uteri.
laparoskopik, histeroskopik)
Reseksi
endometrial Terapi menoragia atau menometroragia resisten.
transervikal
Ablasi endometrium (thermal Terapi menoragia atau menometroragia resisten dalam
balloon/roller ball)
rangka penatalaksanaan perdarahan uterus akut yang
resisten
Embolisasi arteri uterina
Mioma uteri.
Histerektomi
Hiperplasia atipikal, karsinoma endometrium.
1.7 Diagnosa Banding
Diagnosa Banding Perdarahan Uterus Abnormal
Kehamilan dan komplikasi
kehamilan :
Solusio plasenta
Kehamilan ektopik
Abortus
Plasenta previa
Penyakit trofoblas
Medikasi dan penyebab
iatrogenik:
Antikoagulan
Antipsikotik
Kortikosteroid
Suplemen herbal
Terapi sulih hormon
AKDR
Pil kontrasepsi
Tamoxifen
Penyakit sistemik :
Hiperplasi adrenal dan
penyakit Cushing
Blood Dyscrasia (leukemia
dan trombositopenia)
Koagulopatia
Penyakit hepar
Supresi hipotalamik
(stress, penurunan berat
badan berlebihan, olah raga
berlebihan)
Sindroma ovaripolikistik
Penyakit ginjal
Penyakit tiroid
uterus
per
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat,
serta data penanggung jawab
2. Keluhan Klien Saat Masuk Rumah Sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut & terasa ada massa di daerah
abdomen, menstruasi yg tidak berhenti-henti
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual
dan muntah.
b. Ginekologi reproduksi
Pastikan tidak adanya kehamilan dengan memeriksa haid terakhir, menars,
pola haid ada tidaknya dimenore, molimina, penggunaan tampon, benda asing,
aktivitas seksual, pemakaian kontrasepsi (tipe, efek, lamanya), riwayat
Sindroma Ovarium Polikistik (SOP), dan kelainan perdarahan pada keluarga.
c. Riwayat menstruasi
Kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.
menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau
d. Coba tentukan banyaknya perdarahan
Jika seorang wanita berdiri tanpa menggunakan tampon perlu dilihat apakah
ada perdarahan yang mengalir pada kedua kakinya. Jika ada maka perdarahan
dikatakan banyak.
e. Singkirkan penyebab lain dari perdarahan, seperti stress, kelainan pola makan,
olahraga, kompetisi atletik, penyakit kronis, pengobatan dan penyalahgunaan
obat.
f. Tentukan karakteristik episode perdarahan terakhir
g. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga dalam kelainan ginekologi
4. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
Pemeriksaan harus difokuskan untuk mengidentifikasi tanda-tanda penyebab lain
dari perdarahan. Pada perdarahan uteri abnormal pemeriksaannya khususnya
dilakukan pada :
a. Abdomen
Nyeri tekan pada abdomen, teraba massa pada abdomen
b. Ekstremitas
Nyeri panggul saat beraktivitas, tidak ada kelemahan
c. Eliminasi, urinasi
Adanya konstipasi, susah BAK
5. Data Sosial Ekonomi
Kaji golongan masyarakat dan tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun
sebelum menopause.
6. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium
sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada
klien dengan
rahim)
atau
Biopsi
endometrium
(mengambil
sedikit
jaringan
3) Bantu pasien mengatur posisi senyaman mungkin (posisi fowler atau posisi
datar atau miring kesalah satu sisi)
4) Kaji tanda vital : tachicardi,hipertensi, pernafasan cepat
5) Ajarkan pasien penggunaan keterampilan manajemen nyeri mis : dengan
teknik relaksasi, tertawa, mendengarkan musik dan sentuhan terapeutik
6) Evaluasi/ kontrol pengurangan nyeri
7) Kolaborasi untuk pemberian analgetik sesuai indikasi
8) Laksanakan pengobatan sesuai indikasi seperti analgesik intravena
9) Observasi efek analgetik
10) Kolaborasi : anjurkan dilakukannya pembedahan
11) Motivasi klien untuk mobilisasi dini setelah pembedahan bila sudah
diperbolehkan.
b. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b/d perdarahan pervaginam berlebihan
1) Kaji tanda-tanda kekurangan cairan.
2) Pantau masukan dan haluaran/ monitor balance cairan tiap 24 jam.
3) Monitor tanda-tanda vital. Evaluasi nadi perifer
4) Observasi pendarahan
5) Anjurkan klien untuk minum + 1500-2000/ hari
6) Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral dan kalau perlu transfusi sesuai
indikasi, pemeriksaan laboratorium. Hb, leko, trombo, ureum, kreatinin.
c. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan
1) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya
2) Dorong dan dukung klien untuk menyadari dan berusaha menerima diagnosa
3) Diskusikan tanda dan gejala depresi
4) Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik
5) Beri informasi tentang hasil-hasil lab dan perkembangan penyakit klien, serta
treatment yang mungkin, seperti kemoterapi, radioterapi, pembedahan
6) Informasikan tentang dukungan sosial/ kelompok bagi klien, misalnya
perkumpulan penyandang kanker mammae
d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perdarahan uterus
1) Kaji motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
2) Monitor nilai-nilai laboratorium, terutama transferin, albumin, dan elektrolit
3) Tanyakan makanan kesukaan pasien
4) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
5) Monitor catatan intake kalori dan komponen nutrisi
6) Monitoring BB pasien
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2010. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Jakarta :
EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: FKUI
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC
NANDA Internasional. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klarifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC
NANDA. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. Jakarta: ECG