EMULSI
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara III Emulsi adalah :
1. Mementukan tipe emulsi suatu bahan menggunakan sampel susu murni,
susu UHT, santan dan mentega.
2. Mempelajari pengaruh pemanasan dan penambahan santan terhadap
kestabilan emulsi susu dan santan.
B. Tinjauan Pustaka
Susu adalah disentrifugasi dan cairan supernatan dipisahkan dan
aseton ditambahkan dalam jumlah yang sama dan terus selama 24 jam.
Biomaterial menetap dipisahkan dengan sentrifugasi selama 5 -10 menit
dan biomaterial terisolasi secara alami dikeringkan dan disaring melalui
mesh size 120. Polimer hasil yang diperoleh sekitar 500 mg. Emulsi mikro
didefinisikan sebagai monophasic, termodinamika stabil, transparan
(kadang-kadang Tembus), isotropik, campuran cair. Ini adalah dispersi
koloid minyak dan air yang distabilkan oleh permukaan antar muka film
viskositas rendah. Antarmuka yang ketegangan dalam emulsi mikro
dikurangi dengan penggunaan surfaktan dalam kombinasi dengan kosurfaktan. Ukuran globul dari mikro emulsi terletak antara 10-100 nm.
tindakan emulsi mikro sebagai pembawa obat untuk perkutan, mata, mulut
dan pemberian parenteral. Penggunaan emulsi mikro menguntungkan
tidak hanya karena biaya lancar dan rendah persiapan tetapi juga karena
peningkatan bioavailabilitas. Dua cairan bercampur dapat membentuk
emulsi mikro tunggal fase di mana salah satu cairan tersebar di lain
membentuk mikro agregat berukuran yang stabil oleh surfaktan dan cosurfaktan, yang menurunkan antar muka yang ketegangan antara dua
cairan. Emulsi mikro, peralihan antara termodinamika stabil larutan yaitu
misel mengandung minyak terlarut dan emulsi biasa yang reaksi stabil
(Tygai, 2012).
Emulsi adalah gabungan dua atau lebih komponen yang tidak
saling melarutkan dengan salah satu cairan terdispersi di dalam cairan
lainnya. Emulsi dapat berbentuk O/W atau W/O tergantung dari rasio
minyak terhadap air, konsentrasi elektrolit, jenis surfaktan, temperatur dan
sebagainya. Surfaktan ionic dengan HLB rendah diperkirakan membentuk
W/O. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh pH, salinitas air, temperatur serta
konsentrasi kandungan aspalten, resin dan wax. Demulsifikasi adalah
pemecahan emulsi menjadi fase-fase penyusun, dalam hal ini memecah
emulsi minyak mentah menjadi fase minyak dan fase air. Stabilitas emulsi
minyak mentah-air dicapai karena pembentukan lapisan antarmuka
partikel air dan minyak mentah. Penurun stabilitas dan pemecahan emulsi
berhubungan sangat erat dengan mengenyahkan lapisan antarmuka. Untuk
memecah emulsi menjadi minyak dan air maka lapisan antar muka harus
dihancurkan selanjutnya butiran-butiran air akan bergabung. Ada dua
tahapan demulsifikasi . Tahap pertama adalah pemecahan emulsi menjadi
fase minyak dan air, dan tahap kedua adalah penggabungan menjadi satu
fase penyusun. Daya listrik yang semakin besar mengakibatkan daya putar
gelombang elektro magnetik berdiri semakin kuat. Air dan garam yang
merupakan senyawa polar akan ikut berputar jika mendapat pancaran
gelombang elektro magnetik berdiri sedangkan minyak tidak berputar oleh
sebab itu emulsi yang diputar dengan kekuatan putar yang lebik kuat akan
lebih cepat pecah. Kekuatan putar gelombang elektromagnetik disebabkan
oleh daya listrik yang lebih besar. Disamping itu dengan daya putar yang
semakin kuat tersebut akan lebih cepat timbul panas, panas akan
membantu pemecahan emulsi. Pengaruh daya terhadap suhu (Nuri, 2013).
Emulsi merupakan sistem dua fase, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil (globul) yang
stabil dengan adanya penambahan emulgator. Sebagai emulgator, gelatin
mengelilingi tetesan fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film yang
diad-sorpsi pada permukaan dari tetesan fase terdis-persi. Lapisan tersebut
mencegah terjadinya kon-tak atau berkumpulnya kembali globul atau fase
terdispersi, sehingga kestabilan emulsi terjaga (Marzuki, 2011).
Emulsi (emulsion) adalah sistem koloid yang fase terdispersinya
berupa cairan yang tidak dapat bercampur. Misalnya benzena dalam air,
minyak dalam air, dan air susu. Mengingat kedua fase tidak dapat
bercampur, keduanya akan segera memisah. Untuk menjaga agar emulsi
tersebut mantap atau stabil, perlu ditambahkan zat ketga yang disebut
emulgator atau zat pengempulsi (emulsifying agent). Berapa bahan kimia
alami dapat digunakan sebagai emulgator, seperti gelatin, pektin,
kuningtelur, pasta kanji, kasein, albumin, geon arab, dan madu alam.
Bahan sintetis, seperti sabun, deterjen, kalsium butirat, CMC (carboxy
Methyl Cellulose), metil selulosa, dan etanolamin juga dapat dipakai untuk
maksud yang sama. Syarat emulgator adalah moleku-molekulnya
mempunyai afinitas terhadap kedua cairan yang membetuk emulsi. Daya
afinitasnya harus parsil atau tidak terdapat kedua cairan tersebut. Salah
satu ujung emulgator larut dalam cairan yang satu, sedangkan ujung yang
lain hanya membentuk tipis (selapis molekul) di sekeliling atau di atas
permukaan cairan yang lain (Sumardjo, 2009).
Penentuan tipe emulsi sediaan yaitu sejumah sediaan diletakkan di
atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang
pengaduk. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tipe m/a, tetapi
bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tipe a/m. Suatu emulsi menjadi
tidak stabil akiba penggumpalan dari pada globul-globul (bulatan-bulatan)
dari fase terdispersi. Pengamatan stabilitas sediaan meliputi pengamatan
berupa pecahan atau pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari
sediaan yang terjadi saat sediaan selesai dibuat, 1, 4, 8, dan 12 minggu
penyimpanan (Lubis, 202).
Ukuran afinitas pengemulsi terhadap minyak atau air disebut
kesetimbangan / neraca (balance) hidrofilik lipofilik atau nilai HLB. Nilai
HBL pengemulsi pangan, teoritis bervariasi dari 0 sampai 20. Di sini 0
lipofilik sempurna, 20 hidrofilik sempurna. Pada umumnya pengemulsi
hidrofilik membentuk emulsi O/W, sedangkan bahan lipofilik membentk
W/O. Kaidah tersebut tentu saja lah dipengaruhi berbagai faktor pula.
Campran pra emulsi dapat diproses memakai homogenizer (pengadukan),
pengolahan dinding panas, penumbukan koloid, dan alat-alat pencampuran
lainya. Jenis emulsi yang terbentuk dipengaruhi. Campuran yang dbuat
dengan homogenizer akan berupa O/W, tetapi dapat W/O bila diproses
diding panas. Demikian unjuk-kerja stabil dapat diperoleh secara optimum
menggunakan proses tertentu atau gabungannya. Kebanyakan emulsi jenis
minyak dalam air. Dalam hal dipakai emulsi O/W, disini yang baik untuk
dipergunakan adalah blending sorbation dan ster polisorb atatau ester poli
gliderol HLB tinggi. Disitu menandai mengawali dari blend dengan HBL
antara 10 dan 13. Konsentrasi emulsi ditentukan oleh nisbah fasa kontinyu
terhadap fasa dispersinya serta viskosita (kekntalan) fasa kntinyu. Bila fasa
kontinyunya terdispersi amat sedikit viskositasnya sama dengan dari fasa
kontinyu. Bila jumlah terdispersinya ditambah, partikel emulsi menjadi
mampat, viskositas fasa terdispersi lebih besar daripada fasa kontinyunya
disini kalau partikelnya haus, viskositanya meningkat lebih tinggi pula
(Harmanto, 1993).
Sebagian besar emulsi dalam persiapan kosmetik yang stabil
dengan campuran surfaktan hidrofilik dan lipofilik. Surfaktan ini dapat
dimasukkan ke dalam emulsi dalam berbagai cara. Becher menjelaskan
empat cara yang berbeda untuk mempersiapkan emulsi tergantung pada
metode menggabungkan agen pengemulsi: (1) Agen-in-air metode. Agen
pengemulsi dilarutkan dalam air. (2) Agen-in-oil metode. Agen pengemulsi
dilarutkan dalam fasa minyak. Campuran tersebut kemudian ditambahkan
ke dalam air atau air ditambahkan ke campuran. (3) Sabun baru lahir (in
situ) metode. Asam lemak predissolved di minyak dan bagian basa di
dalam air sehingga sabun adalah spontan simultan terbentuk selama
mulsifikasi. (4) Bergantian Metode Selain. Air dan minyak ditambahkan
alternatif, dalam porsi kecil, untuk agen pengemusi. Jika emulsi akhir
harus menjadi W / O emulsi tetapi volume fasa adalah seperti bahwa Of W
emulsi dapat dibentuk, itu akan mungkin menjadi yang terbaik untuk
menempatkan semua surfaktan dalam fasa minyak untuk menghindari fase
inversi. Di sisi lain, jika diinginkan untuk menghasilkan O / W emulsi
memiliki ukuran tetesan terbaik, mungkin lebih baik untuk menempatkan
semua surfaktan dalam fasa air. Jika migrasi dari satu surfaktan fase yang
C. Metodologi Percobaan
1. Alat
a. Tabung kuvet
b. Tabung reaksi
c. Hot plate
d. Gelas ukur 200 ml
e. Gelas ukur 25 ml
f. Gelas preparat dan penutup
g. Mikroskop
h. Pipet tetes
i. Petridish
j. Waterbath
2. Bahan
a. Larutan methylene blue
b. Susu UHT
c. Susu murni
d. Margarin
e. Santan
3. Cara kerja
a. Penentuan tipe emulsi
Bahan
Pemanasan
Tanpa Pemanasan
Tipe emulsi
Oil in water
(O/W)
Susu UHT
Pembesaran 10x40
Oil in water
(O/W)
Susu UHT
Pembesaran 10x40
Oil in water
(O/W)
Fase
pendispersi: air
Warna: biru
Fase terdispersi:
minyak
Warna: putih
Oil in water
(O/W)
Fase
pendispersi: air
Warna: biru
Fase terdispersi:
minyak
Warna: putih
Water in oil
(W/O)
aran 10x1
Fase
pendispersi:
minyak
Warna: kuning
Fase terdispersi:
air
Warna: biru
Water in oil
(W/O)
Pembesaran 10x10
Fase
pendispersi:
minyak
Warna: kuning
Fase terdispersi:
air
Warna: biru
Pembes
9
Santan
aran 10x40
Pembes
10
Santan
aran 10x40
Pembes
11
12
Keterangan
Fase
pendispersi: air
Warna: biru
Fase terdispersi:
minyak
Warna: putih
Fase
pendispersi: air
Warna: biru
Fase terdispersi:
minyak
Warna: putih
Margarin
Margarin
Emulsi adalah gabungan dua atau lebih komponen yang tidak saling
melarutkan dengan salah satu cairan terdispersi di dalam cairan lainya.
Emulsi dapat berbentuk O/W atau W/O tergantung dari rasio minyak terhadap
air, konsentrasi elektrolit, jenis surfaktan, temperatur dan sebagainya
(Nuri, 2013).
Tipe emulsi pada praktikum acara 3 adalah emulsi o/w (minyak dalam
air) dan emulsi w/o (air dalam minyak). Emulsi minyak dalam air (o/w) yang
mana minyak sebagai fase terdispersi dan air sebagai medium pendispersi
(continous phase). Emulsi air dalam minyak (w/o) yang mana air sebagai fase
terdispersi dan minyak sebagai medium pendispersi (continous phase)
(Raouf, 2012).
Bahan yang digunakan dalam praktikum 3.1 adalah margarine, santan,
dan susu UHT. Margarine merupakan emulsi dengan tipe emulsi water in oil
(W/O), yaitu fase air berada dalam fase minyak atau lemak. Pembuatan
margarine itu sendiri dengan pencampuran antara fase cair, fase minyak dan
emulsifier dengan perbandingan tertentu, sehingga membentuk emulsi water
in oil (W/O) (Ketaren, 1986). Santan adalah emulsi minyak dalam air (O/W)
yang berwarna putih (Sukasih, 2009).
Fungsi penambahan larutan methylen blue adalah untuk memberikan
warna biru pada air, yang menunjukan tipe emulsi O/W (minyak dalam air)
karena larutan methylen blue larut dalam air (Herlina, 2014).
Pada praktikum acara 3 ini bertujuan untuk menentukan tipe emulsi
dari suatu bahan, yaitu dengan meneteskan sampel ke kaca preparat kemudian
ditambahkan methylen blue sebagai indikator, setelah itu ditutup dengan
menggunakan kaca penutup, kemudian diamati dengan menggunakan
mikroskop. Setelah itu kita akan mengetahui tipe emulsi suatu bahan apakah
sampel termasuk dalam tipe oil in water emulsion (o/w) atau water in oil
emulsion (w/o). Dengan sampel yang bertipe oil in water (o/w), pada
percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui dari gambar yang diperoleh
dari mikroskop yaitu terdapat globulaglobula minyak yang berwarna
transparan yang berada pada medium air yang berwarna biru. Dengan sampel
yang bertipe emulsi water in oil (W/O), diketahui dari gambar yang diperoleh
dari pengamatan melalui mikroskop yaitu terdapat globulaglobula air
berwarna biru yang berada dalam medium minyak berwarna transparan.
Tabel 3.2 Penentuan Kestabilan Emulsi
Kel.
7
8
9
10
Tanpa Pemanasan
15
-
Waktu (menit)
30
45
60
+
++
1 ml susu murni
1 ml santan +
Dengan Pemanasan
Tanpa Pemanasan
+
-
+
+
++
+++
++
++++
4 ml susu murni
4 ml santan +
Dengan Pemanasan
Tanpa Pemanasan
++
-
+++
-
+++
+
++++
+++
1 ml susu UHT
1 ml santan +
Dengan Pemanasan
Tanpa Pemanasan
++
4 ml susu UHT
Dengan Pemanasan
Tanpa Pemanasan
++
++
Dengan Pemanasan
Tanpa Pemanasan
+
-
+
-
+
+
+
++
Dengan Pemanasan
Sampel
4 ml santan +
11
5 ml susu UHT
12
5 ml santan
Perlakuan
Keterangan :
: belum ada perubahan
+
++
: Meningkat
+ + + : semakin meningkat
Emulsi merupakan sistem dua fase, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil (globul) yang stabil
dengan
adanya
penambahan
emulgator.
Sebagai
emulgator,
gelatin
mengelilingi tetesan fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film yang
diad-sorpsi pada permukaan dari tetesan fase terdis-persi. Lapisan tersebut
mencegah terjadinya ko-ntak atau berkumpulnya kembali globul atau fase
terdispersi, sehingga kestabilan emulsi terjaga (Marzuki, 2011).
Sifat
volume fasa internal yang rendah emulsi, konsistensi emulsi mirip dengan
fase kontinyu; dengan demikian, o / w / o emulsi umumnya lebih tebal dari
w / o / w emulsi, dan konsistensi aw / o / w sistem dapat ditingkatkan dengan
penambahan
gusi,
lempung.
konsentrasi
surfaktan
Pengaruh
lipofilik
lipofilik
adalah
Emulsifier
meningkatkan,
Sebagai
kapasitas
surfaktan
lipofilik
emulsifier,
sebagai
konsentrasi
pada
dengan pencampuran antara fase cair, fase minyak dan emulsifier dengan
perbandingan tertentu, sehingga membentuk emulsi water in oil (W/O)
(Ketaren, 1986). Santan adalah emulsi minyak dalam air (O/W) yang
berwarna putih (Sukasih, 2009).
Pada percobaan yang telah dilakukan oleh kelompok 7 sampai
kelompok 12, didapatkan data seperti di tabel. Pada percobaan tersebut pada
intinya menggunakan 3 sampel, yaitu susu murni, susu UHT dan santan.
Dimana ke tiga sampel tersebut merupakan emulsi. Pada percobaan ini
sampel dikombinasi yaitu seperti kelompok 7 degan menggunakan 4 ml
santan ditambah 1 ml susu murni. Kemudian untuk kelompok 8 sampel yang
digunakan yaitu 1 ml santan ditambah 4 ml susu murni. Kelompok 9 dengan
menggunakan 4 ml santan dan 1 ml susu UHT. Kelompok 10 menggunakan
sampel 1 ml santan
menggunakan 5 ml susu UHT tanpa tambahan sampel yang lain. Begitu juga
percobaan yang dilakukan oleh kelompok 12 yang hanya menggunakan
sampel santan sebanyak 5 ml. Dalam percobaan tersebut alat yang digunakan
adalah tabung reaksi yang digunakan untuk tempat sampel yang akan di
ujikan. Kemudian pipet ukur dan propipet, untuk memindahkan sampel yang
akan di ujikan ke dalam tabung reaksi sesuai kebutuhan. Kemudian vortex
yang digunakaan untuk menghomogenkan larutan emulsi yang diuji. Penjeit
untuk sarana memegang tabung reaksi, dan bak pemanas. Juga rak tabung
reaksi yang berfungsi sebagai tempat meletakan tabung reaksi selama
percobaan. Pertama kita ambil sampel yang akan di ujikan sesuai dengan
kelompok. Untuk kelompok 11 menggunakan susu UHT sejumlah 5 ml setiap
tabung reaksi dengan menggunakan pipet ukur dan propipet. Sampel
dimasukan kedalam tabung reaksi sejumlah 2, karena dalam praktikum ini
menggunakan dua perlakuan yaitu dengan pemanasan dan tanpa pemanasan.
Selanjutnya yang dilakukan adalah menghomogenkan sampel dengan
menggunakan vortex selama beberapa waktu sampai sampel benar-benar
homogen. Kemudian untuk sampel dengan dengan perlakuaaan tanpa
dipanaskan, sampel di letakan pada rak tabung reaksi. Diamati sampel selama
60 menit, yaitu dilihat keadaan sampel pada menit ke 15, 30, 45, dam terakhri
pada menit ke 60. Untuk sampel dari kelompok 7 yaitu menggunakan 4 ml
santan ditambahkan 1 ml susu murni. Pada sampel ini pada menit ke 15 telah
mulai menunjukan pemisahan zat. Dan msih tetap pada menit ke 30. Pada
meit ke 45 sampel mengalami peningkatan pemisahan, dan keadaan sama
pada akhri percobaan. Kemudian untuk sampel 1 ml santan ditambahkan 4 ml
susu murni dari kelompok 8. Baru mengalami pemisahan pada menit ke 30
yang masih bersifat kecil. Kemudian naik secara signifikan pada menit ke 45.
Selanjutnya pada menit ke 60 mengalami peningkatan. Selanjutnya untuk
sampel kelompok 9 yaitu 4 ml santan ditambahkan 1 ml susu UHT.
Mengalami pemisahan pada menit ke 45 yang masih bersifat kecil. Dan pada
menit ke 60 mengalami peningkatan yang derastis. Pada sampel kelompok 10
yaitu 1 ml santan ditambahkan 4 ml susu UHT. Hasilnya sama dengan
kelompok 9 yang mulai mengalami pemsahan zat pada menit ke 45. Hanya
yang membedakan kenaikan pemisahan pada menit terakhir yaitu pada menit
ke 60 tidak sama, tidak terlalu besar perubahanya. Selanjutnya untuk sampel
5 ml susu UHT oleh kelompok 11. Mulai mengalami pemisahan pada menit
ke 30 dan bersifat kecil. Dan kemudian meningkat pada menit ke 45. Dan
bertahan sampai selesai. Untuk sampel terakhir miliki kelompok 12 yaitu 5
ml santan. Pada menit ke 15 dan 30 belum ada perubahan yang terjadi.
Kemudian terlihat pemisahan yang bersifat kecil pada menit ke 45.
Selanjutnya pada saat percoban selesai terjadi peningkatan dari 15 menut
yang lalu, dengan tidak signifikan. Untuk percobaan dengan perlakuan
pemanasan, yaitu prosedur sama hanya ditambah dengan pemanasan.
Pemanasan dilakukan dengan memanaskan sampel ke dalam bak pemanas
yang berisi air yang dipanaskan secara konstan dengan suhu 56,50c. Sampel
yang dimasukka dalam tabung reaksi kemudian dijepit dengan menggunakan
penjepit dan dimasukan dalambak pemanasan. Pengamatan dilakukan setiap
15 menit sekali, yaitu sama seperti percobaan tanpa pemanasan sampai menit
ke 60. Untuk sampel dari kelompok 7 yaitu menggunakan 4 ml santan
ditambahkan 1 ml susu murni. Pada sampel ini pada menit ke 15 dan 30
belum terjadi perubahan. Pada meit ke 45 sampel baru pemisahan, dan terjadi
keningkatan pada akhri percobaan. Kemudian untuk sampel 1 ml santan
ditambahkan 4 ml susu murni dari kelompok 8. Pada menit ke 15 sudah
mengalami pemisahan secara signifikan. dan pada menit ke 30 juga
mengalami peningkatan pemisahan dari 15 menit sebelumnya. Dan brtahan
sampai percobaan selesai. Selanjutnya untuk sampel kelompok 9 yaitu 4 ml
santan ditambahkan 1 ml susu UHT. Pada sampel ini tidak terjadi perubahan
sampai percobaan selesai. Pada sampel kelompok 10 yaitu 1 ml santan
ditambahkan 4 ml susu UHT. Hasilnya sama dengan kelompok 9, yaitu tidak
terjadi perubahan spada sampel sampai percobaan selesai. Selanjutnya untuk
sampel 5 ml susu UHT oleh kelompok 11. Mulai mengalami pemisahan pada
menit ke 15 dan bersifat kecil. Dan kemudian tidak mengalami peningkatan
perubahan sampai percobaan selesai. Untuk sampel terakhir miliki kelompok
12 yaitu 5 ml santan. Hasilnya sama dengan kelompok 9 dan 10, yakni tidak
mengalami pemisahan zat pada sampel sampai percobaan selesai.
Aplikasi emulsi pada pemanfaatan dalam kehidupan sehari-hari.
Sangat banyak yang mungkin sebagian besar masyarakat tidak menyadarinya.
Manfaat emulsi pada bidang pangan sangat banyak. Sudah banyak diketahuia
emulsi adalah gabungan dua atau lebih komponen yang tidak saling
melarutkan dengan salah satu cairan terdispersi di dalam cairan lainnya.
Sebagian bahan pangan terutama pada bahan yang berbentuk cair maupun
padat dengan tektur lembut, sebagian besar merupakan emulsi. Sebagai
contoh seperti susu (segala jenis susu), santan, mentega, margarin selai, dan
lain-lain. Itu semua merupakan poduk pangan. Dengan memanfaatkan dan
mempelajari sifat emulsi terutama pada bahan pangan, dapat digunakan untuk
seperti menciptakaan inovasi produk baru, meningkatkan produk yang sudah
ada seperti meningkatkan rasa, gizi, mutu dan lain-lain.
E. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Aichele, Clint P Et Al. 2007.Water In Oil Emulsion Droplet Size Characterization
Using A Pulsed Field Gradient With Diffusion Editing (PFG-DE) NMR
Technique. Journal Of Colloid And Interface Science,Vol.315 (2): 607
619.
Hartomo, A. J. dan M. C. Widiatmoko. 1993. Emulsi dan Pangan Instant BerLesitin. ANDI OFFSET. Yogyakarta.
Herlina. 2014. Studi Adsorpsi-Desorpsi Zat Warna Methylene Blue Dalam
Kitosan. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Ketaren, S. 1986. Minyak Lemak dan Pangan. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Lin, Tong Joe. 1968. Effect of Initial Surfactant Locationson the Viscosityo of
Emulsions. J. Soc. Cosmetic Chemists, 19, 683-697 (Sept. 16, 1968).
Lubis, Ervina Syahfitri., Leny Sari Lubis., dan Julia Revenv. 2012. Pelembab
Kulit Alami Dari Sari Buah Jeruk Bali [Citrus maxima (Burm.) Osbeck].
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (2): 104 -111.
Marzuki, Asna., Ermina Pakki., dan Fitrah Zulfikar. 2011. Ekstraksi dan
Penggunaan Gelatin dari Limbah Tulang Ikan Bandeng (Chanos Chanos
Forskal) Sebagai Emulgator Dalam Formulasi Sediaan Emulsi.
Nuri, Wasir. 2013. Pengaruh Daya Listrik Oven Gelombang Mikro terhadap
Pemecahan Emulsi Minyak Mentah Cepu. Teknik Kimia, FTI, UPN
Veteran Yogyakarta. Volume 11, Nomor 1, Juni 2013.
Prajapati, SB., et al. 2013. An overview of Preparation, Evaluation and
Applications of Multiple Emulsions. International Journal for
Pharmaceutical Research Scholars (IJPRS) ISSN No: 2277-7873 V-2, I-1,
2013.
Raouf, Manar El-Sayed Abdul. 2012. Crude Oil Emulsions- Composition Stability
and Characterization. Journal of InTech.
Sukasih, Erni., Sulusi Prabawati., Tatang Hidayat. 2009. Optimasi Kecukupan
Panas Pada Pasteurisasi Santan dan Pengaruhnya Terhadap Mutu Santan
yang Dihasilkan. Jurnal Pascapanen 6 (1) 2009: 34-42.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Tyagi, Neha., et al. 2012. Formulation And Evaluation Of Zidovudine Micro
Emulsion Using A Novel Bio Polymer From The Seeds Of Buchanania
Lanzan. International Journal of Biopharmaceutics. 2012; 3(1): 40-43. eISSN 0976 - 1047 Print ISSN 2229 7499.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Sampel setelah
mengalami pemanasan
Vortex
Waterbaht
Pemanasan dengan
Waterbaht