BAB I Dan II
BAB I Dan II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dekade terakhir ini, insidens Infeksi Menular Seksual (IMS) di Indonesia
perhatian
dan
komitmen
global
dalam
pencegahan
dan
Kuning melakukan skrining IMS setiap 2 minggu sekali, yang disertai dengan
pengobatan dan edukasi mengenai IMS.Melalui deteksi dini,penatalaksanaan, dan
usaha pencegahan IMS yang efektif diharapkan penyebaran penyakit IMS dapat
ditekan sehingga prevalensinya berkurang, mencegah timbulnya komplikasi dan
mengurangi penyebarannya di masyarakat. Oleh sebab itu, laporan ini diharapkan
dapat memberikan gambaran mengenai screening IMS di resosialisasi Sunan
Kuning.
1.2
TUJUAN
1.2.1
Tujuan Umum
Mengkaji faktor-faktor yang menmpengaruhi kejadian IMS pada WPS di
resosialisasi Sunan Kuning Gang 4-6.
1.2.2
Tujuan Khusus
SASARAN
Sasaran kegiatan kali ini adalah petugas Klinik IMS Griya ASA serta
WPS, mucikari, dan pengurus resosialisasi yang berada di Resosialisasi Sunan
Kuning Gang 4-6.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi IMS
WHO memperkirakan morbiditas IMS di dunia sebesar kurang lebih 250
juta jiwa setiap tahunnya (1,3586). Penyebab dari IMS itu sendiri terbanyak yakni
Klamidia (39,69 juta kasus), diikuti Trichomoniasis (25,76 juta kasus) dan
Gonorrhea (9,43 juta kasus).4
Kasus IMS di Indonesia tahun 2010 tercatat 48.789.954 orang, angka
prevalensi IMS sangat bervariasi menurut daerah masing-masing. Berdasarkan
hasil laporan periodic presumptive treatment (PPT) periode I bulan Januari 2007
didapatkan angka IMS di Banyuwangi 74,5%, Denpasar 36,6%, Surabaya 61,21%
dan di Semarang 79,7%.
Jumlah kejadian kasus baru IMS berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah tahun 2012 sebanyak 8.671 kasus, lebih sedikit dibanding tahun
2011 yaitu sebanyak 10.752 kasus.5 Sedangkan di daerah Sunan Kuning sendiri
prevalensi IMS pada bulan Januari 2014 sebanyak 95 (41,49%) kasus. Prevalensi
IMS pada bulan Februari 2014 menurun dari bulan sebelumnya yaitu sebanyak 64
(30,05%) kasus.
2.2 Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual atau disingkat IMS adalah infeksi pada alat
reproduksi atau alat kelamin yang diakibatkan oleh hubungan seksual.Hal ini
berbeda dengan Penyakit Menular Seksual (PMS).IMS memiliki arti yang lebih
luas karena tidak terbatas pada penyakit-penyakit kelamin saja, tetapi juga infeksi
alat reproduksi yang menular lewat hubungan seksual.Artinya semua penyakit
yang menular melalui hubungan seksual meski gejalanya tidak muncul di alat
kelamin di sebut IMS (misalnya hepatitis). Sedangkan PMS sering merujuk pada
gejala di alat kelamin, tetapi IMS lebih merujuk pada cara penularan melalui seks.
Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatis
(galur L1-L3)
Treponema pallidum
Haemophilus ducreyi
PENYAKIT
GONORE
Laki-laki: uretritis, epididimitis, orkitis, kemandulan
Perempuan: servisitis, endometritis, salpingitis,
bartolinitis, penyakit
radang panggul, kemandulan, ketuban pecah dini,
perihepatitis
Laki-laki & perempuan: proktitis, faringitis, infeksi
gonokokus diseminata
Neonatus: konjungtivitis, kebutaan
KLAMIDIOSIS (INFEKSI KLAMIDIA)
Laki-laki: uretritis, epididimitis, orkitis, kemandulan
Perempuan: servisitis, endometritis, salpingitis,
penyakit radang panggul,
kemandulan, ketuban pecah dini, perihepatitis,
umumnya asimtomatik
Laki-laki & perempuan: proktitis, faringitis, sindrom
Reiter
Neonatus: konjungtivitis, pneumonia
LIMFOGRANULOMA VENEREUM
Laki-laki & perempuan: ulkus, bubo inguinalis,
proktitis
SIFILIS
Laki-laki & perempuan: ulkus durum dengan
pembesaran kelenjar getah
bening lokal, erupsi kulit, kondiloma lata, kerusakan
tulang, kardiovaskular
dan neurologis
Perempuan: abortus, bayi lahir mati, kelahiran
prematur
Neonatus: lahir mati, sifilis kongenital
CHANCROID (ULKUS MOLE)
Laki-laki & perempuan: ulkus genitalis yang nyeri,
dapat disertai dengan
Bubo
Klebsiella
(Calymmatobacterium)
Granulomatis
INFEKSI JAMUR
Candida albicans
INFESTASI
PARASIT
Phthirus pubis
Sarcoptes scabiei
kelahiran prematur
Neonatus: bayi dengan berat badan lahir rendah
KANDIDIASIS
Laki-laki: infeksi di daerah glans penis
Perempuan: vulvo-vaginitis dengan duh tubuh
vagina bergumpal, disertai
rasa gatal & terbakar di daerah vulva
PEDIKULOSIS PUBIS
Laki-laki & perempuan: papul eritematosa,gatal,
terdapat kutu dan telur di
rambut pubis
SKABIES
Papul gatal, di tempat predileksi, terutama malam
hari
perilaku
seksual,penyediaan
kondom
dan
anjuran
inspeksi daerah inguinal dan raba adakah pembesaran kelenjar dan catat
konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa nyeri, serta tanda radang pada kulit di
atasnya.Pada waktu bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit sekitarnya,
adanya pedikulosis, folikulitis atau lesi kulit lainnya.Lakukan inspeksi skrotum,
apakah asimetris, eritema, lesi superfisial dan palpasi isi skrotum dengan hatihati.Dan akhirnya perhatikan keadaan penis mulai dari dasar hingga
ujung.Inspeksi daerah perineum dan anus dengan posisi pasien sebaiknya
bertumpu pada siku dan lutut.
Berbeda dengan pasien pria, organ reproduksi wanita terdapat dalam
rongga pelvis sehingga pemeriksaan tidak segampang pria.Pemeriksaan meliputi
inspeksi dan palpasi dimulai dari daerah inguinal dan sekitarnya.Untuk menilai
keadaan di dalam vagina, gunakan spekulum dengan memberitahukannya kepada
pasien terlebih dahulu.Dan akhirnya lakukan pemeriksaan bimanual untuk menilai
ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, konsistensi dan kontur uterus serta deteksi
kelainan pada adneksa.
Pengambilan bahan duh tubuh uretra pria, dapat dilakukan dengan
menggunakan sengkelit maupun lidi kapas yang dimasukkan ke dalam
uretra.Sedangkan pengambilan duh tubuh genital pada wanita dilakukan dengan
spekulum dan mengusapkan kapas lidi di dalam vagina dan kemudian dioleskan
ke kaca objek bersih.
2.5 Jenis-jenis Infeksi Menular Seksual
Beberapa jenis IMS yang paling umum ditemukan di Indonesia adalah:
1. Gonore6
Gonore adalah
penyakit
menular
seksual
yang
disebabkan
tidak
ditemukan
bakteri,
maka
dilakukan
pembiakan
penyakit
menular
seksual
yang
disebabkan
10
b.
3. Kondiloma Akuminata6
Kondiloma akuminata merupakan kutil di dalam atau di sekeliling
vagina, penis, atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyebab virus papilloma. Pada wanita virus papilloma tipe 16 dan 18
yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat
kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan
virus papiloma lainnya bisa menyebabkantumor intra-epitel pada leher
rahim (ditunjukkan dengan hasil pap-smear yang abnormal) atau kanker
pada vagina, vulva, dubur, penis, mulut, tenggorokan atau kerongkongan.
Gejala, Kondiloma akuminata paling sering timbul di permukaan
tubuh yang hangat dan lembab. Pada pria, area yang sering terkena adalah
ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat).
11
Pada wanita timbul divulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit
disekeliling vagina. Kondiloma akuminata juga bisa terjadi di daerah
sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita
yang melakukan hubungan seksual melalui dubur. Biasanya muncul dalam
waktu 1 6 hari setelah terinfeksi, dimulai sebagai pembengkakan kecil
yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink. Mereka tumbuh dengan
cepat dan bisa memiliki tangkai. Pada suatu daerah seringkali tumbuh
beberapa kutil dan permukaannya yang kasar memebrikan gambaran seperti
bunga kol.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Kutil yang menetap bisa diangkat melalui pembedahan dan diperiksa
dibawah mikroskop untuk meyakinkan bahwa itu bukan merupakan suatu
keganasan. Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus menjalani
pemeriksaan pap-smear secara rutin.
4. HIV AIDS
Acquired
Immunodeficiency
Immune
Immunodeficiency
Virus (HIV)
yaitu
virus
yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini
akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena
tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.
Penyebab AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV.
HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem
kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel
dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung,
12
padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi
baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4 + hingga jumlahnya menyusut
hingga kurang dari 200 per mikroliter darah, maka kekebalan di tingkat sel
akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut
HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala
infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan
memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Penularan Seksual, Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi
ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal
seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut
pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko
daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan
seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral.
Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks
oral
reseptif
maupun
insertif.
Kekerasan
seksual
secara
umum
13
Herpes Simplex Virus (HSV) dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat rekurens.7Herpes Simplex
Virus (HSV) dibedakan menjadi 2 tipe menjadi HSV tipe 1 dan HSV tipe 2.
Secara serologik, biologik dan fisikokimia, keduanya hampir tidak dapat
dibedakan.Namun menurut hasil penelitian, HSV tipe 2 merupakan tipe
dominan yang ditularkan melalui hubungan seksual genito-genital. HSV tipe
1 justru banyak ditularkan melalui aktivitas seksual oro-genital atau melalui
tangan.8
Gejala
awalnya
mulai
timbul
pada
hari
ke
4-7
setelah
luka
yang
melingkar.Luka
yang
terbentuk
biasanya
berdasarkan
gejala-gejalanya.
Untuk
14
laboratorium.
Pemeriksaan
darah
bisa
menunjukkan
30%
hingga
50%
kasus
IGNS
adalah
Chamydia
Pneumoniae,
penyebab
penyakit
saluran
pernapasan
termasuk
Gejala klinis
Penting untuk mengetahui adanya koitus suspektus yang biasanya
terjadi 1 hingga 5 minggu sebelum timbulnya gejala. Juga penting untuk
mengetahui apakah telah melakukan hubungan seksual dengan istri pada
waktu keluhan sedang berlangsung, mengingat hal ini dapat menyebabkan
fenomena penularan pingpong.9
Menurut Pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual Depkes
RI, infeksi melalui hubungan seksual ini pada pria muncul sebagai uretritis
dan pada wanita sebagai servisitis mukopurulen. Manifestasi klinis dari
uretritis kadang sulit dibedakan dengan gonorrhea dan termasuk adanya
15
gejala.Infeksi
yang
terjadi
selama
kehamilan
bisa
Tujuan utama:
1. Memutuskan rantai penularan infeksi IMS
2. Mencegah berkembangnya IMS dan komplikasinya
pajanan
IMS
dengan
program
penyuluhan
untuk
16
17
Bekerjasama
dengan
mucikari
dan
petugas
resosialisasi
untuk
c. Waktu Pelayanan
Akses yang adekuat dalam memberikan pelayanan pada kelompok risiko
tinggi dan pasien lain, diperoleh dengan memprioritaskan pelaksanaan jam buka
klinik yang tepat. Pelayanan klinik Griya ASA tersedia hari Senin Jumat, pukul
09.00 15.00 WIB.
d. Jangkauan
Klinik IMS Griya ASA terbuka bagi umum, tetapi pelayanannya lebih
difokuskan pada kelompok-kelompok risiko tinggi, seperti WPS, MSM, waria.
Pelayanan WPS dibagi menjadi WPS yang ada di resosialisasi Sunan Kuning dan
di luar resosialisasi Sunan Kuning. Program yang dilakukan untuk WPS di
resosialisasi Sunan Kuning adalah skrining IMS setiap 2 minggu sekali untuk
WPS yang berada di Gang IV VI (Gang I III menjadi tanggung jawab
Puskesmas Lebdosari). Sedangkan untuk WPS di luar resosialisasi dan kelompok
risiko tinggi yang lain pelayanan dilakukan dengan mobile clinic yang langsung
mendatangi di lokasi. Akan tetapi, dari data bulan Desember 2012, cakupan
pelayanan untuk WPS di luar resosialisasi hanya mencapai 16 %, sedangkan
cakupan untuk WPS di resosialisasi mencapai 99,33%. Pasangan risti belum
18
Ruang registrasi
Ruang pemeriksaan
Ruang laboratorium
Ruang konsultasi
Pemeriksaan laboratorium:
Alat
Mikroskop, oil emersi, object glass, spiritus, korek api, rak kaca slide,
tissue gulung, buku register laboratorium.
Material : Methylen blue, NaCl 0,9%, KOH 10%
g. Kegiatan Laboratorium
1. Whiff test
2. Wet mount test
3. KOH test
4. Methilen blue untuk GO
5. Tes serologi sifilis
6. Isi hasil lab pada form rekam medis
19
h. Alur Pelayanan
Alur kegiatan skrining IMS di Griya ASA PKBI Kota Semarang adalah
sebagai berikut:
Register
Laboratorium
Pengambilan Sekret
Hasil
Terapi / Konseling
Positif
Negatif
VCT
VCT
Skrining adalah pemeriksaan yang dilakukan secara berkala pada orang
yang tidak mengeluhkan gejala penyakit namun berada dalam resiko terkena
penyakit.3 Yang menjadi sasaran klinik IMS adalah kelompok resiko tinggi
lokalisasi, kelompok resiko tinggi non lokalisasi yang meliputi panti pijat, pekerja
seks panggilan dan pekerja seks jalanan, klien, dan ODHA. Tujuannya adalah
untuk menegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksan laboratorium dengan reaksi
cepat dan tepat, untuk memonitor pendampingan yaitu perubahan perilaku
kelompok dampingan dengan turunnya angka IMS, HIV-AIDS.