Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Dekade terakhir ini, insidens Infeksi Menular Seksual (IMS) di Indonesia

mengalami peningkatan yangcukup cepat. Peningkatan insidens IMS dipengaruhi


oleh berbagai faktor antara lain : Perubahan demografi, fasilitas kesehatan yang
tersedia kurang memadai, pendidikan kesehatan dan pendidikan seksual kurang
tersebar luas, kontrol IMS belum dapat berjalan baik serta adanya perubahan sikap
dan perilaku masyarakat terutama dalam bidang agama dan moral. Peningkatan
kasus IMS dari waktu ke waktu akan menimbulkan permasalahan kesehatan yang
sangat serius dan berdampak besar pada masa yang akan datang, apabila tidak
mendapatkan perhatian dan penanganan yang intensif.1
Masalah lain bahwa penyakit infeksi menular seksual sangat berpotensi
meningkatkan resiko penularan HIV melalui hubungan seksual, yang sekarang
menjadi

perhatian

dan

komitmen

global

dalam

pencegahan

dan

penanganannya.1Berdasarkan data statistik yang dilaporkan oleh Ditjen PP dan PL


KEMENKES di Indonesia mulai Januari sampai dengan Juni 2014, dilaporkan
terdapat 15.534 kasus HIV dan 1.700 kasus AIDS dengan total kematian 175
orang. Hal initerus mengalami peningkatan bila dilihat sejak tahun 1987. Di Jawa
Tengah, hingga saat ini terdapat 8.368 kasus dengan HIV dan 3.767 kasus AIDS.
Jawa Tengah sendiri menduduki peringkat ke enam dengan total kasus HIV-AIDS
terbanyak dari 34 provinsi di Indonesia.2
Untuk wilayah Kota Semarang, salah satu program PKBI (Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia) Kota Semarang yang telah dilakukan sejak tahun
2002 dalam rangka mengatasi permasalahan IMS bersama dengan HIV / AIDS
adalah melalui Griya ASA. Salah satu

kegiatan Griya ASA adalah

menyelenggarakan klinik IMS, yaitu klinik induk yang berlokasi di resosialisasi


Sunan Kuning, dan klinik satelit di Kedung Mundu. Dalam pelayanannya, klinik
IMS juga melakukan pendampingan kelompok risiko tinggi, antara lain dengan
mewajibkan WPS (Wanita Pekerja Seks) yang bekerja di resosialisasi Sunan

Kuning melakukan skrining IMS setiap 2 minggu sekali, yang disertai dengan
pengobatan dan edukasi mengenai IMS.Melalui deteksi dini,penatalaksanaan, dan
usaha pencegahan IMS yang efektif diharapkan penyebaran penyakit IMS dapat
ditekan sehingga prevalensinya berkurang, mencegah timbulnya komplikasi dan
mengurangi penyebarannya di masyarakat. Oleh sebab itu, laporan ini diharapkan
dapat memberikan gambaran mengenai screening IMS di resosialisasi Sunan
Kuning.
1.2

TUJUAN

1.2.1

Tujuan Umum
Mengkaji faktor-faktor yang menmpengaruhi kejadian IMS pada WPS di
resosialisasi Sunan Kuning Gang 4-6.

1.2.2

Tujuan Khusus

1. Menggali permasalahan terkait faktor pelayanan klinik IMS Griya ASA,


pengaruh lingkungan, peran mucikari dan pengurus resosialisasi, serta
perilaku WPS yang mempengaruhi kejadian IMS pada WPS di
resosialisasi Sunan Kuning Gang 4-6.
2. Menyusun usulan pemecahan masalah terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian IMS pada WPS di resosialisasi Sunan Kuning
Gang4-6.
1.3

SASARAN
Sasaran kegiatan kali ini adalah petugas Klinik IMS Griya ASA serta
WPS, mucikari, dan pengurus resosialisasi yang berada di Resosialisasi Sunan
Kuning Gang 4-6.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi IMS
WHO memperkirakan morbiditas IMS di dunia sebesar kurang lebih 250
juta jiwa setiap tahunnya (1,3586). Penyebab dari IMS itu sendiri terbanyak yakni
Klamidia (39,69 juta kasus), diikuti Trichomoniasis (25,76 juta kasus) dan
Gonorrhea (9,43 juta kasus).4
Kasus IMS di Indonesia tahun 2010 tercatat 48.789.954 orang, angka
prevalensi IMS sangat bervariasi menurut daerah masing-masing. Berdasarkan
hasil laporan periodic presumptive treatment (PPT) periode I bulan Januari 2007
didapatkan angka IMS di Banyuwangi 74,5%, Denpasar 36,6%, Surabaya 61,21%
dan di Semarang 79,7%.
Jumlah kejadian kasus baru IMS berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah tahun 2012 sebanyak 8.671 kasus, lebih sedikit dibanding tahun
2011 yaitu sebanyak 10.752 kasus.5 Sedangkan di daerah Sunan Kuning sendiri
prevalensi IMS pada bulan Januari 2014 sebanyak 95 (41,49%) kasus. Prevalensi
IMS pada bulan Februari 2014 menurun dari bulan sebelumnya yaitu sebanyak 64
(30,05%) kasus.
2.2 Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual atau disingkat IMS adalah infeksi pada alat
reproduksi atau alat kelamin yang diakibatkan oleh hubungan seksual.Hal ini
berbeda dengan Penyakit Menular Seksual (PMS).IMS memiliki arti yang lebih
luas karena tidak terbatas pada penyakit-penyakit kelamin saja, tetapi juga infeksi
alat reproduksi yang menular lewat hubungan seksual.Artinya semua penyakit
yang menular melalui hubungan seksual meski gejalanya tidak muncul di alat
kelamin di sebut IMS (misalnya hepatitis). Sedangkan PMS sering merujuk pada
gejala di alat kelamin, tetapi IMS lebih merujuk pada cara penularan melalui seks.

Penyebab IMS dapat dikelompokkan atas beberapa jenis 3


Tabel 1.Patogen penyebab dan jenis IMS yang ditimbulkan
PATOGEN
INFEKSI BAKTERI
Neisseria gonorrhoeae

Chlamydia trachomatis

Chlamydia trachomatis
(galur L1-L3)
Treponema pallidum

Haemophilus ducreyi

MANIFESTASI KLINIS DAN


YANG DITIMBULKAN

PENYAKIT

GONORE
Laki-laki: uretritis, epididimitis, orkitis, kemandulan
Perempuan: servisitis, endometritis, salpingitis,
bartolinitis, penyakit
radang panggul, kemandulan, ketuban pecah dini,
perihepatitis
Laki-laki & perempuan: proktitis, faringitis, infeksi
gonokokus diseminata
Neonatus: konjungtivitis, kebutaan
KLAMIDIOSIS (INFEKSI KLAMIDIA)
Laki-laki: uretritis, epididimitis, orkitis, kemandulan
Perempuan: servisitis, endometritis, salpingitis,
penyakit radang panggul,
kemandulan, ketuban pecah dini, perihepatitis,
umumnya asimtomatik
Laki-laki & perempuan: proktitis, faringitis, sindrom
Reiter
Neonatus: konjungtivitis, pneumonia
LIMFOGRANULOMA VENEREUM
Laki-laki & perempuan: ulkus, bubo inguinalis,
proktitis
SIFILIS
Laki-laki & perempuan: ulkus durum dengan
pembesaran kelenjar getah
bening lokal, erupsi kulit, kondiloma lata, kerusakan
tulang, kardiovaskular
dan neurologis
Perempuan: abortus, bayi lahir mati, kelahiran
prematur
Neonatus: lahir mati, sifilis kongenital
CHANCROID (ULKUS MOLE)
Laki-laki & perempuan: ulkus genitalis yang nyeri,
dapat disertai dengan
Bubo

Klebsiella
(Calymmatobacterium)
Granulomatis

GRANULOMA INGUINALE (DONOVANOSIS)


Laki-laki & perempuan: pembengkakan kelenjar getah
bening dan lesi
ulseratif didaerah inguinal, genitalia dan anus.
Mycoplasma genitalium
Laki-laki: duh tubuh uretra (uretritis non-gonore)
Perempuan: servisitis dan uretritis non-gonore,
mungkin penyakit radang
Panggul
Ureaplasma urealyticum
Laki-laki: duh tubuh uretra (uretritis non-gonokokus)
Perempuan: servisitis dan uretritis non-gonokokus,
mungkin penyakit
radang panggul
INFEKSI VIRUS
INFEKSI
HIV
/
ACQUIRED
Human
IMMUNEDEFICIENCY
SYNDROME
Imunodeficiency
(AIDS)
Virus (HIV)
Laki-laki & perempuan: penyakit yang berkaitan
dengan infeksi HIV, AIDS
Herpes simplex virus
HERPES GENITALIS
(HSV)
Laki-laki & perempuan: lesi vesikular dan/atau
tipe2 dan tipe 1
ulseratif didaerah genitalia
dan anus
Neonatus: herpes neonatus
Human
KUTIL KELAMIN
papillomavirus
Laki-laki: kutil di daerah penis dan anus, kanker
(HPV)
penis dan anus
Perempuan: kutil di daerah vulva, vagina, anus,
dan serviks; kanker serviks,
vulva, dan anus
Neonatus: papiloma larings
Virus hepatitis B
HEPATITIS VIRUS
Laki-laki & perempuan: hepatitis akut, sirosis hati,
kanker hati
Virus
moluskum
MOLUSKUM KONTAGIOSUM
kontagiosum
Laki-laki & perempuan: papul multipel, diskret,
berumbilikasi di daerah
genitalia atau generalisata
INFEKSI
TRIKOMONIASIS
PROTOZOA
Laki-laki:
uretritis
non-gonokokus,
seringkali
Trichomonas
asimtomatik
vaginalis
Perempuan: vaginitis dengan duh tubuh yang banyak
dan berbusa,

INFEKSI JAMUR
Candida albicans

INFESTASI
PARASIT
Phthirus pubis
Sarcoptes scabiei

kelahiran prematur
Neonatus: bayi dengan berat badan lahir rendah
KANDIDIASIS
Laki-laki: infeksi di daerah glans penis
Perempuan: vulvo-vaginitis dengan duh tubuh
vagina bergumpal, disertai
rasa gatal & terbakar di daerah vulva
PEDIKULOSIS PUBIS
Laki-laki & perempuan: papul eritematosa,gatal,
terdapat kutu dan telur di
rambut pubis
SKABIES
Papul gatal, di tempat predileksi, terutama malam
hari

2.3 Penularan Infeksi Menular Seksuar


Penyakit Menular Seksual ini terutama melalui hubungan seksual yang
tidak terlindungi, baik pervaginal, anal, maupun oral.Cara penularan lainnya
secara perinatal, yaitu dari ibu ke bayinya, baik selama kehamilan, saat kelahiran
ataupun setelah lahir. Bisa melalui transfuse darah atau kontak langsung dengan
cairan darah atau produk darah.
Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan PMS adalah :
1. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom).
2. Gonta-ganti pasangan seks.
3. Prostitusi.
4. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan menimbulkan
luka atau radang karena epitel mukosa anus relative tipis dan lebih
mudah terluka disbanding epitel dinding vagina.
5. Penggunaan pakaian dalam atau handunk yang telah dipakai penderita
6. PMS
2.4 Diagnosa Infeksi Menular Seksual3
Pemeriksaan klinis pada IMS memiliki penatalaksaan anamnesis tentang
riwayat infeksi/penyakit,pemeriksaan fisik dan pengambilan spesimen/bahan
pemeriksaan,diagnosis yang tepat,pengobatan yang efektif,nasehat yang berkaitan
dengan

perilaku

seksual,penyediaan

kondom

dan

anjuran

pemakaiannya,penatalaksanaan mitra seksual,pencatatan dan pelaporan kasus, dan


tindak lanjut klinis secara tepat. Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan
informasi penting terutama pada waktu menanyakan riwayat seksual.Hal yang
sangat penting dijaga adalah kerahasiaan terhadap hasil anamnesis pasien.

Pertanyaan yang diajukan kepada pasien dengan dugaan IMS meliputi:


Keluhan dan riwayat penyakit saat ini.
Keadaan umum yang dirasakan.
Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal ataupun sistemik dengan
penekananpada antibiotik.
Riwayat seksual yaitu kontak seksual baik di dalam maupun di luar
pernikahan,berganti-ganti pasangan, kontak seksual dengan pasangan
setelah mengalami gejala penyakit, frekuensi dan jenis kontak seksual,
cara melakukan kontak seksual, dan apakah pasangan juga mengalami
keluhan atau gejala yang sama.
Riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan dengan IMS atau penyakit
di daerah genital lain.
Riwayat penyakit berat lainnya.
Riwayat keluarga yaitu dugaan IMS yang ditularkan oleh ibu kepada
bayinya.
Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS, misalnya
erupsikulit, nyeri sendi dan pada wanita tentang nyeri perut bawah,
gangguan haid, kehamilan dan hasilnya.
Riwayat alergi obat.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien harus memperhatikan hal
penting seperti kerahasiaan pribadi pasien, sumber cahaya yang baik untuk dokter
pemeriksa dan selalu harus menggunakan sarung tangan setiap kali memeriksa
pasien. Pada pasien pria, organ reproduksi lebih mudah diraba.Mula-mula

inspeksi daerah inguinal dan raba adakah pembesaran kelenjar dan catat
konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa nyeri, serta tanda radang pada kulit di
atasnya.Pada waktu bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit sekitarnya,
adanya pedikulosis, folikulitis atau lesi kulit lainnya.Lakukan inspeksi skrotum,
apakah asimetris, eritema, lesi superfisial dan palpasi isi skrotum dengan hatihati.Dan akhirnya perhatikan keadaan penis mulai dari dasar hingga
ujung.Inspeksi daerah perineum dan anus dengan posisi pasien sebaiknya
bertumpu pada siku dan lutut.
Berbeda dengan pasien pria, organ reproduksi wanita terdapat dalam
rongga pelvis sehingga pemeriksaan tidak segampang pria.Pemeriksaan meliputi
inspeksi dan palpasi dimulai dari daerah inguinal dan sekitarnya.Untuk menilai
keadaan di dalam vagina, gunakan spekulum dengan memberitahukannya kepada
pasien terlebih dahulu.Dan akhirnya lakukan pemeriksaan bimanual untuk menilai
ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, konsistensi dan kontur uterus serta deteksi
kelainan pada adneksa.
Pengambilan bahan duh tubuh uretra pria, dapat dilakukan dengan
menggunakan sengkelit maupun lidi kapas yang dimasukkan ke dalam
uretra.Sedangkan pengambilan duh tubuh genital pada wanita dilakukan dengan
spekulum dan mengusapkan kapas lidi di dalam vagina dan kemudian dioleskan
ke kaca objek bersih.
2.5 Jenis-jenis Infeksi Menular Seksual
Beberapa jenis IMS yang paling umum ditemukan di Indonesia adalah:
1. Gonore6
Gonore adalah

penyakit

menular

seksual

yang

disebabkan

oleh Neisseria Gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher


rahim, rektum dan tenggorokan atau bbagian putih mata (konjungtiva).
Gejalanya Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2 7
hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada
uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan
keluarnya nanah dari penis. Penderita sering berkemih dan merasakan

desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini


menyabar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak merah dan bengkak.
Pada wanita, gejala awal biasa timbul dalam waktu 7 21 hari setelah
terinfeksi. Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama
beberapa minggu atau bulan, dan tidak diketahui menderita penyakit ini
hanya setelah mitra seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat
ringan. Tetapi penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan
untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan
demam.
Komplikasi yaitu kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau
beberapa sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga
pergerakannya menjadi terbatas. Infeksi melalui aliran darah juga bisa
menyebabkan timbulnya bintik bintik merah berisi nanah di kulit, demam,
rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang berpindah dari satu
sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis dermatitis).
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap
nanah, dimana ditemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan
mikroskopik

tidak

ditemukan

bakteri,

maka

dilakukan

pembiakan

dilaboratorium. Jika diduga terjadi infeksi tenggorokan atau rektum, diambil


contoh dari daerah ini da dibuat biakan.5
2. Sifilis 6
Sifilis adalah

penyakit

menular

seksual

yang

disebabkan

oleh Treponema Pallidum.Bakteri ini masuk kedalam tubuh maniusia


melalui selaput lendir (vagina dan mulut) atau melalui kulit. Dalam
beberapa jam bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat,
kemudin menyebar keseluruh tubuh melalui aliran darah. Sifilis juga bisa
menginfeksi janin selama dalam kandungan dan menyebabkan cacat
bawaan.
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1 13 minggu setelah
terinfeksi; rata rata 3 4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun

10

tahun dan jarang menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun


kematian.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala gejalanya. Diagnosa pasti
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
fisik.

Ada 2 jenis pemeriksaan darah yang digunakan :


a.

Tes penyaringan : VDRL (Veneral disease research laboratory ) atau


RPR (Rapid plasma reagin). Tes penyaringan ini mudah dilakukan
dan tidak mahal. Mungkin perlu dilakukan tes ulang karena pada
beberapa minggu pertama sifilis primer hasilnya bisa negatif.

b.

Pemeriksaan antibiotik terhadap bakteri penyebab sifilis. Pemeriksaan


ini lebih akurat. Salah satu dari tes ini adalah tes FTA
ABS (fluorescent treponema antibody absorption), yang digunakan
untuk memperkuat hasil tes penyaringan yang positif.

3. Kondiloma Akuminata6
Kondiloma akuminata merupakan kutil di dalam atau di sekeliling
vagina, penis, atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyebab virus papilloma. Pada wanita virus papilloma tipe 16 dan 18
yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat
kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan
virus papiloma lainnya bisa menyebabkantumor intra-epitel pada leher
rahim (ditunjukkan dengan hasil pap-smear yang abnormal) atau kanker
pada vagina, vulva, dubur, penis, mulut, tenggorokan atau kerongkongan.
Gejala, Kondiloma akuminata paling sering timbul di permukaan
tubuh yang hangat dan lembab. Pada pria, area yang sering terkena adalah
ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat).

11

Pada wanita timbul divulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit
disekeliling vagina. Kondiloma akuminata juga bisa terjadi di daerah
sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita
yang melakukan hubungan seksual melalui dubur. Biasanya muncul dalam
waktu 1 6 hari setelah terinfeksi, dimulai sebagai pembengkakan kecil
yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink. Mereka tumbuh dengan
cepat dan bisa memiliki tangkai. Pada suatu daerah seringkali tumbuh
beberapa kutil dan permukaannya yang kasar memebrikan gambaran seperti
bunga kol.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Kutil yang menetap bisa diangkat melalui pembedahan dan diperiksa
dibawah mikroskop untuk meyakinkan bahwa itu bukan merupakan suatu
keganasan. Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus menjalani
pemeriksaan pap-smear secara rutin.
4. HIV AIDS
Acquired

Immunodeficiency

Syndrome atau Acquired

Immune

Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau:


sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang
menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).Virusnya sendiri
bernama Human

Immunodeficiency

Virus (HIV)

yaitu

virus

yang

memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini
akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena
tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.
Penyebab AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV.
HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem
kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel
dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung,

12

padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi
baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4 + hingga jumlahnya menyusut
hingga kurang dari 200 per mikroliter darah, maka kekebalan di tingkat sel
akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut
HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala
infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan
memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Penularan Seksual, Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi
ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal
seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut
pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko
daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan
seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral.
Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks
oral

reseptif

maupun

insertif.

Kekerasan

seksual

secara

umum

meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak


digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang
memudahkan transmisi HIV.
Diagnosis, Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul
untuk pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi
World Health Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun demikian,
kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan
bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, karena definisi yang
digunakan tidak sensitif ataupun spesifik. Di negara-negara berkembang,
sistem World Health Organization untuk infeksi HIV digunakan dengan
memakai data klinis dan laboratorium; sementara di negara-negara maju
digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease Control (CDC) Amerika
Serikat
5. Herpes genitalis
Herpes genitalis adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh

13

Herpes Simplex Virus (HSV) dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat rekurens.7Herpes Simplex
Virus (HSV) dibedakan menjadi 2 tipe menjadi HSV tipe 1 dan HSV tipe 2.
Secara serologik, biologik dan fisikokimia, keduanya hampir tidak dapat
dibedakan.Namun menurut hasil penelitian, HSV tipe 2 merupakan tipe
dominan yang ditularkan melalui hubungan seksual genito-genital. HSV tipe
1 justru banyak ditularkan melalui aktivitas seksual oro-genital atau melalui
tangan.8
Gejala

awalnya

mulai

timbul

pada

hari

ke

4-7

setelah

terinfeksi.Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutan dan sakit. Lalu


akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan
lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung
membentuk

luka

yang

melingkar.Luka

yang

terbentuk

biasanya

menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami


nyeri saat berkemih atau disuria dan ketika berjalan akan timbul nyeri. Luka
akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar.Gejala awal
ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala
berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
Pada pria, luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit
depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa
terbentuk di vulva dan leher rahim.Jika penderita melakukan hubungan
seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus
atau di dalam rektum.Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya
penderita infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian
tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten
terhadap pengobatan dengan asiklovir. Infeksi awal oleh salah satu virus
akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala
dari virus kedua tidak terlalu berat.8
Diagnosa ditegakkan

berdasarkan

gejala-gejalanya.

Untuk

memperkuat diagnosa, diambil apusan dari luka dan dibiakkan di

14

laboratorium.

Pemeriksaan

darah

bisa

menunjukkan

adanya antibodi terhadap virus


6. Infeksi Genital Non-Spesifik (IGNS)
IGNS merupakan infeksi traktus genital yang disebabkan oleh penyebab
yang

nonspesifik yang meliputi beberapa keadaan yaitu Uretritis Non-

spesifik (UNS), proktitis nonspesifik dan Uretritis Non-Gonore (UGN).9


Penyebab

30%

hingga

50%

kasus

IGNS

adalah

Chamydia

trachomatis,sedangkan kasus selebihnya umumnya disebabkan oleh


Ureaplasma urealyticum. Chlamydia trachomatis, imunotipe D sampai
dengan K, ditemukan pada 35 50 % dari kasus uretritis non gonokokus.
Klamidia yang menyebabkan penyakit pada manusia diklasifikasikan
menjadi tiga spesies, yaitu:10

Chlamydia psittaci, penyebab psittacosis.

Trachomatis, termasuk serotipe yang menyebabkan trachoma infeksi


alat kelamin, Chlamydia conjunctivitis dan pneumonia anak dan
serotipe lain yang menyebabkan Lymphogranuloma venereum.

Pneumoniae,

penyebab

penyakit

saluran

pernapasan

termasuk

pneumonia dan merupakan penyebab penyakit arteri koroner.

Gejala klinis
Penting untuk mengetahui adanya koitus suspektus yang biasanya
terjadi 1 hingga 5 minggu sebelum timbulnya gejala. Juga penting untuk
mengetahui apakah telah melakukan hubungan seksual dengan istri pada
waktu keluhan sedang berlangsung, mengingat hal ini dapat menyebabkan
fenomena penularan pingpong.9
Menurut Pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual Depkes
RI, infeksi melalui hubungan seksual ini pada pria muncul sebagai uretritis
dan pada wanita sebagai servisitis mukopurulen. Manifestasi klinis dari
uretritis kadang sulit dibedakan dengan gonorrhea dan termasuk adanya

15

discharge mukopurulen dalam jumlah sedikit atau sedang, terutama pada


pagi hari (morning drops) dan dapat pula berupa bercak di celana dalam,
gatal pada uretra dan rasa panas ketika buang air kecil. Infeksi tanpa gejala
bisa ditemukan pada 1-25% pria dengan aktivitas seksual aktif. Pada wanita,
manifestasi klinis mungkin sama dengan gonorrhea, dan seringkali muncul
sebagai discharge endoservik mukopurulen. Namun, 70 % dari wanita
dengan aktivitas seksual aktif yang menderita klamidia, biasanya tidak
menunjukkan

gejala.Infeksi

yang

terjadi

selama

kehamilan

bisa

mengakibatkan ketuban pecah dini dan menyebabkan terjadinya kelahiran


prematur, serta dapat menyebabkan konjungtivitis dan radang paru pada bayi
baru lahir Infeksi klamidia bisa terjadi bersamaan dengan gonorrhea, dan
tetap bertahan walaupun gonorrhea telah sembuh.
Oleh karena servisitis yang disebabkan oleh gonokokus dan klamidia
sulit dibedakan secara klinis maka pengobatan untuk kedua mikroorganisme
ini dilakukan pada saat diagnosa pasti telah dilakukan. Namun pengobatan
terhadap gonorrhea tidak selalu dilakukan jika diagnosa penyakit
disebabkan C. trachomatis.10
2.6 Pencegahan IMS
Prinsip umum pengendalian IMS adalah:

Tujuan utama:
1. Memutuskan rantai penularan infeksi IMS
2. Mencegah berkembangnya IMS dan komplikasinya

Tujuan ini dicapai melalui:


1. Mengurangi

pajanan

IMS

dengan

program

penyuluhan

untuk

menjauhkanmasyarakat terhadap perilaku berisiko tinggi


2. Mencegah infeksi dengan anjuran pemakaian kondom bagi yang
berperilaku risiko tinggi
3. Meningkatkan kemampuan diagnosa dan pengobatan serta anjutan untuk
mencari pengobatan yang tepat
4. Membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan efektif

16

baik untuk yang simptomatik maupun asimptomatik serta pasangan


seksualnya.
Menurut Direktorat Jenderal PPM & PL (Pemberantasan Penyakit Menular
dan Penyehatan Lingkungan) Departemen Kesehatan RI, tindakan pencegahan
dapat dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti:

Mendidik masyarakat untuk menjaga kesehatan dan hubungan seks yang


sehat,pentingnya menunda usia aktivitas hubungan seksual, perkawinan
monogami, dan mengurangi jumlah pasangan seksual.

Melindungi masyarakat dari IMS dengan mencegah dan mengendalikan IMS


pada para pekerja seks komersial dan pelanggan mereka dengan melakukan
penyuluhan mengenai bahaya IMS, menghindari hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan, tindakan profilaksis dan terutama mengajarkan cara
penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.

Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini dan


pengobatan dini terhadap IMS. Menjelaskan tentang manfaat fasilitas ini dan
tentang gejala-gejala IMS dan cara-cara penyebarannya.

2.7 Pelayanan Skrining Klinik Griya Asa


a. Kebijakan Pemerintah
Instruksi Walikota Semarang No. 447/3/2005, tentang penanggulangan
HIV/AIDS :
1. Menggunakan kondom pada setiap aktivitas seksual yang mengandung
risiko tertular HIV/AIDS.
2. Menggunakan jarum suntik steril setiap melakukan penyuntikan
maupun membuat tattoo/tindik tubuh.
3. Melakukan konseling / tes HIV/AIDS secara sukarela untuk
pencegahan dan pengobatan secara dini.
b. Strategi
-

Melakukan pelayanan skrining IMS dalam waktu sehari (One Day


Service) di klinik Griya ASA PKBI Semarang.

17

Melakukan pelayanan pengobatan pada pasien skrining yang positif


menderita IMS.

Melakukan pelayanan konseling kepada pasien yang telah mengikuti


skrining untuk menjaga perilaku seks yang sehat atau menggunakan
kondom setiap berhubungan seks.

Bekerjasama

dengan

mucikari

dan

petugas

resosialisasi

untuk

mengingatkan seluruh WPS untuk melakukan skrininig IMS sesuai jadwal.


-

Melatih beberapa wanita pekerja seks di lingkungan resosialisasi Argorejo


agar dapat menjadi percontohan (PE) bagi rekan sebaya.

Memberikan pelayanan skrining IMS di Griya ASA PKBI Kota Semarang


setiap hari kerja pada jam kerja.

Pelayanan skrining, pengobatan, dan konseling dilakukan oleh tenaga


medis yang terlatih.

c. Waktu Pelayanan
Akses yang adekuat dalam memberikan pelayanan pada kelompok risiko
tinggi dan pasien lain, diperoleh dengan memprioritaskan pelaksanaan jam buka
klinik yang tepat. Pelayanan klinik Griya ASA tersedia hari Senin Jumat, pukul
09.00 15.00 WIB.
d. Jangkauan
Klinik IMS Griya ASA terbuka bagi umum, tetapi pelayanannya lebih
difokuskan pada kelompok-kelompok risiko tinggi, seperti WPS, MSM, waria.
Pelayanan WPS dibagi menjadi WPS yang ada di resosialisasi Sunan Kuning dan
di luar resosialisasi Sunan Kuning. Program yang dilakukan untuk WPS di
resosialisasi Sunan Kuning adalah skrining IMS setiap 2 minggu sekali untuk
WPS yang berada di Gang IV VI (Gang I III menjadi tanggung jawab
Puskesmas Lebdosari). Sedangkan untuk WPS di luar resosialisasi dan kelompok
risiko tinggi yang lain pelayanan dilakukan dengan mobile clinic yang langsung
mendatangi di lokasi. Akan tetapi, dari data bulan Desember 2012, cakupan
pelayanan untuk WPS di luar resosialisasi hanya mencapai 16 %, sedangkan
cakupan untuk WPS di resosialisasi mencapai 99,33%. Pasangan risti belum

18

menjadi kelompok dampingan sendiri sehingga jumlah pasangan risti yang


melakukan skrining IMS masih sedikit. Padahal, mitra seksual yang menderita
IMS dan perilaku berisiko dari mitra seksual merupakan faktor risiko menderita
IMS, khususnya pada wanita.
e. Ketenagaan

Dua orang petugas PKBI (bidan)


Dua orang dokter yang merangkap sebagai CST
Satu orang analis/petugas laboratorium
Satu orang admin
Dua orang konselor

f. Sarana dan Prasarana


1. Sarana Fisik
-

Ruang registrasi

Ruang pemeriksaan

Ruang laboratorium

Ruang konsultasi

2. Sarana Penunjang Medik


-

Pemeriksaan Ginekologi : speculum, object glass, cotton applicator,


lampu sorot, kertas pH, handscoon

Pemeriksaan laboratorium:
Alat
Mikroskop, oil emersi, object glass, spiritus, korek api, rak kaca slide,
tissue gulung, buku register laboratorium.
Material : Methylen blue, NaCl 0,9%, KOH 10%

g. Kegiatan Laboratorium
1. Whiff test
2. Wet mount test
3. KOH test
4. Methilen blue untuk GO
5. Tes serologi sifilis
6. Isi hasil lab pada form rekam medis

19

h. Alur Pelayanan
Alur kegiatan skrining IMS di Griya ASA PKBI Kota Semarang adalah
sebagai berikut:
Register

Laboratorium

Pengambilan Sekret

Hasil
Terapi / Konseling
Positif

Negatif

VCT

Pernah IMS / Tidak

2.7 Skrining IMS

VCT
Skrining adalah pemeriksaan yang dilakukan secara berkala pada orang

yang tidak mengeluhkan gejala penyakit namun berada dalam resiko terkena
penyakit.3 Yang menjadi sasaran klinik IMS adalah kelompok resiko tinggi
lokalisasi, kelompok resiko tinggi non lokalisasi yang meliputi panti pijat, pekerja
seks panggilan dan pekerja seks jalanan, klien, dan ODHA. Tujuannya adalah
untuk menegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksan laboratorium dengan reaksi
cepat dan tepat, untuk memonitor pendampingan yaitu perubahan perilaku
kelompok dampingan dengan turunnya angka IMS, HIV-AIDS.

Anda mungkin juga menyukai