Gender
Hormonal effects (in boys)
Internalization of peer engagement
Self-esteem
behavior
Peer behavior
School transitions
Societal denial and unresponsiveness
Socioeconomics
Lack of experience/knowledge
Substance use/multiple substance use
Lack of skills to resist peer pressure
Peer initation
School transitions
Social pressure
Substance use availability
Risk-Taking Behavior
Problem behavior
Banyak remaja saat ini memiliki masalah dan mendapatkan masalah. Setelah semua, ada
banyak tekanan untuk anak-anak untuk menghadapi masalah antara teman-teman dan
keluarga. Untuk beberapa anak, tekanan termasuk kemiskinan, kekerasan, masalah orangtua,
dan geng. Anak-anak juga mungkin khawatir tentang isu-isu penting seperti agama, peran
gender, nilai-nilai, atau etnis. Beberapa anak mengalami kesulitan berurusan dengan trauma
masa lalu mereka telah mengalami, seperti penyalahgunaan obat obatan. Orang tua dan
remaja berusaha antara ingin membuat anak mandiri sementara masih membutuhkan
bimbingan orangtua. Kadang-kadang semua konflik ini mengakibatkan masalah perilaku.
Mengenali faktor risiko sangatlah penting dalam mendeteksi dini seorang remaja bermasalah.
Orangtua harus mencermati dengan menyadari bagaimana kehidupan rumahtangganya,
memonitor prestasi sekolah anak, mengenali lingkungannya, mengenali perilaku yang tidak
biasa, mengenali permasalahan baik dilingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat. Faktor
protektif membuat seorang remaja dapat mengatasi akibat negatif dari permasalahan yang
timbul pada masa remaja sehingga seorang remaja dapat mengendalikan diri untuk tidak
berlanjut menjadi masalah pada pribadinya sendiri atau lingkungannya, misalnya tidak
menggunakan obat, tidak menjadi depresi, tidak berprilaku seksual yang salah dan lain-lain.
Faktor protektif pada seorang remaja dapat kita dukung dengan menciptakan lingkungan
yang baik dan benar yang didasari oleh agama, peraturan, pengetahuan orangtua mengenai
kesehatan remaja dan pola asuh yang sesuai.
Beberapa risiko permasalahan remaja yang mungkin timbul antara lain: gangguan
pertumbuhan, kebiasaan makan, obesitas, kebugaran, kolesterol, tekanan darah, penampilan,
trauma/kecelakaan, kenakalan remaja, masalah belajar, prestasi, hubungan antar teman,
depresi, cemas, hiperaktifitas, bunuh diri, penggunaan obat-obat terlarang, perilaku seksual
yang menyimpang dan lain lain. Kadang-kadang, anak-anak tidak bisa dengan mudah
menjelaskan mengapa mereka bertindak seperti yang mereka lakukan.
Penyebab pasti dari gangguan perilaku tidak diketahui, tetapi diyakini bahwa kombinasi dari
faktor biologis, genetik, lingkungan, psikologis, dan sosial memainkan peran.
Biologi: Beberapa studi menunjukkan bahwa cacat atau cedera ke daerah-daerah tertentu di
otak dapat menyebabkan gangguan perilaku. Gangguan perilaku telah dikaitkan dengan
daerah otak tertentu yang terlibat dalam mengatur perilaku, kontrol impuls, dan emosi. Gejala
gangguan perilaku dapat terjadi jika sirkuit sel saraf di sepanjang daerah otak ini tidak
berfungsi dengan baik. Selanjutnya, banyak anak-anak dan remaja dengan gangguan perilaku
juga memiliki penyakit mental lainnya, seperti attention-deficit / hyperactivity disorder
(ADHD), gangguan belajar, depresi, penyalahgunaan zat, atau gangguan kecemasan, yang
dapat berkontribusi untuk gejala gangguan perilaku.
Genetika: Banyak anak-anak dan remaja dengan gangguan perilaku memiliki anggota
keluarga dekat dengan penyakit mental, termasuk gangguan mood, gangguan kecemasan,
gangguan penggunaan zat dan gangguan kepribadian. Hal ini menunjukkan bahwa
kerentanan untuk melakukan gangguan dapat setidaknya sebagian diwariskan.
Lingkungan: Faktor-faktor seperti kehidupan disfungsional keluarga, pelecehan anak,
pengalaman traumatis, riwayat keluarga penyalahgunaan zat, dan disiplin yang tidak
konsisten oleh orang tua dapat berkontribusi terhadap perkembangan gangguan perilaku.
Psikologis: Beberapa ahli percaya bahwa perilaku gangguan dapat mencerminkan masalah
dengan kesadaran moral (terutama, kurangnya rasa bersalah dan penyesalan) dan defisit
dalam pengolahan kognitif.
Sosial: status sosial ekonomi rendah dan tidak diterima oleh rekan-rekan mereka
tampaknya menjadi faktor risiko untuk pengembangan gangguan perilaku.
-