Disusun oleh :
Sedayu Restu Suci
(12/329575/TP/10349)
(12/333178/TP/10439)
(12/333196/TP/10457)
(12/333288/TP/10502)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Es krim merupakan salah satu makanan yang banyak disukai masyarakat.
Menurut Euromonitor, walaupun konsumsi per kapitanya rendah, pasar es krim
Indonesia sangat besar secara ukuran, mencapai 158 juta liter dan terbesar di Asia
Tenggara. Ini lantaran jumlah penduduk Indonesia yang besar. Proyeksinya, hingga
tahun 2018 pertumbuhan pasar es krim mencapai 240 juta liter atau rata-rata tumbuh
8,75%. (marketeers.com)
Di negara tropis, es krim menjadi salah satu makanan favorit yang memiliki
pangsa pasar yang cukup besar. Hal tersebut dikarenakan faktor cuaca yang panas.
Selain itu, factor konsumen es krim yang umumnya adalah kalangan muda
membuatnya memiliki potensi yang amat besar untuk menjadi pasar yang potensial.
Es krim banyak diminati oleh segmen pasar di usia muda, salah satunya
adalah segmen usia 5-12 tahun, yang masuk dalam kategori anak-anak. Anak-anak
memiliki ketertarikan yang tinggi dalam mengonsumsi es krim, akan tetapi keputusan
pembelian dan konsumsinya ditentukan oleh orang tua mereka.
Di pasaran, terdapat beberapa bentuk penyajian es krim. Salah satunya adalah
es krim stik. Es krim stik ini banyak dijual di pasaran dan memiliki varian rasa yang
lebih banyak. Namun, es krim stik kurang diminati oleh para orang tua. Hal tersebut
dikarenakan, es krim stik ini sulit untuk dikonsumsi dengan rapi dan tanpa tercecer
oleh anak-anak. Kebanyak dari anak akan kesulitan mengonsumsi saat es krim mulai
meleleh. Es krim yang meleleh akan menetes dan mengotori tangan, baju, pakaian
dari anak. Hal tersebut yang membuat orang tua kurang merekomendasikan
pembelian es krim stik dibandingkan es krim cone atau es krim dengan wadah. Oleh
karena itu, ingin dikembangkan suatu kemasan ice cream stick yang dilengkapi
dengan penyangga tetesan
lingkaran dan terbuat dari kertas karton dengan diameter 5 mm. Penyangga
diletakkan dalam kemasan dan dapat dirangkaikan dengan stick es krim seperti pada
rancangan. Hal ini diharapkan mampu mengatasi masalah es krim yang sering
menetes saat dikonsumsi dan mengotori pakaian atau tangan dari pengonsumsi.
B. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitiaan ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaanpertanyaan sebagai berikut :
1.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian pengembangan produk ini adalah sebagai berikut.
1.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari pengembangan produk yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
1.
2.
3.
Konsumen dapat lebih nyaman memakan es krim stik tanpa takut kotor.
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Es Krim
Es krim adalah buih setengah beku yang mengandung lemak teremulsi dan
udara. Sel-sel udara yang ada berperan untuk memberikan tekstur lembut pada es
krim tersebut. Tanpa adanya udara, emulsi beku tersebut akan menjadi terlalu dingin
dan terlalu berlemak. Sebaliknya, jika kandungan udara dalam es krim terlalu banyak
akan terasa lebih cair dan lebih hangat sehingga tidak enak dimakan. Sedangkan, bila
kandungan lemak susu terlalu rendah, akan membuat es lebih besar dan teksturnya
lebih kasar serta terasa lebih dingin. Emulsifier dan stabilisator dapat menutupi sifatsifat buruk yang diakibatkan kurangnya lemak susu dan memberi rasa lengket
(Marshall dan Arbuckle, 1996).
Es krim dapat didefinisikan sebagai makanan beku yang dibuat dari produk
susu dan dikombinasikan dengan pemberi rasa dan pemanis. Menurut Standar
Nasional Indonesia, es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan
cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati,
gula, dan dengan atau tanpa bahan makanan lain yang diizinkan. Campuran bahan es
krim diaduk ketika didinginkan untuk mencegah pembentukan kristal es yang besar
(Arbuckle, 2000).
Pada pembuatan es krim, komposisi adonan akan sangat menentukan kualitas
es krim tersebut nantinya. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tersebut,
mulai dari bahan baku, proses pembuatan, proses
pembekuan, pengepakan,
dan sebagainya. Pada proses pembuatan seluruh bahan baku es krim akan dicampur,
menjadi suatu bahan dasar es krim. Pada proses ini dikenal beberapa istilah, salah
satunya yaitu viskositas/kekentalan. Kekentalan pada adonan es krim akan
berpengaruh pada tingkat kehalusan tekstur, serta ketahanan es krim sebelum mencair.
Proses pembuatannya sendiri melalui pencampuran atau mixer bahan-bahan
menggunakan alat pencampur yang berputar (Harris, 2011).
B. Komposisi Umum Es Krim
Bahan-bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan es krim antara lain:
lemak, bahan kering tanpa lemak (BKTL), bahan pemanis, bahan penstabil, dan bahan
pengemulsi. Lemak susu (krim) merupakan sumber lemak yang paling baik untuk
mendapatkan es krim berkualitas baik. Pada produk es krim tidak diberikan bahan
tambahan makanan karena penguat cita rasa adalah suatu zat bahan tambahan yang
ditambahkan kedalam makanan yang dapat memperkuat aroma dan rasa (Harris,
2011).
Menurut Harris (2011), es krim yang baik harus memenuhi persyaratan
komposisi umum Ice Cream Mix (ICM) atau campuran es krim seperti pada Tabel
2.1 berikut:
Tabel 2.1 Komposisi Umum Es Krim
Komposisi
Jumlah (%)
Lemak susu
10-16%
Bahan kering tanpa lemak
9-12%
Bahan pemanis gula
12-16%
Bahan penstabil
0-0,4%
Bahan pengemulsi
0-0,25%
Air
55-64%
Sumber: Harris (2011)
Tabel 2.2 Syarat Mutu Es Krim
No.
Kriteria Uji
Unit
Standart
% (b/b)
Normal
Normal
Min 5.0
% (b/b)
Min 8.0
Protein
% (b/b)
Min 2.7
Jumlah padatan
% (b/b)
Min 3.4
mg/kg
Normal
Maks 0.5
konsumen. Penambahan bahan pemanis sekitar 12% sampai 16% (Harris, 2011).
e. Bahan Penstabil (Stabilizer)
Bahan penstabil yang umum digunakan dalam pembuatan es krim adalah
CMC (carboxy methyl celulose), gum arab, sodium alginat, karagenan dan agar.
Bahan penstabil berperan untuk meningkatkan kekentalan ICM terutama pada saat
sebelum dibekukan dan memperpanjang masa simpan es krim
karena dapat
UHT pada suhu 99C-130C selama 4 detik, dan pasteurisasi vakum pada suhu 90C-
a
97C selama 2 detik (Anonim , 2011).
b. Homogenisasi
Homogenisasi pada pembuatan es krim bertujuan untuk menyebarkan globula
lemak secara merata keseluruh produk, mencegah pemisahan globula lemak
kepermukaan selama pembekuan dan untuk memperoleh tekstur yang halus karena
ukuran globula lemak kecil, merata, dan protein dapat mengikat air bebas.
Homogenisasi susu dilakukan pada suhu 70C setelah pasteurisasi sebelum mix
menjadi dingin dengan suhu minimum 35C. Manfaat homogenisasi yaitu bahan
campuran menjadi sempurna, mencegah penumpukan disperse globula lemak selama
pembekuan, memperbaiki tekstur dan kelezatan, mempercepat aging dan produk yang
dihasilkan lebih seragam (Anonim, 2011).
c. Pendinginan
Setelah proses homogenisasi emulsi didinginkan pada suhu 4C yang
dipasang sepanjang layar dingin. Efek utama dari pendinginan adalah mendinginkan
lemak dalam proses emulsi dan kristalisasi dari inti, mengakibatkan mikroba
mengalami heat shock yang menghambat pertumbuhan mikroba sehingga jumlah
mikroba akan turun drastis. Pendinginan dilakukan dengan cara melewatkan mix ke
PHE elemen pendingin. Proses pasteurisasi,
dilakukan selama kurang lebih satu
homogenisasi,
dan
pendinginan
D. Value Engineering
Pada awalnya Value Engineering lahir di Amerika Serikat (USA) pada perang
dinia II. Sehingga bukan merupakan konsep yang baru, metoda ini sudah lama
dikembangkan dan diaplikasikan pada industri-industri maju dan proyek-proyek di
dinia. Konsep dan pemikirannya lahir dari sebuah perusahaan General Electric
Company, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing. (Soeharto,
2001).
Setelah Perang Dinia II berulah metoda ini berkembang menjadi Value
Engineering. Metoda ini akhirnya berkembang menjadi suatu konsep fungsional yang
merupakan suatu pendekatan untuk memecahkan berbagai permasalahan. Dan
dijumpai kenyataan bahwa dengan penggunaan biaya yang lebih rendah dan subtitusi
bahan, mutu dari produk tidak akan berkurang, bahkan lebih baik dan lebih murah
harganya. Penerapannya di dalam industri konstruksi dimulai sejak akhir tahun 1960an atau awal 1970-an.
1. Pengertian Value Engineering
Value Engineering adalah usaha yang terorganisasi secara sistematis dan
mengaplikasikan suatu teknik yang telah diakui, yaitu teknik mengidentifikasi fungsi
produk atau jasa yang bertujuan memenuhi fungsi yang diperlukan dengan harga
yang paling ekonomis (Soeharto, 2001). Menurut Zimmerman (1982) Value
Enginnering adalah penerapan suatu teknik manajemen melalui pendekatan yang
sistematis dan terorganisasi dengan menggunakan analisis fungsi pada suatu proyek
atau produk sehingga diperoleh hasil yang mempunyai keseimbangan antara fungsi
dengan biaya, keandalan, mutu dan hasil guna (Performance). Dengan kata lain Value
Engineering atau rekayasa nilai merupakan suatu pendekatan sistematis dan kreatif
dalam mengidentifikasi fungsi-fungsi, menetapkan nilai, dan mengembangkan
gagasan atau ide-ide untuk mendapatkan berbagai alternatif yang dapat digunakan
untuk melaksanakan fungsi-fungsi dengan biaya yang lebih rendah, tanpa mengurangi
mutu dan nilai.
kreatif
dalam
mengidentifikasi
fungsi-fungsi,
menetapkan
nilai,
dan
sudah
dibuat oleh
dibutuhkan
untuk
Dalam pendekatan fungsional terdapat 3 (tiga) teknik yang berkaitan satu dengan
yang lainnya. Adapun ketiga teknik itu adalah:
a. Definisi fungsional (functional definition).
b. Evaluasi fungsional (functional evaluation).
c. Alternatif fungsional (functional alternative)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Objek Penelitian
Objek penelitian Penambahan Penampung Lelehan Ice Cream Pada Batang
Ice Cream Stick Dengan Metode Value Engineering (Ve) adalah produk es krim stik
yang dijual di pasaran.
2. Kerangka Pemecahan Masalah .
a) Observasi
Cara pengambilan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
pada obyek yang diamati.
b) Interview (Wawancara)
Bentuk pengambilan data dengan wawancara langsung terhadap orang- orang
yang terlibat dengan obyek penelitian.
f. Penentuan Kriteria Kebutuhan
Penentuan kriteria kebutuhan didapatkan dari hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan pada konsumen es krim stik.
g. Analisis Fungsi Produk
Analisis fungsi produk dilakukan dengan menggunakan metode Function
Analysis System Technique (FAST) Diagram. FAST diagram adalah tools untuk
menganalisis fungsi produk secara skematis mulai dari fungsi utama dan fungsi
turunan. Contoh pembuatan FAST diagram perancangan produk penampung lelehan
es krim adalah sebagai berikut.
Total
Persentase Rank
(%)
A
B
C
D
E
F
G
H
Tabel 1. Tabel Mudge Diagram
i. Analisis Biaya
Analisis biaya dilakukan dengan menghitung cost yang diperlukan untuk
membuat produk es krim berpenampung. Dari data cost tersebut dilakukan
breakdown cost untuk sub komponen penyusunnya. Kemudian data cost dari masingmasing sub komponen tersebut dialokasikan terhadap masing-masing fungsi. Analisis
tersebut tertuang dalam Resource Consumption Matrix. Contoh analisis biaya
menggunakan Resource Consumption Matrix adalah sebagai berikut.
No.
Item
Biaya
Fungsi
A
Jumlah
Persentase
100% ...%
...%
...%
...%
...%
...%
...%
...%
dari relative function perlu diadakan suatu peninjauan terhadap value pada fungsi
produk tersebut.
k. Pencarian dan Pengumpulan Ide
Dilakukan pencarian ide-ide untuk mendukung perancangan prototype
penampung lelehan es krim stik sehingga dihasilkan dapat dihasilkan produk
penampung lelehan es krim stik yang sesuai dengan keinginan konsumen. Pencarian
dan pengumpulan ide dilakukan dengan cara brainstorming. Ide-ide yang muncul dari
brainstorming kemudian di analisis dan disaring untuk mendapatkan ide terbaik
l. Perancangan dan Pembuatan Prototype
Dalam tahap ini semua ide yang sudah dievaluasi direalisasikan dalam bentuk
nyata. Realisasi tersebut bisa disajikan dalam bentuk prototype.
m. Pengujian
Setelah prototype dibuat kemudian dilakukan pengujian-pengujian untuk
memverifikasi efek perubahan yang dilakukan karena implementasi ide terhadap
fungsi produk. Dengan kata lain dalam tahap ini dilakukan verifikasi produk
prototype terkait kualitasnya. Apakah ada penurunan atau peningkatan terhadap
kualitas produk. Pengujian dilakukan dengan cara pendekatan langsung kepada
konsumen.
n. Evaluasi Prototype
Dari pengujian yang dilakukan kemudian dievaluasi terkait hasil yang didapat.
Apakah pengujian tersebut menghasilkan hasil yang baik atau tidak dan memenuhi
keinginan konsumen atau tidak.
o. Selesai
Penelitian dinyatakan selesai.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pengembangan penampung lelehan es krim dengan metode value engineering
ini dimulai dengan tahap informasi. Tahap informasi merupakan tahap awal dalam
studi value engineering ( ve ). Pada tahap awal ini dilakukan pengumpulan informasi
sebanyak mungkin berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan. Informasi
pertama yang dikumpulkan dalam pengembangan produk ini yaitu data awal yang
berisi nama produk, jenis, dan dimensinya. Informasi kedua yaitu mengenai perilaku
konsumen saat mengkonsumsi es krim stik. Informasi terakhir yaitu informasi yang
didapat dari penyebaran kuesioner yang telah dilaksanakan. Berikut adalah penjelasan
lebih lanjut mengenai informasi informasi yang dikumpulkan dalam tahap ini.
Dalam pelaksanaan tahap informasi pada value engineering diperlukan
pengumpulan data umum mengenai produk yang akan dikembangkan. Data ini akan
dijadikan data awal dalam melakukan pengembangan produk es krim stik
berpenampung. Berikut adalah data awal yang digunakan.
Tabel 1. Tabel Karakteristik Produk Es Krim Stick
Nama Produk
Jenis
Ukuran
Es Krim
Es Krim Stik
Panjang : 4,8 cm
Lebar : 2 cm
Tinggi : 10 cm
Panjang Pegangan Stik : 4 cm
10 cm
4 cm
4,8 cm
tahun
memiliki
kebiasaan
mengkonsumsi
es
krim
dengan
krim. Walaupun tangan masih tetap terkena lelehan namun tidak sebanyak bila
kemasan tersebut dilepas. Pada awalnya, subjek mengkonsumsi es krim secara
vertical. Namun saat tekstur es krim mulai lunak, dia mulai mengkonsumsinya secara
horizontal agar mulut mencapai dasar es krim secara lebih mudah karena konsumen
menyadari mulai terjadi lelehan pada dasar es krim yang dapat menyebabkan lelehan
tersebut jatuh ke tangan.
disebabkan karena orang tua memberikan es krim stik tersebut tanpa bungkusnya.
Perlu diingat juga bahwa usia mereka masih terlalu dini untuk mengerti cara
mengkonsumsi es krim yang dapat meminimalisir lelehan yang menetes ke tangan.
Kemudian pada usia anak anak sekolah dasar dan remaja menunjukkan
kecenderungan cara kosumsi es krim yang sama. Mereka mengkonsumsi es krin stik
bersamaan dengan pembungkusnya yang masih terpasang. Selain itu juga subjek
mengkonsumsi es krim secara vertical saat es krim masih padat dan saat tekstur es
krim mulai lunak, dia mulai mengkonsumsinya secara horizontal agar mulut
mencapai dasar es krim secara lebih mudah karena mereka menyadari mulai terjadi
lelehan pada dasar es krim yang dapat menyebabkan lelehan tersebut jatuh ke tangan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada anak anak dan remaja, saat mereka
memakan es krim stik, mereka fokus pada bagaimana caranya memakan es krim
tersebut agar lelehan tidak menetesi tangan dan hal tersebut ditunjukkan dari cara
mengkonsumsi mereka yang berubah dari vertical ke horizontal mengikuti perubahan
tekstur es krim tersebut. Pengamatan perilaku konsumen saat memakan es krim ini
merupakan upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Informasi yang diperoleh dari perilaku
konsumen ini dapat membantu pihak pengembang produk dalam membuat desain
produk yang sesuai dengan perilaku konsumen yang ditunjukkan saat mengkonsumsi
es krim stik.
Tahapan informasi berikutnya yaitu pencarian informasi yang didapat dari
penyebaran kuesioner yang telah dilaksanakan. Terdapat 5 butir pertanyaan dalam
kuesioner awal yang telah disebar yaitu sebagai berikut.
Pertanyaan
Pilihan Jawaban
1. Apakah anda sering memakan es
a. Ya
krim stik ?
2. Apakah tangan anda kotor setelah
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
krim stik ?
4. Anda menginginkan penampung
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Coklat
b. Roti
c. Sempe
Demografi
Usia
Kriteria
Turus
Frekuensi
<10 th
11-25 th
0
IIIII IIIII IIIII IIIII 30
Persentase
0%
100%
IIIII IIIII
2
Jenis
>25 th
Perempuan
kelamin
Pekerjaan
0
IIIII IIIII IIIII IIIII 14
0%
47%
III
IIIII II
16
IIIII IIIII IIIII IIIII 30
53%
100%
IIIII IIIII
Pie Chart 2. Pie Chart lelehan es krim stik dapat mengotori tangan
Pie Chart 4. Pie Chart jenis penampung yang digunakan untuk menampung lelehan
es krim stik
Pie Chart 5. Pie Chart bahan yang digunakan untuk penampung lelehan es krim stik
Dari hasil kuesioner yang sudah disebar, di dalam informasi demografi usia ini
terdapat kriteria usia < 17 th, 17 25 th dan > 17 th. Mayoritas pemakan es krim
stik adalah yang berusia 10 25 th. Hal tersebut dikarenakan pengambilan sampel
lebih banyak dilakukan di area kampus sehingga sasarannya adalah mahasiswa yang
berusia sekitar 21 th. Disini yang menjadi populasi adalah mahasiswa dengan sampel
yang diambil adalah orang yang sudah pernah memakan es krim stik. Frekuensi untuk
usia antara 17 25 th adalah 50 dengan persentase sebesar 100%.
Aspek demografi yang selanjutnya adalah jenis kelamin. Dari hasil survey
dapat diketahui bahwa mayoritas pemakan stik es krim berjenis kelamin laki-laki.
Kecenderungan laki-laki akan hal tersebut lebih mendominasi dengan persentasi 53%
dengan frekuensi sebesar 16 orang jika dibandingkan dengan perempuan yang
memiliki persentase 47%% dengan frekuensi hanya 14 orang.
Aspek demografi yang terakhir adalah pekerjaan dari para responden.
Pekerjaan sebagai mahasiswa mempunyai frekuensi tertinggi dalam penelitian ini
disebabkan oleh populasi responden sendiri yang kebanyakan anak kuliahan. Hal ini
terjadi karena penyebaran kuesioner yang dilakukan hanya pada area kampus saja.
Tidak ada keanekaragaman tempat dalam penyebaran kuesioner oleh si penyebar.
Pada grafik yang telah dibuat persentase dari mahasiswa adalah sebesar 100%.
Pada pie chart yang telah dibuat tentang perlunya penampung es krim stik
menunjukkan bahwa 27% responden sering memakan es krim dan 73% responden
tidak sering memakan es krim. Hal ini terjadi karena apabila es krim sering dimakan
akan berdampak buruk bagi orang yang memakannya contohnya saja es krim dapat
menyebabkan flu, batuk, dan radang tenggorokan bagi orang-orang yang daya tahan
tubuhnya tidak baik. Selanjutnya 70% orang biasanya mendapatati tangannya kotor
setelah memakan es krim stik sedangkan 30% lainnya tidak. Sehingga sebanyak 94%
dari responden menginginkan adanya penampung lelehan es krim pada es krim stik.
Penampung lelehan es krim stik ini harus bisa dimakan oleh konsumen. Hal ini
diinginkan konsumen dengan persentase 100%. Responden menginginkan bahan
yang digunakan untuk membuat penampung adalah coklat.
Selanjutnya dilakukan penyebaran kuesioner tahap kedua. Penyebaran
kuesioner ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepentingan atribut primer dan
sekunder produk. Dilakukan penyebaran pada 35 responden. Penilaian dilakukan
dengan menggunakan skala likert. Berikut adalah kuesioner kedua yang telah dibuat.
Tabel 3. Skala Likert Kuesioner
No
1
Atribut
Primer
Penampilan
Butir
1
Atribut
Sekunder
Warna
Tingkat Kepentingan
1
Kualitas
Keindahan
Ergonomi
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Tekstur
Bentuk
Ukuran
Bahan
Tidak Rembes
Kekuatan
Menarik perhatian
Kesesuaian dengan bentuk es krim
Kenyamanan
Kemudahan
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Keterangan :
1 = Sangat Penting
2 = Penting
3 = Ragu Ragu
4 = Tidak Penting
5 = Sangat Tidak Penting
Berikut adalah hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan.
Uji Reliabilitas
Tabel 4. Reliability Statistics
Uji Validitas
Cronbach's Alpha
N of Items
.825
11
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Corrected
if Item-Total
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
38.4000
37.4000
38.4000
38.3143
37.4000
37.5429
37.5714
38.5714
38.2000
37.4857
37.2857
.812
.812
.816
.822
.816
.798
.808
.808
.814
.801
.810
14.071
14.071
14.247
13.751
14.247
12.314
12.782
12.782
13.929
11.845
13.387
.502
.502
.446
.375
.446
.616
.531
.531
.465
.604
.501
Pada tahap penyebaran kuesioner ini dibuat kuesioner yang berisi tentang
atribut primer yang meliputi penampilan, kualitas, keindahan, dan ergonomi
sedangkan pada atribut sekunder berisi tentang warna, tekstur, bentuk, ukuran, bahan,
tidak rembes, kekuatan, menarik perhatian, kesesuaian dengan bentuk es krim,
kenyamanan, dan kemudahan dari produk penampung lelehan es krim. Jawaban yang
nanti diberikan oleh responden akan dinilai berdasarkan skala yang menunjukkan
tingkat kepetingan mulai dari angka 1 yang sangat tidak penting dan angka 5 yang
menunjukkan sangat penting. Hasil dari kuesioner tersebut kemudian diolah
menggunakan software SPSS 16 untuk dilakukan pengujian validitas dan
reliabilitasnya.
Uji Validitas pada penelitian ini dilakukan dengan sampel penelitian berjumlah
30 orang. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui butir-butir pertanyaan tersebut
valid dengan ketentuan :
1. r tabel pada (taraf signifikansi) 0,05 dengan derajat bebas df = jumlah sampel
35 2 = 33. Nilai r tabel untuk df = 33 adalah 0,344 yang dapat dilihat dalam
tabel r Product Moment.
2. Butir pertanyaan dinyatakan valid apabila jika r hasil > r tabel product moment.
Nilai r hasil dapat dilihat pada kolom Corrected item-Total Correlation pada
tabel item total statistics
Reliability Analysis.
Dari hasil corrected item-total correlation (r hasil) terlihat bahwa tidak semua
pertanyaan mempunyai nilai r hasil > r tabel (0,344), sehingga butir yang mempunyai
nilai r hasil < r tabel dapat dikatakan butir pertanyaan itu tidak valid. Sedangkan
untuk nilai r hasil > r tabel dapat dikatakan bahwa pertanyaan yang dibuat valid.
Hasil dari kuesioner yang telah disebarkan adalah tidak terdapat pertanyaan
yang tidak valid. Semua pertanyaan yang terdapat pada kuesioner merupakan
pertanyaan yang valid. Apabila didapatkan nilai pertanyaan yang tidak valid maka
pertanyaan dalam kuesioner tersebut harus diganti dengan pertanyaan yang lainnya
atau dihilangkan sampai pertanyaan tersebut yang terdapat pada kuesioner valid
semua. Namun karena dalam penelitian ini hanya dilakukan untuk tugas kuliah saja
maka pergantian pertanyaan dan penyebaran ulang kuesioner tidak perlu dilakukan
karena keterbatasan waktu.
Pada hasil Reliabily Statistics menunjukkan nilai Cronbach dari ke-10 butir
pertanyaan adalah sebesar 0,825. Kekuatan reliabilitas dikelompokkan menjadi 5
kategori, yaitu:
1. Nilai Cronbach 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.
2. Nilai Cronbach 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.
3. Nilai Cronbach 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.
4. Nilai Cronbach 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.
5. Nilai Cronbach 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel.
Berdasarkan klasifikasi kekuatan reliabilitas, nilai 0,825 ini berarti sangat
reliabel. Sehingga dasar pengambilan keputusan yang digunakan dalam penetian ini
adalah:
1. Jika A positif dan A > 0,6 maka kuesioner tersebut reliabel.
2. Jika A positif dan A < 0,6 maka kuesioner tersebut tidak reliabel.
Nilai Cronbach Alpha adalah sebesar 0,825 yang artinya kuesioner tersebut
reliabel dan menunjukkan reliabilitas atau konstruk dari variabel yang berkomitmen.
Tabel 6. Penentuan Prioritas Atribut Primer
Atribut
Penampilan
Kualitas
Keindahan
Ergonomi
Rata-rata atribut
3,53
4,15
3,27
4,27
15,22
Bobot
23,20
27,27
21,49
28,05
100
Ranking Prioritas
3
2
4
1
Penampilan
Kualitas
Keindahan
Ergonomi
Butir
Atribut
Rata
Sekunder
atribut sekuder
prioritas
3.2571
4.2571
3.2571
3.3429
4.2571
4.1143
4.0857
3.0857
sekunder
9
2
10
8
3
5
6
11
3.4571
4.1714
4.3714
4
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Warna
Tekstur
Bentuk
Ukuran
Bahan
Tidak Rembes
Kekuatan
Menarik perhatian
Kesesuaian dengan bentuk es
10
11
krim
Kenyamanan
Kemudahan
rata Ranking
Dari hasil yang sudah didapat melalui penentuan atribut pimer dan sekunder
dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menentukan nilai ranking dari masing-masing
atribut yang sudah ditentukan dilakukan dengan menjumlahkan masing-masing nilai
dari tingkat kepentingan yang sudah ditentukan oleh responden kemudian dibagi
dengan jumlah dari atribut yang ada. Untuk atribut primer terdapat 4 atribut yaitu
penampilan, kualitas, keindahan dan ergonomi, dari ke empat atribut primer tersebut
masing-masing
memiliki
untuk penampilan
atribut
sekundernya adalah warna, tekstur, bentuk dan ukuran, untuk kualitas atribut
sekundernya adalah bahan, tidak rembes dan kekuatan, untuk keindahan atribut
sekundernya adalah menarik perhatian dan kesesuaian dengan bentuk es krim dan
yang terakhir adalah ergonomi yang memiliki atribut sekundernya yaitu kenyamanan
dan kemudahan. Masing-masing dari atribut sekunder tersebut memiliki nilai
berdasarkan tingkat kepentingan yang telah dipilih oleh responden, sehingga ketika
setiap atribut sekunder memiliki nilai masing-masing maka akan mudah mendapatkan
nilai rangking yang diinginkan. Untuk medapatkan nilai rangking dari atribut primer
caranya adalah masing-masing dari nilai pada atibut sekunder dari tiap-tiap atribut
primer dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah responden yang ada (responden
30 orang) sehingga didapatkan nilai rangking dari atribut primer yaitu atribut primer
ergonomi dengan nilai 4,2714 lalu aspek kualits dengan nilai 4,1524, lalu aspek
penampilan dengan nilai 3,5285 dan aspek keindahan dengannilai 3,2714. Sedangkan
untuk mendapatkan nilai rangking dari atribut sekunder yaitu dengan cara
menjumlahkan nilai dari masing-masing atribut sekunder kemudian dibagi dengan
jumlah responden (n=30) sehingga didapatkan hasil sebagai berikut kemudahan
(4.3714), tekstur (4.2571), bahan (4.2571), kenyamanan (4.1714), tidak rembes
(4.1143), kekuatan (4.0857), kesesuaian dengan bentuk es krim (3.4571), ukuran
(3.3429), warna (3.2571), bentuk (3.2571) dan menarik perhatian (3.0857).
Setelah membahas tentang penentuan nilai rangking pada atribut primer dan
sekunder, tahapan selanjutnya adalah membahas tentang alternatif pengembangan
atribut sekunder. Berikut merupakan tabel dari alternatif pengembangan atribut
sekunder pada Tabel 7.
Alternatif Pengembangan
1. Cokelat
Persentase Jawaban
1. 56,67%
2. Hitam
2. 6,67%
3. Putih
3. 23,33%
C. Bentuk
3. Bentuk penampung es krim
krim
Alternatif Pengembangan
1. Bertekstur
Persentase Jawaban
1. 80%
2. Halus
2. 0%
3. Kasar
Alternatif Pengembangan
1. Lingkaran
3. 20%
Persentase Jawaban
1. 13,33%
2. Oval
2. 10%
3. Cekung
3. 16,67%
4. Persegi
4. 0%
5. Elips
D. Ukuran penampung dan Alternatif Pengembangan
5. 60%
Persentase Jawaban
1. 66,67%
krim
Alternatif Pengembangan
1. Cokelat manis
Persentase Jawaban
1. 56,67%
3. 10%
F. Tidak rembes
6. Ketebalan penampung
4. Cokelat pahit
Alternatif Pengembangan
1. 2 mm
4. 13,33%
Persentase Jawaban
1. 36,67%
G. Kekuatan penampung
7. Daya tahan
2. 4 mm
Alternatif Pengembangan
1. Tidak mudah hancur
2. 63,33%
Persentase Jawaban
1. 86,67%
H. Menarik perhatian
8. Keunikan
Kenyamanan
dengan
cara
dimakan
dan Alternatif Pengembangan
Persentase Jawaban
kemudahan penggunaan es
krim
9. Desain
1. Penampung lelelehan
1. 56,67%
2.43,33%
Bagaimana
Mengapa
Kenyamanan
Ergonomi
Desain
Kemudahan
Bahan Baku
Penampung
Coklat Manis
Ketebalan Penampung
3mm
Kekuatan
Daya Tahan
Warna
Warna Penampung
Lelehan
Warna Coklat
Tekstur
Tekstur Coklat
Tekstur Halus
Bentuk
Bentuk Penampung
Dimensii
Bahan
Kualitas
Ketebalan
Penampung
Lelehan Es
Krim Stik
Penampilan
Penampung Lelelehan
Es Krim Berbahan Dasar
Coklat Dan Bisa Makan
Ukuran
Keindahan
Kesesuaian Dengan
Bentuk Ee Krim Stik
Menarik Perhatian
Keunikan
Memakan Es Krim
Terlebih Dahulu
Setelah Itu Penampung
Lelehan
Es Krim
Gambar 10. Penggabungan Antara Es Krim Stick Dan Penampung Lelehan Es Krim
Penjelasan tentang pembuatan prototype penampung lelehan es krim stik adalah
sebagai berikut.
Alat :
1. Panci kecil
2. Mangkuk stainless steel
3. Kompor
4. Pisau
5. Sendok
6. Cetakan alumunium foil
Bahan :
1. Dark compound chocolate
2. Air untuk medium sebagai pemanas
Prosedur:
1. Dark compound chocolate dipotong kecil-kecil
1
1
1
1
2
2
2
2
Nilai
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
Dari kuesioner yang telah disebar maka didapat total nilai untuk masing
masing prototipe penampung lelehan es krim. Berikut adalah total nilai yang didapat.
Atribut
Total Nilai
Konsep 2
Konsep 3
Konsep 4
Konsep 1
X
1
1
Konsep 2
0
X
0
Konsep 3
0
1
X
Konsep 4
0
1
0
Jumlah
0
3
1
Indeks
0
1/6
Konsep 4
2
6
1/3
1
Kualitas
Konsep 1
Konsep 2
Konsep 3
Konsep 4
Konsep 1
X
1
1
1
Konsep 2
0
X
0
0
Konsep 3
0
1
X
1
Konsep 4
0
1
0
X
Jumlah
0
3
1
2
6
Indeks
0
1/6
1/3
1
Keindahan
Konsep 1
Konsep 2
Konsep 3
Konsep 4
Konsep 1
X
1
1
1
Konsep 2
0
X
1
0
Konsep 3
0
0
X
0
Konsep 4
0
1
1
X
Jumlah
0
2
3
1
6
Indeks
0
1/3
1/6
1
Ergonomi
Konsep 1
Konsep 2
Konsep 3
Konsep 4
Konsep 1
X
0
0
0
Konsep 2
1
X
1
0
Konsep 3
1
0
X
0
Konsep 4
1
1
1
X
Jumlah
3
1
2
0
6
Indeks
1/6
1/3
0
1
Kedua, Pada matriks evaluasi, nilai bobot ini diperoleh dari hasil kali antara
nilai indeks performansi yang diperoleh dari matriks Zero One dengan persentase
kepentingan relatif.
Penampilan
23,19
Kualitas
27,27
Keindahan
21,48
Ergonomi
28,05
Total
100
Konsep
Konsep 1
14,02
14,02
Konsep 2
0
11,6
0
13,63
0
7,16
4,68
37,07
Konsep 3
3,86
4,54
1/3
10,74
1/6
9,35
28,5
Konsep 4
1/6
7,73
1/6
9,1
3,58
1/3
0
20,41
1/3
1/3
1/6
100
Kemudian Prototipe konsep I dan Prototipe konsep II ini dicari nilai faktornya
untuk mencari performansi masing-masing. Nilai faktor merupakan hasil bagi antara
total nilai dengan jumlah responden.
Nilai Faktor
Konsep 1
Konsep 2
Konsep 3
Konsep 4
Penampilan
3,6
4,1
3,7
3,8
Kualitas
3,1
4,5
3,2
4,2
Keindahan
3,5
3,8
3,9
3,6
Ergonomi
3,9
3,3
3,7
3,1
Setelah didapat nilai faktor, kemudian dicari performansi dari setiap konsep
yang ada. Performansi dihitung dari nilai faktor yang dikali dengan bobot faktor.
Konsep 1
3875
Konsep 2
7750
Konsep 3
3875
Konsep 4
7750
0,078
0,046
0,044
Sehingga didapat hasil sebagai berikut.
Tabel 13. Tabel Perbandingan Performansi dan Nilai
Prototype
Konsep 1
Konsep 2
Konsep 3
Konsep 4
Performansi
352,59
391,98
360,62
366,94
Nilai
0,078
0,046
0,080
0,044
BAB V
KESIMPULAN
Atribut kebutuhan konsumen terhadap penampung lelehan es krim stik adalah
penampilan, kualitas, keindahan, dan ergonomi. Desain penampung lelehan es krim
stik yang dibutuhkan konsumen merupakan desain yang nyaman dan mudah
digunakan. Penampung lelehan es krim yang dibuat berbahan dasar coklat sehingga
tidak mudah rembes dan patah. Memiliki warna coklat, bertekstur, berbentuk elips,
dan memiliki ukuran yang lebih besar dari dimensi es krim stik. Empat desain yang
dihasilkan
dalam
penelitian
ini merupakan
alternatif
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Es Krim Be Smile Lah. Dalam www.sirosiris.com. diakses pada
tanggal 18 Oktober 2015 pukul 14.45 WIB.
Arbuckle, W.S. 2000. Ice Cream. Third Edition. Avi Publishing Company Inc West
Port. New York.
Badan Standarisasi Indonesia. 1995. Standar Mutu Es Krim. SNI 01-3713-1995.
Jakarta: Badan Standar Nasional.
Eckles, C.H., Combs, W.B., dan Macy, H. 1998. Milk and Milk Products. McGrawHill Company. New York.
Harris, A. 2011. Pengaruh Substitusi Ubi Jalar (Ipomea batatas) dengan Susu Skim
Terhadap Pembuatan Es Krim. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UIPress.
Marshall, R.T. dan Arbuckle, W.S. 1996. Ice Cream Edisi Kelima. International
Thompson Publishing. New York.
Suharto, Imam. 2001. Manajemen Proyek (Dari Konseptual sampai Operasional.
Jakarta: Erlangga.
Zimmerman, L.W., 1982. Value Engineering: A Practical Aproach for Owner,
Designer, and Contractor. McGraw Hill Company. New York.