Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Gambar I.1.B.1
Gambar membujur kapal
Keterangan:
Garis tegak buritan, adalah garis tegak yang dibuatmelalui linggikemudi bagian
belakang. Jika kapaltidakmemiliki linggi kemudi, makagaris tegak itu dibuatmelalui
sumbuporos kemudi.
Fore Perpendicular (FP)
Garis tegak haluan, adalah garis yang terletak pada titik potong antara linggi
haluan dengan garis air pada sarat muat yang telah di rencanakan.
B (Breadth)
Lebar kapal yang diukur pada sisi dalam plat di tengah kapal (tidak termasuk
tebal kulit lambung).
Bwl (Breadth at the waterline)
Lebar yang terbesar yang diukur pada garis air muat.
Boa (Maksimum Breadth)
Lebar terbesar yang diukur dari kulitlambung kapal termasuk jika
ada bagiangeladak yang menonjol keluarmelampauilambung.
Gambar I.1.B.2
Gambar melintang kapal
H (Depth/Height)
Tinggi adalah jarak vertikal yang diukur pada bidang tengah kapal (midship) dari
atas keel (lunas) sampai sisi atas geladak di sisi kapal.
T (Draught/Draft)
Sarat yang direncankanyaitu jarak vertikal yang diukur dari sisi atas lunas
sampai pada garis air.
Tmax (Draught/Draft maksimum)
Sarat maksimum yaitu tinggi terbesarlambung kapal yang
terendam di dalamairdiukur dari garis air muat sampai bagiankapal yang
paling rendah.
TF(Fore Draught/Draft)
Sarat di haluan kapal yang diukur pada FP (forward perpendicular).
TA(After Draught/Draft)
Sarat di buritan kapal yangdiukur padaAP (after perpendicular).
TM(Mean Draught/Draft)
Mean draught/draft, sarat rata-rata (TF+TA)/2 danselisih antaraTF
danTAdisebutTrim dari kapal.
Vs (Service speeds)
Kecepata dinasadalah kecepatan kapal saat beroperasi
LWL
( 1 + 5% ) LPP
1
(L
2
+L )
Gambar I.1.B.3
Gambar diagram NSP
CB =
Gambar I.1.B.4
Gambar penampang membujur kapal
CB yang rendah umumnya dijumpai pada kapal-kapalcepat sedangkan nilai CB yang
besar dijumpai dikapal-kapaltangker pengangkutmuatan minyakmentah.
Coeffisien of Midship(CM)
Merupakan perbandingan antara gading besar (Midship Area) dengan luasan suatu
bidang yang lebarnya B dan tingginya T, yang dirumuskan sebagai harga
pendekatan terhadap koefisien block displacement. Namun, dalam penentuan
nilainya saat perancangan inidiperoleh dari diagram NSP. Adapun perumusan yang
digunakan dalam menentukan nilai CM ini, yaitu:
CM =
Gambar I.1.B.5
Gambar penampang melintang kapal
CM yang besar dijumpai pada kapal-kapal sungai dan untuk kapal dengan
keperluanmuatan yang besar.
Volume Displacement ( )
Merupakan volume perpindahan fluida (air) sebagai akibat adanya badan kapal yang
tercelup dibawah permukaan air, yang dirumuskan sebagai:
= L x B x T x CB
L = Panjang karene
B = Lebar karene
T = Sarat kapal
CB = Block coefficient
Selain itu apabila terjadi penambahan berat pada kapal atau diberi muatan, maka
Volume Displacementnya berubah, yaitu dengan rumus:
s = C x
Dimana C adalah koefisien penambahan berat.
Nilai C diperoleh dari:
Perkiraan yang umum digunakan untuk volume lambungkapal adalah
0,6% volume displasmen.
Gambar I.1.B.6
Gambar penampang membujur kapal
Berat Displacement ( )
Merupakan volume dari air yangdipindahkan oleh badan kapal. Dan istilah
seperti ini sama dengan bunyi hukum archimedes, yang rumusnya seperti dibawah
ini:
= L x B x T x CBx
L = Panjang karene
B = Lebar karene
T = Sarat kapal
CB = Block coefficient
Selain itu apabila terjadi penambahan berat pada kapal atau diberi muatan, maka
Berat Displacementnya berubah, sehingga memeiliki rumus perhitungan yang
berbeda dengan sebelumnya, yaitu:
s = s x
= L x B x T x CBx
xC
yang
R = [(BxT)-Am]/(1-)
Rumus ini digunakan bilakapal memiliki dasar yang rata. Dan apabila kapal yang
didesain memiliki rise of floor, maka digunakan rumus :
R = B (2T - a) 2.BxTx
8 ( tg / 3600)
Gambar I.1.B.7
Gambar dasar rata
T-a
R
G
B
a
F
E
Gambar I.1.B.8
Gambar memiliki rise of floor
Gambar I.1.B.9
Gambar Membujur
Gambar I.1.B.10
Gambar Melintang
Coeffisien Midship ( Cm / )
Merupakanperbandingan antara luas penampang gading besar yang terendam air
dengan luas suatu penampangyang memiliki lebar B dan tinggiT, yang dirumuskan
sebagai harga pendekatan terhadap koefisien block displacement, sebesar:
= Am / B x T
Gambar I.1.B.11
Gambar penampang melintang kapal
Coeffisien Prismatik Memanjang
CP adalah perbandingan antara volume badan kapal yangada di bawah
permukaan air (isi karene) dengan volumesebuah prisma dengan luas penampang
Am dan panjangL. Hal ini dapat dihitung dengan rumus :
CP = / Am x L
- Harga Cp umumnya
menunjukkankelangsingan bentuk
kapal.
- NilaiCp yang besar menunjukkan
adanyaperubahan yang kecil dari
bentuk penampangmelintang
disepanjang L.
Gambar I.1.B.12
Gambar penampang membujur kapal
CvP = / Aw x T
Gambar I.1.B.13
Gambar penampang membujur kapal
Coeffisien Prismatik of Perpendicular (Cp / PP )
P = PP /
Coeffisien Prismatik of Water Line (Cp / WL )
WL = WL /
Coeffisien Prismatik of Displacement (Cp / displ )
displ = displ /
Cara pembuatan Rencana Garis ini ada beberapa metode yang bisa
diterapkan, yaitu
Merancang sendiri berdasar pengalaman atau gambar rencana garis kapal yang
telah ada
Dengan metode Scheltema de Heere dari buku Buoyancy and Stability of Ship,
Ir. Scheltema de Heere and Drs. A.R. Baker, 1969,1970.
Dengan metode NSP berdasar hasil percobaan tangki tarik pada laboratorium di
Wageningen, Belanda
Dengan metode program Software dengan komputer
Dan dengan metode lainnya.
Pada
tugas
Rencana
Garis
saat
ini
menggunakan
metode
NSP(Nederlandsche Scheepsbouw Proefstasioen) yang berdasar hasil percobaan
tangki tarik pada laboratorium di Wageningen, Belanda. Dalam Perancangan Tugas
Rencana Garis ini, akan dijumpai beberapa istilah, yang pastinya istilah di dalam
dunia perkapalan. Berikut adalah gambar dari diagram NSP,
Dan berikut adalah gambaran mengenai hasil akhir Tugas Rencana Garis yang akan
dikerjakan,
Gambar I.2.1
Penampang CSA
Gambar I.2.2
Penampang A/2T dan B/2
I.3. Body Plan
Body Plan merupakan gambar potongan melintang kapal yang terdiri dari 2
bagian yaitu sebelah kanan adalah potongan melintang kapal dari haluan ke arah
midship (dari station 20 ke station 10) dan sebelah kiri adalah potongan melintang
kapal dari buritan ke arah midship (dari station 0 ke station 10). Berikut adalah
contoh penggambaran Body Plan di bawah Sarat Air (Atas), dan Body Plan yang
fix(Bawah)
Gambar I.3.1
Penampang Body Plan di bawah sarat
Gambar I.3.2
Penampang Body Plan keseluruhan
I.4. Halfbreadth Plan
Halfbreadth Plan merupakan potongan membujur kapal secara horizontal
yang dilihat dari atas kapal. Halfbreadth Plan bisa diperoleh dari proyeksi Body Plan
ke Luasan bidang Garis Air yang terdiri dari sumbu y adalah Lwl dan sumbu x adalah
B.. Berikut adalah gambar halfbreadth plan yang setengah jadi
Gambar I.4.1
Half Breadth Plan di bawah sarat
Berikut adalah gambar halfbreadth plan yang sudah selesai beserta sent line
dan sudah di proyeksikan dari body plan dan sheer plan,
Gambar I.4.2
Half Breadth Plan Keseluruhan
Gambar I.5.1
Sheer Plan
Geladak utama atau Main deck merupakan bagian kapal yang dihitung
dengan rumus sheer standar dengan notasi a, b ,c, x, y, dan z dari tinggi
kapal (H)
y
L
x = 2,8 ( Lpp/3 + 10 )
a = 5,6 ( Lpp/3 + 10 )
y = 11,1 ( Lpp/3 + 10 )
b = 22,2 ( Lpp/3 + 10 )
z = 25,0 ( Lpp/3 + 10 )
c = 50,0 ( Lpp/3 + 10 )
Namun saat ini banyak perancang memakai geladak utama tanpa sheer yaitu mendatar,
dalam hal ini perlu diperhitungkan akibatnya terhadap syarat perhitungan lambung
Gambar I.6.1
Penampang Chamber Kapal
Geladak Akil atau Forecastle deck merupakan bagian kapal yang letaknya +/- 2,4 ~ 2,5
meter sejajar dengan geladak utama. Geladak akil digambar mulai sekat tubrukan hingga ke
linggi haluan.
Gambar I.6.2
Penampang Haluan Kapal
Geladak Kimbul atau Poop deck merupakan bagian kapal yang hamper sama dengan
Geladak Akil, namun jika Geladak Akil ada di bagian haluan, jika Geladak Kimbul ada di
bagian buritan kapal. Jaraknya dari main deck sama yaitu +/- 2,4 ~ 2,5 meter dimulai dari
sekat kamar mesin hingga ke linggi buritan. Berikut gambaran tentang Poop deck.
Gambar I.6.3
Penampang Buritan Kapal
I.7. Bukaan Kulit
Bukaan Kulit adalahsebuah gambaran susunan plat kapal yang akan dipasang
sesuai dengan gambar Rencana Garis yang telah dibuat.
Adapun Susunan Pelat kulit kapal adalah
Gambar I.7.1
Penampang Konstruksi Kapal
Pembagian Pelat Kulit terdapat 3 bagian utama yaitu,
Bagian Tengah Kapal yang umumnya parallel middle body bentuk pelat banyak yang
datar sehingga tidak terlalu rumit bentuknya
Bagian haluan kapal mempunyai lengkungan pelat yang lebih banyak terlebih bila
memakai bulbous bow
Bagian buritan kapal lengkungan plat sangat kompleks. Karena terdapatr sterntube,
lobang tongkat kemudi, seachest, overboard)
:Oil Carrier
Nama kapal
746
ton
DWT:
1969
ton
Daya motor
: 735 kW
Lpp :
69
RPM
: 230
11,8
5,25
4,707
knot
11,1
Setelah mendapatkan data kapal pembanding yang sesuai dengan ukuran yang
diinginkan, data kapal tersebut ditunjukkan kepada Dosen Pembimbing. Jika
disetujui maka Dosen Pembimbing akan menentukan dan memberikan data kapal
baru yang akan dirancang pada Tugas Lines Plan ini. Sesuai dengan persetujuan
Dosen Pembimbing, didapatkan Data Kapal baru yang akan dirancang sebagai
berikut:
Data Kapal Yang Dirancang:
Tipe kapal
Oil Carrier
Panjang (Lpp)
69
Lebar (B)
11,8
5,25
4,7
11
knot
knot
Kemudian setelah mengetahui garis mendatar yang diambil dari nilai speed length
ratio, maka dilakukanlah pengambilan prosentase luas tiap station pada diagram NSP,
dengan cara mencari titik potong antara garis station pada NSP dan garis mendatar
0
1
2
3
4
0
10,3697662
29,5649533
50,4752904
69,8801055
0,0000
5,6544
16,1212
27,5233
38,1044
1
4
2
4
2
0
22,617787
32,242474
110,09307
76,208727
-10
-9
-8
-7
-6
0
-203,56
-257,94
-770,651
-457,252
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
84,514762
92,9240642
97,7702136
99,9238786
100
100
100
100
99,5201781
97,0003721
91,1741869
79,0933666
60,6120301
37,3847177
14,177928
0
46,0844
50,6698
53,3123
54,4867
54,5282
54,5282
54,5282
54,5282
54,2666
52,8926
49,7156
43,1282
33,0506
20,3852
7,7310
0,0000
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
1
1=
184,33751
101,33964
213,24935
108,97338
218,1128
109,0564
218,1128
109,0564
217,06625
105,78511
198,86257
86,256378
132,2026
40,770427
30,923876
0
2315,2676
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-921,688
-405,359
-639,748
-217,947
-218,113
0
218,1128
218,1128
651,1987
423,1405
994,3129
517,5383
925,4182
326,1634
278,3149
0
460,0549
% Am
FS
A*FS
A*FS*N
2=
Setelah data CSA displasement diperoleh maka harus dilakukan koreksi agar sesuai
ketelitian dalam mengerjakannya dapat dipantau dengan mudah dan agar hasil yang
diharapkan sesuai dengan perhitungan yang akurat. Sebelum menentukan volume
displasmen dan letak titik tekan ( Lcb) kita tentukan dulu jarak tiap stationdalam CSA, yaitu :
h
= Ldispl / 20
= 3,536 meter
= 1,046% x 72,725
= 0,74 meter
Lcb simpson = ( 1 / 2) x h
= (2315,2676/460,0549) x 3,536
= 0,70267 meter
Koreksi Lcb
Lcb
Gambar II.2.2.1
Gambar CSA sesuai perhitungan sebelumnya
II.2.3. Penggambaran CSA (menggunakan Lpp) Pada Auto Cad
Penggambaran CSA diatas masih menggunakan Length of Dispalcement,
maka untuk pembuatan CSA dengan menggunakan panjang Lpp maka dilakukan
proyeksi dari Ldispl kedalam Lpp dan Lwl, yaitu dengan cara :
1. Menentukan titik tengah Ldispyaitu dengan membagi Ldisp menjadi 2 bagian
yang sama panjang (station 10).
2. Dari titik tersebut (station 10 dari Ldisp), dibuat garis dengan ukuran Lwl
kekiri dan kekanan pada arah horizontal.
3. Grafik CSAdisp diubah untuk panjangnya menggunakan panjang Lwl dan
untuk luasan tiap stationnya tetap.
4. Bagian ujung kanan dari garis Lwl merupakan Fore Perpendicular (FP) dari
kapal, sehingga pada bagian ini dipakai sebagai acuan dalam pembuatan
garis Lpp, yaitu dengan cara melalui titik acuan FP, kemudian tarik garis
lurus mengarah ke arah kiri dengan panjang sesuai panjang Lpp kapal
yang diketahui, sehingga ditemukannya titik AP (After Perpendicular).
Namun dari titik AP ke kiri yaitu penambahan garis sepanjang 5 % Lpp
yang dibagi menjadi 2 station yaitu station -1 dan -2.Penambahan inilah
yangdisebut sebagai Cant Part, sedangkan station AP sampai station FP
adalah Main Part.Jadi Main Part yang ditambah dengan Cant Part adalah
Length of Water Line (Lwl ).
Dari tengah CSA displasemen kita tarik garis 1/2 Lwl kekiri dan kekanan
2.
Ujung garis Lwl pada sebelah kanan kita tarik garis lagi sepanjang Lpp kearah
kiri
3.
4.
Gambar II.2.3.1
Gambar tentang CSA Lpp dan Lwl sesuai perhitungan
Penggambaran CSA diatas menggunakan perhitungan sehingga terbentuk
streamline. Dan untuk nilai luasan yang dihasilkan, dapat dilihat seperti tabel II.2
dibawah ini :
Am (Gambar)
Am
FS
Am*FS
Am*FS*N
-2
0,3
-10,6
1,2
1,3
2,21952
5,26448
-10,3
-10
0
22,861056
-52,6448
4
2
4
49,1544
47,66
137,5144
-9
-8
-7
-442,3896
-381,28
-962,6008
-1
1,8496
0,9248
2,0248
1
2
3
6,1443
11,915
17,1893
21,7001
23,83
34,3786
43,4002
86,8004
-6
-520,8024
24,5315
49,063
196,252
-5
-981,26
6
7
8
26,1317
26,891
27,1588
2
4
2
104,5268
215,128
108,6352
-4
-3
-2
-418,1072
-645,384
-217,2704
27,175
52,2634
53,782
54,3176
54,35
217,4
-1
-217,4
10
27,175
54,35
108,7
11
12
13
14
15
27,175
27,1178
26,7607
25,8339
23,8255
4
2
4
2
4
217,4
108,4712
214,0856
103,3356
190,604
1
2
3
4
5
217,4
216,9424
642,2568
413,3424
953,02
16
19,9426
54,35
54,2356
53,5214
51,6678
47,651
39,8852
79,7704
478,6224
17
14,6233
29,2466
116,9864
818,9048
8,0088
2,8279
0
16,0176
5,6558
0
2
4
1
32,0352
22,6232
0
8
9
10
18
19
20
4,0496
12,2886
1= 2364,5668
256,2816
203,6088
0
2= 661,62106
Setelah data CSA Ldisp ke Lwl dan Lpp diperoleh maka harus dilakukan koreksi agar
sesuai ketelitian dalam mengerjakannya dapat dipantau dengan mudah dan agar hasil yang
diharapkan sesuai dengan perhitungan yang akurat. Sebelum menentukan volume lwl dan
lcb serta koreksinya maka terlebih dahulu menentukan beberapa hal perhitungan seperti
dibawah ini :
Selisih LCB
No.
Station
Am (Gambar)
Am
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
0
0,9248
2,0248
6,1443
11,915
17,1893
21,7001
24,5315
26,1317
26,891
27,1588
27,175
27,175
27,175
27,1178
26,7607
25,8339
23,8255
19,9426
14,6233
8,0088
2,8279
0
0
1,8496
4,0496
12,2886
23,83
34,3786
43,4002
49,063
52,2634
53,782
54,3176
54,35
54,35
54,35
54,2356
53,5214
51,6678
47,651
39,8852
29,2466
16,0176
5,6558
0
A/2T
0,0000
0,1968
0,4308
1,3073
2,5351
3,6573
4,6170
5,2195
5,5599
5,7215
5,7785
5,7819
5,7819
5,7819
5,7697
5,6938
5,4966
5,0693
4,2431
3,1113
1,7040
0,6017
0,0000
Gambar II.3.1
Gambar penampang CSALpp dan Lwl dengan gambar A/2T
Kemudian setelah selesai menggambr A/2T, maka penggambaran dilanjutkan dengan
B/2. B/2 adalah lebar keseluruhan suatu kapal dibagi dua. Untuk mengambarkan B/2, maka
langkah pertama yang harus ditempuh adalah kita harus menentukan sudut masuk garis air
(pada grafik dengan cara menentukan pada sumbu x kemudian ditarik garis lurus ke atas
sampai memotong garis kontinu pada grafik dan dari titik temu itu kita tarik garis horisontal
maka akan mendapatkan nilai sudut masuk garis air), kemudian menentukan nilai B/2 yang
mempunyai persen luas 100% kemudian kita tambahkan untuk 1 atau 2 station ke depan
dan ke belakang inilah yang dinamakan dengan Paralel Middle Body. Kemudian dari Paralel
Middle Body kita desain sendiri garis melengkung yang stream line yang berakhir pada
station 2 untuk buritan dan untuk haluan berakhir pada station 20 dan sudut masuk kita
tambahkan kira-kira 1 cm dari FP. Secara sistematis perhitungannya dapat dilihat seperti
dibawah ini :
Dalam menentukan luas bidang garis air,
maka terlebih dahulu harus menentukan nilai a, yaitu:
Jadi setelah menemukan nilai a, maka menemukan nilai luas bidang garis air (Awl) dapat
dicari :
Awl
=
Lwl x B x a
=
72.45 x 11.8 x 0.776899219
=
664,18
m2
Kemudian menentukan nilai 1/2 Awl yaitu:
1/2 Awl
=
=
1/2 x 664.18
332,0894557 m2
0,6907
= 0,6977
Sehingga kerena Cb kapal rancangannya dapat dinamakan kecil, maka digunakan tinjauan
garis V, dan ditemukan sudut masuknya adalah 18 derajat
Untuk yang bagian AP, dalam mendesain kita harus benar-benar memperhatikan luas
Engine Room yaitu kira-kira dari station 2 sampai 4. terakhir kali setelah gambar B/2
terbentuk maka kita akan memperoleh nilai B/2 tiap station dengan cara mengukur panjang
garis vertikal dan dikalikan dengan skalanya. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada
Tabel berikut ini :
No.
Station
A
skala
Tinggi
Koordinat
-2
-1
AP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
FP
0
3,025
4,145
6,524
8,149
9,674
10,717
11,216
11,604
11,680
11,800
11,800
11,800
11,800
11,800
11,580
11,454
10,837
9,423
7,500
5,096
2,612
0,000
0
1,5123
2,0727
3,2619
4,0745
4,8372
5,3585
5,6079
5,8021
5,8400
5,9000
5,9000
5,9000
5,9000
5,9000
5,7900
5,7270
5,4186
4,7117
3,7499
2,5482
1,3060
0,0000
FS
Tinggi Koor. X
FS
0,5
2
1,5
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
1
Hkord*FS
0
3,02
3,11
13,05
8,15
19,35
10,72
22,43
11,60
23,36
11,80
23,60
11,80
23,60
11,80
23,16
11,45
21,67
9,42
15,00
5,10
5,22
0
288,42
= 19 meter / 2
= 9,5 meter
Gambar II.3.2
Gambar penampang CSALpp danLwl dengan gambar A/2T dan B/2
II.4. Pembuatan Bentuk Linggi Haluan dan Buritan
Bentuk Linggi Buritan (Stern)
Bentuk linggi buritan tergantung dari diameter propoller yang dapat diambil =
0,6T 0,7T, sedangkan diameter boss = 1/6 diameter propeller. Bentuk linggi
buritan tergantung konstruksinya, untuk single atau twin-screw, dengan atau
tanpa sepatu linggi, bentuk sendok (cruiser) atau terpotong (transom), dan
sebagainya.Apabila cara diatas diimplementasikan dalam bentuk skema gambar,
maka dapa dilihat seperti gambar dibawah ini :
Gambar II.4.1
Gambar ukuran bagian linggi buritan kapal
Secara sistematis perhitungannya maka dapat dilihat seperti perhitungan
dibawah ini :
1. Menentukan tinggi D:
D
= 0,69 x T
= 0,69 x 6,915
= 4,7714 meter
2. Menentukan tinggi a:
a
= 0,33 x T
= 0,33 x 6,915
= 2,2820 meter
3. Menentukan tinggi e:
e
= 0,12 x T
= 0,12 x 6,915
= 0,8298 meter
4. Menentukan tinggi b:
b
= 0,35 x T
= 0,35 x 6,915
= 2,4203 meter
Dengan dasar perhitungan seperti diatas maka akan didapat penggambaran seperti
gambar II.4.2 dibawah ini:
Gambar II.4.2
Gambar linggi buritan setelah dilakukan perhitungan
Bentuk Linggi Haluan (Stem)
Sebelummembuatgambar selanjutnya maka perlu dilakukan perencanaan
terlebih dahulu tentang bentuk dari haluan kapal yang akan kita buat. Untuk tinggi
haluan membentuk sudut kemiringan 15o terhadap sumbu vertikal. Bentuk dari
linggi haluan (stem) harus disesuaikan dengan bow line. Dewasa ini linggi haluan
dibuat dari pelat yang bentuknya makin ke atas makin membesar jari-jarinya. Pada
tugas rencana garis dan bukaan kulit kali ini tidak menggunakan bulbous bow karena
linggi haluan dengan bulbous bow digambar dengan teknik tertentu.Secara hasil
penggambaran dan perhitungan, maka dapat dilihat seperti gambar II.4.3 dibawah
ini:
Gambar II.4.3
Gambar haluan dengan dilakukan
perhitungan
Gambar II.4.4
Gambar haluan setelah perhitungan
II.5 Pembuatan Body Plan
Sebelum membuat desain Body Plan, perlu dipahami terlebih dahulu bahwa body
plan adalah proyeksi stationstation pada kapal dari pandangan depan. Penjelasan
ini dapat diimplementasikan dalam bentuk gambar, yang penggambarannya seperti
gambar II.4.4 dibawah ini :
Gambar II.5.1
Membuat Body Plan
Body Plan merupakan proyeksi bentuk potongan potongan badan kapal
secara melintang pada setiap station dilihat dari depan atau belakang. Potongan
potongan badan kapal ini dibentuk berdasarkan data-data yang didapat berdasarkan
data-data Grafik A/2T dan B/2 dengan cara sebagai berikut:
Membuat kotak sepanjang lebar kapal dan selebar tinggi kapal
Membagi kotak menjadi dua bagian yang sama. Dimana dibagian tengah
pemotongan kotak ini menjadi titik acuan body plan, yaitu Center Line.
Mengukur dan memberikan pembatas terhadap station yang akan dibuat didalam
body plan dengan data yang digunakan setiap stationnya berdasarkan data dari
tabel II.3.1 dan II.4.2. Untuk station 0-10 diukurkan pada kotak sebelah kiri dan
pada kotak sebelah kanan untuk station 11-20.Untuk titik titik A/2Tdibuat garis
vertical ke bawah setinggi T dan untuk titik titik B/2 dibuat lengkungan
lengkungan Body Plan yang streamline.
R = 1/2.{(B x T) Am}/(1-1/4)
R = [1/2 {( 11.8 x 4.7)- 54.5282}/(1-1/4)]
= 2.1669
= 1,472meter
Menentukan Nilai Setengah Lebar Kapal
Nilai 1/2 lebar kapal = B / 2
= 5,9 meter
Gambar proyeksi station kedalam body plan
Gambar II.5.2
Gambar tentang cara pembuatan station pada body plan
Luasan AOB harus sama dengan luasan COE atau memiliki batas toleransi
sebesar 0,5%. Petunjuk kali ini membahas tentang pemeriksaan luasan area
pada Body Plan. Ada beberapa cara untuk mengetahui dan mengubah luasan
pada Body Plan, salah satunya adalah sebagai berikut:
1. Setelah dibuat garis A/2T dan B/2 langkah selanjutnya yaitu menarik garis lengkung
Poly Line (sembarang).
2. Lalu pada perpotongannya dengan garis A/2T antara area atas dan bawah dipisah
dengan garis Poly Line yang masing masing areanya tertutup.
3. Untuk mengetahui luasan area pada masing masing Poly Line, caranya dengan
meng-klik salah satu Poly Line, kemudian setelah ter-select salah satu Poly Lineklik
Gambar II.5.3
Gambar body plan setelah dilakukan perhitungan seperti penjelasan diatas
II.6 Pembuatan Halfbreadth Plan
Half breadth plan ini merupakan gambar irisan-irisan kapal jika dilihat dari
atas, pada setiap garis air (water line) dan penglihatan ini dianggap tampak kapal
dengan lebar kapal sesungguhnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar II.6.1
dibawah ini:
Gambar II.6.1
Gambar proyeksi tampak kapal ke dalam half breadth plan
Gambar II.6.1.1
Gambar tentang cara proyeksi station pada body plan ke dalam garis sent line
Setelah data Sent Line didapat kemudian digambarkan dengan cara
mengambar garis lurus sepanjang LWLyang dibagi perstationnya dan
selanjutnya titik-titik itu digambarkan pada tiap station dengan posisi
dibawah garis LWL. Penggambaran garis ini harus secara stream line.
Untuk jelasnya dapat dilihat seperti gambar II.6.1.2 dibawah ini :
Gambar II.6.1.4
Gambar merupakancara penggambaran half breadth plan dari hasil proyeksi
Pembuatan Half Breadth Plan Secara Keseluruhan
Kemudian setelah menggambar sent line, maka akan dilanjutkan
dengan penggambaran WL pada half breadth plan, yaitu hasil proyeksi
dari perpotongan tiap station dengan garis WL di body plan baik body plan
bagian belakang kapal, maupun depan kapal. Setelah mengetahuinya,
maka juga dilakukan penggambaran garis buttock line pada half breadth,
yaitu dibagi menjadi 4 garis horizontal yang jaraknya sama. Dimana cara
proyeksinya dapat dilihat lebih jelas pada gambar II.6.1.3 dan II.6.1.4
seperti dibawah ini:
Gambar II.6.1.3
Penggambaran cara proyeksi ini untuk setengah lebar kapal, yang terdapat 10
station bagian buritan dari midship.
Gambar II.6.1.4
Gambar merupakancara penggambaran half breadth plan dari hasil proyeksi
Gambar II.6.1.5
Gambar half breadth plan secara keseluruhan setelah dilakukan proyeksi dari body plan
II.7. Pembuatan Sheer Plan
Sheer plan adalah proyeksi irisan-irisan atau potongan-potongan kapal
secara vertical memanjang dilihat dari sisi samping kapal. Maka untuk
penggambaran sheer plan ini, diperlukan beberapa tahap penyelesaian gambar,
yaitu seperti dibawah ini:
Gambar II.7.1
Gambar proyeksi half breadth plan
Secara detail penggambaran ini dapat dilakukan dengan cara yaitu
pertama kita bagi lebar kapal menjadi 4 bagian yang sama baik pada body
plan maupun pada half breadth plan. Lalu dari perpotongan antara garis-garis
lurus itu dengan garis-garis air (water lines), kita proyeksikan ke sheer plan,
dengan cara menarik garis lurus ke atas. Garis-garis vertikal ini jika
dipotongkan dengan garis-garis air (water lines) pada sheer plan yang sesuai
pada half bread plan. Selanjutnya juga dilakukan proyeksi dari body plan ke
sheer plan, yaitu perpotongan antara garis BL dengan station pada body plan
diproyeksikan ke sheer plan, tepatnya di station pada sheer plan yang sesuai
dengan station pada body plan yang berpotongan tersebut, maka akan
terbentuk titik-titik yang jika dihubungkan akan terbentuk buttock line. Dan
juga diperhatikan bahwa tiap-tiap garis baik pada water line maupun pada
buttock line harus mempunyai bentuk yang fair dan stream line. Jika tidak,
Gambar II.7.2
Gambar tentang cara pengambaran buttock line dari proyeksi half breadth plan
Gambar II.7.3
Gambar buttock line keseluruhan setelah dilakukan proyeksi body plan dan half breadth plan
Lpp/6
L
Pa
nja
ng
Lpp
Lp
p/
L
p
LppE
Gambar II.8.1
Gambar tentang cara penambahan sheer pada kapal
Maka setelah mengetahui cara seperti diatas, maka dilakukan perhitungan
seperti dibawah ini:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Di depan Midship
Menentukan nilai tinggi x pada main deck
X
= 2,8 ( Lpp/3 +10)
= 2,8 ( 69/3 + 10)
= 92,4 mm
Menentukan nilai tinggi y pada main deck
Y
= 11,1 ( Lpp/3+10 )
= 11,1 ( 69/3 + 10 )
= 366,3 mm
Menentukan nilai tinggi z pada main deck
Z
= 25,0 ( Lpp/3+10 )
= 25,0 ( 69/3 + 10 )
= 825 mm
Di belakang Midship
Menentukan nilai tinggi a pada main deck
a
= 5,6 ( Lpp/3+10 )
= 5,6 ( 69/3 + 10 )
= 184,8 mm
Menentukan nilai tinggi b pada main deck
b
= 22,2 ( Lpp/3+10 )
= 22,2 ( 69/3 + 10 )
= 732,6 mm
Menentukan nilai tinggi c pada main deck
c
= 50,0 ( Lpp/3+10 )
= 50,0( 105,01/3 + 10 )
= 1650 mm
=1/50 B
= 0,236 meter
Gambar II.8.2
Gambar tentang cara peletakkan frame dan peletakkan collision bulkhead pada kapal
Bulwark
Bulwark merupakan pagar yang terbuat dari plat yang terletak pada
geladak tepi pada upper deck, forecastle deck dan poop deck yang berfungsi
sebagai pembatas untuk sisi kapal pada geladak paling rendah.
Direncanakan setinggi 1000 mm diukur pada geladak terendah. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat seperti gambar II.8.3dibawah ini :
Gambar II.8.3
Gambar penampang Bulwark pada kapal
Poop Deck
Poop deck merupakan bangunan yang terletak diatas main deck pada
bagian buritan yang memilki ketinggian 2.4 sampai 2.5 meter diukur dari
geladak utama (upper deck side line) dan fungsinya untuk geladak kekuatan
dalam kapal.Sedangkan untuk panjang dari bangunannya akan dijelaskan
pada penjelasan dan gambar II.8.4berikut ini :
Gambar II.8.4
Gambar tentang cara pembagian frame dan peletakkan after peak bulkhead pada kapal
Menentukan Letak BULKHEAD
1. Jarak gading pada buritan sampai tabung poros maksimum Amaks < 600mm.
2. Ceruk buritan yaitu dari AP hingga sterntube bulkhead (termasuk di dalamnya
perhitungan letak ujung belakang tabung poros.
3. AP diambil sebagai no gading 0.
4. Jarak gading pada daerah sekat tabung poros kearah depan mengikuti rumus :
Ao = Lpp/500 + 0.48
Ao < 1000 mm
5. Menurut ketentuan BKI dalam jarak gading antara sekat tabung poros kedepan
dipakai jarak tidak boleh lebih dari 1000 mm.
6. Penentuan L rules sesuai dengan peraturan dalam BKI, yaitu dengan cara:
Nilai 96%Lwl = 96% x Lwl
= 96% x 72,45
= 69,552 meter
= 97% x Lwl
= 97% x 72,45
= 70,2765 meter
0,85 x H
0,85 x 5.25
4,4625 meter
96 % Lwl
96% x 72.45
69,552 meter
Hc
FPc
Gambar II.8.5
Gambar tentang cara penentuan FP dari Lc suatu kapal
Kemudian setelah menentukan FP dari Lc, maka langkah selanjutnya mencari panjag
Lc1 dengan cara mengukur panjang antara FP dari Lc sampai AP dari Lpp. Secara
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar II.8.6 seperti dibawah ini :
Hc
Lc1
FPc
Gambar II.8.6
Gambar tentang cara penentuan panjang Lc1
2,4 meter
200 mm
9. Perhitungan jarak sekat tabung poros, sekat kamar mesin, sekat tubrukan adalah
sebagai berikut:
After Peak Bulkhead / Stern Tube Bulkhead :
Perhitungan sekat dimulai dari AP dan menggunakan jarakgading = 600mm dan
jaraknya minimal 3 jarak gading
Gambar II.8.6
Gambar penentuan Sterntube Bulkhead
Jarak sekat tabung poros
= Lpp/500 + 0.48
= 69/500 + 0.48
= 0.61 m dibulatkan menjadi 0.6 m untuk jarak gadingnya
Kemudian untuk penentuan panjang kamar mesin, sesua dengan aturan BKI jarak
sekat kamar mesin dari AP adalah antara 17% - 20% Lpp dan letaknya harus tepat di
nomor gading. Untuk itu secara sistematis perhitungannya seperti dibawah ini:
= 17,391% x 69
= 12 m dari AP
Collision Bulkhead
Sesuai aturan BKI vol II, section 11, A.2.1 bahwa sekat ini terletak pada 0.05
0.08 Lcdari FPdan harus tepat di nomor gading, sehingga dalam penentuan
sekat tersebut dilakukan perhitungan yang sesuai aturan BKI. Dimana ketetuan
lainnya ditunjukkan dengan batas minimal suatu kapal dalam peletakan collusion
bulkhead, yaitu
Secara penjelasan dengan skema gambar, dapat dilihat seperti gambar II.8.7
dibawah ini:
.
Gambar II.8.7
Gambar tentang aturan-aturan yang diberikan BKI untuk peletakkan coullison
bulkhead
Perhitungan sekat dimulai dari FP dan menggunakan jarakgading = 600mm
Jarak sekat tubrukan = 0,069 x Lc
= 0,069 x 69,552
= 4,8 m terhadap FP dan terletak di gading nomor 114
Gambar II.8.7
Gambar penentuan Collision Bulkhead
III.1. Umum
Secara garis besar dalam perencanaan pembuatan kapal dibutuhkan
pendesainan yang akurat dan teliti, sehingga diperlukan petunjuk yang jelas terhadap
pekerja pembuat kapal agar hasil yang dicapai dapat maksimal seperti yang sudah di
desain. Dunia modern sekarang banyak berkembang teknologi yang canggih, sehingga
apapun yang kita kerjakan pasti tidak harus manual, namun ada alat-alat yang mendukung.
Tetapi hal itu akan bernilai percuma, apabila tidak didahului dengan rencana yang sesuai
perhitungan, terutama dalam pendesainan kapal, yaitu tidak hanya membutuhkan
perencanaan bentuk kapal, namun juga diperlukan rencana pemasangan pelat agar
maksimal hasil yang tercapai dan meminimalisir sisa pelat dalam pembuatan kapal.
Rencana bukaan kulit merupakan petunjuk yang sangat berguna bagi pekerja untuk
mengetahui susunan pelat, ukuran pelat dan tebal masing-masing pelat. Demikian juga saat
perbaikan (pergantian) pelat kulit, dapat diketahui bagian kulit kapal yang harus diganti
(replating) sesuai peraturan yang diikuti.
Kita tahu bahwa tidak mudah dalam membuat kapal karena pelat kulit kapal
berbentuk lengkung sesuai bentuk badan kapal, maka diperlukan teknik khusus yang
digunakan untuk mendapatkan ukuran dan bentuk masing-masing lembar pelat secara
benar, terutama untuk pengukuran, pemotongan dan pembentukan pelat dari suatu pelat
datar yang disesuaikan dengan ukuran dan bentuknya di badan kapal. Ukuran pelat datar
haruslah sesuai dengan yang tersedia di gudang galangan atau di pasaran. Umumnya lebar
pelat standar adalah 1,5 m, 1,8 m, 2,1 m dan panjang pelat standar adalah 6 m, 9 m, 12 m.
Harus diusahakan agar sisa pelat terpotong sekecil mungkin.
Secara umum pelat kulit kapal terdiri dari lajur pelat membujur :
1. Pelat dasar (bottom plating) terdiri dari pelat lunas (keel plate), pelat pengapit lunas
(garboard strake) dan pelat bilga (bilge strake).
2. Pelat sisi kulit kapal (side shell plating) terdiri dari pelat sisi (side shell plating) dan
pelat lajur sisi atas (sheer strake)
3. Pelat sisi bangunan atas (superstructure) yang menerus dari pelat sisi kapal.
Dalam penyelesaian permasalahan bukaan kulit ini, perlu dilakukan perhitungan agar
dalam pembuatan kapal, khususnya pemasangan pelat dapat dikerjakan secara maksimal
dan hasilnya akurat. Untuk mendukung dalam perencanaan bukaan kulit, maka dibutuhkan
beberapa hala yang harus ada karena perencanaan dapat terlaksana apabila hal yang
dibutuhkan dibawah ini dapat dipenuhi, yaitu:
1. gambar rencana garis (lines plan)
2. rencana konstruksi (construction plan / steel plan).
Bahan diatas sangatlah berpengaruh dalam terlaksananya tugas perencanaan bukaan kulit,
agar perencanaan yang dihasilkan dapat sesuai dengan aturan-aturan pemasangan pelat
Gambar III.2.1
Bagian buritan kapal
Gambar III.2.2
Bagian haluan kapal
Setelah mengetahui cara seperti, maka sesuai tahap tersebut dilakukan pembagian
gading sesuai aturan diatas, dan hasilnya seperti gambar III.2.3dan III.2.4 dibawah ini :
Gambar III.2.3
Gambar bagian midship hingga buritan kapal
Gambar III.2.4
Gambar bagian midshiphingga haluan kapal
Gambar III.3.1
Gambar gading di body plan secara keseluruhan setelah dilakukan proyeksi
dari sheer plan dan half breadth plan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemnggambaran bukaan kulit ini adalah :
1. Penumpu tengah dan penumpu sisi (centre girder, side girder),pelantaian (floor),
gading melintang (transverse framing) dan senta sisi (side stringer), gading
membujur (longitudinals) dan pelintang (transverses), tanktop, pondasi motor
a
a
b
c
Gambar III.4.1
Gambar cara proyeksi disetiap lengkung gading ke bidang dasar untuk pengukuran
panjang(Half Girth)
Gambar III.5.1
Gambar hasil pengukuran panjang disetiap gading pada body plan sehingga menjadi
Bukaan kulit
= 0,9
= 10.75
1.
= 10.75
= 2.1(
2.
300 69,552
100
+ 0.7)
= 7,252
. .
5.
6.
230
0 0.89
0.89
120
230
120
0 0.89
= 123,2
1
1
Dalam Perhitungan diatas, sesuai dengan peraturan BKI di
=
7.
6, B, 1.2
+ 0.48 = 0.6
= 18.3
= 18.3 1
0.6
= 1.21
+
63,39
+ 1.5 = 9,37
123,2
+
+ 2.0
= 9,37 + 2 = 11,37
Jadi tebal plate pada keel plate / lunas minimal adalah 11,37 mm
Menentukan lebar Keel plate
= 800 + 5
= 800 + 5(69,552)
= 1147,76
= 1.2
Sesuai aturan BKI vol II, section 6, C.3 bahwa lebar maximum untuk
pelat lajur atas adalah 1800 mm, sehingga untuk lebar keel plate = 1,2 m
LAMPIRAN