Anda di halaman 1dari 42

BIOLOGI

LINGKUNGAN
(TL: 1213)
Pertemuan Ke-15
Judul Materi: Biodegradasi Limbah
Tambang

Nama Dosen : Didi Saidi & M.Husen Kasim


E-mail: didisaidi@yahoo.com

Bioling

Tekling FTM UPN VYK

Deskripsi
Berisi deskripsi singkat tentang materi yang
diajarkan pada pertemuan ini
Membahas tentang Biodegradasi Limbah
tambang

Bioling

Tekling FTM UPN VYK

Tujuan Instruksional Khusus


(TIK)
Tujuan materi yang akan diajarkan
Mahasiswa mampu memahami peranan mahluk hidup
dalam degradasi, Limbah Tambang

Bioling

Tekling FTM UPN VYK

Isi
Berisi Isi materi yang diajarkan
Keterangan: Jumlah halaman isi
bebas sesuai kebutuhan

Bioling

Tekling FTM UPN VYK

BIOTEKNOLOGI PENANGGULANGAN
LIMBAH TAMBANG (Air Asam Tambang)

PENGERTIAN
Bioteknologiadalah cabang ilmu yang
mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (
bakteri,fungi,virus, dan lain-lain) maupun
produk dari makhluk hidup (enzim,alkohol)
dalam proses produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

Bioteknologi
dapat
diterapkan
pada
pertambangan batu-bara dan mineral.
Microbial
desulfurizationdapat
dimanfaatkan
untuk
menurunkan
kandungan sulfur pada batubara.
Dengan menggunakan bakteri, kandungan
sulfur dapat diturunkan sebanyak 63%
hanya dalam waktu 24 jam.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

Teknologi bioremediasi dapat juga digunakan untuk


mengatasi air asam tambang dan logam berat terlarut
dengan menggunakan bakteri, terutama dari
pertambangan batubara.
Setelah reaksi belangsung pH (keasaman) air asam
tambang yang mula-mula berkisar dari 2 3 dapat
meningkat mendekati netral (6-7) tanpa penambahan
senyawa kimia penetral pH. Sementara logam berat
yang terdapat air asam tambang mengendap.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

Desulfotomaculum
orientis
dan
Desulfotomaculum sp yang mengubah sulfat dalam air
asam tambang menjadi hidrogen sulfida dan kemudian
bereaksi dengan logam berat.
Pemanfaatan bakteri ini terbukti mampu meningkatkan
kadar keasaman limbah tambang dari 2-3 menjadi 6-7
atau mendekati netral, sementara logam berat
mengendap

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

Dengan menggunakan sumberdaya lokal berupa limbah


bahan organik, tumbuhan air, dan batu gamping.
Limbah bahan organik yang digunakan berupa jerami
padi, serbuk kayu, dan kompos.
Penelitian dilakukan dengan 2 (dua metode, yakni :
1. metode Successive Alkalinity Producing System
(SAPS) dan
2.
Aerobic Wetland (AW). Keduanya saling
dikombinasikan dan selanjutnya disebut satu sel.
Penelitian ini menggunakan dua sel bersusun seri.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

SAPS merupakan salah satu metode pengolahan pasif


AAT yang terdiri atas lapisan bahan organik dan
batugamping.
Keduanya disusun secara vertikal dengan ketebalan
tertentu. AAT yang diolah akan mengalir secara vertikal
di dalam sistem berdasarkan tekanan grativitas
hidrolik.
Berbeda dengan SAPS, AAT yang mengalir pada AW
akan mengalir secara horizontal pada permukaan
sistem yang terdiri atas vegetasi tumbuhan air dan
bahan organik sebagai media tanam tumbuhan.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

10

Pada sistem pengelolaan pasif, terdapat 2 (dua) proses


utama yang menyebabkan terjadinya peningkatan pH,
yakni larutnya batugamping dan reduksi sulfat secara
biologis.
Kedua proses ini menghasilkan alkalinitas dalan bentuk
bikarbonat (HCO3-) sebagai senyawa penetral.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

11

Secara umum yang disebut limbah adalah


bahan sisa yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan proses produksi, baik pada
skala rumah tangga, industri, pertambangan,
dan sebagainya.
Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas
dan debu, cair atau padat.
Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang
bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal
sebagai limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (Limbah B3).
Tekling FTM UPN VYK

Bioling

12

Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila


mengandung bahan berbahaya atau beracun
yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung
maupun tidak langsung, dapat merusak atau
mencemarkan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan manusia.
Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah
bahan baku yang berbahaya dan beracun yang
tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan,
tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang
memerlukan penanganan dan pengolahan
khusus.
Tekling FTM UPN VYK

Bioling

13

Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila


memiliki salah satu atau lebih karakteristik
berikut: mudah meledak, mudah terbakar,
bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang
bila diuji dengan toksikologi dapat
diketahui termasuk limbah B3.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

14

Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi


kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan
tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila
berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber
nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila
telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu
lama.
Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan
kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau
limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu
tinggi.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

15

Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang


berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat
menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh
melalui pernapasan, kulit atau mulut.
Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium
yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman
penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan
cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan
iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH
sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat asam
dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

16

Pengolahan emas ini selain menguntungkan juga


dapat memberikan beberapa efek negatif.
Selain melakukan eksplorasi alam secara
berlebihan, penambangan emas dan pengolahan
emas akan menghasilkan limbah yang dapat
mencemari lingkungan.
Kasus pencemaran limbah akibat penambangan
emas salah satunya terjadi di Perairan Pantai
Buyat. Dugaan terjadinya pencemaran logam
berat di perairan pantai Buyat karena
pembuangan limbah padat (tailing) seharusnya
tidak akan terjadi, seandainya limbah tersebut
sebelum dibuang dilakukan pengolahan lebih dulu.
Tekling FTM UPN VYK

Bioling

17

Pengolahan limbah bertujuan untuk


mengurangi hingga kadarnya seminimal
mungkin bahkan jika mungkin
menghilangkan sama sekali bahan-bahan
beracun yang terdapat dalam limbah
sebelum limbah tersebut dibuang.
Walaupun peraturan dan tatacara
pembuangan limbah beracun telah diatur
oleh Pemerintah dalam hal ini
Kementrian Lingkungan Hidup, tetapi
dalam prakteknya dilapangan, masih
banyak ditemukan terjadinya
pencemaran akibat limbah industri

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

18

Mungkin terbatasnya tenaga pengawas disamping


proses pengolahan limbah biasanya memerlukan
biaya yang cukup besar.
Logam berat adalah logam yang massa atom
relatifnya besar, kelompok logam-logam ini
mempunyai peranan yang sangat penting dibidang
industri misalnya :
Kadmium Cd digunakan untuk bahan batery yang
dapat diisi ulang. Kromium Cr untuk pemberi warna
cemerlang atau verkrom pada perkakas dari logam.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

19

Seng Zn untuk pelapis kaleng. Mercury Hg


dapat melarutkan emas sehingga banyak
digunakan untuk memisahkan emas dari
campurannya dengan tanah, bahan pengisi
termometer dan dan masih banyak lagi
kegunaan logam berat yang tidak mungkin
saya sebutkan semuanya disini
Kobalt Co untuk bahan magnet yang kuat
pada loudspeker atau microphone. Tembaga
Cu untuk kawat listrik. Nikel Ni untuk bahan
baja tahan karat atau stainless steel. Timbal
Pb untuk bahan battery atau Accu pada
mobil.
Tekling FTM UPN VYK

Bioling

20

Dalam kasus Buyat, logam berat mercury


kemungkinan dapat berasal dari limbah
proses pemisahan biji emas atau dari tanah
bahan tambangnya sendiri memang
mengandung mercury.

Banyak alternatif yang dapat


digunakan untuk mengolah limbah
yang mengandung logam berat
kususnya mercury diantaranya
ialah dengan teknologi Low

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

21

TemperatureThermal Desorption
(LTTD) atau dengan teknologi
Phytoremediation. Pada sistem
thermal desorption, material
diuraikan pada suhu rendah (< 300
o
C) dengan pemanasan tidak
langsung serta kondisi tekanan
udara yang rendah (vakum).

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

22

Dengan kondisi tersebut material akan lebih


mudah diuapkan dibandingkan dalam tekanan
tinggi. Jadi dalam sistem ini yang terjadi adalah
proses fisika tidak ada reaksi kimia seperti
misalnya reaksi oksidasi.
Cara ini sangat efektif untuk memisahkan bahanbahan organik yang mudah menguap misalnya,
(volatile organic compounds/ VOCs), semi-volatile
organic compounds (SVOCs), (poly aromatic
hydrocarbon/PAHs), (poly chlorinated
biphenyl/PCBs), minyak, pestisida dan beberapa
logam Cadmium, Mercury Timbal serta non logam
misal Arsen, Sulfur, Chlor dan lain-lain.
Tekling FTM UPN VYK

Bioling

23

Material yang telah terpisah dalam bentuk


uapnya akan lebih mudah untuk dikumpulkan
kembali dengan cara dikondensasikan,
diadsorbsi menggunakan filter, larutan atau
media lain sehingga tidak tersebar kemanamana.
Dengan sistem thermal desorption material yang
berbahaya di pisahkan agar lebih mudah untuk
ditangani entah akan dibuang atau
dimanfaatkan kembali, sedangkan bahan-bahan
organik yang sukar menguap akan
terkarbonisasi menjadi arang.
Kelompok logam-logam berat ini sangat beracun
misalnya Hg, Pb Cd dan Cr dan lain-lain.
Tekling FTM UPN VYK

Bioling

24

Sifatnya yang akumulatif di dalam tubuh


manusia, dimana setelah logam berat ini
masuk ke dalam tubuh manusia, biasanya
melalui makanan yang tercemar logam berat.
Logam berat ini tidak dapat dikeluarkan lagi
oleh tubuh sehingga makin lama jumlahnya
akan semakin meningkat.
Jika jumlahnya telah cukup besar baru
pengaruh negatifnya terhadap kesehatan mulai
terlihat, biasanya logam-logam berat ini
menumpuk di otak, syaraf, jantung, hati, ginjal
yang dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan yang ditempatinya.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

25

Tersebarnya logam berat di tanah, peraian


ataupun udara dapat melalui berbagai hal
misalnya, pembuangan secara langsung
limbah industri, baik limbah padat
maupun limbah cair, tetapi dapat pula
melalui udara karena banyak industri yang
membakar begitu saja limbahnya dan
membuang hasil pembakaran ke udara
tanpa melalui pengolahan lebih dulu.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

26

Banyak orang beranggapan bahwa


dengan cara membakar maka limbah
beracun tersebut akan hilang, padahal
sebenarnya kita hanya memindahkan
dan menyebarkan limbah beracun
tersebut keudara.
Pencemaran dengan cara ini lebih
berbahaya karena udara lebih dinamis
sehingga dampak yang diakibatkannya
juga akan lebih luas dan membersihkan
udara jauh lebih sulit.
Tekling FTM UPN VYK

Bioling

27

Limbah padat yang mengandung polutan


mercury dan arsen dimasukkan ke dalam
sistem LTTD, limbah akan mengalami
pemanasan tidak langsung dengan kondisi
tekanan udara lebih kecil dari 1 atmosfer.

Polutan mercury dan arsen akan menguap


(desorpsi), sedangkan limbah padat yang
telah bersih dari polutan dapat dibuang ke
tempat penampungan. Kemudian uap
polutan yang terbentuk dialirkan ke dalam
media pengabsorpsi (absorber).

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

28

Untuk menangkap uap logam mercury dapat


digunakan butiran logam perak atau tembaga
yang kemudian membentuk amalgam.
Sedangkan untuk menangkap ion-ion mercury
dan arsen dapat digunakan larutan hidroksida
(OH- ) - )sulfida (S2--) yang akan mengendapkan
ion-ion tersebut.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

29

Dalam sistem ini perlu ditambahkan


wet scrubber dan filter karbon untuk
menangkap partikulat dan gas-gas
beracun yang mungkin terbentuk pada
proses desorbsi.
Keunggulan sistem ini ialah prosesnya
cepat dan biaya investasi peralatan dan
operasionalnya murah, unitnya dapat
dibuat kecil sehingga dapat dibuat
sistem yang mobil.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

30

Teknologi mengolah limbah dengan sistem


Phytoremediasi, menggunakan tanaman
sebagai alat pengolah bahan pencemar.
Pada limbah padat atau cair yang akan diolah,
ditanami dengan tanaman tertentu yang dapat
menyerap, mengumpulkan, mendegradasi
bahan-bahan pencemar tertentu yang terdapat
di dalam limbah tersebut.
Banyak istilah yang diberikan pada sistem ini
sesuai dengan mekanisme yang terjadi pada
prosesnya. Misalnya : Phytostabilization, yaitu
polutan distabilkan di dalam tanah oleh
pengaruh tanaman,

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

31

Phytostimulation : akar tanaman menstimulasi


penghancuran polutan dengan bantuan bakteri
rhizosphere, Phytodegradation, yaitu tanaman
mendegradasi polutan dengan atau tanpa
menyimpannya di dalam daun, batang atau
akarnya untuk sementara waktu,
Phytoextraction, yaitu polutan terakumulasi di
jaringan tanaman terutama daun,
Phytovolatilization, yaitu polutan oleh tanaman
diubah menjadi senyawa yang mudah menguap
sehingga dapat dilepaskan ke udara, dan
Rhizofiltration, yaitu polutan diambil dari air
oleh akar tanaman pada sistem hydroponic.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

32

Proses remediasi polutan dari dalam tanah


atau air terjadi karena jenis tanaman
tertentu dapat melepaskan zat carriers
yang biasanya berupa senyawaan kelat,
protein, glukosida yang berfungsi
mengikat zat polutan tertentu kemudian
dikumpulkan dijaringan tanaman misalnya
pada daun atau akar.
.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

33

Keunggulan sistem phytoremediasi


diantaranya ialah biayanya murah dan
dapat dikerjakan insitu, tetapi
kekurangannya diantaranya ialah perlu
waktu yang lama dan diperlukan pupuk
untuk menjaga kesuburan tanaman, akar
tanaman biasanya pendek sehingga tidak
dapat menjangkau bagian tanah yang
dalam. Yang perlu diingat ialah setelah
dipanen, tanaman yang kemungkinan
masih mengandung polutan beracun ini
harus ditangani secara khusus.
Tekling FTM UPN VYK

Bioling

34

Limbah

cair pengolahan bijih emas dan


pencucian batubara umumnya
mengandung berbagai jenis logam berat
antara lain besi (Fe), tembaga (Mn),
timbal (Pb) dan seng (Zn). Logam-logam
tersebut dapat berasal dari kegiatan
pengupasan tanah penutup dan proses
pengolahannya.
Tekling FTM UPN VYK

Bioling

35

Pencemaran badan perairan oleh logam


dapat diatasi dengan mengolah limbah
sebelum dialirkan ke badan perairan.
Cara pengolahan yang umum dilakukan
adalah dengan cara fisik dan kimia atau
gabungan keduanya.
Namun kedua cara tersebut dianggap kurang
memadai karena menghasilkan limbah
sekunder yang membahayakan lingkungan
dengan masa yang lebih panjang. Hal ini
disebabkan ketoksikan lumpur dapat lepas
kembali oleh asam (Hancook, 1996).

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

36

Masalah lingkungan akibat pembuangan


lumpur yang mengandung ion logam dapat
diatasi dengan proses bioremoval yang ramah
lingkungan.
Proses biosorpsi juga dikenal sebagai passive
uptake merupakan proses pengikatan ion
logam pada permukaan dinding sel biomassa
melalui interaksi fisikokimia.
Ion logam berat mengikat dinding sel dengan
dua cara yang berbeda; pertama, pertukaran
ion monovalen dan divalen seperti Na, Mg dan
Ca pada dinding sel digantikan oleh ion logam
berat, kedua adalah formasi kompleks antara
ion-ion logam dengan gugus-gugus fungsional
(hydroxy, phosphate, dan hydroxy-carboxyl)
yang berada pada dinding sel.
Tekling FTM UPN VYK

Bioling

37

Proses biosorpsi ini bersifat bolak


balik dan cepat.
Proses bolak balik ikatan ion logam
berat di permukaan sel ini dapat
terjadi pada sel mati dan sel hidup
pada suatu biomass.
Proses biosorpsi dapat lebih efektif
dengan kehadiran tertentu pH dan
kehadiran ion-ion lainnya di media di
mana logam berat dapat
terendapkan sebagai garam yang
tidak terlarut.
Tekling FTM UPN VYK

Bioling

38

HASIL PENELITIAN MENUNJUKKAN


Biomassa Rhizopus/R. arrhizus dan
Aspergillus/A.niger mampu menyerap ion logam
besi, mangan tembaga, timbal dan seng yang
berada dalam limbah proses pengolahan bijih
emas dan pencucian batubara.
Kemampuan R. arrhizus menyerap berbagai
logam tersebut lebih tinggi dari pada A.niger.
Dalam waktu 15 menit kemampuan biomassa R.
arrhizus menyerap besi (Fe) sebesar 95,1%,
mangan (Mn) 92%, tembaga (Cu) 100%, timbal
(Pb) 100%, dan seng (Zn) 100%.

Tekling FTM UPN VYK

Bioling

39

Dalam waktu 15 menit kemampuan


Biomassa A.niger menyerap besi (Fe)
sebesar 22,46%, mangan (Mn) 20,20%,
tembaga (Cu) 100%, timbal (Pb) 28,28%,
dan seng (Zn) 35%.
Kemampuan penyerapan logam oleh
biomassa ditentukan oleh sifat kimia
dinding sel. Urutan selektifitas berdasarkan
serapan maksimumnya dalam contoh
adalah: besi > mangan >tembaga > timbal
> seng.
Tekling FTM UPN VYK

Bioling

40

TERIMA KASIH
SELAMAT BELAJAR
semoga sukses,
amin

Bioling

Tekling FTM UPN VYK

41

Bioling

Tekling FTM UPN VYK

42

Anda mungkin juga menyukai