Anda di halaman 1dari 4

Fenomena aurora

Fenomena aurora merupakan salah satu peristiwa alam yang indah seperti pelangi
yang hanya terjadi pada bagian belahan bumi tertentu, yang bisa terlihat pada langit malam
di atas langit selama musim dingin. Menurut mitologi Yunani kuno, aurora adalah dewi fajar
aurora adalah ibu dari memnon, raja aethiopia, pasukan afrika yang datang ke bantuan trojans
di troyshe juga dikenal sebagai eos. Menurut istilah, Auroraadalah fenomena alam yang
menyerupai pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer (bagian
atmosferyang terionisasi oleh radiasi matahari)dari sebuah planet sebagai akibat adanya
interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan
yang dipancarkan oleh Matahari (angin surya).
Di bumi, aurora terjadi di daerah di sekitar kutub Utara dan kutub
Selatanmagnetiknya. Aurora yang terjadi di daerah sebelah Utara dikenal dengan nama
Aurora Borealis, yang dinamai Dewi Fajar Rom, Aurora, dan nama Yunani untuk angin
utara,Boreas. Ini karena di Eropa, aurora sering terlihat kemerah-merahan di ufuk utara
seolah-olah Matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora borealis selalu terjadi di antara
September dan Oktober dan Maret dan April. Fenomena aurora di sebelah Selatan yang
dikenal dengan Aurora Australis mempunyai sifat-sifat yang serupa.Tapi kadang-kadang
aurora muncul di puncak gunung di iklim tropis. Namun uniknya, ada lima tempat yang
dimana manusia bisa melihatnya sepanjang tahun, bukan hanya dibulan-bulan tertentu seperti
tempat lain, yaitu Tromso (Norwegia), Yellowknife (Kanada), Fairbanks dan Alaska
(Amerika Serikat), Kangerlussuaq (Greenland), serta Wilayah selatan.
Aurora tercipta karena adanya miliaran partikel energi yang terdiri dari proton dan
elektron dilontarkan matahari dengan kecepatan tinggi hingga 500 mil per detik dalam sebuah
pancaran cahaya matahari. Pancaran ini biasa disebut dengan angin matahari atau solar wind
yang terbentuk karena adanya ledakan besar dipermukaan matahari (Coronal Mass Ejection ).
Setelah melalui perjalanan ke bumi yang bisa bertahan hingga dua sampai tiga hari,
partikel matahari dan medan magnet bumi yang saling bertumbukan menyebabkan pelepasan
partikel yang sudah terjebak didekat bumi. kemudian, partikel yang terjebak tersebut memicu
reaksi dibagian atas atmosfer (ionosfer) dimana molekul oksigen dan nitrogen beraksi dan
melepaskan foton cahaya (partikel elementer dalam fenomenaelektromagnetik). Foton cahaya
inilah yang kita lihat sebagai cahaya terang yang menari-nari diatas langit yang disebut
aurora.
Matahari, atau Bintang merah yang menjadi pusat orbit planet-planet wilayah
tatasurya ternyata hanyalah satu diantara milyaran bintang lainnya di galaksi bimasakti. Pada
inti pusatnya, ia memiliki suhu 14 juta kelvin dengan tekanan 100 milyar kali lipat tekanan
atmosfer di bumi. Cahaya yang dipancarkan matahari berasal dari reaksi fusi termonuklir
yang terjadi pada inti bintang. Secara konveksi, energi hasil reaksi fusi tersebut dialirkan ke
permukaan. Dari aliran konveksi tersebut, tercipta medan magnet yang sangat kuat di
permukaan matahari. Daerah-daerah medan magnet tersebut relatif gelap (lebih dingin) dari
pada sekitarnya, sehingga ia dinamakan bintik matahari atau sunspot.
sunspot ini dianggap sebagai bendungan pasir pada arus air yang liar, nah ketika
kekuatannya sudah tak sanggup lagi menahan tekanan arus, maka ia akan jebol. Jebolnya
sunspot ini akan memuntahkan kandungan energi yang disalurkan sebagai arus proton atau
elektron. Energi yang dilontaran keluar matahari tersebutlah yang disebut sebagai angin
matahari. Jika dengan intensitas yang besar maka dinamakan badai matahari.

Proses terjadinya angin matahari. Dimulai dengan terbentuk nya sunspot yang
menciptakan medan magnet. Karena kekuatan sudah tak sanggup lagi menahan tekanan arus,
maka ia akan jebol. Jebol nya sunspot ini akan memuntahkan kandungan energi yang
disalurkan sebagai arus proton atau elektron. Image Credit : UIO Oslo university
Perjalanan angin matahari menuju bumi, dapat ditempuh selama 18 jam hingga 2 hari
perjalanan antariksa. Ketika melewati Merkurius dan Venus, angin matahari akan langsung
begitu saja menerpa atmosfernya, sehingga planet tersebut mengalami peningkatan suhu yang
luar biasa akibat dari terpaan aliran proton dan elektron yang dibawanya. Namun demikian,
lain halnya ketika angin matahari itu menghantam bumi.
Bumi ini bagaikan magnet yang berukuran sangat besar, dengan kutub-kutub
magnetnya hampir berdekatan dengan kutub geografis bumi. Sehingga bumi ini dilapisi oleh
medan magnet (magnetosfer) yang berbentuk sebuah perisai yang mirip dengan buah apel,
dimana bumi berada pada inti buahnya dan magnetosfer berada pada kulit buah
apel.magnetosfer ini terdiri dari beberapa lapisan, dengan lapisan terbawahnya, sabuk radiasi
van allen yang berada di sekitar ekuator (khatulistuwa). Layaknya sebuah perisai,
magnetosfer dan sabuk van allen melindungi bumi dari terpaan partikel angin matahari.
Angin matahari ditunjukkan pada garis kuning sedang medan magnet bumi
ditunjukkan pada garis biru.

Ketika angin matahari menerpa magnetosfer, partikel-partikel angin matahari


dibelokkan dan tertarik menuju kutub medan magnet bumi. Semakin tinggi energi partikel,
maka semakin dalam lapisan magnetosfer yang berhasil ditembus olehnya. Aliran partikel
yang tertarik ke kutub medan magnet bumi akan bertumbukan dengan atom-atom yang ada di
atmosfer. Energi yang dilepaskan akibat reaksi dari proton dan elektron yang bersinggungan
dengan atom-atom di atmosfer, dapat dilihat secara visual melalui pendar cahaya yang
berwarna-warni di langit, atau yang kita kenal sebagai Aurora. Di kutub utara bumi, aurora
ini disebut sebagai aurora borealis, dan di kutub selatan, disebut sebagai aurora australis.

Interaksi antara angin matahari dengan medan magnet bumi. Sebagian partikelpartikel matahari tertarik menuju kutub.

Reaksi antara partikel angin matahari dengan atmosfer bumi, menghasilkan berbagai
macam warna pada aurora. Perbedaan warna ini dipengaruhi oleh jenis atom yang
berinteraksi dengan proton dan elektron, mengingat pada ketinggian-ketinggian tertentu, jenis
atom penyusun atmosfer tidaklah sama. Pada ketinggian di atas 300 km, partikel angin
matahari akan bertumbukan dengan atom-atom hidrogen sehingga terbentuk warna aurora
kemerah-merahan. Semakin turun, yakni pada ketinggian 140 km, partikel angin matahari
bereaksi dengan atom oksigen yang membentuk cahaya aurora berwarna biru atau ungu.
Sementara itu, pada ketinggian 100 km proton dan elektron bersinggungan dengan atom
oksigen dan nitrogen sehingga aurora tervisualisasikan dengan warna hijau dan merah muda.
Proses terjadinya aurora menimbulkan cahaya berwarna yang merupakan hasil dari
partikel dan atom berbeda yang mengalami benturan. Beberapa warna yang dihasilkan karena
fenomena aurora, yaitu:
Aurora hijau, hal ini terjadi akibat benturan partikel elektron dengan molekul nitrogen.

Aurora merah, akibat terjadinya benturan antara partikel elektron dengan atom oksigen.

Aurora hijau dan kuning, terjadi karena partikel dengan muatan bertabrakan dengan
oksigen.

Aurora biru, karena terjadi tabrakan antara partikel dan nitrogen.

Cahaya Aurora yang berwarna warni mengandung arti ketinggian. Jika teman-teman
berniat dan berminat untuk melihat keelokan aurora secara langsung, bisa langsung saja
berkunjung ke daerah-daerah lintang tinggi, seperti Kanada, New Zeland, Antartika, dll.
Ketika aktivitas matahari dalam keadaan stabil, maka frekuensi terbentuknya aurora lebih
sering pada bulan-bulan ekuinoks. (ekuinoks musim semi jatuh pada tanggal 23 Maret, dan
ekuinoks musim gugur adalah tanggal 21 September). Namun demikian ketika aktivitas
matahari sedang meningkat, atau dengan kata lain intensitas angin matahari tinggi, maka
cahaya aurora pun akan terbentuk semakin terang.
Aurora merupakan peristiwa yang lazim ditemui di daerah kutub. Bahaya aurora
tehadap manusia sampai saat ini belum pernah dibuktikan. Akan tetapi fenomena ini dapat
mengganggu jaringan telekomunikasi. Pengaruh proton-proton yang bertumbukkan dengan
atom di atmosfer dapat mengganggu penerimaan radio, televisi dan telegram. Hal ini
disebabkan karena saat titik-titik di atmosfer terganggu oleh proton dari matahari, atmosfer
tidak lagi menahan sinyal dan memantulkannya ke bumi. Sinyal tersebut justru diteruskan ke
luar angkasa. Akibatnya tidak ada sinyal yang diterima televisi, radio atau telegram. Partikel
yang bermuatan dalam angin matahari, magnetometer dan ionosfer membawa aliran listrik
berskala besar. Jika aliran ini berubah di dekat bumi, dapat menyebabkan kerusakan peralatan
listrik.

Anda mungkin juga menyukai