Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FIZIKA

STABILITAS OBAT

HARI PRAKTIKUM/WAKTU

: SELASA, 15 MARET 2016

KELOMPOK

: KPBI Kelompok 1

ANGGOTA

NAMA

NPM

TAI TZE HONG

(260110152001)

KUSHIELA MALAR K.

(260110152004)

NOVALISHA T.

(260110152005)

SAFURAA KASMAN

(260110152007)

WONG YI SHAN

(260110152008)

ABSTRACT
Stability of pharmaceutical products refer to capacity of the product or a
given drug substance to remain within its identity and potential. Drug stability can
be divided into 3 categories as chemical stability, physical stability and microbial
stability. The drug formulation can strongly influence the rate and mechanism of
drug degradation. During the stability test, the surface of the drug product will be
monitored. Stability test provide evidence of how the quality of a finished drug. The
drug degradation may be influenced by environmental factor and temperature.
Since the drugs have diverse molecular structure and are, therefore, susceptible to
isomerization and racemization, elimination, oxidation, photo degradation with the
other drug.

ABSTRAK
Stabilitas produk farmasetika atau obat ialah kapasitasnya untuk mengawal
identitas dan potensinya. Stabilitas obat boleh dibahagikan kepada 3 kategori, yaitu
stabilitas kimia, stabilitas fizikal dan stabilitas mikrobial. Formulasi yang
dijalankan terhadap obat akan menjejaskan kecepatan dan mekanism degradasi
obat. Bila ujian stabilitas dijalankan, permukaan obat juga akan diuji. Ujian ini
dapat membantu kita untuk mengetahui kualitas produk obat ini. Degradasi obat
juga akan dijejaskan oleh faktor lingkungan dan temperatur. Disebabkan obat
mempunyai molecular struktur yang berbeda, jadi obat akan mengalami isomerasi
dan racemizasi, eliminasi, oksidasi, foto degradasi dengan obat lain.

Arrhenius Equation dimana k,

PENDAHULUAN
Tujuan praktikum ini adalah
untuk membuat larutan yang

adalah constant dan reaksi adalah


disebabkan oleh suhu, T.

mengandungi 4% asetosal dan

k = Ae Ea/RT

10% asam citrate. Kemuadian

di mana, k = kadar constant

konsentrasi asetosal ditentukan

Ae

dalam suhu dan waktu yang

eksponential.

factor

pre-

berlainan dengan menggunakan

Ea = tenaga aktivasi

titratsi asam basa. Tujuan yang

R = gas konstant

berikutnya

T = suhu(Clugston, 2000).

mengetahui

adalah
waktu

untuk
degradasi

Prinsip seterusnya adalah prinsip

produk farmasetika disebabkan

Le-Chatelier. Di mana sesuatu

oleh peningkatan suhu. Tujuan

system

seterusnya

adalah

untuk

equilibrium ia akan mengubah

menentukan

kadar

degradasi

konsentrasi, suhu, dan tekanan

sesuatu product pada suhu bilik

sehingga equilibrium yang baru

dengan menggunakan Arrhenius

akan terbentuk (Myers, 2003).

Equation

Prinsip yang terakhir adalah

dan

curva

extrapolation.

kimia

mencapai

Kadar Reaksi. Kadar sesuatu

Prinsip-prinsip

yang

reaksi untuk reactant atau produk

digunakan di dalam eksperimen

dalam sesuatu reaksi berlaku laju

ini adalah prinsip Titrasi asam-

atau

basa. Ia adalah sesuatu process

mempengaruhi

dimana sesuatu larutan yang

konsentrasi, suhu, karalist dan

diketahui konsentrasi digunakan

saiz particlenya (Khopkar, 1998).

perlahan.

Factor

yang
adalah

untuk mengetahui konsentrasi zat


yang lain sama ada asam atau
basa

dengan

Reaksi

yang

berlangsung

penambahan

dalam pengujian ini adalah reaksi

indicator untuk menandakan titik

antara asetosal dengan larutan

equivalennya(Holman,

2001).

natrium

Prinsip

adalah

persamaan reaksi dibawah ini:

yang

kedua

hidroksida,

seperti

H2C2O4 + 2NaOH

Na2C2O4

+ 2H2O (Svehla, 1985).

diketahui

dari

penurunan

ada

tidaknya

kadar

selama

penyimpanan (Connors,et al.,1986).


Ketidakstabilan obat disebabkan
oleh dua hal, yang pertama adalah

Stabilitas fisik dan kimia

labilitas dari bahan obat dan bahan

bahan obat baik dan tersendiri dengan

pembantu, termasuk struktur kimia

bahan bahan dari formulasi yang

masing-masing bahan dan sifat kimia

merupakan kriteria paling penting

fisika dari masing-masing bahan.

untuk menentukan suatu stabilitas

Yang kedua adalah faktor-faktor luar,

kimia

seperti suhu, cahaya, kelembaban,

mempersatukannya

dan udara, yang mampu menginduksi

memformulasikan menjadi bentuk-

atau mempercepat reaksi degradasi

bentuk sediaan (Ansel,1989).

dan

farmasi

serta
sebelum

bahan. Skala kualitas yang penting


Suatu

untuk menilai kestabilan suatu bahan


obat adalah kandungan bahan aktif,
keadaan galenik, termasuk sifat yang
terlihat

secara

miktobiologis,

sensorik,

secara

toksikologis,

dan

aktivitas terapetis bahan itu sendiri.


Skala

perubahan

yang

diijinkan

ditetapkan untuk obat yang terdaftar


dalam farmakope. Kandungan bahan
aktif

yang

internasional
penurunan

bersangkutan
ditolerir
sebanyak

10%

secara
suatu
dari

obat

kestabilannya

dapat dipengaruhi juga oleh pH,


dimana reaksi penguraian dari larutan
obat

dapat

dipercepat

dengan

penambahan asam (H+) atau basa


(OH-)

dengan

menggunakan

katalisator yang dapat mempercepat


reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak
mempengaruhi hasil dari reaksi.
(Ansel, 1989).
Kestabilan dari suatu zat
merupakan

faktor

yang

harus

kandungan sebenarnya (Voight, R.,

diperhatikan

1994).

formulasi suatu sediaan farmasi. Hal


Stabilitas obat adalah derajat

degradasi suatu obat dipandang dari


segi kimia. Stabilitas obat dapat

dalam

membuat

itu penting mengingat sediaannya


biasanya diproduksi dalam jumlah
yang besar dan juga memrlukan

waktu yang lama untuk sampai

Oleh karena itu, perlu diketahui

ketangan

yang

faktor-faktor

yang

mempengaruhi kestabilan suatu zat

disimpan dalam jangka waktu yang

hingga dapat dipilih suatu kondisi

lama dapat mengalami penguraian

dimana

dan mengakibatkan hasil urai dari zat

optimum

tersebut bersifat toksik sehingga

Republik Indonesia, 2004).

pasien

membutuhkannya.

Oabt

apa

kestabilan

saja

obat

(Departemen

yang

tersebut
Kesehatan

dapat membahaykan jiwa pasien.


Waktu yang mana bahan obat

Oleh karena itu, perlu diketahui


faktor-faktor

apa

saja

yang

mempengaruhi kestabilan suatu zat


hingga dapat dipilih suatu kondisi
dimana

kestabilan

obat

tersebut

optimum. (Departemen Kesehatan

atau sistem bahan obat dibawah


persyaratan lingkungan tertentu tidak
tergantung dari karakter jalannya
proses

jalannya

(perubahan

kimia,

mikrobiologis)

Republik Indonesia, 2004).

penguraian
fisika

adalah

dan

terpenting

untuk mengetahui. Untuk mendeteksi


Kestabilan dari suatu zat
merupakan

harus

2 metode yakni (1) tes daya tahan

membuat

waktu panjang yang mengantarkan

formulasi suatu sediaan farmasi. Hal

bahwa obat selama ruang waktu yang

itu penting mengingat sediaannya

diminati

biasanya diproduksi dalam jumlah

persyaratan

yang besar dan juga memrlukan

cahaya, udara dan kelembapan) yang

waktu yang lama untuk sampai

dituntut atau diharapkan di dalam

ketangan

yang

lemari

yang

pendingin dan dalam jarak waktu

disimpan dalam jangka waktu yang

yang cocok dan pada akhir percobaan

lama dapat mengalami penguraian

dikontrol kandungan bahan obat atau

dan mengakibatkan hasil urai dari zat

nilai efektifnya, sifat mikrobiologis,

tersebut bersifat toksik sehingga

maupun sifat sensoris dan keadaan

dapat membahayakan jiwa pasien.

galeniknya

diperhatikan

faktor

yang

perbandingan stabilitas maka dipakai

dalam

pasien

membutuhkannya.

Obat

disimpan

di

bawa

penyimpanan

(suhu,

pendingin

atau

ruang

yang dapat dideteksi

dengan metode fisika. (2) tes daya

persamaan

tahan dipercepat dilakukan dibawah

aktivitasi dapat dinyatakan sebagai :

pembebanan

K = , di mana A adalah faktor

digunakan

panas,

dengan

membuat

ini

peraturan

kinetika reaksi, lagi pula penguraian


dipelajari pada suhu yang lebih tinggi
daripada suhu ruang dan kemudian
diekstrapolasikan

pada

suhu

penyimpanan (Voight,1995).

Arhenius,

energy

frekuensi untuk reaksi, R adalah


konstanta gas universal, T adalah
suhu ( Dalam Kelvin) dan k adalah
koefsien laju reaksi. Persamaan ini
menunjukkan bahwa energy aktivitas
tergantung suhu (Team Ilmu Kimia,
2014).

Degradasi kimia konstituen


Stabilitas

dalam sebuah produk obat sering

farmasi

harus

dalam

diketahui untuk memastikan bahwa

potensi, misalnya, hidrolisis cincin b-

pasien menerima dosis obat yang

laktam hasil benzilpenisilin dalam

diresepkan

aktivitas antimikroba yang lebih

ditemukan degradasi efek terapi aktif.

rendah.

farmasi

menyebabkan

kerugian

dalam

contoh

beberapa

dan

bukan

diproduksi

bertanggung

produk degradasi dari obat mungkin

jawab

degradasi beracun suatu eksipien

merupakan produk yang stabil yang

dapat

dipasarkan dalam batas-batas tanggal

menimbulkan

masalah

untuk

hasil

stabilitas fisik atau mikrobiologis.

kedaluwarsa.

Pada

umumnya,

berlangsung lebih

memastikan

apoteker

ia

komunitas

reaksi

kimia

memerlukan

pengetahuan

tentang

mudah

dalam

faktor-faktor

yang mempengaruhi

keadaan cair daripada dalam keadaan

stabilitas bahwa ia benar dapat

padat sehingga masalah stabilitas

menyimpan obat-obatan, pemilihan

serius lebih umum ditemui dalam obat

wadah

cair (Walter, 1994).

mengeluarkan

obat

mengantisipasi

interaksi

Persamaan

Arhenius

yang

tepat

untuk
tersebut,
ketika

pencampuran beberapa bahan obat,

menyatakan hubungaan antara energi

persiapan,

aktivitasi dan laju reaksi.

kepada pasien setiap perubahan yang

Dari

dan

menginformasikan

mungkin terjadi setelah obat telah

seperti

salep

dan

pasta

selama

diberikan (Parrot, 1978)

penyimpanannya seringkali mengeras


kemudia yang dalam kasus ekstrim

Ketidakstabilan
terpenting

adalah

yang

secara

fisika,

pertama adalah Perubahan struktur


kristal.

Banyak

bahan

obat

menunjukkan sifat polimorf artinya


mereka

berkemampuan

muncul

dalam

muntuk

modifikasi

yang

berlainan. Selama penyimpanan dapat


berlangsung
yang

perubahan

polimorf,

disebabkan

perubhan

lingkungan dalam sediaan obat yang


tidak dapat dilihat secara orgaleptik,
tetapi

umumnya

menyebabkan

perubahan dalam sikap pelepasan dan


sikap rebsorbsinya. Kedua, adalah
perubahan

keadaan

distribusi.

Melalui efektivitas gravitasi pada


cairan

sistem

berfase

banyak

memungkinkan terjadi munculnya


pemisahan,

yang

mula-mula

mengarahnya padda suatu kerugian


daya penerapannya. Keempat adalah
perubahan perbandingan kelarutan.
Pada

sistem

dispersi

monokuler

misalnya larutan bahan obat dapat


menyebabkan terlampauinya produk
kelarutan, dengan demikian terjadi
pemisahan (pengendapan) dari bahan
terlarut

melampaui

perubahan

konsentrasi yang disebabkan oleh


penguapan bahan pelarut atau melalui
perubahan

suhu.

Kelima

adalah

perubahan perbandingan hidratasi.


Melalui pengambilan atau pelepasan
dari cairan perbandingan hidratasi
senyawa dipengaruhi dan denggan
demikian menentukan sifat. Contoh
yang jelas nyata adalah pencairan
oleh higroskopisitas yang besar dari
sediaan ini (Ansel, 1985).

terasakan hanya sebagai pergeseran


tingkat dispersitas yang dapat dilihat

METODE

secara mikroskopis, tetapi dalam


stadium yang lebih maju dapat juga
dilihat secara makroskopis sebagai
sedimentasi

atau

pengapungan.

Ketiga adalah perubahan konsistensi


dan agregat. Sediaan obat semi padat

Alat yang digunakan adalah neraca


penimbangan, buret, kertas indikator
pH, labu ukur, pipet tetes, dan pipet
ukur. Bahan yang digunakan adalah
serbuk asetosal, larutan NaoH, asam

oksalat,

indikator

fenolphatalein,

sodium sitrat dan air.

penentuan

konsentrasi.

Pertama,

50mg 4% asetosal pada suhu kamar


diambil lalu dipipet dengan 10ml

Pembakuan dilakukan dari larutan


natrium

hidroksida.

Pembakuan

dilakukan dengan menimbang 4 gram

aquades. Beberapa tetes indikator


fenolftalein ditetes ke dalam larutan
asetosal.

Larutan

asetosal

ini

natrium hidroksida yang kemudian

kemudian dititrat menggunakan 0.1N

dilarutkan kedalam 1 liter aquades

larutan

yang telah dipanaskan dan dibiarkan

Perubahan warna diamati dari warna

mendingin. Sejumlah larutan natrium

bening bertukar pink atau merah

hidroksida kemudian dimasukkan ke

muda.

dalam buret dan diadukan pembakuan

hidroksida yang diguna sehingga

dengan metode titrasi menggunakan

warna berubah dicatat. Metode ini

larutan asam oksalat yang telah

diulang setiap 15menit dalam satu

diteteskan

dengan

indicator

jam bagi asetosal pada suhu 30C dan

fenolftalein.

Titrasi

berlarutan

50C. Waktu dicatat menggunakan

sehingga berlaku perubahan warna

jam randik. Dilakukan pengiraan

dari

pink.

dengan melihat graf Ea. Pengiraan k

Seterusnya,

dilakukan pada suhu kamar. Setelah

dilakukan penimbangan porselain. 4

itu, dikira waktu simpan pada suhu

cawan porselin yang mengandungi

kamar menggunakan orde pertama.

4% asetosal dipanaskan di atas

Dengan

penangas

30C,

Arrhenius dan grafik ekstrapolasi,

manakala 4 cawan lagi dipanaskan di

graf log k di plotkan dengan 1/T pada

atas penangas air pada suhu 50C.

suhu kamar 25C. Kemudian, dikira

Konsentrasi 4 cawan porselin yang

waktu simpan dibawah suhu kamar.

mengandungi 4% asetosal dicatat

graf Ae dan nilai k pada suhu

pada setiap 15 menit dalam masa satu

kamar.perhitungan potensi dilakukan

jam dengan titrasi menggunakan

dengan

larutan

dibawah ini:

bening

Konsentrasi

Seterusnya,

ke

warna

dicatat.

air

pada

suhu

natrium
dilakukan

hidroksida.
prosedur

natrium

Nilai

larutan

menggunakan

menggunakan

hidroksida.

natrium

persamaan

persamaan

2
100

HASIL DAN PEMBAHASAN


N Perlaku

Hail

Gambar

1L
aquades
.
4 Melaku
kan

o an

Mendapat
larutan

pembak NaOH
1 Menimb Mendapat
angkan

cawan

yang

asetosal mengand
yang

ung 50mg

50mg di asetosal.

uan

yang

NaOH

diketahui

dengan

konsentra

asam

sinya.

oksalat
0,1N.

dalam
5 Meman

cawan.

askan
2 Menimb Mendapat
ang

4g 4

NaOH

NaOH.

untuk

lehi

asetosal asetosal
yang di yang
dalam

dipanaska

cana di n dengan

bikin

atas

larutan

suhu

penanga dan

naoh

dalam 1
l
aquades
.
3 Melarut Mendapat

30
50

air sama

dengan

masa

masa

yang

dalam

masing-

linkung

masing.

an

kan

larutan

menit

NaOH

NaOH.

dan

di dalam

Mempero

suhu

15

yang

dipanas

ng

masing-

kan

potency

masing.

dengan

asetosal.

suhu
dan
masa
pemana
san yang
berbeda.

6 Mentitra Mempero
sikan

lehi

asetosal konsentra

Wakt

yang

si

dilaruta

potency

dan

30C

50C

(mins)

n dalam asetosal
10ml

di

suhu

aquades kamar.

Poten V

Potensi

NaO

si(%) NaO

(%)

dan
berada

19.3

100

15

21.5

88.60 21.6

88.10

dengan

30

22.5

83.42 25.7

66.8

NaOH.

45

25.1

69.90 27.1

59.6

60

26.8

61.10 28.6

51.80

di suhu

19.3

100

kamar

7 Mentitra Mempero
si

lehi

asetosal volume
(dalam

naoh

10ml

yang

aquades dibutuh
)

yang dan dapat

telah

menghitu

Perhitungan yang dilakukan pada


percobaan ini adalah seperti di bawah:
1.Pembakuan NaOH
No

Asam
oksalat

V NaOH

10mL

11.5mL

= [2(19,3)-26,8]/19.3 x 100%

10mL

10.9mL

= 61.1%

11.2mL

Average of NaOH =

11.5+10.9

3. Potensi asetosal pada suhu 50C

= 11.2mL
V1N1=V2N2

15 menit:
2
100%

11.2 = 0.1(10)
= 0.09N

=[2(19,3)-21,6]/19.3 x 100%
= 88.1%

2. Potensi asetosal pada suhu 30C


30 menit:
15 menit:
2
100%

= [2(19,3)-21,5]/19.3 x 100%

2
100%

= [2(19,3)-25,7]/19.3 x 100%
= 66.8%

= 88.6%
45 menit:
30 menit:
2
100%

= [2(19,3)-22,5]/19.3 x 100%

2
100%

= [2(19,3)-27,1]/19.3 x 100%
= 59.6 %

= 83.42%
60 menit:
45 menit:
2
100%

= [2(19,3)-25,1]/19.3 x 100%

2
100%

= [2(19,3)-28,6]/19.3 x 100%
= 51.8%

= 69,9%
4. Nilai k30
60 menit:

Nilai ini dapat dihitung menggunakan


2
100%

hasil plot graf yang dilakukan.

menggunakan rumus berikut:

log potensi(30C) vs
waktu

log
2.05

50

21

30 = 2.303 ( 2.1 )
0.008

5030

Log 0.005 = 2.303 1.987 (50 30)

2
1.95

Ea = 7.005 (Kcal/mol)

1.9
1.85
1.8

Stabilitas

y = -0.0035x + 2.006

1.75
0

20

40

60

80

penting

adalah

kualitas,

faktor

keamanan

dan

kemanjuran dari produk obat. Sebuah

waktu

produk obat, yang tidak cukup stabil,


dapat mengakibatkan perubahan fisik

LogP=log P-2.303t

- 2.303 =

(seperti

1.921.95

kekerasan,

pembubaran, pemisahan fase dll)

3015

serta

K30 = 0.005

karakteristik

(pembentukan

log potensi(50C) vs
waktu

2.05
2
1.95
1.9
1.85
1.8
1.75
1.7
1.65

kimia

risiko

tinggi

dekomposisi zat).
Stabilitas obat adalah kemampuan
suatu obat untuk mempertahankan
sifat dan karakteristiknya agar sama
dengan yang dimilikinya pada saat

y = -0.0049x + 2.0001
0

20

40

dibuat (identitas, kekuatan, kualitas,


60

80

kemurnian)

dalam

ditetapkan

sepanjang

penyimpanan

LogP=log P-2.303t

menilai

- 2.303 =

1.711.76
3015

dan

batas

yang
periode

penggunaan

sehingga mampu memberikan efek


terapi yang baik dan menghindari
efek toksik.

K50 = 0.008
Suatu sediaan farmasi dalam hal
6. Nilai Ea asetosal

ini adalah obat sangat perlu diketahui

Menghitung Ea dari acetosas

kestabilannya,

disebabkan

oleh

biasanya

obat

diproduksi

dalam

obat yang beredar tersebut stabil

jumlah yang sangat banyak dan

dalam jangka waktu yang lama yang

memerlukan waktu yang lama untuk

disimpan dalam suhu kamar. Adapun

sampai ketangan pasien (masyarakat),

maksud dan tujuan dari praktikum ini

sehingga dikhawatirkan dalam jangka

adalah

waktu yang lama tersebut, obat ini

memahami cara penentuan kestabilan

akan mengalami penguraian yang

suatu obat, serta menerangkan faktor

mana zat urai tersebut dapat bersifat

apa

saja

yang

mempengaruhi

toksik sehingga dapat membahayakan

kestabilan

suatu

bahan

jiwa pasien.

penentuan energi aktivasi dari reaksi

untuk

mengetahui

dan

obat,

penguraian, dan masa simpan suatu


Pada

umumnya

penentuan

zat

(bahan

obat).

Faktor

kestabilan suatu zat obat dapat

mempengaruhi

dilakukan dengan cara kinetika kimia.

farmasi tergantung pada profil sifat

Cara ini tidak memerlukan waktu

fisika dan kimia. Faktor utama

yang

lingkungan

lama

sehingga

praktis

stabilitas

yang

dapat

sediaan

menurunkan

digunakan dalam bidang farmasi.

stabilitas diantaranya temperatur yang

Hal-hal yang penting diperhatikan

tidak sesuai, cahaya, kelembaban,

dalam penentuan kestabilan suatu zat

oksigen

dengan cara kinetika kimia adalah :

Beberapa faktor lain yang juga

a.

mempengaruhi stabilitas suatu obat

Kecepatan reaksi

b. Faktor-faktor
mempengaruhi

yang
kecepatan

reaksi,

dan

mikroorganisme.

adalah ukuran partikel, pH, kelarutan,


dan bahan tambahan kimia.

seperti suhu, kekuatan ion dan


pengaruh pH
c. Tingkat

Sehingga
reaksi

dan

cara

penentuannya.

untuk

menjaga

kestabilan obat, obat harus disimpan


sehingga terhindar dari pencemaran
dan

peruraian,

terhindar

dari

Tujuan dari uji stabilitas obat

pengaruh udara, panas dan cahaya.

sendiri yaitu untuk menentukan umur

Obat yang mudah menyerap lembab

simpan dari suatu sediaan obat dan

harus disimpan dalam wadah tertutup

rapat berisi kapur tohor. Keadaan

dengan cepat. Jika menggunakan

kebasahan udara dinyatakan dengan

suhu

tekanan

yaitu

mengetahui penguraian obat dengan

perbandingan antara tekanan uap di

cepat. Sedangkan jika menggunakan

udara dengan tekanan uap maksimum

suhu kamar dalam pengujian maka

pada temperatur tersebut. T1/2 adalah

butuh waktu yang lama untuk dapat

periode

terurai.

uap

air

relatif,

penggunaan

dan

yang

tinggi

kita

mampu

penyimpanan yaitu waktu dimana


suatu

produk

memenuhi

Alasan menggunakan suhu

spesifikasinya jika disimpan dalam

yang tinggi karena bila kita ingin

wadahnya yang sesuai dengan kondisi

mengetahui batas kestabilan suatu

atau waktu yang diperlukan untuk

obat (batas kadaluarsanya), maka obat

hilangnya konsentrasi setengahnya.

harus disimpan pada jangka waktu

Sedangkan T90 adalah waktu yang

yang lama sampai obat tersebut

tertera

batas

berubah, hal ini tentu tidak bisa

waktu diperbolehkannya obat tersebut

dilakukan karena keterbatasan waktu,

dikonsumsi karena diharapkan masih

sehingga kita menggunakan suhu

memenuhi

yang tinggi karena uji kestabilan obat

yang

tetap

menunjukkan

spesifikasi

yang

ditetapkan.

dapat

dipercepat

dengan

menggunakan perubahan suhu atau


Pada praktikum stabilitas obat

menggunakan

suhu

yang

tinggi.

ini bahan yang digunakan adalah

Semakin tinggi suhunya maka akan

asam

semakin cepat bahan obat tersebut

oksalat,

asetosal,

air,

fenolftalein, natrium hidroksida dan


natrium

sitrat.Adapun

untuk terurai.

tujuan

dilakukan pada berbagai suhu 30oC,


40oC,

50oC

dimaksudkan

dan
untuk

60oC

Dalam percobaan ini kita akan

adalah

menentukan energi aktivasi (Ea)

membedakan

dimana Ea yaitu kemampuan suatu

atau mengetahui pada suhu berapa

sediaan

untuk

dapat

obat dapat stabil dengan baik dan

penguraian zat. Energi aktivasi (Ea)

pada suhu berapa obat akan terurai

harus

ditentukkan

mengalami

dengan

cara

mengamati perubahan konsentrasi

dilakukan pembakuan adalah untuk

pada

dengan

memastikan dan menentukan kadar

membandingkan dua harga konstanta

atau konsentrasi pasti dari larutan

penguraian zat pada temperatur atau

NaOH. NaOH merupakan senyawa

suhu yang berbeda sehingga dapat

yang higroskopis sehingga mudah

ditentukkan

berikatan

suhu

tinggi,

energi

aktivasinya.

dengan

udara

yang

Metode pengujian stabilitas dengan

menyebabkan

kenaikan temperature tidak dapat

berubah. Oleh karena itu, konsentrasi

diterapkan untuk semua jenis sediaan

yang tertera dalam etiket belum tentu

terutama

sama

untuk

mengandung

produk

bahan

yang

dengan

konsentrasinya

konsentrasi

yang

pensuspensi

sebenarnya. Indicator yang digunakan

seperti metilselulosa menggumpal

adalah PP (phenolphthalein) yang

pada

yang

mudah diamati perubahan pH nya

salep

dan

dengan perubahan warna dari tidak

meleleh

pada

berwarna menjadi pink rosa ketika

kondisi temperature pada kondisi

kelebihan sedikit basa karena rentang

temperatur yang sedikit dinaikkan.

pHnya adalah antara 8.3 10.

Dari

Sehingga cocok digunakan untuk

pemanasan,

mungkin

protein

denaturasi,

suppositoria

yang

percobaan

dapat

diketahui

bahwa semakin tinggi suhu, maka

indicator NaOH.

semakin menurun stabilitas suatu


sediaan farmasi. Hal ini dikarenakan

Aplikasi stabilitas obat dalam

suhu merupakan faktor lingkungan

bidang farmasi yakni kestabilan suatu

yang dapat mempengaruhi kestabilan

zat merupakan faktor yang harus

suatu sediaan farmasi.

diperhatikan

dalam

membuat

formulasi suatu sediaan farmasi. Hal


Pada percobaan uji stabilitas

ini penting mengingat suatu sediaan

ini, digunakan metode titrasi dengan

biasanya diproduksi dalam jumlah

larutan

yang besar dan memerlukan waktu

NaOH.

Larutan

NaOH

sebagai larutan baku sekunder harus

yang

dibakukan

baku

penguraian dan mengakibatkan dosis

primer yaitu asam oksalat. Tujuan

yang diterima pasien berkurang.

dengan

larutan

lama

dapat

mengalami

Adakalanya

hasil

bersifat

toksis

urai

tersebut

maka

semakin

turun

stabilitas

sehingga

obat. Dalam perbandingan graph

membahayakan jiwa pasien. Oleh

30C dan 50C, log potensi graph

karena itu perlu diketahui faktor-

50C lebih rendah daripada graph

faktor

30C.

mempengaruhi

kestabilan

suatu zat sehingga dapat dipilih


kondisi pembuatan sediaan yang tepat
KESIMPULAN

sehingga kestabilan obat terjaga.

Kita dapat menentukan kadar

log potensi(30C) vs
waktu

log
2.05

asetosal dalam pelbagai variasi suhu


dan

waktu

menggunakan

tertentu
titrasi

dengan

asam

basa.

1.95

Stabilitas obat sangat di pengaruhi

1.9

oleh perubahan suhu, semakin tinggi

1.85

suhu maka stabilitas suatu

1.8

y = -0.0035x + 2.006

menurun. Semakin lama pemanasan

1.75
0

20

40

obat

60

80

waktu

maka

semakin

turun

stabilitas

obat. Kita dapat memperlihatkan


penguraian sediaan farmasi yang

log potensi(50C) vs waktu

disebabkan kenaikan suhu.

2.05
2
1.95
1.9
1.85
1.8
1.75
1.7
1.65

Daftar pustaka
Ansel, Howard C. 1985. Pengantar
y = -0.0049x + 2.0001
0

20

40

Bentuk Sediaan Farmasi Edisi


60

80

IV. UI Press.
Clugston,

Stabilitas obat sangat di pengaruhi


oleh perubahan suhu, semakin tinggi
suhu maka stabilitas suatu

obat

menurun. Semakin lama pemanasan

M.

Chemistry.

Jakarta.

2000.

Advanced

New

Oxford University.

York:

Connors, K.A., et al. 1986. Stabilitas


Kimiawi Sediaan Farmasi.

Semimikro..

London:

Longman Group Limited.

Edisi II. Jilid II. Jakarta: Jhon


Team Ilmu Kimia, 2014. Kinetika

Willey and Sons.

Kimia
Departemen

Kesehatan

Republik

Energi

Tersedia

Aktivitas.

online

di

Indonesia. 1979. Farmakope

http://www.ilmukimia.org/20

Indonesia, III. Departemen

14/07/energi-aktivasi.html

Kesehatan

diakses pada 17 Maret 2016]

Republik

Indonesia, Jakarta.
Voight, R..1994, Buku Pelajaran
Holman,

J.S.

2001.

Chemistry.

Cheltenham : Nelson Thornes.


Khopkar, S.M. 1998. Basic Conceps

Teknologi Farmasi, Gadjah


Mada

University

Press,

Jogjakarta.

of Analytical Chemistry. New


Dehli: New Age International.

Walter. 1994. The Pharmaceutical


Codex

Moechtar,

1989,

Farmasi

Edition

Fisika

Principle and Practice of

Bagian Larutan dan Sistem

Pharmaceutics. London: The

Dispersi.

Pharmaceutical Press

Gadjah

Mada

University Press, Jogjakarta.


Myers, R. 2003. The Basic of
Chemistry.

London:

Greenwood Press.
Parrot.

Twelfth

L.

Eugene.

1978.

Pharmaceutical Technology.
USA:

Burgess

Pubhlising

Company
Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik
Kualitatif Makro dan

Anda mungkin juga menyukai