Anda di halaman 1dari 3

Asiditas-Alkalinitas

Asiditas pada sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir OH -. Air asam biasanya
tidak diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat. Asiditas biasanya merupakan hasil
dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, protein, asam-asam lemak dan ion-ion
logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua
kontributor utama, CO2 dan H2S, merupakan larutan volatil yang segera hilang dari sampel
(Mindriany Syafila, 1994) :
CO2 + OH- HCO3H2S + OH- HS + H2O
Istilah asam mineral bebas (free mineral acid) adalah asam kuat seperti H 2SO4 dan HCl di
dalam air. Asiditas total ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir
phenolphtalein (pH 8,2). Asam mineral bebas ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk
mencapai titik akhir methyl orange (pH 4,3). Karakter asam dari ion-ion logam asam, dan
biasanya beberapa merupakan asam kuat (Mindriany Syafila, 1994).
Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi kesuburan yang
diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan
tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan (Anonymous A, 2010).
Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air, Secara khusus alkalinitas sering
disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas larutan penyangga dari ion bikarbonat,
dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan
bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH
(Anonymous A, 2010).
Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran
dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh
pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya.
Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tinggi adalah sebagai berikut
(Anonymous A, 2010) :
1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;
2. Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton tinggi.

Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan alga
dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan (Anonymous A, 2010) :
1. Pengaruh sistem buffer dari alkalinitas;
2. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik. Sehingga alkalinitas diukur
sebagai faktor kesuburan air.
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir
kemasaman dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang
menunjukkan kapasitas larutan penyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion
karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion
hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya
dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO 3). Air dengan kandungan
kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan
kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada
umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20
ppm (Anonymous B, 2010).
Alam diberkahi dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga dapat bertahan
terhadap berbagai perubahan, begitu juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap
berbagai perubahan dikenal dengan istilah Kapasitas larutan penyangga pH (Anonymous B,
2010).
Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan melalui alkalinitas dengan proses sebagai
berikut (Anonymous B, 2010) :
CO2 + H2O <==> H2CO3 <==> H+ + HCO3- <==> CO3-- + 2H+
CO3 (karbonat) dalam mekanisme diatas melambangkan alkalinitas air. Sedangkan H(+)
merupakan sumber keasaman. Mekanisme diatas merupakan reaksi bolak-balik, artinya
reaksi bisa berjalan ke arah kanan (menghasilkan H+) atau ke arah kiri (menghasilkan CO2).
Oleh karena itu, apabila seseorang mencoba menurunkan pH dengan memberikan "asamasaman" artinya menambahkan H+ saja maka (seperti ditunjukan mekanisme diatas). H+
tersebut akan segera diikat oleh CO3 dan reaksi bergerak kekiri menghasilkan CO2, (CO2 ini
akhirnya bisa lolos ke udara). Pada saat asam baru ditambahkan, pH akan terukur rendah,
tapi setelah beberapa waktu kemudian, ketika reaksi mulai bergerak ke kiri, pH akan kembali
bergerak ke angka semula. Itulah hukum alam dan karena itu juga kita masih bisa
menemukan ikan di alam sampai saat sekarang. Dengan demikian penurunan pH tidak akan
efektif kalau hanya dilakukan dengan penambahan asam saja. Untuk itu, cobalah pula

usahakan untuk

menurunkan alkalinitasnya.

Kalaupun dipaksakan hanya dengan

penambahan asam maka jumlahnya harus diberikan dalam jumlah lebih banyak yaitu untuk
mengatasi alkalinitasnya terlebih dahulu, seperti ditunjukkan pada reaksi diatas (Anonymous
B, 2010).
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir
kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang
menunjukkan kapasitas larutan penyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion
karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion
hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya
dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO 3). Air dengan kandungan
kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan
kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada
umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20
ppm (Putri, 2009).

Daftar Pustaka
Syafilia, Mindriany. 1994. Kimia Lingkungan I. Bandung : ITB
Putri, Ayu Maulida. 2009. Laporan Pratikum : Asidi-Alkalinitas. Banjarbaru: Universitas Lambung
Mangkurat
Anonymous A, 2010. Alkalinitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Alkalinitas. Tanggal akses: 09 Oktober 2011
Anonymous B, 2010. Parameter air. http://www.o-fish.com/parameter_air.html. Tanggal akses: 09 Oktober
2011

Anda mungkin juga menyukai