Apabila mengkaji tentang bayi tabung dari hukum islam,maka harus dikaji
dengan memakai metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para ahli ijtihad agar
hukum ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa al-Quran dan sunnah
menjadi pasanagan umat islam.Bayi Tabung dilakukan apabila dilakukan dengan
sel sperma dan ovum suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya kedalam
rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain(bagi suami yang
berpoligami),maka islam membenarkan,baik dengan cara mengambil sperma
suami,kemudian disuntikkan kedalam vagina atau uterus istri,maupun dengan cara
pembuahan dilakukan diluar rahim,kemudian buahnya ditanam kedalam rahim
istri,asal keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan
cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak,karena dengan cara pembuahan
alami,suami istri tidak berhasil memperoleh anak.
Menurut Al-Quran Surat Al-Isra ayat 70
Artinya:Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,Kami angkut
mereka didaratan dan lautan,Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan.
Inseminasi buatan endahngan donor itu pada hakikatnya merendahkan
harkat manusia sejajar dengan hewan yang di inseminasi.
Hadist Nabi:
Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari Akhir menyiramkan
airnya (sperma) pada tanaman orang lain(vagina istri orang lain).Hadist Riwayat
Abu Daud,Al-Tirmizi dan hadist ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban.
Dengan hadist ini para ulama sepakat mengharamkan seseorang
mengawini/melakukan hubungan seksual dengan wanita hamil dari orang lain yang
mempunyai ikatan perkawinan yang sah.
Pada zaman dulu masalah bayi tabung/inseminasi buatan belum timbul,sehingga
kita tidak memperoleh fatwa hukumnya dari mereka.Kita dapat menyadari bahwa
inseminasi buatan / bayi tabung dengan donor sperma atau ovum lebih
mendatangkan madaratnya daripada maslahahnya.
masalah yang pelik baik kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam
hal kewarisan. ii
2. 6. 4. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan
suami-istri yang sah hal tersebut juga hukumnya haram. Alasannya,
statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis diluar
pernikahan yang sah alias perzinahan. Nahdlatul Ulama (NU) juga telah
menetapkan fatwa terkait masalah dalam Forum Munas di Kaliurang,
Yogyakarta pada tahun 1981. Ada 3 keputusan yang ditetapkan ulama NU
terkait masalah Bayi Tabung, diantaranya : 1. Apabila mani yang ditabung
atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata bukan mani suamiistri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada
sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda,
Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah
SWT, dibandingkan dengan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan
spermanya (berzina) didalam rahim perempuan yang tidak halal baginya. 2.
Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara
mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. Mani
Muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak
dilarang oleh syara. Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram, para
ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul Akhyar II/113. Seandainya
seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan beronani) dengan
tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang
tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang. 3.
Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara
mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim
istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh). Berikut ini
dalil-dalil syari yang dapat menjadi landasan hukum untuk mengharamkan
inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut: Surat Al-Isra ayat
70 : Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami
angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. Surat At-Tin ayat 4 :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia
diciptakan
oleh
Tuhan
sebagai
makhluk
yang
mempunyai
kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan
lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah
seharusnya manusia ii
3. 7. bisa menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati martabat
sesama manusia. Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu pada