Anda di halaman 1dari 5

2.

HUKUM BAYI TABUNG

Apabila mengkaji tentang bayi tabung dari hukum islam,maka harus dikaji
dengan memakai metode ijtihad yang lazim dipakai oleh para ahli ijtihad agar
hukum ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa al-Quran dan sunnah
menjadi pasanagan umat islam.Bayi Tabung dilakukan apabila dilakukan dengan
sel sperma dan ovum suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya kedalam
rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain(bagi suami yang
berpoligami),maka islam membenarkan,baik dengan cara mengambil sperma
suami,kemudian disuntikkan kedalam vagina atau uterus istri,maupun dengan cara
pembuahan dilakukan diluar rahim,kemudian buahnya ditanam kedalam rahim
istri,asal keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan
cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak,karena dengan cara pembuahan
alami,suami istri tidak berhasil memperoleh anak.
Menurut Al-Quran Surat Al-Isra ayat 70
Artinya:Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,Kami angkut
mereka didaratan dan lautan,Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan.
Inseminasi buatan endahngan donor itu pada hakikatnya merendahkan
harkat manusia sejajar dengan hewan yang di inseminasi.
Hadist Nabi:
Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari Akhir menyiramkan
airnya (sperma) pada tanaman orang lain(vagina istri orang lain).Hadist Riwayat
Abu Daud,Al-Tirmizi dan hadist ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban.
Dengan hadist ini para ulama sepakat mengharamkan seseorang
mengawini/melakukan hubungan seksual dengan wanita hamil dari orang lain yang
mempunyai ikatan perkawinan yang sah.
Pada zaman dulu masalah bayi tabung/inseminasi buatan belum timbul,sehingga
kita tidak memperoleh fatwa hukumnya dari mereka.Kita dapat menyadari bahwa
inseminasi buatan / bayi tabung dengan donor sperma atau ovum lebih
mendatangkan madaratnya daripada maslahahnya.

1. C. Bayi Tabung dalam Pandangan Islam Masalah bayi tabung (Athfaalul


Anaabib) ini menurut pandangan Islam termasuk masalah kontemporer
ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di dalam
AlQuran dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Oleh
karena itu, dalam menyelesaikan masalah ini hendak dikaji menurut Hukum
Islam dengan menggunakan metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para
ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai
dengan prinsip dan jiwa Al-Quran dan As-Sunnah yang merupakan sumber
pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah mengenai bayi tabung ini
sebaiknya menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan
cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat
diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar proporsional dan mendasar.
Misalnya menggunakan ahli kedokteran, peternakan, biologi, hukum, agama
dan etika. Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini, para ulama di Tanah
Air telah menetapkan fatwa tentang bayi tabung/inseminasi buatan. Majelis
Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwany pada tanggal 13 Juni 1979
menetapkan 4 keputusan terkait masalah bayi tabung, diantaranya : 1. Bayi
tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah
hukumnya mubah (boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan
kaidah-kaidah agama. Asal keadaan suami istri yang bersangkutan benarbenar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena
dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak.
Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih Hajat (kebutuhan yang sangat penting)
diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa. Padahal keadaan
darurat/terpaksa itu membolehklan melakukan hal-hal yang terlarang. 2.
Sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari
pasangan suamiistri yang dititipkan di rahim perempuan lain dan itu
hukumnya haram, karena dikemudian hari hal itu akan menimbulkan
masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan (khususnya antara anak
yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang
mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya). 3. Bayi Tabung dari
sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya
haram berdasarkan kaidah Sadd az-zariah. Sebab, hal ini akan menimbulkan

masalah yang pelik baik kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam
hal kewarisan. ii
2. 6. 4. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan
suami-istri yang sah hal tersebut juga hukumnya haram. Alasannya,
statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis diluar
pernikahan yang sah alias perzinahan. Nahdlatul Ulama (NU) juga telah
menetapkan fatwa terkait masalah dalam Forum Munas di Kaliurang,
Yogyakarta pada tahun 1981. Ada 3 keputusan yang ditetapkan ulama NU
terkait masalah Bayi Tabung, diantaranya : 1. Apabila mani yang ditabung
atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata bukan mani suamiistri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada
sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda,
Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah
SWT, dibandingkan dengan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan
spermanya (berzina) didalam rahim perempuan yang tidak halal baginya. 2.
Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara
mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. Mani
Muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak
dilarang oleh syara. Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram, para
ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul Akhyar II/113. Seandainya
seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan beronani) dengan
tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang
tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang. 3.
Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara
mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim
istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh). Berikut ini
dalil-dalil syari yang dapat menjadi landasan hukum untuk mengharamkan
inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut: Surat Al-Isra ayat
70 : Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami
angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. Surat At-Tin ayat 4 :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia
diciptakan
oleh
Tuhan
sebagai
makhluk
yang
mempunyai
kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan
lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah
seharusnya manusia ii
3. 7. bisa menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati martabat
sesama manusia. Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu pada

hakikatnya merendahkan harkat manusia (human dignity) sejajar dengan


hewan yang diinseminasi.
D. Manfaat Dan Akibat Bayi Tabung Maslahahnya dari bayi tabung adalah
bias membantu pasangan suami istri yang keduanya atau salah satu nya
mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri menghalangi
bertemunya sel sperma dan sel telur.Misalnya karena tuba falopii terlalu
sempit atau ejakulasinya terlalu lemah.Namun akibat(mafsadah) dari bayi
tabung adalah: Percampuran Nasab,padahal Islam sangat menjaga
kesucian / kehormatan kelamin dan kemurnian nasab,karena ada kaitannya
dengan kemahraman (siapa yang halal dan haram dikawini) dan kewarisan.
Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam. Inseminasi pada
hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi percampuran sperma
dengan ovum tanpa perkawinan yang sah. Kehadiran anak hasil
inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik didalam rumah tangga
terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan anak yang sangat
unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifat-sifat fisik dan karakter/mental
si anak dengan bapak ibunya. Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung
yang percampuran nasabnya terselubung dan sangat dirahasiakan donornya
adalah lebih jelek daripada anak adopsi yang pada umumnya diketahui asal
dan nasabnya. Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami
terutama pada bayi tabung lewat ibu titipan yang harus menyerahkan
bayinya pada pasangan suami istri yang punya benihnya,sesuai dengan
kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan anatara anak dengan ibunya secara
alami Surat Al-Lugman ayat 14 Mengenai status anak hasil inseminasi
dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam adalah tidak sah dan
statusnya sama dengan anak hasil prostitusi.UU Perkawinan pasal 42
No.1/1974:Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai
akibat perkawinan yang sahmaka memberikan pengertian bahwa bayi
tabung dengan bantuan donor dapat dipandang sah karena ia terlahir dari
perkawinan yang sah.Tetapi inseminasi buatan dengan sperma atau ovum
donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan Pancasila,UUD 1945 pasal
29 ayat 1. Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat Indonesia termasuk
kalangan agama nantinya bias menerima bayi tabung seperti halnya
KB.Namun harus diingat bahwa kalangan agama bias menerima KB karena
pemerintah tidak memaksakan alat/cara KB yang ii
4. 8. bertentangan dengan agama.Contohnya : Sterilisasi,Abortus.Oleh karena
itu pemerintah diharapkan mengizinkan praktek bayi tabung yang tidak
bertentangan dengan agama.

Anda mungkin juga menyukai