Anda di halaman 1dari 12

makalah promkes (visi,misi dan strategi promosi kesehatan)

BAB I
LATAR BELAKANG DAN RUMUSAN MASALAH

A.

LATAR BELAKANG

Sejarah Promosi Kesehatan


Era propaganda dan Pendidikan Kesehatan Rakyat (masa kemerdekaan
sampai 1960an)
Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan
pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk
usahanya dengan mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban sederhana
dan mempergunakannya. Lambat laun pemberantasan cacing tambang tumbuh
menjadi apa yang dinamakan Medisch Hygienische Propaganda. Propaganda
ini kemudian meluas pada penyakit perut lainnya, bahkan melangkah pula
dengan penyuluhan di sekolah-sekolah dan pengobatan kepada anak-anak
sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk mendirikan brigade sekolah
dimana-mana. Perintisan Pendidikan Kesehatan Rakyat oleh Dr. R. Mohtar
Era Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan (1960-1980)

Munculnya istilah Pendidikan Kesehatan dan diterbitkannya UU Kesehatan


1960

Ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional (12 November 1964)

Era PKMD, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan melalui Media Elektronik


(1975-1995)

Peran serta dan pemberdayaan masyarakat (Deklarasi Alma Ata, 1978)

Munculnya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa)

Munculnya Posyandu

dll)

Penyuluhan kesehatan melalui media elektronik (dialog interaktif, sinetron

Era Promosi dan Paradigma Kesehatan (1995-2005)

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada,


munculnya istilah promosi kesehatan (Ottawa Charter, 1986)
memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan, yaitu :

Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public


policy);
Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment);
Memperkuat gerakan masyarakat (community action);
Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills) ; dan
Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services).

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia (1988)

Konferensi ini menekankan 4 bidang prioritas, yaitu:


Mendukung kesehatan wanita;
Makanan dan gizi;
Rokok dan alkohol; dan
Menciptakan lingkungan sehat.

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia (1991)

Konferensi ini mengemukakan 4 strategi kunci, yakni:


Memperkuat advokasi diseluruh lapisan masyarakat;
Memberdayakan masyarakat dan individu agar mampu menjaga kesehatan
dan lingkungannya melalui pendidikan dan pemberdayaan;
Membangun aliansi; dan
Menjadi penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah
masyarakat.

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan IV di Jakarta, Indonesia


(Jakarta Declaration on Health Promotion, 1997)
Promosi Kesehatan abad 21 adalah :
Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam kesehatan;
Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan;
Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan;
Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan masyarakat;
Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.
B.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah makalah ini
adalah Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan strategi
yang jelas, sebagaimana tertuang dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Visi, misi dan strategi tersebut sejalan
dan bersama program kesehatan lainnya mengisi pembangunan kesehatan
dalam kerangka Paradigma Sehat menuju Visi Indonesia Sehat.

visi

Visi Promosi Kesehatan adalah: PHBS 2010, yang mengindikasikan tentang


terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut
adalah benar-benar visioner, menunjukkan arah, harapan yang berbau impian,
tetapi bukannya tidak mungkin untuk dicapai. Visi tersebut juga menunjukkan
dinamika atau gerak maju dari suasana lama (yang ingin diperbaiki) ke suasana
baru (yang ingin dicapai). Visi tersebut juga menunjukkan bahwa bidang garapan
Promosi kesehatan adalah aspek budaya (kultur), yang menjanjikan perubahan
dari dalam diri manusia dalam interaksinya dengan lingkungannya dan
karenanya bersifat lebih lestari.

1)

Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah:


Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat;

2)
Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya phbs di
masyarakat;
3)
Melakukan advokasi kepada para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan. Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa yang harus dan perlu
dilakukan oleh Promosi Kesehatan dalam mencapai visinya. Misi tersebut juga
menjelaskan fokus upaya dan kegiatan yang perlu dilakukan. Dari misi tersebut
jelas bahwa berbagai kegiatan harus dilakukan serempak.

Selanjutnya strategi Promosi Kesehatan yang selama ini dikenal adalah


ABG, yaitu:
Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Ketiga strategi
tersebut dengan jelas menunjukkan bagaimana cara menjalankan misi dalam
rangka mencapai visi. Strategi tersebut juga menunjukkan ketiga strata
masyarakat yang perlu digarap. Strata primer adalah masyarakat langsung perlu
digerakkan peran aktifnya melalui upaya gerakan atau pemberdayaan
masyarakat (community development, PKMD, Posyandu, Poskestren, Pos UKS,
dll). Strata sekunder adalah para pembuat opini di masyarakat, perlu dibina atau
diajak bersama untuk menumbuhkan norma perilaku atau budaya baru agar
diteladani masyarakat. Ini dilakukan melalui media massa, media tradisonal,
adat, atau media apa saja sesuai dengan keadaan, masalah dan potensi
setempat. Sedangkan strata tertier adalah para pembuat keputusan dan penentu
kebijakan, yang perlu dilakukan advokasi, melalui berbagai cara pendekatan
sesuai keadaan, masalah dan potensi yang ada. Ini dilakukan agar kebijakan
yang dibuat berwawasan sehat, yang memberikan dampak positif bagi
kesehatan.

Dengan visi, misi dan strategi seperti ini, Promosi Kesehatan juga jelas akan
melangkah dengan mantapnya di masa depan. Namun sebagaimana konsep
Promosi kesehatan yang disebutkan di muka, visi, misi dan strategi tersebut juga
harus dapat dioperasionalkan secara lebih membumi di lapangan, sesuai
keadaan, masalah dan potensi setempat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Promosi Kesehatan


Era propaganda dan Pendidikan Kesehatan Rakyat (masa kemerdekaan
sampai 1960an)
Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan
pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk
usahanya dengan mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban sederhana
dan mempergunakannya. Lambat laun pemberantasan cacing tambang tumbuh
menjadi apa yang dinamakan Medisch Hygienische Propaganda. Propaganda
ini kemudian meluas pada penyakit perut lainnya, bahkan melangkah pula
dengan penyuluhan di sekolah-sekolah dan pengobatan kepada anak-anak
sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk mendirikan brigade sekolah
dimana-mana. Perintisan Pendidikan Kesehatan Rakyat oleh Dr. R. Mohtar
Era Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan (1960-1980)

Munculnya istilah Pendidikan Kesehatan dan diterbitkannya UU Kesehatan


1960

Ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional (12 November 1964)

Era PKMD, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan melalui Media Elektronik


(1975-1995)

Peran serta dan pemberdayaan masyarakat (Deklarasi Alma Ata, 1978)

Munculnya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa)

Munculnya Posyandu

dll)

Penyuluhan kesehatan melalui media elektronik (dialog interaktif, sinetron

Era Promosi dan Paradigma Kesehatan (1995-2005)

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada,


munculnya istilah promosi kesehatan (Ottawa Charter, 1986)
memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan, yaitu :

Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public


policy);
Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment);
Memperkuat gerakan masyarakat (community action);
Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills) ; dan
Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services).

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia (1988)

Konferensi ini menekankan 4 bidang prioritas, yaitu:


Mendukung kesehatan wanita;
Makanan dan gizi;
Rokok dan alkohol; dan
Menciptakan lingkungan sehat.

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia (1991)

Konferensi ini mengemukakan 4 strategi kunci, yakni:


Memperkuat advokasi diseluruh lapisan masyarakat;
Memberdayakan masyarakat dan individu agar mampu menjaga kesehatan
dan lingkungannya melalui pendidikan dan pemberdayaan;
Membangun aliansi; dan
Menjadi penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah
masyarakat.

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan IV di Jakarta, Indonesia


(Jakarta Declaration on Health Promotion, 1997)
Promosi Kesehatan abad 21 adalah :
Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam kesehatan;
Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan;
Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan;
Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan masyarakat;
Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.

B.

Visi Promosi Kesehatan

Visi Promosi Kesehatan adalah: PHBS 2010, yang mengindikasikan tentang


terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut
adalah benar-benar visioner, menunjukkan arah, harapan yang berbau impian,
tetapi bukannya tidak mungkin untuk dicapai. Visi tersebut juga menunjukkan
dinamika atau gerak maju dari suasana lama (yang ingin diperbaiki) ke suasana
baru (yang ingin dicapai). Visi tersebut juga menunjukkan bahwa bidang garapan
Promosi kesehatan adalah aspek budaya (kultur), yang menjanjikan perubahan
dari dalam diri manusia dalam interaksinya dengan lingkungannya dan
karenanya bersifat lebih lestari.

C.

Misi Promosi Kesehatan

1.

Advokat (advocate)

Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan


2.

Menjembatani (mediate)

Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan
kesehatan
3.

Memampukan (enable)

Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara


mandiri

Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah:


1.

Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat;

2.
Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya phbs di
masyarakat;
3.
Melakukan advokasi kepada para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan. Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa yang harus dan perlu
dilakukan oleh Promosi Kesehatan dalam mencapai visinya. Misi tersebut juga
menjelaskan fokus upaya dan kegiatan yang perlu dilakukan. Dari misi tersebut
jelas bahwa berbagai kegiatan harus dilakukan serempak.
D.

Strategi Promosi Kesehatan

Selanjutnya strategi Promosi Kesehatan yang selama ini dikenal adalah ABG,
yaitu: Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Ketiga
strategi tersebut dengan jelas menunjukkan bagaimana cara menjalankan misi
dalam rangka mencapai visi. Strategi tersebut juga menunjukkan ketiga strata
masyarakat yang perlu digarap. Strata primer adalah masyarakat langsung perlu
digerakkan peran aktifnya melalui upaya gerakan atau pemberdayaan
masyarakat (community development, PKMD, Posyandu, Poskestren, Pos UKS,

dll). Strata sekunder adalah para pembuat opini di masyarakat, perlu dibina atau
diajak bersama untuk menumbuhkan norma perilaku atau budaya baru agar
diteladani masyarakat. Ini dilakukan melalui media massa, media tradisonal,
adat, atau media apa saja sesuai dengan keadaan, masalah dan potensi
setempat. Sedangkan strata tertier adalah para pembuat keputusan dan penentu
kebijakan, yang perlu dilakukan advokasi, melalui berbagai cara pendekatan
sesuai keadaan, masalah dan potensi yang ada. Ini dilakukan agar kebijakan
yang dibuat berwawasan sehat, yang memberikan dampak positif bagi
kesehatan.

Dengan visi, misi dan strategi seperti ini, Promosi Kesehatan juga jelas akan
melangkah dengan mantapnya di masa depan. Namun sebagaimana konsep
Promosi kesehatan yang disebutkan di muka, visi, misi dan strategi tersebut juga
harus dapat dioperasionalkan secara lebih membumi di lapangan, sesuai
keadaan, masalah dan potensi setempat.

BAB III
PEMBAHASAN
A.

PENGERTIAN

Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan


gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan
sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan
lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan
yang sehat.
Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabunngan:
1.

menciptakan lingkungan yang mendukung,

2.

mengubah perilaku, dan

3.

meningkatkan kesadaran.

Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang diadakan diOttawa,


Kanada, menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam
Ottawa. Dalam piagam ini tertera strategi dalam meningkatkan kontrol
masyarakat terhadap kesehatan diri mereka sendiri.

Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan


Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan strategi yang
jelas, sebagaimana tertuang dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang

Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Visi, misi dan strategi tersebut sejalan
dan bersama program kesehatan lainnya mengisi pembangunan kesehatan
dalam kerangka Paradigma Sehat menuju Visi Indonesia Sehat.

Visi Promosi Kesehatan


Visi Promosi Kesehatan adalah: PHBS 2010, yang mengindikasikan tentang
terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut
adalah benar-benar visioner, menunjukkan arah, harapan yang berbau impian,
tetapi bukannya tidak mungkin untuk dicapai. Visi tersebut juga menunjukkan
dinamika atau gerak maju dari suasana lama (yang ingin diperbaiki) ke suasana
baru (yang ingin dicapai). Visi tersebut juga menunjukkan bahwa bidang garapan
Promosi kesehatan adalah aspek budaya (kultur), yang menjanjikan perubahan
dari dalam diri manusia dalam interaksinya dengan lingkungannya dan
karenanya bersifat lebih lestari.

Misi Promosi Kesehatan


1.

Advokat (advocate)

Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan


2.

Menjembatani (mediate)

Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan
kesehatan
3.

Memampukan (enable)

Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara


mandiri
Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah:
1.

Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat;

2.
Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya phbs di
masyarakat;
3.
Melakukan advokasi kepada para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan. Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa yang harus dan perlu
dilakukan oleh Promosi Kesehatan dalam mencapai visinya. Misi tersebut juga
menjelaskan fokus upaya dan kegiatan yang perlu dilakukan. Dari misi tersebut
jelas bahwa berbagai kegiatan harus dilakukan serempak.
Strategi Promosi Kesehatan
Strategi Promosi Kesehatan yang selama ini dikenal adalah ABG, yaitu: Advokasi,
Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Ketiga strategi tersebut

dengan jelas menunjukkan bagaimana cara menjalankan misi dalam rangka


mencapai visi. Strategi tersebut juga menunjukkan ketiga strata masyarakat
yang perlu digarap. Strata primer adalah masyarakat langsung perlu digerakkan
peran aktifnya melalui upaya gerakan atau pemberdayaan masyarakat
(community development, PKMD, Posyandu, Poskestren, Pos UKS, dll). Strata
sekunder adalah para pembuat opini di masyarakat, perlu dibina atau diajak
bersama untuk menumbuhkan norma perilaku atau budaya baru agar diteladani
masyarakat. Ini dilakukan melalui media massa, media tradisonal, adat, atau
media apa saja sesuai dengan keadaan, masalah dan potensi setempat.
Sedangkan strata tertier adalah para pembuat keputusan dan penentu kebijakan,
yang perlu dilakukan advokasi, melalui berbagai cara pendekatan sesuai
keadaan, masalah dan potensi yang ada. Ini dilakukan agar kebijakan yang
dibuat berwawasan sehat, yang memberikan dampak positif bagi kesehatan.

Dengan visi, misi dan strategi seperti ini, Promosi Kesehatan juga jelas akan
melangkah dengan mantapnya di masa depan. Namun sebagaimana konsep
Promosi kesehatan yang disebutkan di muka, visi, misi dan strategi tersebut juga
harus dapat dioperasionalkan secara lebih membumi di lapangan, sesuai
keadaan, masalah dan potensi setempat.

Indikator Pencapaian Luaran Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan


20102014. Matrik Kinerja Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan
suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi,
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan
pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan
masyarakat (empoworment) sebagai satu upaya untuk membantu masyarakat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga,
agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Ada 5 tatanan yang menjadi sasaran survey PHBS yakni :


1)

Tatanan Rumah Tangga

2)

Tatanan Sekolah

3)

Tatanan Institusi Kesehatan

4)

Tatanan Tempat-tempat Umum

5)

Tatanan Tempat Kerja

1.

PHBS di Tatanan Rumah Tangga

Adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar mau dan
mampu melakukan PHBS . Ada 10 indikator PHBS di tatanan ini, yaitu :
1)

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2)

Memberi ASI ekslusif

3)

Menimbang balita setiap bulan

4)

Menggunakan air bersih

5)

Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6)

Menggunakan jamban sehat

7)

Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu

8)

Makan buah dan sayur setiap hari

9)

Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10) Tidak merokok di dalam rumah


2.

PHBS di Tatanan Sekolah

Ada 8 indikator sekolah ber PHBS, yakni :


1)

Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan sabun,

2)

Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah,

3)

Menggunakan jamban yang bersih dan sehat,

4)

Olahraga yang teratur dan terukur,

5)

Memberantas jentik nyamuk,

6)

Tidak merokok di sekolah,

7)

Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan,

8)

Membuang sampah pada tempatnya.

3.

PHBS di Institusi Kesehatan

Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau


swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas dan klinik swasta. Ada 6
indikator PHBS pada tatanan ini :

1)

Menggunakan air bersih,

2)

Menggunakan jamban,

3)

Membuang sampah pada tempatnya,

4)

Tidak merokok di institusi kesehatan,

5)

Tidak meludah sembarangan,

6)

Memberantas jentik nyamuk.

4.

PHBS di Tempat-tempat Umum

Ada 6 indikator PHBS di Tempat-tempat Umum :


1)

Menggunakan air bersih,

2)

Menggunakan jamban,

3)

Membuang sampah pada tempatnya,

4)

Tidak merokok di tempat umum,

5)

Tidak meludah sembarangan,

6)

Memberantas jentik nyamuk

5.

PHBS di Tempat Kerja

Ada 9 indikatornya :
1)

Tidak merokok di tempat kerja,

2)

Membeli dan mengonsumsi makanan dari tepat kerja,

3)

Melakukan olahraga/aktivitas fisik secara teratur,

4)
Memcuci tangan denga air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar atau buang air kecil,
5)

Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja,

6)

Menggunakan air bersih,

7)

Menggunakan jamban saat buang air kecil dan buang air besar,

8)

Membuang sampah pada tempatnya,

9)

Menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaannya.

Tujuan Survey PHBS pada lima tatanan tersebut adalah untuk mengetahui
sampai sejauh mana penerapan PHBS telah dilakukan pada lima tatanan
tersebut dan apa saja masalah PHBS saat ini .

B.

Simpulan

Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif
dan efisien, maka diperlukan cara dan pendekatan yang strategis yaitu strategi
promosi kesehatan
C.

Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai


perawat dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam rangka
memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat , dan dengan promosi kesehatan yaitu melalui penyuluhan
kesehatan atau pendidikan kesehatan kita sebagai perawat dapat mencegah
berbagai penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo,Soekidjo.2005.Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.Jakarta:Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai