Anda di halaman 1dari 2

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SEKRETARIAT JENDERAL
BIRO KOMUNIKASI DAN LAYANAN INFORMASI
Jl. Dr. Wahidin Raya No. 1 Jakarta 10710
Telepon (021) 3449230 ext. 6347/48; Fax: (021) 3500847
Website:www.kemenkeu.go.id; email: humas@kemenkeu.go.id

Nomor :
13 /KLI/2016
Tanggal : 27 Februari 2016

Hasil Pertemuan Tingkat Menteri Keuangan Dan Gubernur Bank Sentral G-20
Di Shanghai, Tiongkok, 26-27 Februari 2016
Jakarta, 27 Februari 2016 Para Menteri negara-negara anggota G20 melakukan pertemuan
pertama di bawah Presidensi Tiongkok pada tanggal 26-27 Februari 2016. Pertemuan yang
dilaksanakan di Shanghai tersebut membahas perkembangan terakhir ekonomi global, kerja sama
perpajakan, investasi di sektor infrastruktur, reformasi regulasi keuangan global, arsitektur
keuangan internasional serta isu pembiayaan terorisme dan perubahan iklim. Delegasi Republik
Indonesia dipimpin oleh Menteri Keuangan, Bambang P.S. Brodjonegoro bersama dengan
Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo.
Para Menteri G20 sepakat bahwa perkembangan perekonomian global masih
mengkhawatirkan. Hal ini diperparah dengan terus berlanjutnya penurunan harga komoditas
strategis seperti harga minyak bumi yang turun pada level terendah.
Kondisi ini telah
mempengaruhi prospek pertumbuhan di banyak negara, baik negara maju dan negara
berkembang. Mendasari hal tersebut, Presidensi G20 Tiongkok mengeluarkan usulan untuk kerja
sama yang lebih erat dalam koordinasi dan komunikasi kebijakan di masing-masing negara
sebagai upaya meningkatkan prospek pertumbuhan jangka panjang sebagaimana tujuan kerja
sama G20 itu sendiri.
Dalam kesempatan pertemuan G20 tersebut, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro
menyoroti secara tegas tantangan implementasi kerja sama perpajakan internasional, khususnya
terkait inisiatif base erosion and profit shifting (BEPS) dan rencana pertukaran informasi secara
otomatis di bidang perpajakan (Automatic Exchange of Information AEOI). Menteri Bambang
Brodjonegoro menyatakan agar batas waktu implementasi AEOI yang telah disepakati yaitu tahun
2017 untuk negara early adopters dan paling lambat tahun 2018 dapat terlaksana dengan penuh,
dan mengharapkan nantinya tidak ada negara yang meminta pengecualian dari pelaksanaan AEOI
tersebut untuk menghindari pertukaran informasi di bidang perpajakan antar negara.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro juga menyampaikan pandangan Indonesia
mengenai pentingnya G20 memerangi upaya rekayasa keuangan oleh institusi-institusi di pusatpusat keuangan dunia dengan tujuan menghindari transparansi bisnis dan transaksi keuangan
dengan tujuan menyembunyikan pemilik modal yang sebenarnya (ultimate beneficial owners).
Indonesia juga memandang penting agar seluruh negara di dunia tidak melakukan perlombaan
untuk menurunkan tarif pajak serendah-rendahnya secara tidak sehat dan melupakan pentingnya
strategi peningkatan penerimaan negara sebagai upaya mendorong investasi untuk mendukung
pertumbuhan di masa depan.
Para Menteri G20 sepakat melanjutkan dan meningkatkan agenda investasi infrastruktur
yang lebih fokus kepada aspek kualitas dan kuantitas. Para Menteri G20 meminta dilakukan
langkah lebih lanjut terkait optimalisasi neraca keuangan Multi Development Banks (MDBs). G20
juga melihat pentingnya optimalisasi tersebut dilakukan melalui joint actions untuk mendapatkan
proyek berkualitas tinggi, dalam rangka memberikan daya tarik bagi keterlibatan pembiayaan
investasi jangka panjang.

1/2

Dalam pembahasan isu ini, Indonesia menyampaikan pandangan mengenai pentingya G20
terus mendukung agenda investasi infrastruktur sebagai prioritas utama G20, khususnya upaya
untuk membangun kerja sama yang lebih erat melalui sebuah aliansi konektivitas infrastruktur
global (global infrastructure connectivity alliance initiative). Indonesia juga mengusulkan agar G20
dapat terus membantu kesiapan negara-negara berkembang dalam meningkatkan kapasitasnya
dalam mempersiapkan bankable projects.
Dalam pertemuan G20 tersebut juga dibahas mengenai kerja sama memerangi pembiayaan
terorisme, dan Para Menteri G20 sepakat untuk memperkuat koordinasi melalui pertukaran
informasi yang lebih baik serta menyusun indikator yang lebih tegas dalam rangka mengurangi
kegiatan pembiayaan terorisme. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan
dukungan Indonesia kepada upaya-upaya pemberantasan tindak pidana pembiayaan terorisme,
dan Indonesia sendiri telah menjadi target kegiatan terorisme. Namun, Menteri Keuangan
Bambang Brodjonegoro meminta agar dipertimbangkan juga kedaulatan negara dengan sistim
hukum dan aturan yang berbeda di dalam pembahasan regulasi terkait upaya pemberantasan
pembiayaan terorisme tersebut.
Para Menteri G20 juga membahas sejumlah agenda lain termasuk perkembangan reformasi
regulasi keuangan global dan pembiayaan perubahan iklim. Pada akhir pertemuannya, para
Menteri G20 mengeluarkan Komunike Menteri dan sepakat untuk bertemu kembali pada bulan
April 2016 dalam kesempatan Pertemuan Musim Semi Bank Dunia dan IMF di Washington, DC
Amerika Serikat.

2/2

Anda mungkin juga menyukai