Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN ANALISIS BREAK EVENT POINT (BEP) SEBAGAI ALAT

PERENCANAAN LABA PERUSAHAAN


(Studi Pada PT. Karya Sutarindo Pasuruan)
Siti Komaria
Suhadak
Siti Ragil Handayani
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Analisa break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya
variabel, keuntungan, dan volume kegiatan. Sedangkan kondisi break event point (BEP) merupakan kondisi
dimana total revenue sama dengan total cost, atau laba yang diperoleh sama dengan nol. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan analisis BEP pada perusahaan PT. Karya Sutarindo
Pasuruan dan margin of safety yang dihasilkan pada tahun 2011, serta memberikan alternatif perencanaan
laba periode tahun 2012 dengan berbagai tingkat kemungkinan yang terjadi. Hasil penelitian ini menunjukkan
BEP yang dihasilkan pada tahun 2011 dan yang akan terjadi pada perencanaan tahun 2012 adalah sama.
Hasil tersebut disebabkan karena komponen-komponen yang mempengaruhi perubahan posisi BEP tidak
berubah per unitnya. Analisis BEP sebaiknya diterapkan dalam perencanaan laba perusahaan dikarenakan
dapat memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan pencapaian laba sesuai yang diinginkan,
sehingga dapat membantu manajer dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Kata Kunci : break event point, perencanaan laba.
1. PENDAHULUAN

menganalisis keterkaitan antara penjualan dan biaya


adalah analisis break event point (BEP).
Secara umum tujuan utama setiap perusahaan
Arsyad (2008: 290) menjelaskan bahwa Analisis
adalah untuk memperoleh laba. Laba yang dihasilkan pulang pokok (break even analysis) merupakan teknik
merupakan indikator dari keberhasilan manajemen analisis penting yang digunakan untuk mempelajari
perusahaan, namun tidak semua laba yang diperoleh hubungan-hubungan antara biaya, penerimaan, dan
sesuai dengan yang ditargetkan perusahaan, sehingga laba. Ketiga variabel tersebut saling berpengaruh satu
sangat diperlukan suatu perencanaan penjualan dan sama lain, karena break event point menentukan
biaya yang tepat.
perilaku biaya dan laba, dimana biaya menentukan
Manfaat dari perencanaan penjualan dan biaya harga jual suatu produk, harga jual mempengaruhi
adalah untuk mengetahui perkiraan penerimaan penerimaan perusahaan, dan penerimaan perusahaan
perusahaan. Perencanaan penjualan digunakan mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh perusahaan
perusahaan untuk mengetahui tingkat penjualan tersebut. Berdasarkan informasi mengenai besarnya
minimal yang harus dicapai agar perusahaan tidak break event point maka dapat ditentukan berapa
mengalami kerugian, sedangkan perencanaan biaya jumlah minimal produk yang harus terjual dan harga
dimaksudkan agar perusahaan mengetahui apabila jual yang akan dipatok oleh perusahaan apabila
terdapat biaya yang tidak perlu digunakan dan harus menginginkan laba tertentu.
dihapuskan untuk menekan biaya yang ada. Salah satu
Lokasi penelitian dilaksanakan pada PT. Karya
alat analisis yang sering digunakan perusahaan dalam Sutarindo Pasuruan. Alasan pemilihan lokasi
penelitian ini dikarenakan perusahaan ini memiliki
1

tingkat penjualan dan laba penjualan yang dalam tiga


tahun terakhir mengalami peningkatan, namun
mengalami penurunan dalam rasio laba.
Tabel 1
Keterangan
Penjualan
Harga Pokok
Penjualan
Laba Kotor
Biaya Adm.
dan Umum
Laba Operasi

Perbandingan Rasio Laba PT. Karya


Sutarindo Pasuruan
Th 2009
(Rp)
17.122.971.
600
11.898.137.
602
5.224.833.9
98
1.188.289.5
99
4.036.544.3
99
23,57%

Th 2010
(Rp)
22.940.861.
500
16.958.907.
480
5.981.953.6
60
1.711.111.3
51
4.270.842.3
09
18,62%

Th 2011
(Rp)
30.653.232.
400
23.522.544.
040
7.130.688.3
60
2.507.708.8
41
4.622.979.5
19
15,08%

memenuhi
sumber
daya
perusahaan
melaksanakan kegiatan produksi.

dalam

2.3 Break Event Point ( BEP )


Titik impas (break event point ) yaitu titik dimana
pendapatan sama dengan total biaya dan labanya nol
(Blocher, Stout, dan Cokins, 2011: 510 ). Titik impas
adalah kondisi dimana suatu kondisi tidak mengalami
keuntungan dan menderita kerugian. Laba yang
diperoleh sama dengan nol. Total revenue sama
dengan total cost. Komponen BEP terdiri atas:
penerimaan total (total revenue / TR), biaya tetap
(fixed cost/FC ), biaya variabel (variable cost / VC).

2.4 Analisis Break Event Point ( BEP )


Analisis pulang pokok atau analisis impas
(analisis break even) adalah teknik analisis untuk
mempelajari hubungan antara biaya, laba, dan volume
Rasio Laba
penjualan ( cost profit volume analysis ) (Martono
Operasi
dan Harjito, 2008 : 268 ). Teknik analisis ini
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk digunakan untuk mencari titik impas dimana
mengetahui besarnya tingkat penjualan saat mencapai pendapatan yang diperoleh sama dengan biaya yang
break event point pada tahun 2011, (2) Untuk dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan tidak boleh
mengetahui margin of safety tahun 2011, (3) Untuk melebihi jumlah pendapatan yang diperoleh agar
mengetahui penerapan analisis break event point perusahaan tidak menderita kerugian.
dalam perencanaan laba dan penjualan tahun 2012.
2.5 Perubahan Analisis Break Event Point (BEP)
Asumsi-asumsi yang ada pada analisis break
2. TINJAUAN PUSTAKA
event
point di atas menjelaskan bahwa break event
2.1 Pengertian Biaya
Biaya (cost) adalah suatu pengorbanan sumber point akan berubah apabila asumsi diatas mengalami
daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu perubahan sebagai berikut (Martono dan Harjito,
(Witjaksono, 2013:12). Biaya diklasifikasikan menjadi 2008: 270):
1. Adanya perubahan harga jual.
tiga bagian yaitu: biaya tetap, biaya variabel, dan
Perubahan harga jual produk dapat berubah
biaya semivariabel. Biaya tetap adalah biaya yang
naik atau turun. Dalam hukum permintaan,
bersifat tetap dalam rentang waktu yang relevan.
harga jual berbanding terbalik dengan
Biaya variabel adalah biaya yang berubah seiring
permintaan. Apabila harga naik maka
berubahnya volume produksi. Biaya semivariabel
permintaan akan turun, penurunan ini akan
adalah campuran dari biaya tetap dan biaya variabel.
menyebabkan total pendapatan (TR) menurun,
sedangkan apabila harga turun, maka
2.2 Anggaran
permintaan akan naik, kenaikan ini akan
Anggaran ( budget ) merupakan rencana tertulis
menyebabkan kenaikan pula pada total
mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan
pendapatan (TR). Jika harga jual naik, dengan
secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan
asumsi permintaan tetap, maka break event
umumnya dinyatakan dalam satuan uang, tetapi dapat
point akan turun. Hal ini dikarenakan break
juga dinyatakan dalam satuan barang/ jasa. ( Nafarin,
event point akan diperoleh dengan penjualan
2009: 11 ). Anggaran diperlukan untuk mengetahui
yang sedikit lebih sedikit di banding sebelum
jumlah total biaya yang harus dikeluarkan untuk
2

harga jual dinaikkan. Sebaliknya, jika harga


jual turun, maka break event point akan naik
karena untuk mencapai break event point
diperlukan penjualan barang yang lebih
banyak.
2. Adanya perubahan biaya tetap dan biaya
variabel
Naik turunnya biaya (tetap dan variabel) juga
akan mempengaruhi besarnya break event
point. Apabila biaya naik, maka diperlukan
barang yang lebih banyak untuk mencapai
break event point. Sebaliknya apabila biaya
turun, maka diperlukan barang yang lebih
sedikit untuk mencapai break event point.
3. Adanya perubahan komposisi penjualan (sales
mix)
Komposisi atau perbandingan antara satu
produk dengan produk lain harus tetap bila
perusahaan tersebut memproduksi lebih dari
satu jenis produk. Misalnya, apabila produk A
mengalami kenaikan 10% dan produk B tetap,
maka break event point pun akan berubah
(Martono & Harjito, 2008: 270).
2.6 Perencanaan Laba
Perencanaan laba merupakan suatu proses
perencanaan keuangan yang sangat penting bagi
perusahaan. Pelaku perencanaan laba dalam hal ini
adalah manajer keuangan menentukan segala aktivitas
perusahaan untuk mencapai target laba yang telah
ditentukan ( Kamaludin, 2011 : 88 ). Perencanaan laba
berguna untuk mengetahui target penjualan yang harus
dicapai untuk memperoleh laba yang ditargetkan.
Perencanaan laba terkait dengan jumlah penjualan
yang harus dicapai dan biaya yang harus dikeluarkan.
Jika biaya yang harus dikeluarkan lebih besar, maka
perusahaan harus berusaha untuk menekan biaya
tersebut agar perusahaan tidak menderita kerugian.
2.7 Hubungan antara Break Event Point dengan
Perencanaan Laba
Kegunaan dari analisis BEP adalah membantu
manajer dalam melakukan perencanaan laba. Laba
yang diperoleh perusahaan dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu volume produksi, harga jual, dan biaya.
Biaya menentukan harga jual, harja menentukan
penerimaan, dan penerimaan mempengaruhi volume

penjualan ( gunadarma.ac.id ). Ketiga faktor tersebut


saling berkaitan satu sama lain. Perencanaan laba
jangka pendek menentukan ketiga faktor tersebut
karena mempelajari hubungan antara biaya produksi,
volume produksi, dan laba yang akan diterima oleh
perusahaan.
2.8 Margin of Safety (MoS)
Margin of Safety adalah unit yang dijual atau
diharapkan akan dijual di atas titik impas ( Sugiri dan
Sulastiningsih, 2004 : 77). MoS ditentukan agar
apabila terjadi penurunan penjualan, perusahaan masih
tetap mendapatkan keuntungan sampai batas mencapai
BEP. Persentase MoS jelas lebih besar dari penjualan
BEP, karena batas ini berada di atas keadaan BEP.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Menurut
Ruslan (2010:12) penelitian deskriptif digunakan
untuk menggambarkan tentang karakteristik (ciri-ciri)
individu, situasi atau kelompok tertentu, karena hanya
menggambarkan keadaan keuangan perusahaan,
penelitian ini relatif sederhana karena tidak
memerlukan landasan teoritis rumit atau pengajuan
hipotesis tertentu.
Maxfield dalam Nazir (2009: 57) menjelaskan
studi kasus atau penelitian kasus (case study) adalah
penelitian mengenai status subjek penelitian yang
berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari
keseluruhan personalitas. Tujuan dari studi kasus
adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail
tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakterkarakter yang khas dari kasus, ataupun status individu,
yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan
dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Studi kasus
dilakukan karena penelitian ini hanya menggunakan
satu perusahaan dengan kasus yang belum tentu ada di
perusahaan lain, baik yang sejenis maupun yang
berbeda jenis.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
PT. Karya Sutarindo Pasuruan memproduksi
produk Sundvik Chair and Sundvik Table (SCST) dan
Sundvik Rocking Chair (SRC). Hasil analisis yang
telah dilakukan oleh penulis disajikan dalam tabel 2.
3

Tabel 2

PT. Karya Sutarindo Pasuruan Kontribusi


Marjin dan Laba Operasi Tahun 2011
(dalam rupiah)

Keteran
gan
Penjuala
n
Biaya
Variabel
Kontribu
si Marjin
Biaya
Tetap
Laba
operasi
Sumber: PT.
diolah)

Jenis Produk
Total
SCST
SRC
20.056.246.7
10.596.985. 30.653.232.4
00,00
700,00
00,00
14.828.855.3 7.834.847.36 22.663.702.7
41,59
2,46
04,05
5.227.391.35 2.762.138.33 7.989.529.69
8,41
7,54
5,95
2.202.729.02 1.163.821.14 3.366.550.17
8,87
8,08
6,95
3.024.662.32 1.598.317.18 4.622.979.51
9,54
9,46
9,00
Karya Sutarindo Pasuruan tahun 2011 (data

Berdasarkan tabel di atas kontribusi marjin >


biaya tetap. Biaya tetap dapat ditutup dan perusahaan
mendapatkan laba. Hasil rasio kontribusi marjin
(CMR) dan rasio biaya variabel disajikan dalam tabel
3.
Tabel 3

Rasio Kontribusi Marjin dan Rasio Biaya


Variabel PT. Karya Sutarindo Pasuruan
Tahun 2011

Jenis Produk
SCST
SRC
Produk Total

Rasio Biaya
Variabel
73,9363%
73,9347%
73,9358%

Rasio Kontribusi
Marjin
26,0637%
26,0653%
26,0642%

Sumber: PT. Karya Sutarindo Tahun 2011 (data


diolah)
4.1 Rasio Laba

= 12.916.475.510,09
BEP terjadi saat penjualan mencapai Rp.
12.916.475.510,09,. Perhitungan BEP setiap produk
adalah sebagai berikut:
SRC
:
SCST
Rp.

: Rp
1

= Rp. 4.469.368.688,61

= Rp. 8.447.106.821,48
BEP dalam item dapat dihitung dengan cara di
bawah ini:

= 90.656 item
= 119.478 item
Berdasarkan perhitungan di atas dapat
disimpulkan bahwa BEP mix tahun 2011 adalah:
SCST = Rp. 8.447.106.821,48 atau terjual sebanyak
119.478 item.
SRC = Rp.

rasio laba = 15,08%


Setelah laba operasi tahun 2011 diketahui,
selanjutnya menghitung BEP baik dalam rupiah
maupun dalam item. PT. Karya Sutarindo mempunyai
dua produk, yaitu SCST dan SRC, sehingga:

1,89

atau terjual sebanyak

90.656 item.
BEP mix (item) = 119.478 + 90.656 = 210.134 item.
4.2 Perhitungan MoS

4.3 Perencanaan Tahun 2012


Perencanaan penjualan tahun 2012 menggunakan
metode analisis regresi linear dengan persamaan:

= 57,86%
Penurunan diperbolehkan agar perusahaan tidak
menderita kerugian sebesar 57,86%.
MoS mix (item) = volume penjualan total x 57,86%
MoS mix (item) = 498.630 x 57,86%
= 288.507 item
MoS mix (Rp) = total penerimaan x 57,86%
MoS mix (Rp) = Rp. 30.653.232.400,00 x 57,86%
= Rp. 17.735.960.266,64
Gambar 1.

Y = a + bX

Mencari a dan b menggunakan rumus:

Keterangan:

Grafik BEP Mix Tahun 2011

Y = volume penjualan
a = variabel tetap
b = variabel peubah
x = tahun yang ditentukan (tahun ke)

Perencanaan harga jual dan volume penjualan


menggunakan data tiga tahun terakhir, yaitu data tahun
2009-2011. Perencanaan biaya-biaya pada tahun 2012
digunakan data tahun 2011 yang telah di analisis.
Berdasarkan perencanaan tersebut, diperoleh hasil
yang disajikan pada tabel 4:
Tabel 4

Anggaran Kontribusi Marjin dan Laba


Operasi PT. Karya Sutarindo Pasuruan
Tahun 2012

Jenis produksi
Total (Rp)
SCST (Rp) SRC (Rp)
Penjualan
23.331.000. 13.062.725. 36.393.725.
000,00
200,00
200,00
Total biaya
17.250.089. 9.657.877.9 26.907.967.
variable
457,97
26,47
384,44
Kontribusi
6.080.910.5 3.404.847.2 9.485.757.8
marjin
42,03
73,53
15,56
Biaya tetap
2.158.201.2 1.208.348.9 3.366.550.1
21,42
55,53
76,95
Laba operasi 3.922.709.3 2.196.498.3 6.119.207.6
20,61
18,00
38,61
Sumber: PT. Karya Sutarindo Pasuruan, tahun 2011 (data
diolah)
Keterangan

Sumber: PT. Karya Sutarindo Pasuruan (data diolah)

Keterangan:
R = rupiah
TR = total revenue
VC = variabel cost
BEP = titik impas
MoS = margin of safety
FC = fixed cost
Q = kuantitas

Hasil di atas menunjukkan bahwa laba yang


akan diperoleh sebesar Rp. 6.119.207.638,61. Rasio
kontribusi marjin dan rasio laba disajikan pada tabel 5.

Tabel 5

Perencanaan Rasio Kontribusi Marjin dan


Rasio Biaya Variabel PT. Karya Sutarindo
Pasuruan Tahun 2012

Jenis Produk

Rasio Biaya
Rasio Kontribusi
Variabel
Marjin
SCST
73,9363%
26,0637%
SRC
73,9346%
26,0654%
Produk Total
73,9357%
26,0643%
Sumber: PT. Karya Sutarindo Tahun 2011 (data diolah)

Rasio Laba

= 117.120 item
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh:
BEP mix (Rp) = BEP SCST (Rp) + BEP SRC (Rp)
BEP mix (Rp) = Rp. 8.280.433.907,10 + Rp.
4.636.041.602,99 = Rp. 12.916.475.510,09
BEP mix (item) = BEP SCST (item) + BEP SRC
(item)
BEP mix (item) = 117.120 item + 94.037 item
= 211.157 item
Perhitungan MoS

rasio laba = 15,08%


Menghitung titik impas dua produk (BEP Mix)
sebagai berikut:
= 64,51 %

= Rp. 12.916.475.510,09
Berdasarkan perhitungan di atas, titik impas
bauran penjualan terjadi pada saat penjualan SCST
dan SRC Rp. 12.916.475.510,09 dengan rincian
masing-masing sebagai berikut:
SCST
:
SRC
23.331.000.000,00
:
13.062.725.200,00
1,7861
:
1

Penurunan diperbolehkan agar perusahaan


tidak menderita kerugian sebesar 64,51 %.
MoS mix (item) = volume penjualan total x 64,51 %
MoS mix (item) = 594.964 x 64,51 %
= 383.811 item
MoS mix (Rp) = total penerimaan x 64,51 %
MoS mix (Rp) = Rp. 36.393.725.200,00 x 64,51 %
= Rp. 23.477.592.126,52

= Rp. 4.636.041.602,99

= Rp. 8.280.433.907,10
Titik impas dalam item dapat dihitung dengan
cara membagi penjualan masing-masing dengan harga
jual per item:

= 94.037 item
6

Gambar 2. Grafik BEP Mix Tahun 2012

= Rp. 39.572.565.099,88
Berdasarkan perhitungan di atas, laba yang
ditargetkan
oleh
perusahaan
sebesar
Rp.
6.947.748.967,07
akan terealisasi jika tercapai
penjualan minimal sebesar Rp. 39.572.565.099,88.

Sumber: PT. Karya Sutarindo Pasuruan (data diolah)

Keterangan:
R = rupiah
TR = total revenue
TC = total cost
BEP = titik impas
MoS = margin of safety
FC = fixed cost
Q = kuantitas
Perhitungan Sales Minimal
Kondisi persentase laba operasi yang menurun
pada tiga tahun terakhir, membuat perusahaan tidak
merencanakan laba operasi yang tinggi. Apabila laba
yang direncanakan sebesar rata-rata laba operasi tiga
tahun terakhir, yaitu 19,09 % [(23,57%+18,62%
+15,08%) / 3] atau sebesar Rp. 6.947.748.967,07 dari
penjualan tahun 2012, Rp. 6.947.748.967,07 yang
diperoleh dari (19,09% x Rp. 36.393.725.200,00),
maka sales minimalnya dapat dihitung dengan cara
berikut:

5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan perhitungan yang
telah dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya,
maka kesimpulan yang diperoleh adalah:
1. Tahun 2011, PT. Karya sutarindo Pasuruan
mencapai titik impas pada penjualan sebesar Rp.
12.916.475.510,09 dengan rincian penjualan SCST
sebesar Rp. 8.447.106.821,48 dan SRC sebesar Rp.
4.469.368.688,61.
Perhitungan
tersebut
menghasilkan rasio kontribusi marjin sama besar
yaitu 26% dengan rasio laba sebesar 15,08%.
2. Margin of safety sebesar 57.86 %, yang berarti
perusahaan akan mengalami kerugian apabila
penurunan penjualan > 57.86 % (unfavourable),
dan mendapatkan keuntungan apabila penurunan
penjualan < 57.86 % (favourable).
3. Dengan menggunakan analisis BEP, maka dapat
dihitung perencanaan tahun 2012:
4. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan
analisis trend, volume penjualan pada tahun 2012
direncanakan naik sebesar Rp. 36.393.725.200,00
dengan volume penjualan sebanyak 594.964 item.
5. BEP yang dihasilkan pada perencanaan penjualan
tahun 2012 adalah sebesar Rp. 12.916.475.510,09
dengan rincian SCST sebesar Rp. 8.280.433.907,10
dan SRC sebesar Rp. 4.636.041.602,99.
6. Margin of Safety tahun 2012 naik menjadi 64,51 %.
Hal ini berarti bahwa tingkat keamanan batas
penurunan menjadi lebih besar.
7. Perubahan harga jual, biaya tetap, dan biaya
variabel merubah posisi BEP.
8. Perubahan tingkat volume penjualan, tidak
mempengaruhi posisi BEP.
9. Perubahan sales mix tidak merubah posisi BEP
karena rasio kontribusi marjin yang dihasilkan
adalah sama.
7

Sugiri, Slamet dan Sulastiningsih. 2004. Akuntansi


5.2 Saran
Manajemen: Sebuah Pengantar. Yogyakarta:
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah
UPP AMP YKPN.
diuraikan, maka saran yang dapat diajukan kepada
pihak PT. Karya Sutarindo Pasuruan agar tidak terjadi Witjaksono, Armanto. 2013. Akuntansi Biaya. Edisi
Revisi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
penurunan rasio laba adalah:
1. Sebaiknya perusahaan menggunakan analisis BEP Setiawan, Hendri dan Lina Kusrina. 2003. Analisis
untuk merencanakan laba secara tepat. Selain itu,
Hubungan Biaya-Volume-Laba sebagai Alat
sebaiknya dilakukan pemisahan biaya semivariabel
untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek pada
ke dalam biaya tetap dan biaya variabel sebelum
Perusahaan Roti RIZQY, diakses pada tanggal
menggunakan analisis BEP. Hal ini untuk
23
Oktober
2012
21:09
dari
mempermudah perhitungan secara tepat dan akurat. http://www.gunadarma.ac.id/library/abstract/
2. Melakukan perhitungan margin of safety sangat
unadarma_20200837-ssm_fe.pdf.
dianjurkan agar manajemen dapat mengontrol
penjualan untuk mencegah penurunan penjualan
yang mengakibatkan kerugian pada perusahaan.
Berdasarkan kesimpulan dan saran yang
disajikan oleh peneliti, diharapkan dapat menjadi
pertimbangan bagi perusahaan untuk menghadapi
masalah yang dapat terjadi, baik di luar maupun di
dalam perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar
perusahaan tetap menjamin mutu produk yang
ditawarkan kepada konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2008. Ekonomi Manajerial. Edisi
Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Blocher, Stout dan Cokins. 2011. Manajemen Biaya.
Dialihbahasakan oleh David Wijaya. Jakarta:
Salemba Empat.
Kamaludin. 2011. Manajemen Keuangan. Bandung:
Mandar Maju.
Martono dan Harjito. 2008. Manajemen Keuangan.
Yogyakarta: EKONISIA.
Nafarin, M. 2009. Penganggaran Perusahaan. Edisi
Tiga. Jakarta: Salemba Empat.
Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Jakarta:
GHALIA INDONESIA
Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public
Relations dan Komunikasi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
8

Anda mungkin juga menyukai