MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah
Oleh
HASNAN MUAFFI WIKAN
16015060
ALVIN TRIANTO ATMOJO
16015290
AHMAD KUSHAY
16015295
PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunianya kami dapat menuliskan dan menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas pelajaran TTKI semester satu Tahap Persiapan Bersama Institut Teknologi
Bandung.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen Tri Sulistyaningtyas, S.S., M.Hum. yang
telah membimbing kami dan memberi arahan dalam membuat makalah ini. Ucapan terima
kasih juga kami berikan kepada rekan-rekan kelas 05 yang telah memberi dorongan dan
semangat dalam mengerjakan makalah ini, dan juga kepada para responden kuesioner online
yang telah membantu kami dengan memberikan curahan hati,
pendapatnya.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, baik sengaja maupun tidak sengaja. Maka dari itu, kami menerima kritik dan
saran untuk membuat makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Bandung, November 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kemajuan suatu bangsa. Hal
ini disebabkan fungsi pendidikan sebagai ujung tombak pembentukan kognitif, psikomotor,
dan afektif generasi muda. Tak hanya itu, pendidikan juga melatih hard skill dan soft skill
generasi muda sehingga terbentuklah insan-insan akademis yang membantu kemajuan
bangsa. Salah satu hal terpenting dalam pendidikan adalah kurikulum pendidikannya. Selain
itu, motivasi seseorang dalam mencari ilmu merupakan hal yang penting dalam proses
pendidikan siswa.
Pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian kurikulum.
Terakhir terjadi pada tahun 2013. Hampir semua pergantian disebabkan kurang efektifnya
kurikulum sebelumnya dalam menjalankan tugasnya sebagai garis haluan pendidikan
Indonesia. Apakah pergantian itu telah membuahkan hasil? Dalam ocehan para siswa di
media sosial, banyak yang mengeluhkan bahwa Kurikulum 2013 atau K13 ini membebankan
banyak tugas, mengurangi waktu luang, dan sebagainya. Selain itu, beberapa tahun ini tingkat
pengangguran makin meningkat dikarenakan banyak mahasiswa yang hanya mencari nama
besar dari universitas-universitas terbaik di Indonesia untuk mencari pekerjaan. Dan banyak
siswa maupun mahasiswa yang hanya mencari nilai, bukan esensi dari pelajaran yang
dipelajarinya, sehingga mereka hanya seperti robot yang mempelajari sesuatu secara
prosedural saja, tanpa mengerti mengapa mempelajari hal tersebut. Guru hanya
mementingkan tercapainya tujuan kurikulum, bukan pemahaman siswanya.
Pendidikan di Indonesia selama ini hampir mematikan daya kreativitas dan rasa ingin
tahu siswa. Siswa hanya sekedar mengerjakan tugas, mencatat di kelas, dan mendengarkan
ceramah dari gurunya. Metode seperti itu yang selalu diberikan di hampir setiap sekolah di
Indonesia. Lalu apakah metode dan kurikulum yang selama ini diberikan itu efektif? Apakah
ada cara lain yang bisa dilakukan agar pendidikan di Indonesia lebih efektif? Karena masalah
dan pertanyaan itulah kami menuliskan makalah ini.
1.2.
a.
b.
c.
d.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan Penulisan
1.4.
Ruang yang kami kaji adalah pendapat siswa SMA tentang Kurikulum 2013,
paradigma siswa SMA terhadap pembelajaran, dan pengaruh cita-cita siswa SMA terhadap
performa belajar mereka.
1.5.
1.6.
Sistematika Penulisan
BAB II
TEORI CARA MENINGKATKAN EFISIENSI
PEMBELAJARAN
2.1.
Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga
dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.
3)
4)
5)
6)
7)
Memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung.
3)
2.2.
Kurikulum
Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa
kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih
baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu
menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah
rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan
demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu
kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik,
2.3.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang tidak terlepas dari berbagai komponen
belajar yang saling mendukung. Komponen-komponen dalam belajar antara lain strategi,
metode, dan teknik pembelajaran. Agar pembelajaran menjadi ideal maka diperlukan
pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan
dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran
dalam rangka memanfaatkan sumber yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang diharapkan
sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran.
2.3.1 Macam-macam Strategi Pembelajaran
Ada berbagai strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan
pembelajaran siswa. Di bawah ini disebutkan beberapa cara untuk menjadikan pembelajaran
guru menjadi lebih menarik, diantaranya :
a. Pembelajaran Aktif (Active Learning).Pembelajaran Aktif - Pembelajaran Aktif adalah segala
sesuatu yang dilakukan siswa di kelas selain hanya pasif mendengarkan ceramah seorang
guru. Penelitian menunjukkan bahwa belajar aktif meningkatkan pemahaman siswa dan
penyimpanan informasi dan sangat efektif dalam mengembangkan keterampilan kognitif yang
lebih tinggi, seperti pemecahan masalah dan berpikir kritis.
b. Clicker. Clicker memungkinkan guru untuk secara cepat mengumpulkan dan meringkas
tanggapan siswa untuk pertanyaan pilihan ganda.
c. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran Kooperatif / Cooperative
Learning - Pembelajaran kooperatif dan kolaboratif merupakan pendekatan pembelajaran di
mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran harus secara hati-hati direncanakan dan dilaksanakan, dan dalam
pelaksanaannya tersebut, pembelajaran kooperatif tidak memerlukan kelompok permanen.
d. Berpikir Kritis (Critical Thinking). Berpikir Kritis - Berpikir kritis adalah kumpulan kegiatan
mental (pikiran) yang mencakup kemampuan untuk berintuisi, mengklarifikasi, merenung,
menghubungkan, menyimpulkan, dan menilai. Guru harus membawa kegiatan berpikir kritis
ini secara bersama-sama dan memungkinkan siswa untuk mempertanyakan materi
pembelajaran/pengetahuan yang ada.
e. Diskusi (Discussion) Strategi Diskusi - Melibatkan siswa dalam diskusi akan memperdalam
proses pembelajaran dan memotivasi mereka, dengan jalan mendorong mereka untuk
mengembangkan pendapat dan pandangan mereka sendiri dan mendengar suara mereka
sendiri. Sebuah lingkungan yang baik untuk interaksi dalam strategi diskusi sangat diperlukan
untuk mendorong siswa agar mau dan mampu berbicara.
2.3.2 Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Belajar aktif dapat memacu siswa agar bersemangat mengikuti pembelajaran. Salah
satu pendekatan yang efektif untuk membuat siswa aktif belajar baik secara fisik maupun
mental adalah pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru saat melaksanakan PAKEM seperti
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, penataan ruang dan organisasi kelas. Selain
menggunakan PAKEM guru juga dapat menggunakan model pembelajaran aktif. Model
pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu model pembelajaran yang dapat digunakan
untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran aktif
Cita-cita menurut definisi adalah keinginan, harapan, atau tujuan yang selalu ada
dalam pikiran.
Cita-cita adalah perasaan hati yang merupakan suatu keinginan di dalam hati. Citacita merupakan bagian atau salah satu unsur dari pandangan hidup manusia, yang bisa diraih
apabila berusaha. Sesuatu bisa disebut dengan cita-cita apabila telah terjadi usaha untuk
mewujudkan sesuatu yang dianggap cita-cita itu.
Faktor yang menentukan dapat atau tidaknya seseorang mencapai cita citanya antara
lain :
1.
2.
3.
4.
Siswa yang mempunyai cita-cita yang tinggi akan berusaha sekuat tenaga agar
sesuatu yang dicita-citakannya terwujud.
2.4.2 Pengaruh Eksternal
1. Guru
Selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru. Guru
sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif. Breen dan Candlin
dalam Nunan (1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator dalam
proses yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang ketiga bertindak sebagai
pengamat.
2. Materi Pembelajaran
Materi juga merupakan salah satu factor penentu keterlibatan siswa. Adapun
karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah:
1. Adanya teks yang menarik
2. Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan
berpikir siswa
3. Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang
sudah mereka miliki
4. Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru
3. Fasilitas
Ruang kelas adalah tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung. Ukuran
kelas dan jumlah siswa akan berdampak pada penerapan teknik dan metode mengajar yang
berbeda. Media pembelajaran yang dapat digunakan antara lain:
1.
2.
3.
4.
4. Waktu
Alokasi waktu untuk melakukan aktivitas dalam proses belajar mengajar juga
menentukan teknik dan metode yang akan diterapkan oleh guru. Menurut Burden dan Byrd
(1999: 23), kaitannya dengan waktu yang tersedia, guru perlu melakukan aktivitas yang
bervariasi untuk mencapai sasaran pembelajaran serta mendorong motivasi siswa. Guru harus
berperan sebagai pengatur waktu yang baik untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapat
kesempatan yang sama untuk terlibat dalam proses pembelajaran.
5. Lingkungan Sosial
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa
akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa,
paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan yang belum dimilikinya.
c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
6. Lingkungan Non-sosial
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin,
sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk
dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b. Lokasi sekolah, jika bertempat di pusat keramaian, maka dapat mengganggu
konsentrasi siswa. Kebisingan dari aktivitas di luar belajar mengajar dapat
menghambat siswa dalam mencerna materi yang diberikan guru.
BAB III
PENINGKATAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS
PEMBELAJARAN SISWA SMA
3.1.
3.1.1.
Responden
Asal Daerah
Responden
Bandung
481
Kediri
DKI Jakarta
454
Majalengka
Bekasi
354
Sukoharjo
Sumatera Barat
50
Tasikmalaya
Tangerang Selatan
30
Lain-Lain
224
Karawang
25
Cibinong
23
Palembang
21
Sukabumi
19
Bogor
15
Cimahi
8
Tabel 1 : Pemetaan daerah asal responden
Sebanyak 1628 orang berpartisipasi dalam survei kami. Pengambilan data dilakukan
dengan metode random sampling. Meskipun data ini tidak mewakili pendapat siswa-siswi
SMA di Indonesia secara merata, bagan ini memberikan gambaran umum tentang bagaimana
pendapat siswa-siswi SMA di Indonesia tentang kurikulum yang berlaku saat ini. Partisipan
terbanyak berasal dari SMAN 9 Bekasi, SMAN 113 Jakarta, dan SMAN 19 Bandung.
Mayoritas partisipan berasal dari pulau Jawa dan pulau Sumatera.
Responden di dominasi oleh siswa berdomisili di Jawa Barat, tetapi responden yang
bukan berasal dari Jawa Barat cukup banyak untuk merepresentasikan kondisi pendidikan di
Indonesia yang lebih utuh. Walaupun cukup merepresentasikan tetapi hasil survei ini tidak
bisa mengeneralisasi situasi pendidikan di Indonesia, karena mengingat survei ini dilakukan
secara online dan bersifat acak.
3.1.2.
Asal Kelas
3.1.4.
3.1.5.
3.1.6.
3.1.7.
3.1.8.
Sekitar 41% responden berpendapat bahwa cara belajar di sekolah mereka telah
bagus. Alasan yang diberikan responden yaitu karena guru dapat menjelaskan dengan baik,
guru yang ramah kepada siswa, latihan-latihan soal yang membantu untuk ujian, dan
program-program dari sekolah yang mendukung belajar siswa. Sekitar 11% responden
berpendapat bahwa cara belajar di sekolah mereka cukup baik. Sekitar 7% responden
berpendapat bahwa cara belajar di sekolah mereka biasa saja, tidak baik maupun buruk.
Sekitar 39% responden berpendapat bahwa cara belajar di sekolah mereka buruk.
Alasan yang diberikan adalah jam belajar yang terlalu padat, guru yang tidak atau kurang
baik dalam menerangkan dan mengajar, beban pelajaran dan tugas yang terlalu menumpuk,
jam pelajaran yang sering kosong dan tidak efektif, dan lain-lain.
3.1.9.
Ga tau; 30%
Visual; 42%
Kinestetik; 8%
Auditorial; 20%
3.1.10.
144
Lainnya
58
0
500
1000
1500
0 Jam; 5%
0 menit - 15 menit; 8%
Belajar waktu ulangan/ujian aja; 23%
15 menit - 30 menit; 16%
>4 Jam; 2%
2 Jam - 4 Jam; 8%
30 menit - 1 Jam; 18%
1 Jam - 2 Jam; 21%
Bagan ini menunjukkan berapa lama partisipan survey kami belajar diluar sekolah
setiap harinya. Dapat dilihat bahwa mayoritas partisipan hanya belajar jika akan diadakan
ulangan, meskipun banyak juga partisipan yang belajar 1-2 jam per hari diluar sekolah.
Berdasarkan semua data-data tersebut, dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan sebagai
berikut: Dapat diperoleh gambaran umum bahwa pelajaran yang di UN-kan (Matematika,
Bahasa Inggris, dsb) banyak disukai dan tidak disukai mayoritas siwa-siswi SMA di
Indonesia (meskipun jumlah yang suka terhadap pelajaran tersebut secara rata-rata lebih
banyak dari yang tidak). Dan ini berarti bahwa siswa-siswi SMA di Indonesia telah memiliki
niat dan potensi untuk menggali lebih dalam pelajaran yang dapat disebut paling kontributif
dalam perkembangan masyarakat.
Hanya saja, dapat dilihat pula dari tabel terakhir bahwa sekitar 50% partisipan hanya
belajar <=30 menit dalam sehari atau bahkan hanya belajar pada saat ulangan. Hal ini
problematik karena untuk mencapai performa akademik yang maksimal diperlukan lama
belajar diluar sekolah yang lebih dari itu (dengan asumsi inteligensi siswa berada pada
tingkat rata-rata).
3.1.12.
Motivasi Belajar
702
259
226
Menantang
149
Suka aja
148
Seru
85
638
400
355
351
200
0
223
Nyapein
Lainnya
110
85
Rame
Nggak Tau
3.2.
tidak paham dan mudah lupa, dan membuat siswa terlalu fokus pada
nilai dan cara-cara yang instan. Hal ini pun didukung oleh sekitar 259
responden yang mempunyai motivasi mendapat nilai bagus dalam
belajar.
4) Kurikulum yang membuat siswa lelah. Kami mendapat testimoni dari
siswa SMA yang menyatakan bahwa kurikulum memberikan banyak
tugas, PR dan ujian yang membuat siswa merasa lelah dan bosan.
Mereka pun tidak mempunyai waktu untuk mengembangkan skill yang
lain dan waktu untuk refreshing dan istirahat sehingga banyak siswa
yang senang saat sekolah libur.
5) Cara belajar di sekolah yang buruk. Alasan yang diberikan oleh siswa
adalah jam belajar yang terlalu padat, guru yang tidak atau kurang
baik dalam menerangkan dan mengajar, beban pelajaran dan tugas
yang terlalu menumpuk, jam pelajaran yang sering kosong dan tidak
efektif.
3.3.
Cara-cara menyelesaikan masalah inefektivitas
pembelajaran
1) Memberikan kepada siswa esensi dan estetika suatu mata pelajaran
agar siswa menjadi nyaman dan tidak mudah bosan dalam
mempelajari suatu pelajaran
2) Belajar untuk memahami konsep bukan hanya menghapal, dan tidak
mengejar nilai akademik semata
3) Tidak membenci suatu mata pelajaran
4) Semangat belajar yang konsisten. Tidak peduli dimanapun dan
kapanpun tetap mempunyai jiwa pembelajar
5) Menggunakan metode deliberate practice (telah dijabarkan sekilas
pada bab 2) dalam belajar
6) Mengefektifkan saat jam pelajaran kosong.
3.4.
diterima PTN favorit di jalur SNMPTN. Dapat kami simpulkan bahwa citacita cukup berpengaruh dalam motivasi belajar siswa di SMA
3.5.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kami menyimpulkan beberapa cara
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran siswa SMA yang berasal dari
opini pribadi penulis, studi literatur, dan saran dari responden sendiri. Berikut adalah
pemaparan dari cara-cara yang telah kami simpulkan.
1) Belajar sesuai dengan tipe belajar siswa
Teori Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) menyatakan bahwa siswa lebih mudah
mempelajari sesuatu hal apabila cara belajarnya sesuai dengan tipe belajar mereka oleh
karena itu, siswa dianjurkan untuk mengetahui tipe belajar yang sesuai dengan mereka
dari analisis survei yang dilakukan sekitar 70% siswa telah mengetahui tipe belajar
mereka, tetapi pendidikan di Indonesia selama ini mementingkan tipe pembelajar visual
seperti guru menerangkan di papan tulis dan siswa mencatat sehingga tidak bisa
membantu tipe pembelajar yang lain. Saran dari kami adalah setiap sekolah memfasilitasi
setiap tipe pembelajar agar ilmu yang didapat bisa sempurna.
2) Media dan cara mengajar guru yang baik
Guru merupakan faktor terpenting dalam pembelajaran, dari survei yang
dilakukan banyak siswa yang memberikan testimoni bahwa gurunya membosankan, cara
mengajar yang tidak enak dan lain-lain. Guru menjadi faktor yang menyebabkan siswa
menyukai atau tidak pelajaran tersebut oleh karena itu setiap guru wajib diberikan
pelatihan cara mengajar yang baik agar siswa menjadi tertarik mempelajari hal-hal yang
baru.
3) Metode mencatat yang efektif
Dari hasil survei semua siswa memberikan opini bahwa mereka menggunakan
catatan sendiri sebagai media untuk belajar. Tetapi hanya mencatat dan membaca kembali
hanya memberikan pemahaman yang seadanya atau bahkan lupa dengan materi setelah
ulangan selain itu membaca dapat membuat otak jenuh. Saran yang dapat kami berikan
adalah membuat catatan-catatan yang simple dan menarik perhatian otak seperti
memberikan gambar, dalam bentuk poin, nyanyian, peta konsep. Dengan menggunakan
metode tersebut mencatat dapat membuat pemahaman yang lebih efektif.
4) Menciptakan lingkungan yang kondusif
Dengan lingkungan yang nyaman maka siswa akan lebih mudah memahami suatu
pelajaran. Guru sangat berperan penting dalam menciptakan suatu lingkungan kelas yang
kondusif dan nyaman. Guru harus bisa memfasilitasi siswa dalam mencari ilmu
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
Daftar pustaka
Dewi, Lestari. 2013. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. http://biologilestari.blogspot.co.id/2013/03/teori-teori-belajar-dan-pembelajaran.html.
Diakses
pada
tanggal 1 November 2015
Ridwan.
2013.
Macam-Macam
Teori
Belajar.
http://miftahridwan.blogspot.co.id/2013/05/macam-macam-teori-belajar.html. Diakses pada
tanggal 1 November 2015
http://kurikulum13.com/info-4-pengertian-kurikulum.html Diakses pada tanggal 2 November
2015
http://kurikulum13.com/info-7-dasar-filosofi-pengembangan-kurikulum-2013.html
pada tanggal 2 November 2015
Diakses
Diakses
pada
tanggal
Bilal.
2014.
Hakekat
Pembelajaran
yang
Ideal.
http://mudahbelajarbahasaarab.blogspot.co.id/2014/11/hakekat-pembelajaran-yang-ideal.htm.
Diakses
tanggal 4 November 2015
Wisnu. 2014. Apa bedanya Deliberate Practice dengan Practice biasa.
https://www.zenius.net/blog/3251/cara-belajar-benar-tepat-efektif-deliberate-practice. Diakses
Desember 2015
Ardi, Glen. 2015. Enam masalah utama dalam belajar dan solusinya.
https://www.zenius.net/blog/7278/masalah-dalam-belajar-solusi. Diakses Desember 2015
11)
12)
13)
14)
Riwayat Hidup
Penulis pertama bernama
Alvin Trianto Atmojo. Lahir di Kota
Bandung Provinsi Jawa Barat tanggal 9 Oktober 1997. Merupakan anak
pertama dari 2 bersaudara. Penulis pertama lahir dari pasangan suamiistri Bapak Triadji Budianto dan Ibu R. Rusharijantini. Penulis pertama
Daftar Lampiran
Halaman
Diagram 1 : Asal Daerah
Tabel 1 : Pemetaan daerah asal responden
Diagram 2 : Asal Kelas
Diagram 3 : Asal jurusan
Diagram 4: Pelajaran yang disukai siswa SMA
Diagram 5 : Pelajaran yang dibenci oleh Siswa SMA
Diagram 6 : Pergururan tinggi yang dicita-citakan oleh siswa SMA
Diagram 7 : Intensitas fokus siswa di sekolah
Diagram 8 : Tipe belajar siswa
Diagram 9 : Media belajar siswa diluar KBM
Diagram 10 : Intesitas belajar mandiri siswa non KBM
Diagram 11 : Motivasi belajar siswa
Diagram 12 : Pendapat siswa terhadap kurikulum