Anda di halaman 1dari 28

PENINGKATAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS

PEMBELAJARAN SISWA SMA

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah

Oleh
HASNAN MUAFFI WIKAN
16015060
ALVIN TRIANTO ATMOJO
16015290
AHMAD KUSHAY
16015295

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


INSITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunianya kami dapat menuliskan dan menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas pelajaran TTKI semester satu Tahap Persiapan Bersama Institut Teknologi
Bandung.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen Tri Sulistyaningtyas, S.S., M.Hum. yang
telah membimbing kami dan memberi arahan dalam membuat makalah ini. Ucapan terima
kasih juga kami berikan kepada rekan-rekan kelas 05 yang telah memberi dorongan dan
semangat dalam mengerjakan makalah ini, dan juga kepada para responden kuesioner online
yang telah membantu kami dengan memberikan curahan hati,

masukan data, dan

pendapatnya.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, baik sengaja maupun tidak sengaja. Maka dari itu, kami menerima kritik dan
saran untuk membuat makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Bandung, November 2015
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kemajuan suatu bangsa. Hal
ini disebabkan fungsi pendidikan sebagai ujung tombak pembentukan kognitif, psikomotor,
dan afektif generasi muda. Tak hanya itu, pendidikan juga melatih hard skill dan soft skill
generasi muda sehingga terbentuklah insan-insan akademis yang membantu kemajuan
bangsa. Salah satu hal terpenting dalam pendidikan adalah kurikulum pendidikannya. Selain
itu, motivasi seseorang dalam mencari ilmu merupakan hal yang penting dalam proses
pendidikan siswa.
Pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian kurikulum.
Terakhir terjadi pada tahun 2013. Hampir semua pergantian disebabkan kurang efektifnya
kurikulum sebelumnya dalam menjalankan tugasnya sebagai garis haluan pendidikan
Indonesia. Apakah pergantian itu telah membuahkan hasil? Dalam ocehan para siswa di
media sosial, banyak yang mengeluhkan bahwa Kurikulum 2013 atau K13 ini membebankan
banyak tugas, mengurangi waktu luang, dan sebagainya. Selain itu, beberapa tahun ini tingkat
pengangguran makin meningkat dikarenakan banyak mahasiswa yang hanya mencari nama
besar dari universitas-universitas terbaik di Indonesia untuk mencari pekerjaan. Dan banyak
siswa maupun mahasiswa yang hanya mencari nilai, bukan esensi dari pelajaran yang
dipelajarinya, sehingga mereka hanya seperti robot yang mempelajari sesuatu secara
prosedural saja, tanpa mengerti mengapa mempelajari hal tersebut. Guru hanya
mementingkan tercapainya tujuan kurikulum, bukan pemahaman siswanya.
Pendidikan di Indonesia selama ini hampir mematikan daya kreativitas dan rasa ingin
tahu siswa. Siswa hanya sekedar mengerjakan tugas, mencatat di kelas, dan mendengarkan
ceramah dari gurunya. Metode seperti itu yang selalu diberikan di hampir setiap sekolah di
Indonesia. Lalu apakah metode dan kurikulum yang selama ini diberikan itu efektif? Apakah
ada cara lain yang bisa dilakukan agar pendidikan di Indonesia lebih efektif? Karena masalah
dan pertanyaan itulah kami menuliskan makalah ini.

1.2.
a.
b.
c.
d.

Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, timbul persoalan sebagai berikut.


Apa yang menyebabkan inefektivitas pembelajaran siswa SMA?
Apa yang dapat dikembangkan/diperbaiki dari sistem pembelajaran di SMA saat ini?
Apa pengaruh cita-cita dan paradigma pada efektifitas pembelajaran siswa SMA?
Bagaimana cara mengembangkan/memperbaiki sistem pembelajaran siswa SMA saat
ini?

1.3.

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.


a. Mengetahui penyebab inefektifitas pembelajaran siswa SMA
b. Merumuskan cara-cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
inefektivitas pembelajaran siswa SMA
c. Mengetahui pengaruh cita-cita dan paradigma terhadap pembelajaran siswa
d. Menjabarkan cara-cara agar pembelajaran menjadi efektif.

1.4.

Ruang Lingkup Kajian

Ruang yang kami kaji adalah pendapat siswa SMA tentang Kurikulum 2013,
paradigma siswa SMA terhadap pembelajaran, dan pengaruh cita-cita siswa SMA terhadap
performa belajar mereka.

1.5.

Metode & Teknik Pengumpulan Data

Kami menggunakan teknik pengumpulan data secara kualitatif


dan kuantitatif. Pertama kami mengumpulkan data secara kuantitatif
untuk hal-hal yang bisa dikuantitatifkan. Sebagian kami menggunakan
data kualitatif untuk saran dan testimoni dari responden. Setelah kami
mengumpulkan data dan dibuat dalam bentuk diagram kami
mengintepretasikan diagram tersebut dalam rangkaian kata-kata.
Data dikumpulkan dari kuesioner yang disebarkan kepada siswa SMA melalui
online, kuesioner yang disebarkan menanyakan pendapat siswa SMA tentang Kurikulum
2013, paradigma belajar siswa SMA, pengaruh cita-cita siswa SMA terhadap performa
belajar mereka.

1.6.

Sistematika Penulisan

Pada Bab I, dijelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan


penulisan, ruang lingkup masalah, metode dan teknik pengumpulan data, dan sistematika
penulisan. Pada Bab II, dijelaskan tentang teori dasar, yang berisi tentang hakikat belajar,
pembelajaran yang ideal, hakikat cita-cita, hakikat paradigma, dan faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi siswa. Pada Bab III, dijelaskan tentang analisis survey
penyebab inefektivitas pembelajaran siswa SMA, faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran, cara-cara untuk menyelesaikan masalah pembelajaran, dan cara-cara agar
pembelajaran menjadi lebih efektif. Pada Bab IV, dijelaskan tentang simpulan dari masalah
yang dibahas pada makalah ini, dan saran untuk menghadapi masalah tersebut.

BAB II
TEORI CARA MENINGKATKAN EFISIENSI
PEMBELAJARAN
2.1.

Teori dan Hakikat Belajar

2.1.1 Definisi belajar


Belajar/bel-a-jar/v 1) berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; 2) berlatih; 3)
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman, sedangkan definisi
pembelajaran munurut KBBI. Pembelajaran/pem-bel-a-jar-an/ n proses, cara, perbuatan
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar, sedangkan menurut Illeris (2000) dan
Ormorod (1995) pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang
menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk
memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahans pengetahuan satu, keterampilan,
nilai, dan pandangan dunia.
2.1.2 Teori - teori belajar
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam
dunia nyata menurut McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno, 2006:4). Sedangkan
Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih
variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji
serta dibuktikan kebenarannya. Sedangkan belajar adalah usaha yang dilakukan oleh individu
untuk mencari tahu sesuatu hal yang awalnya tidak diketahui, dari salah menjadi benar, dan
dari tidak terampil menjadi terampil. Teori belajar berarti seperangkat alat yang berisi tentang
ide, konsep, dan aplikasi kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, baik di kelas
maupun di luar kelas. Macam-macam teori belajar menurut para ahli.
1.

Teori Belajar Behaviorisme

Teori Behavioristik merupakan teori dengan pandangan tentang belajar adalah


perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau
dengan kata lain belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon. (Hamzah Uno, 7: 2006). Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. teori ini
ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

2. Teori Belajar kognitivisme


Teori ini dicetuskan oleh Ausubel, Bruner, dan Gagne. Model kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya
mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang
baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi
diproses.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat
diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah,
mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat
langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu
mengaplikasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan
aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
4. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari
sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para
siswa sedangkan guru memberikan motivasi,kesadaran mengenai makna kehidupan siswa.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri.
5. Teori Belajar Gestalt
Menurut pandangan teori gestalt seseorang memperoleh pengetahuan melalui sensasi
atau informasi dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunnya
kembali dalam struktur yang sederhana sehingga lebih mudah dipahami.
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
a. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar
b. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran
c. Memandu guru untuk mengelola kelas
d. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar
siswa yang telah dicapai
e. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif
f.

Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga
dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.

6. Teori Pembelajaran Sosial


Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang
memperoleh penguatan (reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang
dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena
hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar,
penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswa telah belajar untuk
mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura,
1986 dan Wielkeiwicks, 1995).
2.1.3 Gaya Belajar Visual, Auditory dan Kinestethic (VAK)
Menurut
DePorter
dan
Hernacki
(Melalui
Putri
.2013.
dari
http://belajarpsikologi.com/macam-macam- gaya-belajar/#ixzz3qWUSw7LC) , gaya belajar
adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya
belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi
(perceptual modality).
Pada pembelajaran visual auditori kinestetik (VAK), pembelajaran difokuskan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung (direct experience) dan menyenangkan.
Pengalaman belajar secara langsung dengan cara belajar dengan mengingat (Visual), belajar
dengan mendengar (Auditory), dan belajar dengan gerak dan emosi (Kinestethic) (DePorter
dkk. 1999). Dan menurut Herdian, model pembelajaran visual auditori kinestetik (VAK)
merupakan suatu model pembelajaran yang menganggap pembelajaran akan efektif dengan
memperhatikan ketiga hal tersebut (Visual, Auditory, Kinestethic). Dapat disimpulkan bahwa
metode ini memfokuskan pada cara belajar alami dan potensi siswa itu sendiri, sehingga
dengan metode ini siswa lebih mudah memahami materi dan mengikuti pembelajaran.
Berikut adalah penjabaran dari gaya belajar VAK.
a. Visual (Visual Learners).
Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan.
Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham. Gaya
belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa
mempercayainya. Ada beberapa karakteristik khas bagi orang-orang yang menyukai gaya
belajar visual ini. Adapun karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
1) Kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau
memahaminya.
2)

Memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna.

3)

Memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik.

4)

Memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung

5)

Terlalu reaktif terhadap suara.

6)

Sulit mengikuti anjuran secara lisan.

7)

Seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.


b. Auditori (Auditory Learners).

Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk


bisa memahami dan mengingat materi pelajaran. Karakteristik model belajar seperti ini
benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau
pengetahuan. Artinya, pelajar harus mendengar, baru kemudian pelajar bisa mengingat dan
memahami informasi itu. Adapun karakteristik gaya belajar auditori adalah sebagai berikut.
1) Orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui
pendengaran.
2)

Memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung.

3)

Memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.


c. Kinestetik (Kinesthetic Learners).

Gaya belajar (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan


menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu ada
beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya.
Adapun karakteristik gaya belajar kinestetik adalah menempatkan tangan sebagai alat
penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja,
seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca
penjelasannya.

2.2.

Kurikulum

2.2.1 Definisi Kurikulum


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran.
2.2.2 Dasar Filosofi Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut.
1.

Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa
kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih
baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu
menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah
rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan
demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu
kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik,

Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan


luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di
masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan
kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap
permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
2.
Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi
ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang
harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan
adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan
kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat,
didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh
lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik
peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang
dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari
untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan
pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa
masa kini.
3.
Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan
bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin
ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama matapelajaran
yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.
4.
Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik
dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi,
sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan
bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi
ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi
kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan
untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.
2.2.3 Landasan Teori Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori "pendidikan berdasarkan standar"
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based
curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai
kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum)
dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas,
dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum)
sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman
belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil
belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

2.3.

Teori Pembelajaran yang Ideal

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang tidak terlepas dari berbagai komponen
belajar yang saling mendukung. Komponen-komponen dalam belajar antara lain strategi,
metode, dan teknik pembelajaran. Agar pembelajaran menjadi ideal maka diperlukan
pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan
dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran
dalam rangka memanfaatkan sumber yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang diharapkan
sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran.
2.3.1 Macam-macam Strategi Pembelajaran
Ada berbagai strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan
pembelajaran siswa. Di bawah ini disebutkan beberapa cara untuk menjadikan pembelajaran
guru menjadi lebih menarik, diantaranya :
a. Pembelajaran Aktif (Active Learning).Pembelajaran Aktif - Pembelajaran Aktif adalah segala
sesuatu yang dilakukan siswa di kelas selain hanya pasif mendengarkan ceramah seorang
guru. Penelitian menunjukkan bahwa belajar aktif meningkatkan pemahaman siswa dan
penyimpanan informasi dan sangat efektif dalam mengembangkan keterampilan kognitif yang
lebih tinggi, seperti pemecahan masalah dan berpikir kritis.
b. Clicker. Clicker memungkinkan guru untuk secara cepat mengumpulkan dan meringkas
tanggapan siswa untuk pertanyaan pilihan ganda.
c. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran Kooperatif / Cooperative
Learning - Pembelajaran kooperatif dan kolaboratif merupakan pendekatan pembelajaran di
mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran harus secara hati-hati direncanakan dan dilaksanakan, dan dalam
pelaksanaannya tersebut, pembelajaran kooperatif tidak memerlukan kelompok permanen.
d. Berpikir Kritis (Critical Thinking). Berpikir Kritis - Berpikir kritis adalah kumpulan kegiatan
mental (pikiran) yang mencakup kemampuan untuk berintuisi, mengklarifikasi, merenung,
menghubungkan, menyimpulkan, dan menilai. Guru harus membawa kegiatan berpikir kritis
ini secara bersama-sama dan memungkinkan siswa untuk mempertanyakan materi
pembelajaran/pengetahuan yang ada.
e. Diskusi (Discussion) Strategi Diskusi - Melibatkan siswa dalam diskusi akan memperdalam
proses pembelajaran dan memotivasi mereka, dengan jalan mendorong mereka untuk
mengembangkan pendapat dan pandangan mereka sendiri dan mendengar suara mereka
sendiri. Sebuah lingkungan yang baik untuk interaksi dalam strategi diskusi sangat diperlukan
untuk mendorong siswa agar mau dan mampu berbicara.
2.3.2 Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Belajar aktif dapat memacu siswa agar bersemangat mengikuti pembelajaran. Salah
satu pendekatan yang efektif untuk membuat siswa aktif belajar baik secara fisik maupun
mental adalah pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru saat melaksanakan PAKEM seperti
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, penataan ruang dan organisasi kelas. Selain
menggunakan PAKEM guru juga dapat menggunakan model pembelajaran aktif. Model
pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu model pembelajaran yang dapat digunakan
untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran aktif

memiliki banyak kelebihan-kelebihan.Banyak penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran


aktif (active learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.3.3. Metode Deliberate Practice
Berikut adalah 5 hal penting dalam sebuah deliberate practice.

1) Latihan yang didesain secara khusus untuk


meningkatkan performance. Dengan cara membuat desain latihan
untuk meningkatkan performance pada suatu hal yang akan
dipelajari. Materi yang belum siap dan pengen di-improve. Dan
2) Aktivitas yang bisa dilakukan berulang kali. Dengan seringnya
mengulang sesuatu yang dipelajari akan meningkatkan skill diri.
3) Membutuhkan mental yang tinggi, deliberate practice
membutuhkan fokus dan konsentrasi yang tinggi dan akan
menguras energi yang banyak.
4) Deliberate practice tidak begitu menyenangkan. Fun-nya baru
terasa ketika berhasil melewati fase latihan. Apakah hanya
mengerjakan hal yang sudah bisa dilakukan, atau mau
mendorong diri untuk bisa mengerjakan hal-hal yang sebelumnya
tidak bisa?

5) Ada feedback dari latihan-latihan yang telah dilakukan.


2.4.

Pengaruh Internal dan Eksternal Siswa

2.4.1 Pengaruh Internal


1. Fisik
Siswa yang sakit tidak mungkin mengikuti pelajaran sebaik saat ia mengikuti
pelajaran dalam keadaan sehat. Dipaksakan seperti apapun, kepahaman akan sulit sekali
masuk dalam diri anak
2. Motivasi
Siswa yang mempunyai dorongan untuk belajar dan mendapat nilai baik tentu akan
belajar lebih baik daripada siswa yang tidak mempunyai dorongan untuk melakukan hal
tersebut. Siswa yang menyukai suatu pelajaran akan termotivasi untuk menjadi lebih baik
dalam pelajaran itu, berbeda dengan siswa yang tidak termotivasi.
3. Kepintaran
Siswa yang mempunyai kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam
situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat, akan dapat
belajar dan mengerti materi dengan lebih baik.
4. Cita-cita

Cita-cita menurut definisi adalah keinginan, harapan, atau tujuan yang selalu ada
dalam pikiran.
Cita-cita adalah perasaan hati yang merupakan suatu keinginan di dalam hati. Citacita merupakan bagian atau salah satu unsur dari pandangan hidup manusia, yang bisa diraih
apabila berusaha. Sesuatu bisa disebut dengan cita-cita apabila telah terjadi usaha untuk
mewujudkan sesuatu yang dianggap cita-cita itu.
Faktor yang menentukan dapat atau tidaknya seseorang mencapai cita citanya antara
lain :
1.
2.
3.
4.

Kemauan dan motivasi manusia itu sendiri,


Kondisi yang dihadapi dalam rangka mencapai cita cita tersebut,
Seberapa tinggi cita cita yang ingin dicapai.
Dukungan dari orang-orang terdekat

Siswa yang mempunyai cita-cita yang tinggi akan berusaha sekuat tenaga agar
sesuatu yang dicita-citakannya terwujud.
2.4.2 Pengaruh Eksternal
1. Guru
Selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru. Guru
sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif. Breen dan Candlin
dalam Nunan (1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator dalam
proses yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang ketiga bertindak sebagai
pengamat.
2. Materi Pembelajaran
Materi juga merupakan salah satu factor penentu keterlibatan siswa. Adapun
karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah:
1. Adanya teks yang menarik
2. Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan
berpikir siswa
3. Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang
sudah mereka miliki
4. Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru
3. Fasilitas
Ruang kelas adalah tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung. Ukuran
kelas dan jumlah siswa akan berdampak pada penerapan teknik dan metode mengajar yang
berbeda. Media pembelajaran yang dapat digunakan antara lain:
1.
2.
3.
4.

Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik


Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan
sejenisnya.

4. Waktu

Alokasi waktu untuk melakukan aktivitas dalam proses belajar mengajar juga
menentukan teknik dan metode yang akan diterapkan oleh guru. Menurut Burden dan Byrd
(1999: 23), kaitannya dengan waktu yang tersedia, guru perlu melakukan aktivitas yang
bervariasi untuk mencapai sasaran pembelajaran serta mendorong motivasi siswa. Guru harus
berperan sebagai pengatur waktu yang baik untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapat
kesempatan yang sama untuk terlibat dalam proses pembelajaran.
5. Lingkungan Sosial
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa
akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa,
paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan yang belum dimilikinya.
c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
6. Lingkungan Non-sosial
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin,
sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk
dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b. Lokasi sekolah, jika bertempat di pusat keramaian, maka dapat mengganggu
konsentrasi siswa. Kebisingan dari aktivitas di luar belajar mengajar dapat
menghambat siswa dalam mencerna materi yang diberikan guru.

BAB III
PENINGKATAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS
PEMBELAJARAN SISWA SMA
3.1.

Analisis hasil survei

3.1.1.

Asal Sekolah dan daerah responden

Diagram 1 : Asal sekolah responden


Asal Daerah

Responden

Asal Daerah

Responden

Bandung

481

Kediri

DKI Jakarta

454

Majalengka

Bekasi

354

Sukoharjo

Sumatera Barat

50

Tasikmalaya

Tangerang Selatan

30

Lain-Lain

224

Karawang

25

Cibinong

23

Palembang

21

Sukabumi

19

Bogor

15

Cimahi

8
Tabel 1 : Pemetaan daerah asal responden

Sebanyak 1628 orang berpartisipasi dalam survei kami. Pengambilan data dilakukan
dengan metode random sampling. Meskipun data ini tidak mewakili pendapat siswa-siswi
SMA di Indonesia secara merata, bagan ini memberikan gambaran umum tentang bagaimana
pendapat siswa-siswi SMA di Indonesia tentang kurikulum yang berlaku saat ini. Partisipan

terbanyak berasal dari SMAN 9 Bekasi, SMAN 113 Jakarta, dan SMAN 19 Bandung.
Mayoritas partisipan berasal dari pulau Jawa dan pulau Sumatera.
Responden di dominasi oleh siswa berdomisili di Jawa Barat, tetapi responden yang
bukan berasal dari Jawa Barat cukup banyak untuk merepresentasikan kondisi pendidikan di
Indonesia yang lebih utuh. Walaupun cukup merepresentasikan tetapi hasil survei ini tidak
bisa mengeneralisasi situasi pendidikan di Indonesia, karena mengingat survei ini dilakukan
secara online dan bersifat acak.

3.1.2.

Asal Kelas

Diagram 2 : Kelas responden di SMA


Diagram 2 : Asal Kelas
Dari 1628 orang partisipan, 21.1% (343 orang) berada di kelas X, 35.5% (577 orang)
berada di kelas XI, dan 43.5% (708 orang) berada di kelas XII.
3.1.3.

Asal Jurusan di SMA

Diagram 3 : Asal jurusan


Dari 1628 orang partisipan, Sebanyak 73.8% (1201 orang) berasal dari Jurusan
MIA/IPA, 20.9% (340 orang) IIS/IPS, 0.7% (12 orang) Bahasa, dan 3.6% (75 orang) belum
dijuruskan atau berasal dari jurusan di SMK.

3.1.4.

Mata Pelajaran Favorit Siswa

Diagram 4: Pelajaran yang disukai siswa SMA


Bagan ini menunjukkan pelajaran apa saja yang disukai partisipan survey kami. Kami
memperbolehkan partisipan untuk memilih lebih dari satu pelajaran sebagai pelajaran favorit
mereka. Oleh sebab itu, total data melebihi 1628.
Dapat dilihat bahwa matematika merupakan pelajaran yang disukai oleh siswa SMA.
Disusul oleh pelajaran Bahasa Inggris dan Biologi.

3.1.5.

Pelajaran yang Dibenci

Diagram 5 : Pelajaran yang dibenci oleh Siswa SMA


Bagan ini menunjukkan pelajaran apa saja yang tidak disukai partisipan survey kami.
Sama seperti bagan sebelumnya, kami memperbolehkan partisipan untuk memilih lebih dari
satu pelajaran sebagai pelajaran favorit mereka. Oleh sebab itu, total data melebihi 1628.
Dapar dilihat bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang paling tidak disukai oleh
siswa SMA, disusul oleh matematika dan kimia. 3 Pelajaran yang tidak disukai semua berasal
dari jurusan IPA sesuai dengan jumlah partisipan terbesar kita yang berasal dari jurusan
MIA/IPA. Terdapat keunikan lain yaitu pelajaran matematika hampir selalu dipilih oleh siswa
di SMA. Apabila tidak menjadi pelajaran favorit matematika akan menjadi pelajaran yang
dibenci.

3.1.6.

Perguruan Tinggi yang Dicita-citakan Siswa SMA

800 734 726


700
597
600
500
409 386
400
300
213 198 197
157 126
200
101
55 50 50 45
100
0

Diagram 6 : Pergururan tinggi yang dicita-citakan oleh siswa SMA


Dari sampel data yang kami ambil, sekitar 42,20% responden berminat untuk
melanjutkan pendidikan ke ITB, sekitar 23,80% ke UGM, sekitar 42,60% ke UI, 34,70% ke
UNPAD, 7,30 % ke UPI, dan sisanya melanjutkan ke universitas lain, sekolah kedinasan, atau
langsung bekerja. Dari hasil kuesioner, tidak terdapat perbedaan yang berarti dari responden
yang bercita-cita untuk masuk ke satu perguruan tinggi atau perguruan tinggi lainnya. Terlihat
bahwa masih banyak diversitas pada jawaban responden terhadap pertanyaan lain walaupun
responden mempunyai pilihan perguruan tinggi yang sama. Misalnya, dari responden yang
menjawab bahwa mereka ingin melanjutkan pendidikan di ITB, waktu belajar mereka masih
beragam, dari yang belajar hanya saat sebelum ujian sampai yang belajar rutin. Hasil
kuesioner yang sedikit membedakan responden yang memilih perguruan tinggi berbeda yaitu
pelajaran favorit mereka. Mayoritas responden yang memilih ITB menyukai Matematika,
sedangkan responden yang memilih UI, UGM, UNPAD, dan UPI lebih menyukai pelajaran
Bahasa.

3.1.7.

Intensitas Fokus Siswa di Sekolah

Ga bisa fokus-fokus; 3%<30 menit; 3%


>4 Jam; 20%
30 menit - 1 Jam; 18%

1 Jam - 2 Jam; 18%


3 Jam - 4 Jam; 20%
2 Jam - 3 Jam; 19%

Diagram 7 : Intensitas fokus siswa di sekolah


Sekitar 5% dari responden mengaku bahwa mereka sulit untuk fokus dalam
pemelajaran di sekolah. Bahkan, 3% menuliskan bahwa mereka tidak dapat fokus sama sekali
di sekolah. 18% responden fokus dalam pemelajaran selama 30 menit - 1 jam, 18% lainnya
selama 1 jam - 2 jam, 19% selama 2 jam - 3 jam, 20% selama 3 jam - 4 jam, dan 20% lainnya
selama 4 jam atau lebih.
Hasil diatas menunjukkan bahwa tingkat fokus responden di sekolah cukup
bervariasi. Menariknya, hanya sedikit responden yang mengaku bahwa mereka tidak bisa
fokus sama sekali atau hanya bisa fokus sedikit saja. Mayoritas responden dapat
memfokuskan diri untuk pemelajaran lebih dari 30 menit. Bahkan, dari responden mampu
untuk memfokuskan diri selama 4 jam atau lebih.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi SMA di Indonesia sudah memiliki minat
dan potensi untuk berperforma baik dalam akademik mereka. Hanya saja, karena beberapa
faktor (yang akan dibahas pada bagian selanjutnya) minat dan potensi tersebut kurang
diproyeksikan dengan baik.

3.1.8.

Cara Belajar di Sekolah

Sekitar 41% responden berpendapat bahwa cara belajar di sekolah mereka telah
bagus. Alasan yang diberikan responden yaitu karena guru dapat menjelaskan dengan baik,
guru yang ramah kepada siswa, latihan-latihan soal yang membantu untuk ujian, dan
program-program dari sekolah yang mendukung belajar siswa. Sekitar 11% responden
berpendapat bahwa cara belajar di sekolah mereka cukup baik. Sekitar 7% responden
berpendapat bahwa cara belajar di sekolah mereka biasa saja, tidak baik maupun buruk.
Sekitar 39% responden berpendapat bahwa cara belajar di sekolah mereka buruk.
Alasan yang diberikan adalah jam belajar yang terlalu padat, guru yang tidak atau kurang
baik dalam menerangkan dan mengajar, beban pelajaran dan tugas yang terlalu menumpuk,
jam pelajaran yang sering kosong dan tidak efektif, dan lain-lain.
3.1.9.

Tipe Belajar Siswa SMA

Ga tau; 30%
Visual; 42%
Kinestetik; 8%
Auditorial; 20%

Diagram 8 : Tipe belajar siswa


Sekitar 40% siswa SMA di Indonesia memiliki gaya belajar visual sesuai dengan
media belajar mereka yang lebih banyak memilih belajar dengan melihat dan membaca buku
catatan sendiri. 20% siswa tipe auditorial, dan 8% siswa bertipe kinestetik. Sayangnya 30%
responden belum mengetahui tipe belajarnya

3.1.10.

Media Belajar Diluar KBM di Sekolah

Buku Catetan Sendiri


1262
Les/Bimbel
850
Internet
840
Buku Paket
787
Paket Soal
485
Bimbel Online (ex. zenius.net;khanacademy.org)

144

Lainnya
58
0

500

1000

1500

Diagram 9 : Media belajar siswa diluar KBM


1262 responden atau hampir semua siswa SMA menganggap penting buku catatan
sendiri sebagai media untuk belajar, dikarenakan tulisan dari rangkuman sendiri lebih mudah
dipahami daripada buku paket. 850 responden dibantu dengan les/bimbel untuk meyokong
pembelajarannya di sekolah. Penggunaan Internet di Indonesia yang cukup tinggi
berpengaruh juga kepada pembelajaran siswa sebagai media untuk belajar dan telah
digunakan rutin oleh 840 responden. 787 responden menggunakan buku paket untuk belajar.
485 responden belajar dari paket-paket soal dan 144 orang menggunakan bimbel online untuk
belajar.
3.1.11.

Intensistas Belajar siswa non-KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)

0 Jam; 5%
0 menit - 15 menit; 8%
Belajar waktu ulangan/ujian aja; 23%
15 menit - 30 menit; 16%
>4 Jam; 2%
2 Jam - 4 Jam; 8%
30 menit - 1 Jam; 18%
1 Jam - 2 Jam; 21%

Diagram 10 : Intesitas belajar mandiri siswa non KBM

Bagan ini menunjukkan berapa lama partisipan survey kami belajar diluar sekolah
setiap harinya. Dapat dilihat bahwa mayoritas partisipan hanya belajar jika akan diadakan
ulangan, meskipun banyak juga partisipan yang belajar 1-2 jam per hari diluar sekolah.
Berdasarkan semua data-data tersebut, dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan sebagai
berikut: Dapat diperoleh gambaran umum bahwa pelajaran yang di UN-kan (Matematika,
Bahasa Inggris, dsb) banyak disukai dan tidak disukai mayoritas siwa-siswi SMA di
Indonesia (meskipun jumlah yang suka terhadap pelajaran tersebut secara rata-rata lebih
banyak dari yang tidak). Dan ini berarti bahwa siswa-siswi SMA di Indonesia telah memiliki
niat dan potensi untuk menggali lebih dalam pelajaran yang dapat disebut paling kontributif
dalam perkembangan masyarakat.
Hanya saja, dapat dilihat pula dari tabel terakhir bahwa sekitar 50% partisipan hanya
belajar <=30 menit dalam sehari atau bahkan hanya belajar pada saat ulangan. Hal ini
problematik karena untuk mencapai performa akademik yang maksimal diperlukan lama
belajar diluar sekolah yang lebih dari itu (dengan asumsi inteligensi siswa berada pada
tingkat rata-rata).
3.1.12.

Motivasi Belajar

Pengen masuk ptn favorit

702

Pengen dapet nilai bagus

259

Belajar demi ortu

226

Menantang

149

Suka aja

148

Seru

85

Tuntutan guru dan ortu 77


Gua ga suka belajar 75
0

100 200 300 400 500 600 700 800

Diagram 11 : Motivasi belajar siswa


Walaupun responden tidak semua berasal dari kelas 12 bahkan lebih banyak dari
kelas 10 sekitar 700 responden belajar karena mempunyai motivasi masuk ke PTN favorit
yang diinginkan oleh mereka. Disusul oleh siswa yang ingin mendapat nilai bagus dan belajar
demi orang tua. Sekitar 380 responden mempunyai inner motivation dalam belajar. 77
responden merasa bahwa belajar disebabkan tuntutan dari orang tua. 75 responden tidak suka
belajar.

3.1.13. Pendapat siswa terhadap kurikulum di Indonesia


1200
1126
1000
800
600

638

400
355

351

200
0

223

Nyapein

Malesin Menantang Biasa Aja

Lainnya

110

85

Rame

Nggak Tau

Diagram 12 : Pendapat siswa terhadap kurikulum


1126 responden memberikan pendapat bahwa kurikulum di
Indonesia membuat lelah siswa dan 638 merasa malas dengan kurikulum
di Indonesia.

3.2.

Hal-hal yang menyebabkan inefektivitas pembelajaran

Berikut ini adalah hal-hal yang menyebabkan inefektivitas


pembelajaran yang kami simpulkan dari survei yang kami lakukan.
1) Masih adanya siswa yang tidak menyukai suatu mata pelajaran. Hal ini
disebabkan cara mengajar guru yang tidak baik dan
membosakan,silabus mata pelajaran tersebut yang memberatkan, dan
hilangnya esensi dan estetika dari ilmu tersebut.
2) Ada siswa yang tidak bisa fokus dalam belajar. Hal ini bisa disebabkan
oleh cara mengajar guru, suasana kelas yang tidak kondusif, dan fakor
psikologis dan motivasi dari pembelajar sendiri.
3) Ada siswa yang belajar hanya saat menjelang ujian atau dengan
Sistem Kebut Semalam (SKS). Hal ini menyebabkan siswa kehilangan
esensi dan estetika dalam mempelajari ilmu tersebut, membuat siswa

tidak paham dan mudah lupa, dan membuat siswa terlalu fokus pada
nilai dan cara-cara yang instan. Hal ini pun didukung oleh sekitar 259
responden yang mempunyai motivasi mendapat nilai bagus dalam
belajar.
4) Kurikulum yang membuat siswa lelah. Kami mendapat testimoni dari
siswa SMA yang menyatakan bahwa kurikulum memberikan banyak
tugas, PR dan ujian yang membuat siswa merasa lelah dan bosan.
Mereka pun tidak mempunyai waktu untuk mengembangkan skill yang
lain dan waktu untuk refreshing dan istirahat sehingga banyak siswa
yang senang saat sekolah libur.
5) Cara belajar di sekolah yang buruk. Alasan yang diberikan oleh siswa
adalah jam belajar yang terlalu padat, guru yang tidak atau kurang
baik dalam menerangkan dan mengajar, beban pelajaran dan tugas
yang terlalu menumpuk, jam pelajaran yang sering kosong dan tidak
efektif.

3.3.
Cara-cara menyelesaikan masalah inefektivitas
pembelajaran
1) Memberikan kepada siswa esensi dan estetika suatu mata pelajaran
agar siswa menjadi nyaman dan tidak mudah bosan dalam
mempelajari suatu pelajaran
2) Belajar untuk memahami konsep bukan hanya menghapal, dan tidak
mengejar nilai akademik semata
3) Tidak membenci suatu mata pelajaran
4) Semangat belajar yang konsisten. Tidak peduli dimanapun dan
kapanpun tetap mempunyai jiwa pembelajar
5) Menggunakan metode deliberate practice (telah dijabarkan sekilas
pada bab 2) dalam belajar
6) Mengefektifkan saat jam pelajaran kosong.

3.4.

Pengaruh cita-cita terhadap pembelajaran

Dari hasil survei yang kami lakukan kami mendapat kolerasi


antara cita-cita terhadap pembelajaran yang dapat dilihat di diagram 11.
Sekitar 702 responden termotivasi untuk belajar agar bisa masuk
perguruan tinggi favorit yang telah kami petakan pada diagram 6. Hal ini
juga disebabkan karena 43% responden merupakan siswa kelas 12 SMA
yang notabenya akan lulus dalam waktu 1 tahun, sehingga mereka perlu
ektra belajar untuk menghadapi UN dan SBMPTN, tetapi mereka juga
perlu dorongan motivasi agar mampu bertahan dalam belajar salah
satunya masuk PT favorit. Untuk siswa kelas 10 dan 11 kami menganggap
mereka dimotivasi unutk mendapat nilai rapot yang bagus agar bisa

diterima PTN favorit di jalur SNMPTN. Dapat kami simpulkan bahwa citacita cukup berpengaruh dalam motivasi belajar siswa di SMA

3.5.

Cara-cara meningkatkan efektivitas pembelajaran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kami menyimpulkan beberapa cara
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran siswa SMA yang berasal dari
opini pribadi penulis, studi literatur, dan saran dari responden sendiri. Berikut adalah
pemaparan dari cara-cara yang telah kami simpulkan.
1) Belajar sesuai dengan tipe belajar siswa
Teori Visual-Auditori-Kinestetik (VAK) menyatakan bahwa siswa lebih mudah
mempelajari sesuatu hal apabila cara belajarnya sesuai dengan tipe belajar mereka oleh
karena itu, siswa dianjurkan untuk mengetahui tipe belajar yang sesuai dengan mereka
dari analisis survei yang dilakukan sekitar 70% siswa telah mengetahui tipe belajar
mereka, tetapi pendidikan di Indonesia selama ini mementingkan tipe pembelajar visual
seperti guru menerangkan di papan tulis dan siswa mencatat sehingga tidak bisa
membantu tipe pembelajar yang lain. Saran dari kami adalah setiap sekolah memfasilitasi
setiap tipe pembelajar agar ilmu yang didapat bisa sempurna.
2) Media dan cara mengajar guru yang baik
Guru merupakan faktor terpenting dalam pembelajaran, dari survei yang
dilakukan banyak siswa yang memberikan testimoni bahwa gurunya membosankan, cara
mengajar yang tidak enak dan lain-lain. Guru menjadi faktor yang menyebabkan siswa
menyukai atau tidak pelajaran tersebut oleh karena itu setiap guru wajib diberikan
pelatihan cara mengajar yang baik agar siswa menjadi tertarik mempelajari hal-hal yang
baru.
3) Metode mencatat yang efektif
Dari hasil survei semua siswa memberikan opini bahwa mereka menggunakan
catatan sendiri sebagai media untuk belajar. Tetapi hanya mencatat dan membaca kembali
hanya memberikan pemahaman yang seadanya atau bahkan lupa dengan materi setelah
ulangan selain itu membaca dapat membuat otak jenuh. Saran yang dapat kami berikan
adalah membuat catatan-catatan yang simple dan menarik perhatian otak seperti
memberikan gambar, dalam bentuk poin, nyanyian, peta konsep. Dengan menggunakan
metode tersebut mencatat dapat membuat pemahaman yang lebih efektif.
4) Menciptakan lingkungan yang kondusif
Dengan lingkungan yang nyaman maka siswa akan lebih mudah memahami suatu
pelajaran. Guru sangat berperan penting dalam menciptakan suatu lingkungan kelas yang
kondusif dan nyaman. Guru harus bisa memfasilitasi siswa dalam mencari ilmu

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

Daftar pustaka
Dewi, Lestari. 2013. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. http://biologilestari.blogspot.co.id/2013/03/teori-teori-belajar-dan-pembelajaran.html.
Diakses
pada
tanggal 1 November 2015
Ridwan.
2013.
Macam-Macam
Teori
Belajar.
http://miftahridwan.blogspot.co.id/2013/05/macam-macam-teori-belajar.html. Diakses pada
tanggal 1 November 2015
http://kurikulum13.com/info-4-pengertian-kurikulum.html Diakses pada tanggal 2 November
2015
http://kurikulum13.com/info-7-dasar-filosofi-pengembangan-kurikulum-2013.html
pada tanggal 2 November 2015

Diakses

http://kurikulum13.com/info-8-landasan-teoritis-kurikulum-2013.html Diakses pada tanggal 2


November 2015
Idayanti, Sovie. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran.
http://www.kompasiana.com/catatansovie/faktor-faktor-yang-mempengaruhipembelajaran_54f7b7c0a33311bd208b4878 Diakses pada tanggal 4 November 2015
Haryanto. 2012. Keterlibatan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar.
http://belajarpsikologi.com/keterlibatan-siswa-dalam-proses-belajar-mengajar/ Diakses pada
tanggal 4 November 2015
Haryanto. 2012. Pengertian Media Pembelajaran.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/
November 2015

Diakses

pada

tanggal

http://www.idsejarah.net/2014/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html Diakses pada


tanggal 4 November 2015
Tawamangu,
Stefanus.
2013.
Teori
belajar
VAK
http://stefanustawangmangu.blogspot.co.id/2013/10/teori-belajar-vak.html diakses tanggal 4
November 2015
Haryanto.
2011.
Macam-Macam
Gaya
Belajar.
http://belajarpsikologi.com/macam-macam-gaya-belajar/ diakses tanggal 4 November 2015

Bilal.
2014.
Hakekat
Pembelajaran
yang
Ideal.
http://mudahbelajarbahasaarab.blogspot.co.id/2014/11/hakekat-pembelajaran-yang-ideal.htm.
Diakses
tanggal 4 November 2015
Wisnu. 2014. Apa bedanya Deliberate Practice dengan Practice biasa.
https://www.zenius.net/blog/3251/cara-belajar-benar-tepat-efektif-deliberate-practice. Diakses
Desember 2015
Ardi, Glen. 2015. Enam masalah utama dalam belajar dan solusinya.
https://www.zenius.net/blog/7278/masalah-dalam-belajar-solusi. Diakses Desember 2015

Daftar Pertanyaan Kuesioner


Berikut adalah lampiran dari pertanyaan yang kami ajukan kepada
para responden menggunaka kuesioner via online (bahasa yang
digunakan tidak baku karena diajukan untuk siswa SMA agar terlihat lebih
santai)

1) Asal sekolah darimana?


2) Kelas berapa?
3) Jurusan apa?
4) Pelajaran favorit?
5) Pelajaran paling tidak favorit?
6) Belajar berapa jam sehari (diluar sekolah)?
7) Cita - cita mau ngelanjutin kemana?
8) Pendapat singkat tentang KTSP/Kurikulum 2013?
9) Kalau menurut kamu cara belajar di sekolah mu bagus ga?
Kenapa?
10) Menurut Kamu belajar yang bagus kaya gimana sih?

11)
12)
13)
14)

Bisa fokus belajar di sekolah berapa lama?


Biasa belajar via apa?
Kamu pembelajar tipe apa?
Kamu mau belajar karena apa?

Riwayat Hidup
Penulis pertama bernama
Alvin Trianto Atmojo. Lahir di Kota
Bandung Provinsi Jawa Barat tanggal 9 Oktober 1997. Merupakan anak
pertama dari 2 bersaudara. Penulis pertama lahir dari pasangan suamiistri Bapak Triadji Budianto dan Ibu R. Rusharijantini. Penulis pertama

bertempat tinggal di JL. Penyu No. 10 Kecematan


Lengkong Kota Bandung
Penulis pertama menyelesaikan pendidikan
dasar di SD BPI Bandung pada tahun 2009. Lulus dari
SMPN 13 Bandung pada tahun 2012 dan lulus dari
SMAN
11 Bandung pada tahun 2015. Sekarang
penulis pertama masih terdaftar sebagai mahasiswa
program S1 di Fakutas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Insitut Teknologi Bandung (ITB)
Kampus Ganesha.

Daftar Lampiran
Halaman
Diagram 1 : Asal Daerah
Tabel 1 : Pemetaan daerah asal responden
Diagram 2 : Asal Kelas
Diagram 3 : Asal jurusan
Diagram 4: Pelajaran yang disukai siswa SMA
Diagram 5 : Pelajaran yang dibenci oleh Siswa SMA
Diagram 6 : Pergururan tinggi yang dicita-citakan oleh siswa SMA
Diagram 7 : Intensitas fokus siswa di sekolah
Diagram 8 : Tipe belajar siswa
Diagram 9 : Media belajar siswa diluar KBM
Diagram 10 : Intesitas belajar mandiri siswa non KBM
Diagram 11 : Motivasi belajar siswa
Diagram 12 : Pendapat siswa terhadap kurikulum

Anda mungkin juga menyukai