Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya Task Reading kami yang berjudul Sakit Menelan ini dapat kami
selesaikan dengan sebagaimana mestinya.
Di dalam Task Reading ini kami memaparkan hasil diskusi kami mengenai gangguan
saat menelan yang telah kami laksanakan yakni berkaitan dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi serta metode pembelajaran berbasis pada masalah yang merupakan salah satu
metode dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan serta bantuan hingga terselesaikannya laporan ini. Kami mohon maaf jika dalam
laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam menggali semua aspek yang menyangkut
segala hal yang berhubungan dengan Task Reading Sakit Menelan yang kami cari.
Oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
sehingga dapat membantu kami untuk dapat lebih baik lagi kedepannya.

Mataram, 2 Januari 2012


Penyusun

Kelompok 1

DAFTAR ISI
1

KATA PENGANTAR.1
Daftar Isi...2
BAB I PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang.......3
1.2 Rumusan Masalah.....3
1.3 Tujuan....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan fisiologi menelan.....4
2.2 Tahapan Fisiologi menelan...9
2.3 Patofisiologi menelan..12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.15
Daftar Pustaka16

BAB I
PENDAHULUAN
2

1.1 Latar Belakang


Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan
makanan kedalam tubuh melalui mulut the process of taking food into the body through the
mouth.
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap
organ yang berperan harus bekerja secara

berkesinambungan.Terutama faring, yang

membantu dalam fungsi pernafasan dan menelan. Faring diubah hanya dalam beberapa detik
menjadi traktus untuk mendorong masuk makanan. Yang terutama penting adalah bahwa
respirasi tidak terganggu karena proses menelan
Menelan, dikenal secara ilmiah sebgai deglutisi, merupakan reflex dalam tubuh
manusia yang membuat sesuatu melewati mulut melalui esophagus. Kalau proses ini gagal
dan benda tersebut masuk trakea seseorang akan tersedak.
Selama proses menelan, otot-otot diaktifkan secara berurutan dan secara teratur dipicu
dengan dorongan kortikal atau input sensoris perifer. Begitu proses menelan dimulai, jalur
aktivasi otot beruntun tidak berubah dari otot-otot perioral menuju kebawah. Jaringan saraf,
yang bertanggung jawab untuk menelan otomatis ini, disebut dengan pola generator pusat.
Batang otak, termasuk nucleus tractus solitarius dan nucleus ambiguus dengan formatio
retikularis berhubungan dengan kumpulan motoneuron kranial, diduga sebagai pola generator
pusat

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana anatomi dan fisiologi pada saluran menelan?
2) Apa saja tahapan dalam menelan?
3) Bagaimana patofisiologi menelan?
1.3 Tujuan
Mengetahui anatomi fisiologi, tahapan, serta patofisiologi dari menelan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan fisiologi saluran menelan(3)(6)


1. Oris (rongga mulut)
2. Faring (tekak/tenggorokan)
3. Esofagus (kerongkongan)
Cavum Oris (rongga mulut)

Rongga mulut merupakan awal dari saluran pencernaan makanan. Pada rongga mulut,
dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan,
yaitu:
a. Gigi(dentis)
-

Mahkota Gigi Bagian ini dilapisi oleh email dan di dlamnya terdapat dentin
(tulang gigi). Lapisan email mengandung zat yang sangat keras, berwarna

putih kekuningan, dan mengilap. Email mengandung banyak garam kalsium.


Tulang Gigi
Tulang gigi terletak di bawah lapisan email. Tulang gigi meliputi dua bagian,
yaitu leher gigi dan akar gigi. Bagian tulang gigi yang dikelilingi gusi disebut
leher gigi, sedangkan tulang gigi yang tertanam dalam tulang rahang disebut

akar gigi
Rongga gigi
Rongga gigi berada di bagian dalam gigi. Di dalam rongga gigi terdapat
pembuluh darah, jaringan ikat, dan jaringan saraf. Oleh karena itu, rongga gigi
sangat peka terhadap rangsangan panas dan dingin. Menurut bentuknya, gigi
dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
- gigi seri (incisivus/I), berfungsi untuk memotong-motong makanan.
- Gigi taring (caninus/ C), berfungsi untuk merobek-robek makanan.
- Gigi geraham depan (Premolare/ P), berfungsi untuk menghaluskan
makanan.

- Gigi geraham belakang (Molare/ M), berfungsi untuk menghaluskan


makanan.
Lidah (lingua)

Lidah membentuk lantai dari rongga mulut. Bagian belakang otot-otot lidah
melekat pada tulang hyoid. Lidah tersiri dari 2 jenis otot, yaitu:
- Otot ekstrinsik yang berorigo di luar lidah, insersi di lidah.
- Otot instrinsik yang berorigo dan insersi di dalam lidah.
Kerja otot lidah ini dapat digerakkan atas 3 bagian, yaitu: radiks lingua
(pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah), apeks lingua (ujung lidah).
Lidah berfungsi untuk membantu mengunyah makanan yakni dalam hal
membolak-balikkan makanan dalam rongga mulut, membantu dalam menelan
makanan, sebagai indera pengecap, dan membantu dalam berbicara.
Sebagai indera pengecap,pada permukaan lidah terdapat badan sel
saraf perasa (papila), ada tiga bentuk papila, yaitu:
Papila fungiformis, berbentuk seperti jamur, terletak di bagian sisi lidah dan
ujung lidah.
Papila filiformis, berbentuk benang-benang halus, terletak di 2/3 bagian
depan lidah.
Papila serkumvalata, berbentuk bundar, terletak menyusun seperti huruf V
terbalik di bagian belakang lidah.
Lidah memiliki 10.000 saraf perasa, tapi hanya dapat mendeteksi 4 sensasi
rasa: manis, asam, pahit, dan asin
c. Kelenjar Ludah

Makanan dicerna secara mekanis dengan bantuan gigi, secara kimiawi dengan
bantuan enzim yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar ludah. Kelenjar ludah mengandung
menghasilkan saliva. Saliva mengandung enzim ptyalin atu amylase yang berfungsi
mengubah zat tepung atau amilum menjadi zat gula atau maltosa.
Kelenjar ludah terdiri atas tiga pasang sebagai berikut:
1. Kelenjar parotis, terletak disebelah bawah dengan daun telinga diantara
otot pengunyah dengan kulit pipi. Cairan ludah hasil sekresinya
dikeluarkan melalui duktus stesen kedalam rongga mulut melalui satu
lubang dihadapannya gigi molar kedua atas. Saliva yang disekresikan
-

sebanyak 25-35 %.
Terbesar diantara kedua kelenjar lainnya
Terletak didepan bawah telinga kanan & kiri
Ductus Perotideus menembus M.Buccinator & dan bermuara dipipi

sebelah dalam, berhadapan molar kedua atas


2. Kelenjar Submandibularis, terletak dibawah kedua sisi tulang rahang.
Duktus submandibularis melintas disebelah dalam nervus lengualis &
bermuara di lubang yang terdapat pada satu papil kecil disamping
frenulum linguae. Muara ini mudah dilihat bahkan sering terlihat liur
yg keluar. Kelenjar Submandibularis, terletak lebih belakang dan
kesamping dari kelenjar sublinguinalis. Saluran menuju kelantai
rongga mulut belakang gigi seri pertama. Saliva yang disekresikan
sebanyak 60-70 %
3. Kelenjar Sublingualis, kelenjar yg terkecil diantara kelenjar yg lain.
Letaknya dibawah lidah, tepatnay dikanan & kiri frenulum linguae,
fungsi kelenjar saliva untuk membantu dalam proses pencernaan.
Kelenjar Sublinguinalis, terletak dibawah lidah salurannya menuju
lantai rongga mulut. Saliva yang disekresikan sebanyak 3-5 %.
6

A. Faring
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam lengkung
faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas
tulang belakang

Faring (tekak) terletak di belakang hidung, mulut dan tenggorokan. Faring berupa saluran
dengan panjang sekitar 7 cm. faring terdiri atas 3 bagian, yaitu:
-

naso faring, terletak di belakang hidung dimana terdapat tuba eustachius, kelenjar
adenoid.

Faring oralis, terletak di belakang mulut, terdapat tonil (amandel)

Faring laryngeal, merupakan bagian terendah dari faring yang terletak di bagian
laring.

B. Esofagus

Esophagus adalah tuba muscular yang menghubungkan pharynx dengan


lambung (Gaster). Esophagus meneruskan makanan yang ditelan. Esophagus
memiliki panjang 25 cm dan berpangkal di kartilago krikoid yang di proyeksikan pada
vertebra cervical VI. Esophagus berujung di cardia lambung setinggi vertebra thorakal
X (di bawah processus xiphoideus sternum).
Panjang esophagus 25 cm dan tersusun dalam tiga bagian :
Pars cervical (5-8 cm, bersebelahan dengan pars thoracica
Pars thoracica (16 cm), melintasi arcus aorta yang bersebelahan pada sisi kiri
bagian dorsal. Bagian ini berjalan bersama bronkus utama kiri dan turun ke
depan dengan semakin menjauhi kolumna vertebralis. Sudut pandang dorsal
menunjukan kedekatan pars thoracica dengan pericardium dan dengan atrium

kiri.
Pars abdominalis (1-4 cm), melewati Hiatus esophagus diafragma, memiliki
ukuran yang pendek yan terletak di intraperitoneum

Dinding esophagus terdiri dari beberapa membrane yaitu, membrane mukosa luminal/
Tunika mukosa yang di pisahkan dari lapisan muscular/ tunika muscularis oleh lapisan
jaringan ikat longgar yang di sebut Tela submukosa. Partes cervicalis dan thoracica dilapisi
oleh Tunika adventitia. Permukaan bagian luar pars abdominalis intra peritoneal di lapisi oleh
peritoneum visceral yang membentuk Tunika serosa.
Selain itu serosa mempunya tiga konstriksi yaitu :

Konstriksi cervical, mempunyai lumen terkecil dan terletak setinggi

singter esophagus bagian atas dan vertebra cervical VI


Konstriksi aortobronchial, terjadi karena prosimitas langsung arkus aorta

dari sisi kiri dan dorsal (setinggi vertebra thorakal IV)


Konstriksi diaphramatica, terletak didalam Hiatus esophagus (setinggi
vertebra X )

2.2 Tahapan Fisiologi Menelan (1)


Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring membantu fungsi
pernafasan dan menelan. Faring di ubah hanya dalam beberapa detik menjadi traktus untuk
mendorong masuk makanan. Yang terutama penting adalah bahwa respirasi tidak terganggu
karena proses menelan.
Pada umumnya,menelan dapat dibagi menjadi (1) tahap volunter atau tahap oral yang
mencetuskan proses menelan, (2) tahap faringeal, yang bersifat involunter dan membantu
jalannya makanan melalui faring kedalam esophagus dan tahap (3) tahap esophageal, fase
involunter lain yang mengangkut makanan dari faring ke lambung.
-

Tahap Oral atau Volunter (2)(4)


Pada tahap oral atau volunter, makanan yang telah dikunyah oleh mulut disebut bolus

didorong ke belakang mengenai dinding posterior faring oleh gerakan voluntar lidah. Akibat
yang timbul dari peristiwa ini adalah rangsangan gerakan reflex menelan. Pada fase oral ini
akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan oleh gigi geligi, lidah,
palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus dengan
konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara di sadari.
-

Tahap faringeal
Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus

palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Bolus dengan viskositas yang tinggi akan
memperlambat

fase

faringeal,

meningkatkan

waktu

gelombang

peristaltik

dan

memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume


bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum
mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Selain itu sewaktu
bolus makanan memasuki bagian posterior mulut dan faring, bolus merangsang daerah epitel
reseptor menelan di sekeliling pintu faring, khususnya pada tiang-tiang tonsil dan sinyalsinyal dari sini berjalan ke batang otak untuk mencetuskan serangkaian kontraksi otot
faringeal secara otomatis sebagai berikut :
1. Palatum mole tertarik ke atas untuk menutupi nares posterior,untuk mencegah
refluk makanan ke rongga hidung
2. Lipatan palatofaringeal pada setiap sisi faring tertarik kearah medial untuk saling
mendekat satu sama lain. Dengan cara ini, lipatan-lipatan tersebut membentuk
9

celah sagital yang harus dilewati oleh makanan untuk masuk kedalam faring
posterior. Celah ini melakukan kerja selektif, sehingga makanan yang telah cukup
di kunyah dapat lewat dengan mudah. Karena tahap penelan ini berlangsung
kurang dari 1 detik, setiap benda besar apapun biasanya sagat dihalangi untuk
berjalan masuk ke esophagus.
3. Pita suara laring menjadi sangat berdekatan, dan laring tertarik ke atas dan
anterior oleh otot-otot leher. Hal ini digabung dengan adanya ligamen yang
mencegah pergerakan epiglotis ke atas, menyebabkan epiglotis bergerak
kebelakang di atas pembukaan laring. Seluruh efek ini bekerja bersama masuknya
makanan kedalam hidung dan trakea. Yan paling penting adalah sangat
berdekatannya pita suara ,namun epiglotis membantu mencegah masuknya
makanan agar sejauh mungkin dari pita suara. Kerusakan pita suara atau otot-otot
yang membuatnya berdekatan dapat menyebabkan strangulasi.
4. Gerakan laring ke atas juga menarik dan melebarkan pembukaan esophagus. Pada
saat yang bersamaan, 3-4 cm sentimeter diatas dinding otot esfagus, yan
dinamakan otot sfingteresofagus atas (jua disebut sfingter faringoesofageal)
berelaksasi, sehingga makanan dapat bergerak dengan mudah dan bebas dari
faring posterior ke dalam esophagus bagian atas. Diantara penelan,sfingter ini
tetap berkontraksi dengan kuat, sehingga mencegah udara masuk ke esophagus
selama respirasi. Gerakan laring keatas juga mengangkat glottis keluar dari jalan
utama makanan, sehingga makanan terutama hanya melewati setiap sisi epiglotis
dan bukan melintas diatas permukaannya,hal ini menambah pencegahan terhadap
masuknya makanan kedalam trakea.
5. Setelah laring terangkat dan sfingter faringoesofageal mengalami relaksasi,
seluruh dinding otot faring berkontraksi,mulai dari bagian superior faring, lalu
menyebar kebawah melintasi daerah faring media dan inferior,yang mendorong
makanan kedalam esophagus melalui proses peristaltic.

Tahap Esofageal

Esophagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makanan secara cepat dari faring ke
lambung, dan gerakannya diatur secara khusus untuk fungsi tersebut. Normalnya esophagus
memperlihatkan dua tipe gerakan peristaltic:

10

1. Peristaltic pimer, hanya merupkan kelanjutan dari gelombang peristaltic yang dimulai
dari faring dan menyebar ke esophagus selama tahap faringeal pada proses menelan.
Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung dalam waktu sekitar 8-10
detik.makanan yang di telan seseorangg pada posisi tegak biasanya di hantarkan ke
ujung bawah esophagus bahkan lebih cepat daripada gelombang peristaltikitu
sendiri,sekitar 5-8 detik,akibat adanya efek grafitasi tambahan yang menarik makanan
ke bawah
2. Peristaltic sekunder, dapat merupakan gelombang peristaltic primer yang gagal
mendorong semua makanan yang telah masuk esofaguske dalam lambung,terjadi
gelombang peristaltic sekunder yang di hasilkan dari peregangan esophagus oleh
makanan yang tertahan, gelombang ini terus berlanjut sampai semua makanan di
kosongkan kedalam lambung. Gelombang peristaltic sekunder ini sebagian dimulai
oleh sirkuit saraf intrinsic dalam system saraf mienterikus dan sebagian oleh reflekreflek yng dimulai pada faring lalu dihantarkan ke atas melalui serabut-serabut aferen
vagus kemedula dan kembali lagi ke esophagus melalui serabut-serabut saraf eferen
glosafaringeal dan vagus

11

2.3 Patofisiologi Menelan (4)(5)


Gangguan pada proses menelan dapat digolongkan tergantung dari fase menelan yang
dipengaruhinya.
-

Fase Oral

Gagguan pada fase Oral mempengaruhi persiapan dalam mulut dan fase pendorongan oral
biasanya disebabkan oleh gangguan pengendalian lidah. Orang mungkin memiliki kesulitan
dalam mengunyah makanan padat dan permulaan menelan. Ketika meminum cairan, orang
mungkin kesulitan dalam menampung cairan dalam rongga mulut sebelum menelan. Sebagai
akibatnya, cairan tumpah terlalu cepat kadalam faring yang belum siap, seringkali
menyebabkan aspirasi.
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan
tanda dan gejala gangguan menelan fase oral beberapa diantaranya :
Tidak mampu menampung makanna di bagian depan mulut karena tidak rapatnya
pengatupan bibir
Tidak dapat mengumpulkan bolus atau residu di bagian dasar mulut karena berkurangnya
pergerakan atau koordinasi lidah
Tidak dapat menampung bolus karena berkurangnya pembentukan oleh lidah dan
koordinasinya
Tidak mampu mengatupkan gigi untuk mengurangi pergerakan mandibula
Bahan makanan jatuh ke sulcus anterior atau terkumpul pada sulcus anterior karena
berkurangnya tonus otot bibir.
Posisi penampungan abnormal atau material jatuh ke dasar mulut karena dorongan lidah
atau pengurangan pengendalian lidah
Lidah bergerak kedepan untuk mulai menelan karena lidah kaku.
Sisa-sisa makanan pada lidah karena berkurangnya gerakan dan kekuatan lidah
Gangguan kontraksi (peristalsis) lidah karena diskoordinasi lidah
Kontak lidah-palatum yang tidak sempurna karena berkurangnya pengangkatan lidah
Tidak mampu meremas material karena berkurangnya pergerakan lidah keatas
Melekatnya makanan pada palatum durum karena berkurangnya elevasi dan kekuatan lidah
Bolus tak terkendali atau mengalirnya cairan secara prematur atau melekat pada faring
karena berkurangnya kontrol lidah atau penutupan linguavelar
-

Fase Faringeal
12

Jika pembersihan faringeal terganggu cukup parah, seseorang mungkin tidak akan mampu
menelan makanan dan minuman yang cukup untuk mempertahankan hidup. Pada orang tanpa
dysphasia, sejumlah kecil makanan biasanya tertahan pada valleculae atau sinus pyriform
setelah menelan.
Dalam kasus kelemahan atau kurangnya koordinasi dari otot-otot faringeal, atau
pembukaan yang buruk dari sphincter esofageal atas, pasien mungkin menahan sejumlah
besar makanan pada faring dan mengalami aspirasi aliran berlebih setelah menelan.
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan
tanda dan gejala gangguan menelan fase faringeal beberapa diantaranya :
Penundaan menelan faringeal
Pseudoepiglottis (setelah total laryngectomy) lipata mukosa pada dasar lidah
Perlengketan pada dinding faringeal setelah menelan karena pengurangan kontraksi bilateral
faringeal
Sisa makanan pada Vallecular karena berkurangnya pergerakan posterior dari dasar lidah
Perlengketan pada depresi di dinding faring karena jaringan parut atau lipatan faringeal
Sisa makanan pada puncak jalan napas Karena berkurangnya elevasi laring
penetrasi dan aspirasi laringeal karena berkurangnya penutupan jalan napas
Aspirasi pada saat menelan karena berkurangnya penutupan laring
-

Fase Esofageal

Gangguan fungsi esophageal dapat menyebabkan retensi makanan dan minuman didalam
esofagus setelah menelan. Retensi ini dapat disebabka oleh obstruksi mekanis, gangguan
motilitas, atau gangguan pembukaan Sphincter esophageal bawah.
Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan
tanda dan gejala gangguan menelan pada fase esophageal sebagai berikut:
Aliran balik Esophageal-ke-faringeal karena kelainan esophageal
Tracheoesophageal fistula
Zenker diverticulum
Reflux
Menurut catatan rata-rata manusia dalam sehari menelan sebanyak kurang lebih 2000 kali,
sehingga masalah disfagia merupakan masalah yang sangat menggangu kualitas hidup
seseorang.

13

Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga


mulut sampai ke lambung. Kegagalan dapat terjedi pada kelainan neuromuskular, sumbatan
mekanik sepanjang saluran mulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan emosi .
Disfagia dapat disertai dengan rasa nyeri yang disebut odinofagia. Berdasarkan difinisi
menurut para pakar (Mettew, Scott Brown dan Boeis) disfagia dibagi berdasarkan letak
kelainannya yaitu di rongga mulut, orofaring, esofagus atau berdasarkan mekanismenya yaitu
dapat menelan tetapi enggan, memang dapat menelan atau tidak dapat menelan sama sekali,
atau baru dapat menelan jika minum segelas air, atau kelainannya hanya dilihat dari
gangguan di esofagusnya.
Disfagi terjadi pada gangguan non-esofagus yang disebabkan oleh penyakit otot atau
neurologis. Penyakit-penyakit ini adalah gangguan peredaran darah otak (stroke ,penyakit
serebrovaskuler), miastenias gravis, distrofi otot, dan poliomietilis bulbaris. Keadaan ini
memicu peningkatan risiko tersendak minuman atau makanan yang tersangkut dalam trakea
atau bronkus.

BAB III
KESIMPULAN
Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga
mulut sampai ke lambung. Kegagalan dapat terjedi pada kelainan neuromuskular, sumbatan
mekanik sepanjang saluran mulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan emosi .
Disfagia dibagi berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga mulut, orofaring, esofagus atau
berdasarkan mekanismenya yaitu dapat menelan tetapi enggan, memang dapat menelan atau
tidak dapat menelan sama sekali, atau baru dapat menelan jika minum segelas air, atau
kelainannya hanya dilihat dari gangguan di esofagusnya.
14

DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton dan Hall.2012.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.Jakarta : EGC
2. Price,Sylvia A dan Lorraine M.Wilson.2012.PATOFISIOLOGI Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Volume 1 Edisi 6.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
3. Paulsen, F dan J.Waschke.2012.Sobotta Atlas Anatomi Manusia Edisi 23 Jilid I dan
II.Jakarta:EGC
4. Siti Astari,Anggun.Menelan dan Gangguan Menelan.books.google.com/books?isbn
(posting : 8 Oktober 2012)(akses : 2 Januari 2013)
15

5. blog.umy.ac.id/topik/files/pencernaan/Anatomi.doc (akses 7 Januari 2013)


6. Yuli,made..2012.Anatomi

esophagus

saluran

pencernan.

http://ilmubedah.info/esofagus-anatomi-dan-fisiologi-20110215.html ( akses : 8
Januari 2013)

16

Anda mungkin juga menyukai