Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

LIMBAH DOMESTIK DI SAMUDRA PASIFIK


ME141425

Disusun oleh :
Natalia Dea Kartika
4212100129

ABSTRAK
'Samudera sampah' telah ditemukan sekitar tahun 1997. Lokasinya berada di tengah-tengah
bagian utara Samudera Pasifik. Jumlah sampah yang luar biasa besarnya di dalam kolom air
membuat lokasi itu layak dijuluki Samudera Sampah. Diperkirakan ada sekitar 100 juta ton plastik
terjebak di dalam pusaran arus laut (North Pacific Gyre). Antisipasi atas meningkatnya sampah
plastik telah dilakukan secara internasional dimana telah banyak negara yang sadar dan mulai
melakukan program program untuk melestarikan lingkungan dengan mengurangi penggunaan
kantong plastik dalam aktivitas ritel. Pada akhirnya diperlukan peran aktif dari masing masing pihak
baik regulator maupun operator perusahaan pelayaran untuk dapat menerapkan manajemen
pengelolaan sampah dilaksanakan dengan baik sehingga ekosistem laut dapat terjaga.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
'Samudera sampah' telah ditemukan sekitar tahun 1997. Lokasinya berada di tengah-tengah
bagian utara Samudera Pasifik. Jumlah sampah yang luar biasa besarnya di dalam kolom air
membuat lokasi itu layak dijuluki Samudera Sampah. Seperti dilansir Washington State University
Today, Sabtu 10 April 2010, ilmuwan kembali mencari jalan keluar untuk mengatasi sampah yang
tersebar di wilayah yang luasnya dua kali daratan Amerika Serikat itu. Sampah yang berada di area
dengan garis tengah ratusan kilometer dengan ketebalan mencapai 10 meter itu menjadi ancaman
bagi Bumi. Adalah Kapten Charles Moore, pelaut yang menemukan lokasi itu berbicara di hadapan
mahasiswa.
Menurut Moore 2011, diperkirakan ada sekitar 100 juta ton plastik terjebak di dalam pusaran
arus laut (North Pacific Gyre) Setiap kali dirinya berjalan ke atas dek kapal, dia menyempatkan diri
melihat garis horizon antara laut dan langit. Pemandangan yang sangat tidak indah didapat. "Saya
melihat botol sabun, penyumbat botol atau sisa-sisa sampah plastik dari rambut palsu," kata Moore.
"Ironis, saya berada di tengah samudera tapi tidak dapat menghindari plastik yang ada di berbagai
titik". Sejak menemukan lokasi itu, Moore semakin mengerti dan mempelajari lebih jauh tentang
daur ulang sampah plastik. Dia pun mengabdikan dirinya kepada media-media ilmiah. Diprediksi,
sampah-sampah yang berusia sekitar 50 tahun lalu itu masih ada terjebak di pusaran air. Sampahsampah ini tidak terdeteksi citra satelit. Sebagian besar berada di kolom air atau hanyut ke pinggir
pantai. Lokasi tepatnya berada di 'zona konvergensi'. Yang berada membujur ratusan kilometer dari
ujung ke ujung melintasi Kepulauan Hawaii, sekitar tengah-tengah antara Jepang dan California di
Pantai Barat Amerika.
Bidang sampah seukuran Amerika Serikat ditemukan di Samudera Pasifik. Peneliti
memperingatkan tentang fenomena yang dapat memiliki konsekuensi serius bagi lingkungan.
Sampah ini terdiri atas segala sesuatu dari komoditas rumah secara umum dan kantong plastik,
untuk item yang lebih besar seperti bola dan kano. Sampah yang terkandung di daerah ini akibat
adanya arus laut. Kebanyakan plastik adalah polyethylene atau polypropylene, yang lebih ringan
berat jenisnya dibanding air laut, sehingga terapung dekat dengan permukaan air. Namun, jenis
plastik lain yang lebih berat mungkin juga telah tenggelam ke dasar dan tidak dijumpai.
Serpihan kecil plastik membawa ancaman lebih besar bagi satwa laut, dibanding bongkahan besar
3

yang juga bisa menjerat satwa seperti penyu dan burung laut. Kita tahu bahwa serpihan halus plastik
bukan makanan hewan laut, dan apay yang terjadi bagi mereka yang menyantapnya - yang juga kita
santap kemudian - jelas diluar kemampuan alami mereka.

1.2.Tujuan
Di dalam makalah mengenai Polusi Sampah yang terdapat di Kapal memiliki beberapa tujuan
antara lain :
a. Mengetahui dampak dari pembuangan sampah dari kapal ke laut.
b. Mengetahui cara penanganan untuk limbah di kapal.
c. Mengetahui cara daur ulang sampah yang terdapat di kapal.

1.3.Ruang Lingkup Materi


a. Tidak menganalisa segi ekonomi.
b. Limbah yang dibahas hanya limbah sampah yang dihasilkan oleh kapal.

BAB II
DASAR TEORI
Ini adalah fakta yang terjadi di laut bahwa industri maritim menghasilkan ribuan ton sampah
yang dibuang kelaut setiap harinya sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan laut yang sangat
parah. Industri perkapalan yang sepenuhnya bertanggung jawab atas laut dan pengangkutan barang
dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lainnya, merupakan salah satu sumber yang potensial yang
menyebabkan pencemaran laut. Dengan lebih dari 75% air yang mencakupi planet kita maka
industri kelautan mengalami pertumbuhan dari hari ke harinya. Dengan perkembangan industri yang
sangat cepat menyebatkan ekosistem di laut menjadi terganggu. Hal ini telah diangkat menjadi isu
dunia yang sudah sangat memprihatinkan seperti orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang
dengan sengaja membuang limbah industri ke laut dan dampak dari pencemaran lingkungan laut.
Limbah kelautan dan sampah telah dinyatakan oleh berbagai peneliti sebagai penyumbang terbesar
dalam pencemaran lingkungan laut dunia.
Untuk mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh industri perkapalan agar selalu taat terhadap
hukum dan peraturan internasional, dibentuklah badan-badan pengawas seperti Komite
Perlindungan Lingkungan Laut / Marine Environmental Protection Committee (MEPC) atau badan
sejenis lainnya. Kelompok kelompok ini memiliki peranan yang sangat penting dalam
pengendalian limbah yang dihasilkan oleh industri maritim. Dengan diterapkannya Hong Kong
International Convention for the Safe and Environmentally Sound Recycling of Ships in May 2009,
diamati telah terjadi perubahan yang signifikan dalam hal pengelolaan dan pendaur ulangan sampah
yang berada diatas kapal.
Konvensi International Maritime Organization (IMO) seperti MARPOL Annex 5 Sampah
dari kapal dan pedoman pengelolaan sampah di kapal laut yang di terapkan dengan membuat metode
Rencana Pengelolaan Sampah di kapal terbukti telah mampu mengurangi terjadinya pencemaran
lingkungan laut. Hal yang tak kalah pentingnya adalah harus adanya kerja sama dari berbagai pihak
sehingga manajemen pengelolaan sampah dari kapal ini bisa terlaksana dengan baik sehingga
pencemaran lingkungan laut sedikit demi sedikit bisa berkurang.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Dampak Polusi Sampah di Kapal
Salah satu contoh konkrit tentang dampak yang ditimbulkan karena banyaknya sampah di
samudra adalah terganggunya spesies paus sebagaimana laporan yang dikeluarkan oleh National
Geographyc kepada publik dalam artikel yang berjudul Sampah Plastik Ancam Kehidupan Paus.
Jutaan ton sampah plastik yang dibuang ke laut tiap tahunnya menghadirkan ancaman serius bagi
paus. Detail dari kesimpulan itu akan diungkapkan dalam sebuah forum kelautan internasional yang
berlangsung pada 11 hingga 14 Juli 2011 di Jersey, Inggris. Sebagai contoh, pada 2008, dua paus
sperma yang terdampar di pesisir California, AS, memiliki 205 kilogram jaring ikan dan serpihan
sampah plastik dalam tubuhnya. Seekor di antaranya memiliki perut yang rusak. Seekor lainnya,
dalam kondisi kelaparan, memiliki banyak sampah plastik yang menghalangi saluran
pencernaannya.
Tujuh paus sperma yang terdampar di selatan Italia pada tahun 2009 juga didapati telah
menelan kail, tali, dan obyek-obyek plastik lainnya. Seekor paus lain, yang ditemukan tewas di
perairan Perancis pada 2002, bahkan telah menelan hampir satu ton sampah, termasuk kantong
plastik dari dua supermarket terkenal di Inggris. "Paus Cuvier di kawasan utara Atlantik tampaknya
yang paling sering didapati menelan dan mati karena kantong plastik," kata Mark Simmonds,
anggota Scientific Committee of the International Whaling Commission (IWC) yang menuliskan
laporan tersebut.
Sayangnya, peneliti kesulitan untuk memastikan seluruh populasi paus yang terancam oleh
masalah ini. "Di banyak kawasan di dunia, bangkai paus yang terdampar tidak dicatat dan diperiksa.
Sayangnya, di kawasan tempat paus yang terdampar dicatat, pemeriksaan terhadap benda-benda
yang ditelan jarang dilakukan," kata Chris Parsons, biolog kelautan dari George Mason University,
Virginia, AS.
Para pakar menyebutkan, sebagian besar paus yang mati akibat menelan sampah atau alatalat penangkap ikan umumnya tenggelam ke dasar laut. Meski jarang didata, terdapat bukti-bukti
bahwa sampah plastik di laut bisa membahayakan paus. Peneliti menyebutkan bahwa bukti-bukti ini
perlu segera diselidiki lebih lanjut.

Masih belum diketahui secara pasti sampah laut diperingkat berapa dalam daftar ancaman
dibandingkan ancaman lain. Namun, dengan semakin banyaknya sampah di samudra, sampah
plastik akan menjadi ancaman yang semakin besar.

3.2. Cara Penanganan Limbah Sampah di Kapal


Limbah dan sampah yang ada diatas kapal yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan laut diantaranya plastik, sisa-sisa muatan, bahan kain, sisa makanan, kertas, sisa cat,
detergent, bahan kimia,sisa pencucian tanki dll. Penangan yang tepat terhdap limbah-limbah seperti
diatas sangat di perlukan sehingga dapat mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan laut. Upaya
yang maksimal harus diterapkan diatas kapal serta harus dijadikan peraturan perusahaan pelayaran
sehingga manajemen pengelolaan sampah ini bisa berjalan dengan baik, diharapkan semua kru yang
berada diatas kapal memiliki peran yang aktif dalam hal pengelolaan sampah disamping itu juga
diharapkan semua kru bisa melakukan pengoperasian kapal secara efektif sehingga dapat
mengurangi produksi sampah yang berasal dari kapal. Berikut peran serta yang harus dilakukan oleh
semua pihak sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan laut ;
Semua operator kelautan harus berperan aktif dalam hal penyediaan sarana dan prasarana untuk
pengelolaan dan pemisahan sampah untuk masing masing kategori seperti plastik, batere, sisa
makanan, sisa pemuatan dll. Perusahaan pelayaran juga harus benar-benar menerapkan tentang
peraturan- peraturan yang tercantum di dalam MARPOL. Prosedur penangan sampah ini harus
dijadikan prosedur manual sebuah perusahaan pelayaran.
Limbah seperti plastik, logam, kaca, baterai, limbah medis, kain berminyak, lumpur, limbah
minyak, dll yang tidak dapat dibuang di laut harus dibakar atau dikirim fasilitas pengolahan
sampah yang berada di darat.
Mesin pengompres / Compactor harus digunakan secara efektif untuk mengurangi volume
terutama plastik dan bahan limbah lainnya yang dapat dikompresi.
Sampah makanan harus dihaluskan sebelum dibung ke laut.
Teknik-teknik terbaru untuk memisahkan kaca merkuri dan logam harus diterapkan diatas
kapal
Jika memungkinkan, mengurangi produksi limbah minyak dan sludge. Diperlukan penggunaan
bahan bakar yang bersih sehingga tidak hanya mengurangi produksi limbah minyak tetapi juga
ramah lingkungan. disampaing itu, penggunaan OWS diatas kapal harus secara maksimal.
7

Plastik adalah salah satu benda yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat
sehari hari. Sampah plastik tergolong dalam sampah non organik yang sangat berbahaya bagi
lingkungan karena sulit dan membutuhkan waktu dan proses yang lama yaitu 1.000 tahun untuk
dapat diuraikan secara alami di tanah dan 450 tahun untuk terurai di air. Produk kantong plastik
sebagai penyumbang terbesar dari sampah plastik berasal dari aktivitas bisnis ritel dalam kehidupan
masyarakat sehari hari di seluruh penjuru dunia. Antisipasi atas meningkatnya sampah plastik
telah dilakukan secara internasional dimana telah banyak negara yang sadar dan mulai melakukan
program program untuk melestarikan lingkungan dengan mengurangi penggunaan kantong plastik
dalam aktivitas ritel.
Keberhasilan dari program tersebut ditentukan oleh adanya tiga peran yaitu peran dari
pemerintah selaku regulator, peran dari pebisnis ritel sebagai pelaku pasar, dan peran dari
masyarakat selaku konsumen yang menggunakan dan mengelola limbah kantong plastik.
Jika melihat kasus pulau sampah di samudera Pasifik, tingkatan penanganan masih belum secara riil
terbukti, karena mengingat luasnya area yang tertutup sampah sehingga menyulitkan proses
penanganan atau pengurangan jumlah massa sampah. Tingkat penanganan masih sebatas di wilayah
daratan di tiap negara, terutama negara-negara yang maju. Sebagaimana kita ketahui proses daur
ulang sampah skala besar membutuhkan dana yang cukup besar.
Pada akhir-akhir ini, muncul sebuah ide yang cukup baru dan kreatif dalam penanganan
sampah yang terapung di samudera. Sebuah pulau seukuran Pulau Hawaii yang seluruhnya terbuat
dari botol plastik suatu saat nanti akan menjadi destinasi wisata paling panas di muka Bumi. Ini
adalah bagian dari visi lingkungan yang luar biasa di masa depan.
Berdasarkan Computer-Generated Imagery (CGI) atau pencitraan yang dihasilkan komputer,
tim ilmuwan Belanda berencana mengumpulkan 44 juta kilogram sampah plastik yang kini terapung
di Samudera Pasifik dan mengubahnya menjadi pulau daur ulang. Seperti dimuat laman Daily
Telegraph, Kamis 1 Juli 2010, energi terbarukan dari Matahari dan ombak akan dimanfaatkan demi
kelangsungan hidup sekitar 500.000 orang penghuninya. Juru bicara dari proyek ambisius ini
mengatakan, pembangunan pulau dari botol bekas ini bukan tanpa tujuan. Ada tiga tujuan yang
ingin kami raih membersihkan lautan dari sampah plastik raksasa, menciptakan sebuah pulau,
dan mengkonstruksi sebuah habitat yang terbarukan. Pulau daur ulang adalah usaha untuk
mendaur ulang sampah plastik di lokasi pembuangan dan mengubahnya menjadi sebuah entitas yang
mengambang.
8

Sampah yang mengapung itu akan dihimpun dan dijadikan dasar bagi pulau apung seluas
10.000 kilometer persegi. Desainer pulau sampah itu berencana membuat pulau yang dikelilingi
jalan air seperti Venesia, Italia. Selain ada kompleks kota modern, juga dirancang lahan cukup
luas untuk pertanian menyediakan makanan dan pekerjaan untuk penduduknya.

3.3. Cara Untuk Daur Ulang Sampah di Kapal


Pendaurulangan limbah dan sampah diatas kapal adalah suatu konsep baru untuk mengurangi
terjadinya pencemaran laut yang diterapkan diatas kapal terutama diatas kapal pesiar dimana
produksi limbahnya empat kali lipat dibandingkan dengan kapal konvensional atau kapal niaga
lainnya. langkah- langkah yang harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya pencemaran laut di
kapal pesiar tetapi juga bisa diterapkan dikapal niaga lainnya adalah:
Pemilik kapal dan operator kelautan harus mempersiapkan sarana dalam pengelolaan sampah
serta memastikan prosedur pengelolaan sampah ini berjalan dengan baik diatas kapal.
Memaksimalkan penggunaan kertas bekas yang masih layak untuk pembuatan dokumen sehari
hari
Mesin pengompres atau Compactor harus digunakan untuk menghancurkan bahan tebal seperti
plastik, kertas, kaleng logam, dll Bahan tersebut harus diletakkan di tempat sampah daur ulang
atau kontainer.
Barang-barang seperti komputer, televisi, kotak musik, dll yang tidak lagi diperlukan atau
digunakan di kapal harus diberikan atau dikirim kedarat.
Limbah minyak atau yang berbahan dasar minyak dapat digunakan sebagai pelumas alternatif
atau sebagai pembersih noda yang sulit yang hanya dapat dihilangkan dengan minyak.
Kantong plastik yang selama ini digunakan diatas kapal harus diganti dengan kantong yang
berbahan dasar kertas yang larut didalam air sehingga dapat digunakan untuk membuang sisa
makanan kelaut. Kantong plastik merupakan salah satu sumber terjadinya pencemaran laut.
Yang tidak kalah pentingnya adalah memahami tentang efek yang berkaitan dengan emisi
udara yang disebabkan oleh jumlah penggunaan energi. Memaksimalkan penggunaan lampu
yang membutuhkan energi yang lebih rendah.
Limbah baterai yang sudah tidak terpakai harus dibuang kedarat.
Pada akhirnya diperlukan peran aktif dari masing masing pihak baik regulator maupun
operator perusahaan pelayaran untuk dapat menerapkan manajemen pengelolaan sampah
9

dilaksanakan dengan baik. Manajemen perusahaan harus berinteraksi dengan semua kru yang ada
diatas kapal untuk mengurangi terjadinya pencemaranlaut dengan jalan memberikan motivasi dan
pembelajaran bagi mereka untuk mencintai dan menghargai lingkungan laut dengan cara pemberian
training cara penyimpanan dan pemisahan sampah yang benar. Sehingga ekosistem laut dapat
terjaga dengan baik.

10

BAB IV
KESIMPULAN
Sampah meliputi semua jenis sampah makanan, sampah domestik dan sampah operasional,
tetapi tidak termasuk ikan segar dan bagian-bagiannya, yang dihasilkan selama operasional normal
dari kapal dan dapat dibuang secara berkesinambungan atau secara rutin kecuali bahan-bahannya
ditentukan atau terdaftar dalam lampiran-lampiran lain pada MARPOL 78/78 (seperti minyak,
limbah atau bahan cair beracun). Sampah yang dibuang dari kapal langsung menuju laut maka akan
menyebabkan penumpukan sampah di kawasan Samudra Pasifik. Hal itu mengakibatkan rusaknya
ekosistem yang berada di bawah maupun permukaan laut serta berdampak pada pulau-pulau sekitar
samudra. Oleh karena itu, dengan adanya aturan MARPOL ini diharapkan regulator maupun
operator perusahaan pelayaran untuk dapat menerapkan manajemen pengelolaan sampah
dilaksanakan dengan baik. Manajemen perusahaan harus berinteraksi dengan semua kru yang ada
diatas kapal untuk mengurangi terjadinya pencemaranlaut dengan jalan memberikan motivasi dan
pembelajaran bagi mereka untuk mencintai dan menghargai lingkungan laut.

11

DAFTAR PUSTAKA
Marine Science Wijaya. 2012. The Marine Pollution Tragedies: In Indonesia And The Entire
World.

MARPOL 73/78 Annex 5 tentang Sampah (Sewage) yang berasal dari Kapal.

12

Anda mungkin juga menyukai