Anda di halaman 1dari 14

Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan
Sebelum membahas aspek teknis secara mendalam, sebaiknya kita memantapkan

terlebih dahulu sebuah pengertian aspek non teknis dari sebuah sistem operasi

yaitu Hak atas Kekayaan Intelektual Perangkat Lunak (HaKI PL) Pembahasan

dimulai dengan menerangkan konsep HaKI secara umum, serta HaKI PL secara

lebih dalam. Secara khusus akan dibahas konsep Perangkat Lunak Bebas/Sumber

Terbuka – PLB/ST (Free/Open Source Software – F/OSS). Pembahasan ini bukan

bertujuan sebagai indoktrinasi faham tersebut! Justru yang diharapkan:

• Pelurusan atas persepsi keliru PLB dan ST, serta penjelasan perbedaan dan

persamaan dari kedua konsep tersebut.

• Apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dengan PLB/ST.

• Pelurusan atas persepsi bahwa para penulis program komputer tidak

berhak digaji layak.

• Pelurusan atas persepsi bahwa PLB tidak boleh dijual/dikomersialkan.

• Pelurusan atas persepsi bahwa PLB wajib disebarluaskan.

• Pelurusan atas persepsi bahwa saat distribusi tidak wajib menyertakan

kode sumber.

Setelah menyimak tulisan ini, diharapkan akan lebih memahami dan lebih

menghargai makna PLB/ST secara khusus, serta HaKI/PL secara umum.

''Hak atas Kekayaan Intelektual'' (HaKI) merupakan terjemahan atas istilah ''

Intellectual Property Right'' (IPR). Istilah tersebut terdiri dari tiga kata kunci

yaitu: ''Hak'', ''Kekayaan'' dan ''Intelektual''. Kekayaan merupakan abstraksi yang


dapat: dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun dijual. Sedangkan ''Kekayaan

Intelektual'' merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir

seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur,

dan seterusnya. Terakhir, HaKI merupakan hak-hak (wewenang/kekuasaan) untuk

berbuat sesuatu atas Kekayaan Intelektual tersebut, yang diatur oleh norma-norma

atau hukum-hukum yang berlaku.

``Hak'' itu sendiri dapat dibagi menjadi dua. Pertama, ``Hak Dasar (Azasi)'', yang

merupakan hak mutlak yang tidak dapat diganggu-gugat. Umpama: hak untuk

hidup, hak untuk mendapatkan keadilan, dan sebagainya. Kedua, ``Hak Amanat/

Peraturan'' yaitu hak karena diberikan oleh masyarakat melalui

peraturan/perundangan. Di berbagai negara, termasuk Amrik dan Indonesia, HaKI

merupakan ''Hak Amanat/Pengaturan'', sehingga masyarakatlah yang menentukan,

seberapa besar HaKI yang diberikan kepada individu dan kelompok. Sesuai

dengan hakekatnya pula, HaKI dikelompokkan sebagai hak milik perorangan

yang sifatnya tidak berwujud (intangible). Terlihat bahwa HaKI merupakan Hak

Pemberian dari Umum (Publik) yang dijamin oleh Undang-undang. HaKI bukan

merupakan Hak Azazi, sehingga kriteria pemberian HaKI merupakan hal yang

dapat diperdebatkan oleh publik. Apa kriteria untuk memberikan HaKI? Berapa

lama pemegang HaKI memperoleh hak eksklusif? Apakah HaKI dapat dicabut

demi kepentingan umum? Bagaimana dengan HaKI atas formula obat untuk para

penderita HIV/AIDs?

Undang-undang mengenai HaKI pertama kali ada di Venice, Italia yang

menyangkut masalah paten pada tahun 1470. Caxton, Galileo, dan Guttenberg
tercatat sebagai penemu-penemu yang muncul dalam kurun waktu tersebut dan

mempunyai hak monopoli atas penemuan mereka. Hukum-hukum tentang paten

tersebut kemudian diadopsi oleh kerajaan Inggris di jaman TUDOR tahun 1500-

an dan kemudian lahir hukum mengenai paten pertama di Inggris yaitu Statute of

Monopolies (1623). Amerika Serikat baru mempunyai undang-undang paten

tahun 1791. Upaya harmonisasi dalam bidang HaKI pertama kali terjadi tahun

1883 dengan lahirnya konvensi Paris untuk masalah paten, merek dagang dan

desain. Kemudian konvensi Berne 1886 untuk masalah Hak Cipta (Copyright).

LATAR BELAKANG

Software adalah salah satu hal yang paling penting dalam komunikasi yang

berhubungan dengan dunia maya (internet) juga yang berhubungan dengan

komputer sendiri, software atau perangkat lunak adalah penghubung antara

hardware dengan brainware. Tanpa software kita tidak akan bisa menggunakan

komputer apalagi internet.

Namun, akibat dari munculnya berbagai macam software seperti Microsoft

windows, Linux, obuntu dll. Mengakibatkan munculnya pembajakan besar-

besaran. Sehingga mengakibatkan kerugian pada perusahaan-perusahaan tersebut.

MASALAH

Hak cipta (lambang internasional: ©) adalah hak eksklusif Pencipta atau

Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau

informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin
suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk

membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak

cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.

Namun, banyak sekali orang-orang yang melanggar hak cipta tersebut. Di

Indonesia para pembajak itu sudah tidak bisa dihitung lagi banyaknya. Terutama

dalam hal software atau perangkat lunak. Suatu perangkat lunak yang harganya

jutaan rupiah bisa menjadi seharga puluhan ribu rupiah.

TUJUAN

tujuan ditulisnya makalah ini untuk menjelaskan tentang HAKI yang

berhubungan dengan software dan masalah-masalah yang berhubungan

dengannya seperti pembajakan dll. Juga untuk menjelaskan tentang hukum-

hukum yang menjaga tentang hak cipta.

Bab 2. Pembahasan
Pasal 1 butir 7 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas

Undang-undagn No. 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 6

Tahun 1982 tentang Hak Cipta (UUHC) menyatakan bahwa program komputer

adalah program yang diciptakan secara khusus sehingga memungkinkan komputer

melakukan fungsi tertentu. Pengertian yang lebih jelas mengenai software ini

dapat dilihat di Australian Copyright Act, dimana dijelaskan bahwa software ini

sesungguhnya meliputi source code dan object code yang merupakan suatu set
instruksi yang terdiri atas huruf-huruf, bahasa, kode-kode atau notasi-notasi yang

disusun atau ditulis sedrmikian rupa sehinga membuat suatu alat yang mempunyai

kemampuan memproses informasi digital dan dapat melakukan fungsi kerja

tertentu.

Adapun bentuk-bentuk pelanggaran atas suatu software dapat dilakukan dengan

berbagai cara yaitu :

Pemuatan ke dalam hard disk. Perbuatan ini biasanya dilakukan jika kita membeli

komputer dari toko-toko komputer, di mana penjual biasanya meng-instal sistem

operasi beserta software-software lainnya sebagai bonus kepada pembeli

komputer.

Softlifting, yaitu dimana sebuah lisensi penggunakan sebuah software dipakai

melebihi kapasitas penggunaannya. Misalnya membeli satu software secara resmi

tapi kemudian meng-install-nya di sejumlah komouter melebihi jumlah lisensi

untuk meng-install yang diberikan.

Pemalsuan, yaitu memproduksi serta menjual software-software bajakan biasanya

dalam bentuk CD ROM, yang banyak dijumpai di toko buku atau pusat-pusat

perbelanjaan, Penyewaan software, Ilegal downloading, yakni dengan men-

download software dari internet secara illegal

Menurut pasal 2 ayat 1 UUHC, Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta
maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya

maupun memberikan izin untuk itu dengna tidak mengurangi pembatasan-

pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya

dalam Pasal 1 butir 4 dan 5 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan tindakan

“mengumumkan” adalah penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat

apapun dan dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan dapat dibaca,

didengar atau dilihat oleh orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan

“memperbanyak” adalah tindakan menambah suatu ciptaan, dengan pembuatan

yang sama, termasuk mengalihwujudkan suatu ciptaan. Dari ketentuan di atas

dapat terlihat bahwa tindakan-tindakan pembajakan software tersebut termasuk

dalam kategori melanggar Hak Cipta.

Atas pelanggaran Hak Cipta, maka pelaku pembajakan software ini dapat diancam

dengan hukuman penjara selama 7 tahun atau denda maksimum 100 juta rupiah.

Selain itu pencipta maupun pemegang hak cipta juga dapat melakukan upaya

hukum secara perdata untuk menuntut ganti rugi, karena tindakan pembajakan

software dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum sebagaimana

yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata.

III. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG TERJADINYA PEMBAJAKAN

SOFTWARE
Ada banyak faktor-faktor yang mendukung terjadinya pembajakan software.

Software adalah produk digital yang dengan mudah dapat digandakan tanpa

mengurangi kualitas produknya, sehingga produk hasil bajakan akan berfungsi

sama seperti software yang asli.

Selain itu, tidak disangkal lagi, satu hal yang mendukung maraknya pembajakan

atas software adalah mahalnya harga lisensi software yang asli. Untuk

perbandingan, harga lisensi Windows 98 adalah 200 dolar AS, sedangkan

software bajakan dapat kita beli hanya dengan harga Rp. 10.000 saja. Andaikata

di sebuah kantor mempunyai 20 buah komputer yang menggunakan windows 98,

maka biaya yang harus dikeluarkan sebesar 4000 dolar AS atau senilai hampir 40

juta rupiah. Itu hanya untuk sistem operasinya saja, belum termasuk program-

program aplikasi lainnya.

IV. PENEGAKAN HUKUM ATAS PEMBAJAKAN SOFTWARE

KOMPUTER

Penegakan hukum atas pembajakan software memang telah dilakukan. Pada bulan

September 2001, Microsoft dinyatakan menang dalam kasus pembajakan software

dan majelis hakim menghukum PT. Kusumo Megah untuk membayar ganti rugi

sebesar 4,4 juta dolar AS. Keputusan ini bagi pihak produsen software dianggap

sebagai kemenangan besar melawan pembajakan software di Indonesia sehingga


diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang menghargai inovasi dan

diharpkan dapat membangkitkan industri software lokal. Pada bulan Oktober

tahun yang sama, Microsoft kembali memenangkan perkara yang sama, di mana

tergugat yaitu empat penjual computer yaitu PT. Panca Putra Komputindo, HJ

Komputer, HM Komputer dan Altex Komputer dihukum untuk membayar ganti

rugi sebesar 4,7 juta dollar AS karena terbukti bersalah karena telah meng-install

software Microsoft Windows dan Office pada komputer yang mereka jual.

Penegakan hukum di bidang pembajakan software ini memang mempunyai

dampak yang baik karena dapat memperbaiki citra Indonesia di mata dunia

internasional sehingga dapat meningkatkan investasi asing di bidang software di

Indonesia, selain itu bagi pelaku industri software di Indonesia sendiri hal ini

dapat membangkitkan semangat mereka untuk lebih berkreasi menghasilkan

software-software baru yang mempunyai daya saing yang tinggi, karena tidak

takut lagi kalau hasil karyanya akan dibajak oleh orang lain untuk mendapatkan

keuntungan ekonomis.

Meskipun edukasi dalam Gerakan Sadar HKI telah dilakukan, akan tetapi menurut

penulis, sepertinya hal tersebut tidak akan dapat berjalan dengan baik,

pembajakan software sepertinya akan sulit untuk diberantas. Faktor yang paling

dominan adalah faktor ekonomis, dimana orang akan cenderung memilih software

bajakan yang pasti jauh lebih murah dari software yang berlisensi.
Selain itu pembajakan masih akan tetap berlansung karena bagaimana mungkin

para penegak hukum dapat memberantas hal ini jikalau mereka sendiri pada

kenyataannya masih menggunakan software bajakan baik di komputer-komputer

di kantor polisi, kejaksaan maupun pengadilan, yang dipergunakan untuk

keperluan dinas maupun di komputer-komputer pribadi mereka. Jika aparat

penegak hukum berkeinginan untuk menegakkan hukum di bidang ini, maka

secara tidak langsung mereka harus menuntut dirinya sendiri karena turut pula

melakukan pelanggaran. Menurut penulis hal ini tidaklah mungkin, karena itulah

sampai dengan saat ini penulis berkeyakinan bahwa permasalahan ini tidak akan

pernah berakhir, paling tidak sampai dengan saat di mana semua software yang

dipakai oleh aparat penegak hukum terlah berlisensi.

Solusi

Pasal 2 UU 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyatakan :

(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta

untukmengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara

otomatis setelahsuatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut

peraturan Perundang undangan yang berlaku.

(2) Pencipta dan/atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan Program

Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang

tanpa persetujuannya menyewakan Ciptaan tersebut untuk kepentingan yang

bersifat komersial.
Dalam penjelasannya dikatakan bahwa Yang dimaksud dengan hak eksklusif

adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak

ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya.

Dalam pengertian “mengumumkan atau memperbanyak”, termasuk kegiatan

menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual,

menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan

kepada publik, menyiarkan, merekam, dan mengkomunikasikan Ciptaan kepada

publik melalui sarana apa pun.

Sesuai dengan ketentuan di atas, karena software tersebut telah ada jauh sebelum

Anda menggarapnya, baik dalam arti mengadaptasi, mengaransemen ulang

ataupun mengalihwujudkan dalam bentuk yang lebih "familiar", tentunya Anda

tidak diperkenan melanjutkan pekerjaan tersebut. Terlebih Anda tidak memiliki

izin dari pemegang hak cipta untuk melakukan hal-hal tersebut.

Pemakaian Ciptaan tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta apabila

sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu dilakukan terbatas

untuk kegiatan yang bersifat nonkomersial termasuk untuk kegiatan sosial.

Misalnya, kegiatan dalam lingkup pendidikan dan ilmu pengetahuan, kegiatan

penelitian dan pengembangan, dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan

yang wajar dari Penciptanya. Yang dimaksud dengan kepentingan yang wajar dari

Pencipta atau Pemegang Hak Cipta adalah suatu kepentingan yang didasarkan

pada keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomi atas suatu ciptaan. hal ini

sebagaimana dimaksud dan diatur Pasal 15 UU No. 19/ 2002 yang menyatakan :
"Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak

dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta:

a. penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karyailmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah dengan tidakmerugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta;

b. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna

keperluanpembelaan di dalam atau di luar Pengadilan;

c. pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna

keperluan:

(i) ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

atau

(ii) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan

tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta.

d. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam

huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika Perbanyakan itu bersifat

komersial;

e. Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara terbatas dengan

cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga

ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang non komersial

semata-mata untuk keperluan aktivitasnya;

f. perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas

karya arsitektur, seperti Ciptaan bangunan;


g. pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program

Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.

Bagaimana kalau hanya digunakan untuk kalangan sendiri ? Sepanjang

penggunaan kalangan sendiri tersebut ada unsur komersil yang didapatkan anda,

tentunya anda harus mendapat izin terlebih dahulu dari pemegang hak cipta.

Terkait dengan hak cipta, Pasal 25 ayat (1) jo. Pasal 27 UU No. 19/ 2002

menegaskan bahwa Informasi elektronik tentang informasi manajemen hak

Pencipta tidak boleh ditiadakan atau diubah. Artinya, meskipun (seandainya)

Anda mendapatkan izin untuk mengadaptasi, mengaransemen ulang ataupun

mengalihwujudkan software tersebut, Anda tetap harus mencantumkan hal-hal

tentang si pemegang hak cipta.

Jika Anda terus memaksakan untuk tetap melanjutkan pekerjaan mengadaptasi,

mengaransemen ulang ataupun mengalihwujudkan software tersebut tanpa seijin

pemegang hak cipta, Anda dapat dijerat dengan sanksi pidana sebagai berikut :

Pasal 72 UU No. 19/2002 :

ayat (1) :

"Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksuddalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana

dengan pidana penjaramasing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda

paling sedikitRp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama

7 (tujuh) tahundan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar

rupiah)".

ayat (7) :
"Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan

pidanapenjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

150.000.000,00(seratus lima puluh juta rupiah)"

ayat (8) :

"Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan

pidanapenjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

150.000.000,00(seratus lima puluh juta rupiah)".

Rujukan
[UU2000030] RI. 2000 . Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang

Rahasia Dagang..

[UU2000031] RI. 2000 . Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain

Industri.

[UU2000032] RI. 2000 . Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain

Tata Letak Sirkuit Terpadu.

[UU2001014] RI. 2001 . Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

[UU2001015] RI. 2001 . Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

[UU2002019] RI. 2002 . Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak

Cipta.

[WEBFSF1991a] Free Software Foundation. 1991 . GNU General Public License

– http://gnui.vLSM.org/ licenses/ gpl.txt. Diakses 29 Mei 2006.


[WEBFSF2001a] Free Software Foundation. 2001 . Definisi Perangkat Lunak

Bebas – http://gnui.vlsm.org/ philosophy/ free-sw.id.html. Diakses 29 Mei 2006.

[WEBFSF2001b] Free Software Foundation. 2001 . Frequently Asked Questions

about the GNU GPL – http://gnui.vlsm.org/licenses/gpl-faq.html. Diakses 29 Mei

2006.

[WEBHuham2005] Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia. 2005 . Kekayaan Intelektual – http://www.dgip.go.id/ article/ archive/

2. Diakses 29 Mei 2006.

[WEBRamelan1996] Rahardi Ramelan. 1996 . Hak Atas Kekayaan Intelektual

Dalam Era Globalisasi http://leapidea.com/ presentation?id=6. Diakses 29 Mei

2006.

[WEBSamik2003a] Rahmat M Samik-Ibrahim. 2003 . Pengenalan Lisensi

Perangkat Lunak Bebas – http://rms46.vlsm.org/ 1/ 70.pdf. vLSM.org. Pamulang .

Diakses 29 Mei 2006.

[WEBStallman1994a] Richard M Stallman. 1994 . Mengapa Perangkat Lunak

Seharusnya Tanpa Pemilik – http://gnui.vlsm.org/ philosophy/ why-free.id.html.

Diakses 29 Mei 2006.

[WEBWiki2005a] From Wikipedia, the free encyclopedia. 2005 . Intellectual

property – http://en.wikipedia.org/ wiki/ Intellectual_property. Diakses 29 Mei

2006.

[WEBWIPO2005] World Intellectual Property Organization. 2005 . About

Intellectual Property – http://www.wipo.int/ about-ip/ en/. Diakses 29 Mei 2006.

Anda mungkin juga menyukai