Bab 1 Pendahuluan
Sebelum membahas aspek teknis secara mendalam, sebaiknya kita memantapkan
terlebih dahulu sebuah pengertian aspek non teknis dari sebuah sistem operasi
yaitu Hak atas Kekayaan Intelektual Perangkat Lunak (HaKI PL) Pembahasan
dimulai dengan menerangkan konsep HaKI secara umum, serta HaKI PL secara
lebih dalam. Secara khusus akan dibahas konsep Perangkat Lunak Bebas/Sumber
• Pelurusan atas persepsi keliru PLB dan ST, serta penjelasan perbedaan dan
• Apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dengan PLB/ST.
kode sumber.
Setelah menyimak tulisan ini, diharapkan akan lebih memahami dan lebih
''Hak atas Kekayaan Intelektual'' (HaKI) merupakan terjemahan atas istilah ''
Intellectual Property Right'' (IPR). Istilah tersebut terdiri dari tiga kata kunci
Intelektual'' merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir
seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur,
berbuat sesuatu atas Kekayaan Intelektual tersebut, yang diatur oleh norma-norma
``Hak'' itu sendiri dapat dibagi menjadi dua. Pertama, ``Hak Dasar (Azasi)'', yang
merupakan hak mutlak yang tidak dapat diganggu-gugat. Umpama: hak untuk
hidup, hak untuk mendapatkan keadilan, dan sebagainya. Kedua, ``Hak Amanat/
seberapa besar HaKI yang diberikan kepada individu dan kelompok. Sesuai
yang sifatnya tidak berwujud (intangible). Terlihat bahwa HaKI merupakan Hak
Pemberian dari Umum (Publik) yang dijamin oleh Undang-undang. HaKI bukan
merupakan Hak Azazi, sehingga kriteria pemberian HaKI merupakan hal yang
dapat diperdebatkan oleh publik. Apa kriteria untuk memberikan HaKI? Berapa
lama pemegang HaKI memperoleh hak eksklusif? Apakah HaKI dapat dicabut
demi kepentingan umum? Bagaimana dengan HaKI atas formula obat untuk para
penderita HIV/AIDs?
menyangkut masalah paten pada tahun 1470. Caxton, Galileo, dan Guttenberg
tercatat sebagai penemu-penemu yang muncul dalam kurun waktu tersebut dan
tersebut kemudian diadopsi oleh kerajaan Inggris di jaman TUDOR tahun 1500-
an dan kemudian lahir hukum mengenai paten pertama di Inggris yaitu Statute of
tahun 1791. Upaya harmonisasi dalam bidang HaKI pertama kali terjadi tahun
1883 dengan lahirnya konvensi Paris untuk masalah paten, merek dagang dan
desain. Kemudian konvensi Berne 1886 untuk masalah Hak Cipta (Copyright).
LATAR BELAKANG
Software adalah salah satu hal yang paling penting dalam komunikasi yang
hardware dengan brainware. Tanpa software kita tidak akan bisa menggunakan
MASALAH
Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau
informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin
suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk
membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak
Indonesia para pembajak itu sudah tidak bisa dihitung lagi banyaknya. Terutama
dalam hal software atau perangkat lunak. Suatu perangkat lunak yang harganya
TUJUAN
Bab 2. Pembahasan
Pasal 1 butir 7 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas
Tahun 1982 tentang Hak Cipta (UUHC) menyatakan bahwa program komputer
melakukan fungsi tertentu. Pengertian yang lebih jelas mengenai software ini
dapat dilihat di Australian Copyright Act, dimana dijelaskan bahwa software ini
sesungguhnya meliputi source code dan object code yang merupakan suatu set
instruksi yang terdiri atas huruf-huruf, bahasa, kode-kode atau notasi-notasi yang
disusun atau ditulis sedrmikian rupa sehinga membuat suatu alat yang mempunyai
tertentu.
Pemuatan ke dalam hard disk. Perbuatan ini biasanya dilakukan jika kita membeli
komputer.
dalam bentuk CD ROM, yang banyak dijumpai di toko buku atau pusat-pusat
Menurut pasal 2 ayat 1 UUHC, Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta
maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
dalam Pasal 1 butir 4 dan 5 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan tindakan
apapun dan dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan dapat dibaca,
didengar atau dilihat oleh orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan
Atas pelanggaran Hak Cipta, maka pelaku pembajakan software ini dapat diancam
dengan hukuman penjara selama 7 tahun atau denda maksimum 100 juta rupiah.
Selain itu pencipta maupun pemegang hak cipta juga dapat melakukan upaya
hukum secara perdata untuk menuntut ganti rugi, karena tindakan pembajakan
SOFTWARE
Ada banyak faktor-faktor yang mendukung terjadinya pembajakan software.
Software adalah produk digital yang dengan mudah dapat digandakan tanpa
Selain itu, tidak disangkal lagi, satu hal yang mendukung maraknya pembajakan
atas software adalah mahalnya harga lisensi software yang asli. Untuk
software bajakan dapat kita beli hanya dengan harga Rp. 10.000 saja. Andaikata
maka biaya yang harus dikeluarkan sebesar 4000 dolar AS atau senilai hampir 40
juta rupiah. Itu hanya untuk sistem operasinya saja, belum termasuk program-
KOMPUTER
Penegakan hukum atas pembajakan software memang telah dilakukan. Pada bulan
dan majelis hakim menghukum PT. Kusumo Megah untuk membayar ganti rugi
sebesar 4,4 juta dolar AS. Keputusan ini bagi pihak produsen software dianggap
tahun yang sama, Microsoft kembali memenangkan perkara yang sama, di mana
tergugat yaitu empat penjual computer yaitu PT. Panca Putra Komputindo, HJ
rugi sebesar 4,7 juta dollar AS karena terbukti bersalah karena telah meng-install
software Microsoft Windows dan Office pada komputer yang mereka jual.
dampak yang baik karena dapat memperbaiki citra Indonesia di mata dunia
Indonesia, selain itu bagi pelaku industri software di Indonesia sendiri hal ini
software-software baru yang mempunyai daya saing yang tinggi, karena tidak
takut lagi kalau hasil karyanya akan dibajak oleh orang lain untuk mendapatkan
keuntungan ekonomis.
Meskipun edukasi dalam Gerakan Sadar HKI telah dilakukan, akan tetapi menurut
penulis, sepertinya hal tersebut tidak akan dapat berjalan dengan baik,
pembajakan software sepertinya akan sulit untuk diberantas. Faktor yang paling
dominan adalah faktor ekonomis, dimana orang akan cenderung memilih software
bajakan yang pasti jauh lebih murah dari software yang berlisensi.
Selain itu pembajakan masih akan tetap berlansung karena bagaimana mungkin
para penegak hukum dapat memberantas hal ini jikalau mereka sendiri pada
secara tidak langsung mereka harus menuntut dirinya sendiri karena turut pula
melakukan pelanggaran. Menurut penulis hal ini tidaklah mungkin, karena itulah
sampai dengan saat ini penulis berkeyakinan bahwa permasalahan ini tidak akan
pernah berakhir, paling tidak sampai dengan saat di mana semua software yang
Solusi
(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
(2) Pencipta dan/atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan Program
Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang
bersifat komersial.
Dalam penjelasannya dikatakan bahwa Yang dimaksud dengan hak eksklusif
ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya.
Sesuai dengan ketentuan di atas, karena software tersebut telah ada jauh sebelum
sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu dilakukan terbatas
yang wajar dari Penciptanya. Yang dimaksud dengan kepentingan yang wajar dari
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta adalah suatu kepentingan yang didasarkan
pada keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomi atas suatu ciptaan. hal ini
sebagaimana dimaksud dan diatur Pasal 15 UU No. 19/ 2002 yang menyatakan :
"Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak
keperluan:
(i) ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
atau
(ii) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan
d. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam
huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali jika Perbanyakan itu bersifat
komersial;
cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga
ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang non komersial
penggunaan kalangan sendiri tersebut ada unsur komersil yang didapatkan anda,
tentunya anda harus mendapat izin terlebih dahulu dari pemegang hak cipta.
Terkait dengan hak cipta, Pasal 25 ayat (1) jo. Pasal 27 UU No. 19/ 2002
pemegang hak cipta, Anda dapat dijerat dengan sanksi pidana sebagai berikut :
ayat (1) :
dimaksuddalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana
paling sedikitRp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama
rupiah)".
ayat (7) :
"Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25 dipidana dengan
ayat (8) :
"Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan
Rujukan
[UU2000030] RI. 2000 . Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang
Rahasia Dagang..
Industri.
Cipta.
2006.
2006.
2006.