Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR AMAMI

PENENTUAN KADAR ZAT ORGANIK

OLEH :
SEMESTER III

I.G.A. AYU SATWIKHA DEWI

(P07134014005)

LUH PUTU DEVI KARTIKA

(P07134014006)

A.A. LIDYA NIRMALA DEWI

(P07134014008)

KOMANG NINA SHINTARINI

(P07134014009)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

I. TUJUAN

Menentukan kadar zat organik (nilai permanganat) dalam sampel secara


titrimetri
II. METODE
Permanganometri
III. PRINSIP KERJA
Zat organik dalam sampel air dioksidasi dengan KMnO4, sisa KMnO4
direduksi oleh asam oksalat berlebih, kelebihan asam oksalat dititrasi kembali
dengan KMnO4.
IV.REAKSI
Reaksi oksidasi KMnO4 dalam kondisi asam :
2KMnO4 + 3H2SO4 2MnO4 + K2SO4 + 5O
Reaksi zat organik dapat dioksidasi dengan reaksi :
C2H2O + On 2 CO2 + H2O
Reaksi titrasi :
2MnO4- + 16 H+ + 5C2O42- 2Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2

V. DASAR TEORI

Nilai kalium permanganat (KMnO4 value) didefinisikan sebagai jumlah


mg KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat di
dalam satu liter contoh air dengan didihkan selama 10 menit. Dengan proses
oksidasi tersebut di atas mungkin hanya sebagian atau seluruh zat organik
tersebut. Proses oksidasi untuk penetapan nilai kalium permanganat dapat
dilakukan dalam kondisi asam atau kondisi basa, akan tetapi oksidasi dalam
kondisi asam adalah lebih kuat, dengan demikian ion-ion klorida yang
terdapat pada contoh air akan ikut teroksidasi. Oleh karena itu oksidasi
kalium permanganat dalam kondisi basa dianjurkan untuk pemeriksaan
contoh air yang mengandung kadar klorida lebih dari 300 mg/L. Zat - zat
organik lain yang dapat mengganggu penetapan nilai kalium permanganat
adalah ion ion reduktor seperti ferro, sulfida dan nitrit.
Gangguan dari reduktor bila terdapat dalam contoh air dapat di cegah
dengan penambahan beberapa tetes larutan KMnO4 sebelum dianalisis
sulfida-sulfida dapat dihilangkan dengan mendidihkan contoh setelah
ditambah beberapa tetes H2SO4, sehingga terdapat bau H2S.bila terdapat
nitrit maka dapat dikoreksi dengan analisis blanko.Beberapa ion logam yang
tidak

dioksidasi

dapat

dititrasi

secara

tidak

langsung

dengan

permanganometri seperti:
Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai
oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4
berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat
inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion
logam yang bersangkutan.
Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat.
Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula
larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat
tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya
dengan KMnO4.

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain


terletak pada: Larutan pentiter KMnO4 pada buret. Apabila percobaan
dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena
sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan
diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan
berwarna merah rosa.Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan
seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4
yang

telah

ditambahkan

H2SO4dan

telah

dipanaskan

cenderung

menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.


MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti
H2C2O4.Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi
kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai
menjadi air.
H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang
diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi
permanganometri yang dilaksanakan.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak
pada:
Larutan pentiter KMnO4 pada buret. Apabila percobaan dilakukan
dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan
terurai menjadi MnO2sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh
pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna
merah rosa.

Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti


H2C2O4. Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan
reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ .
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4.
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2H2O2 + 2CO2
H2O2H2O + O2
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang
diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi
permanganometri yang dilaksanakan.
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam
larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat
dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang
sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk
memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan
mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring
larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang
telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser. Permanganat
bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi
ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan
sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa
banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi
yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh,

permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk


mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari
titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah
MnO2.Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan
larutan permanganat.Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan
permanganat.Jejak-jejak

dari

MnO2

yang

semula

ada

dalam

permanganat.Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejakjejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi.
Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk
menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui
asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan
tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak
diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa
bulan.

Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan

alkalis.
Reaksi yang terjadi dalam analisis ini adalah :
2 MnO4- + 5 C2O4 + 16 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O

VI. ALAT DAN BAHAN


a. Alat :

1.Erlenmeyer 250 mL
2.Labu ukur 100 mL
3.Kompor listrik
4.Gelas ukur
5.Pipet ukur 10 mL
6.Beaker glass
7.Buret 50 mL
8.Termometer
9.Botol pencuci
b. Bahan :
1.Sampel air
2.Larutan KMnO4 0,01N
3.Larutan asam oksalat 0,01 N
4.Aquades
5.Asam oksalat 8 N

VII. CARA KERJA


Pembuatan Larutan H2SO4 4N Bebas Zat Organik
1. Diisi labu ukur 100 ml dengan seperempat akuades
2. Ditambahkan 12,5 ml H2SO4 pekat (36N) lewat dinding tabung
3. Ditambahkan akuades sampai tanda batas lalu dipanaskan
4. Dipanaskan dengan KMnO4 0,01N sampai terbentuk warna merah
muda tetap dan selanjutnya didinginkan.
Pembuatan Larutan Primer Asam Oksalat 0,1N

1. Ditimbang 0,6303 gram asam oksalat


2. Dilarutkan dengan akudes sampai volume 100 ml.
Pembuatan Larutan Primer Asam Oksalat 0,01N
V1 N1
= V2 N2
V1. 0,1N = 100ml.0,01N
V1
= 10ml
Dipipet 10 ml larutan asam oksalat 0,1N, kemudian ditambahkan
akuades hingga batas 100 ml labu ukur dan dikocok hingga
homogeny.
Pembuatan Larutan Baku Sekunder KMnO4 0,1N
1. Ditentukan konsentrasi kalium permanganate (KMnO4) yang
diinginkan. Dalam praktikum ini dibuat 0,1N
2. Ditentukan volume larutan KMnO4 dengan konsentrasi 0,1N
3. Untuk membuat larutan KMnO4 digunakan bahan baku berupa
KMnO4 dalam bentuk Kristal dengan berat molekul sebesar 158,04
4. Untuk membuat 100 ml larutan KMnO4 0,1N, jumlah KMnO4 yang
diperlukan dapat dihitung dengan rumus:
Massa (g)= V1 x N x bilangan standar
Massa (g)= V1 x N x BM/biloks
Massa (g)= 0,1 x 0,1 x 158,04/5
Massa (g)= 0,31608 = 0,32 gram
5. Ditimbang 0,32 gram KMnO4, dilarutan dengan akuades hingga
volume 100 ml
6. Dididihkan selama 10-15 menit
7. Didiamkan sedikitnya 1 hari 1 malam
8. Disaring dengan menggunkan saringan sbes, dan ditambahkan
akuades sampai 100 ml (jika terjadi kekurangan volume)
9. Disimpan larutan dalam botol berwarna coklat
Pembuatan Larutan Baku Sekunder KMnO4 0,01N
V1 N1

= V2 N2

V1. 0,1N = 250ml.0,01N


V1

= 25ml

Dipipet 25 ml larutan asam oksalat 0,1N, kemudian ditambahkan


akuades hingga batas

250 ml labu ukur dan dikocok hingga homogeny.


Standarisasi KMnO4 dengan Asam Oksalat 0,01N
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibilas buret dengan akuades kemudian dibilas dengan KMnO4
3. Dipipet 10 ml larutan asam oksalat 0,01N, dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer
4. Ditambahkan 5 ml H2SO4 4N bebas zat organik
5. Dipanaskan pada suhu 700C, kemudian dititrasi dalam keadaan
panas dengan KMnO4 hingga terbentuk warna merah muda
6. Dihitung normalitas KMnO4.

Penentuan Kadar Zat Organik Sampel


1. Diambil 100 ml sampel dengan pipet volume, dimasukkan ke
Erlenmeyer
2. Ditambahkan 5 ml H2SO4 4N bebas zat organik, kemudian
ditambahkan KMnO4 tetes demi tetes sampai terbentuk warna
merah muda
3. Ditambahkan 15 ml KMnO4, lalu dipanaskan samapi mendidih (10
menit)
4. Dititrasi dalam keadaan panas dengan larutan asam oksalat hingga
warna merah muda hilang (B ml)
5. Dipanaskan kembali sampai mendidih, kemudian dititrasi kembali
dalam keadaan panas dengan larutan KMnO4 hingga terjadi
perubahan warna dari jernih menjadi merah muda.

VIII. HASIL PENGAMATAN


A. Standarisasi KMnO4 (Kelompok Genap)
Volume Titrasi I
: 10,70 mL
Volume Titrasi II
: 10,50 mL

Volume Titrasi III


: 10,50 mL
Volume Rata-rata : 10,56 mL
Normalitas KMnO4 : V1 x N1
10 x 0,01
=
N2
=

=
V2 x N2
10,56 x N2
0,0095 N

B. Perhitungan Kadar Sampel Air (Kelompok Genap)


Rumus :

x {[(15+A mL) x N KMnO4] [B mL x N H2C2O4]} x

0,316
1. Sampel Air Sumur
Titrasi

Volume KMnO4 (A mL)

Volume H2C2O4 (B mL)

0,3 mL

7,5 mL

II

0,6 mL

7,3 mL

Rata-

0,45 mL

7,4 mL

rata
mg/L zat organic

= 40 (0,1468 x 0,074) x 0,316


= 0,92 mg/L

2. Sampel Air Kolam Ikan


Titrasi

Volume KMnO4 (A mL)

Volume H2C2O4 (B mL)

1,20 mL

7,7 mL

II

0,90 mL

7,5 mL

Rata-

1,05 mL

7,6 mL

rata

mg/L zat organic =


= 40 x (0,15-0,0076) x 0,316
= 40 x 0,074 x 0,316
= 0,935 mg/L
3. Sampel Air Sawah
Titrasi

Volume KMnO4 (A mL)

Volume H2C2O4 (B mL)

0,87 mL

6,00 mL

II

1,03 mL

6,00 mL

Rata-

0,95 mL

6,00 mL

rata

mg/L zat organic =


= 40 x (0,15-0,06) x 0,316
= 40 x 0,09 x 0,316
= 1,1376 mg/L

C. Standarisasi KMnO4 (Kelompok Ganjil)


Volume Titrasi I
: 10,60 mL
Volume Titrasi II
: 10,50 mL
Volume Titrasi III
: 10,70 mL
Volume Rata-rata : 10,60 mL
Normalitas KMnO4 : V1 x N1
=
V2 x N2
10 x 0,01
=
10,60 x N2
N2
=
0,0094 N
D. Perhitungan Kadar Sampel Air (Kelompok Ganjil)
1. Sampel Air Sumur Bor
Titrasi

Volume KMnO4 (A mL)

Volume H2C2O4 (B mL)

0,1 mL

11,35 mL

II

0,2 mL

11,45 mL

Rata-

0,15 mL

11,40 mL

rata

mg/L zat organic =


= 40 x (0,142-0,114) x 0,316
= 0,354 mg/L

2. Sampel Air Tambak

Titrasi

Volume KMnO4 (A mL)

Volume H2C2O4 (B mL)

0,2 mL

3,70 mL

II

1,00 mL

3,60 mL

Rata-

0,95 mL

3,45 mL

rata

mg/L zat organic =


= 200 x (0,2439-0,0345) x 0,316
= 13,24 mg/L
3. Sampel Air Payau
Titrasi

Volume KMnO4 (A mL)

Volume H2C2O4 (B mL)

0,60 mL

3,70 mL

II

0,40 mL

3,60 mL

Rata-

0,50 mL

3,45 mL

rata

mg/L zat organic =


= 200 x (0,2397-0,0095) x 0,316
= 9,145 mg/L

E. Perubahan Warna
Standarisasi KMnO4
Sebelum

Sesudah

tak berwarna

merah muda konstan

Titrasi Sampel
Titrasi dengan H2C2O4 ( B mL)

Titrasi dengan KMnO4 (A mL)

sampai terbentuk merah muda Sampai terbentuk merah muda


hilang

konstan

IX. PEMBAHASAN
Permanganometri merupakan penetapan kadar zat berdasarkan atas
reaksi oksidasi reduksi dengan KMnO 4. Kalium Permanganat merupakan
oksidator kuat serta tidak perlu menggunakan indikator, karena kalium
permanganate bersifat auto indikator yaitu bisa bertindak sebagai indikator

untuk

dirinya

sendiri.

Pada

titrasi

permanganometri,

larutan

kalium

permanganate selain bertindak sebagai larutan standar sekaligus juga


indikator. Kekuatan oksidator kalium permanganat tergantung pada pH
larutan. Keragaman ini disebabkan karena mangan mempunyai bilangan
oksidasi yang berbeda yaitu 1, 2, 3, 4, 5, dan 7. Reduksi mangan dalam
suasana asam akan berubah dari bilangan oksidasi 7 menjadi 2. Sedangkan
dalam suasana basa dari bilangan oksidasi 7 menjadi 4 (Aurelia Aurita, 2011).
Permanganometri juga bisa digunakan untuk menentukan kadar
belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri ini
banyak

digunakan

dalam

menganalisa

zat-zat

organik.

Metode

permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat.


Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi
dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah mengamati
titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah
dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit,
sulfida, sulfida dan tiosulfat (Elly Sulis, 2013).
Nilai kalium permanganat (KMnO4 value) didefinisikan sebagai jumlah
mg KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat di
dalam satu liter contoh air dengan didihkan selama 10 menit. Proses oksidasi
untuk penetapan nilai kalium permanganat dapat dilakukan dalam kondisi
asam atau kondisi basa, akan tetapi oksidasi dalam kondisi asam adalah
lebih kuat, dengan demikian ion-ion klorida yang terdapat pada contoh air
akan ikut teroksidasi. Oleh karena itu oksidasi kalium permanganat dalam
kondisi basa dianjurkan untuk pemeriksaan contoh air yang mengandung
kadar klorida lebih dari 300 mg/L. Berikut ini adalah zat-zat organik yang
dapat mengganggu penetapan nilai kalium permanganat serta cara untuk
mengatasi gangguan tersebut:

1.

Ion sulfida dan nitrit, untuk menghilangkan harus dipanaskan dengan

H2SO4 encer sampai H2S dan nitrit hilang.


2.

Garam ferro dapat dihilangkan dengan penambahan beberapa tetes

KMnO4 sebelum dianalisa sampai larutan tepat merah muda.


3.

Bila harus disimpan lebih dari satu hari, lebih baik diasamkan kurang dari

5 ( pH<5 )
Analisis permanganometri dapat berlangsung dalam 3 suasana :
1.

Reaksi dalam susasan asam


MnO4- + 8H+ + 5e-

2.

Mn2+ + 4H2O

Reaksi dalam suasana netral


MnO4- + 4H+ + 3e-

3.

MnO2 + 2H2O

Reaksi dalam suasana Basa


MnO4- + e-

MnO4

Penentuan zat organik dengan cara oksidasi dapat dilakukan dalam


suasana asam maupun basa. Berdasarkan praktikum yang dilakukan prinsip
yang digunakan adalah prinsip metode asam karena dalam titrasi ini
menggunakan larutan asam H2SO4, dimana prinsip metode asam yaitu zat
organik didalam sampel dioksidasi oleh KMnO 4 berlebih dalam keadaan
asam dan panas. Sisa KMnO 4 direduksi dengan larutan asam oksalat
berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO 4. Reaksi
oksidasi KMnO4 dalam kondisi asam adalah sebagai berikut:
2KMnO4 + 3H2SO4

2MnO4 + K2SO4 + 5O

Sebelum melakukan penentuan kadar zat organik pada sampel,


dilakukan standarisasi KmnO4 dengan asan oksalat 0,01 N. Kalium
permanganat perlu distandarisasi, karena kalium permanganat bukan larutan
baku primer. Standarisasi dilakukan dengan asam oksalat, ini dikarenakan

agar reaksi tidak bolak balik, sedangkan potensial elektroda sangat


tergantung pada pH. Standarisasi larutan kalium permanganate dilakukan
secara langsung, dilakukan pada analit yang dapat dioksidasi secara
langsung.
Pada saat beberapa tetesan awal titrasi reaksi berlangsung lambat
meskipun telah dipanaskan, terbentuk warna pink pada analit yang
menghilang relatif lama. Hal ini disebabkan belum terbetuknya Mn 2+ pada
reaksi antara titran dan analit. Mn 2+ merupakan autokatalis yang dapat
mempercepat laju reaksi. Ketika Mn 2+ yang terbentuk lebih banyak lagi, maka
reaksi berjalan lebih cepat hilang sebelum permanganate tereduksi sempurna
oleh oksalat. Kelebihan permanganat menjadikan larutan berwarna merah
sangat muda yang stabil dan titrasi pun dihentikan.
Standarisasi dilakukan dengan dimasukkan 10 ml larutan asam
oksalat 0,01 N ke dalam erlenmeyer

kemudia ditambahkan 5 ml H 2SO4

bebas zat organik 4 N ke dalamnya. Tujuan menggunakan H 2SO4 bebas zat


organik ialah agar reaksi dengan KMnO 4 tidak dipengaruhi oleh zat organik
yang terdapat dalam H2SO4 ataupun pelarutnya. Kemudian larutan tersebut
dipanaskan pada suhu 70C agar KMnO 4 dapat mengoksidasi asam oksalat
karena jika suhu dibawah 70C maka reaksi akan berjalan lambat dan akan
mengubah MnO4- menjadi MnO2 yang berupa endapan coklat sehingga TAT
susah ditentukan. Sedangkan apabila suhu diatas 70-80C maka akan
merusak asam oksalat dan terurai menjadi CO 2 dan H2O sehingga hasil akhir
akan lebih kecil (Luneta Aurelia Fatma, 2014). Asam oksalat dipanaskan
setelah ditambahkan asam sulfat. Hal ini dilakukan karena dalam akuades
asam oksalat membentuk peroksida, kemudian peroksida yag terbentuk akan
menyebabkan permanganate yang dibutuhkan saat titrasi lebih sedikit dan
reaksi ini berlangsung lambat, dan saat dipanaskan akan menjadi asam
oksalat kembali, sehingga titrasi reduksi oksidasi dapat berlangsung dengan
sempurna. Selanjutnya larutan tersebut dititrasi dengan KMnO 4 dalam

keadaan panas hingga terjadi perubahan warna dari larutan bening menjadi
merah muda konstan, sehingga normalitas KMnO 4 dapat ditentukan.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan terdapat perbedaan hasil
standarisasi KMnO4 pada kelompok ganjil dan kelompok genap. Standarisasi
KMnO4 dengan asam oksalat 0,01 N pada kelompok genap untuk penentuan
kadar zat organik pada sampel air sumur, air kolam ikan, dan air sawah
dilakukan secara triplo dimana diperoleh hasil titrasi yaitu 10,70 ml; 10,50 ml;
dan 10,50 ml sehingga diperoleh volume rata-rata titrasi yaitu sebesar 10,56
ml dan setelah melalui perhitungan diperoleh normalitas KMnO 4 adalah
0,0095 N. Sedangkan pada standarisasi KMnO 4 dengan asam oksalat 0,01 N
pada kelompok ganjil yang digunakan untuk penentuan kadar zat organik
pada sampel air sumur bor, air tambak, dan air payau diperoleh volume titrasi
yaitu 10,6 ml; 10,5 ml; dan 10,7 ml sehingga diperoleh volume rata-rata titrasi
yaitu 10,6 ml dan hasil perhitungan normalitas KMnO 4 yang diperoleh adalah
0,0094 N. Perbedaan hasil stansarisasi KMnO 4 ini disebabkan karena faktor
ketelitian praktikan antara kelompok genap dan kelompok ganjil dalam
melakukan titrasi standarisasi KMnO 4 tersebut.

Pada pembuatan kalium

permanganat perlu dilakukan pemanasan. Air yang digunakan sebagai


pelarut mengandung zat-zat pereduksi yang dapat membuat permanganat
terdekomposisi

menjadi

mangan

oksida,

sehingga

perlu

dilakukan

pemanasan untuk menghilangkan zat-zat pereduksi dan juga untuk


memisahkan endapan mangan oksida yang berwarna kecoklatan.
Kalium permanganat tidak dapat digunakan sebagai larutan baku primer
karena sukar didapatkan dalam keadaan murni dan hampir selalu bercampur
dengan MnO2, mudah tereduksi oleh reduktor organik dalam air suling. Oleh
karena itu kalium permanganat harus dibakukan, biasanya dilakukan dengan
larutan baku primer asam oksalat. Reaksi redoks antara asam oksalat
(H2C2O4) dengan KMnO4 dalam suasana asam adalah sebagai berikut:

Reduksi

MnO4 + 8H+ + 5e

Oksidasi

C2O42-

Mn2+ + 4H2O
2 CO2 + 2e

2 MnO4 + 16 H+ + 5 C2O42-

x2
x5

2 Mn2+ + 8H2O 10CO2

Reaksi di atas dalam suasana netral atau basa dan dingin akan
berjalan lambat. Untuk mempercepat reaksi, selain dibuat dalam suasana
asam juga dibuat dalam suasana panas (70C)
Dalam percobaan penentuan total zat organik (permanganometri) hal
pertama yang dilakukan adalah mengukur 25 ml sampel air yang akan diuji
kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 5 ml
H2SO4 4N bebas zat organik. Dalam percobaan ini, sebagai pengasam
digunakan larutan H2SO4 encer. Karena ion MnO 4- akan tereduksi menjadi
Mn2+ dalam suasana asam oleh reaksi dengan atom H. Selain itu, asam sulfat
cukup baik karena tidak bereaksi dengan permanganat. Apabila yang
digunakan adalah penambahan asam klorida sebagai asam maka akan
menyebabkan terbentuknya gas klor pada larutan sehingga akan sulit
menentukan titik akhir titrasi. Selain itu kemungkinan teroksidasinya ion
klorida menjadi gas klor akan menyebabkan larutan permanganate yang
terpakai menjadi lebih banyak dari yang seharusnya. Fungsi penambahan
asam sulfat adalah sebagai pendonor H +, membuat larutan dalam suasana
asam dan juga melepas oksigen dari ion oksalat agar bilangan oksidasinya
turun, sehingga asam oksalat lebih mudah bereaksi dengan kalium
permanganat. Penambahan asam sulfat juga berfungsi sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi, karena kekuatan oksidator kalium permanganate
bergantung pada pH larutan.
Selain itu H2SO4 yang digunakan adalah H2SO4 yang bebas zat organik
dengan maksud agar zat organik yang terdapat dalam asam sulfat tidak
mempengaruhi hasil pengukuran kadar zat organik pada sampel air, dengan
kata lain agar kadar zat organik yang diukur adalah benar-benar kadar zat
organik yang terdapat pada sampel air serta tidak dipengaruhi oleh
keberadaan reagen lainnya yang digunakan dalam titrasi penentuan kadar

zat organik ini. Setelah itu ditambahkan tetes demi tetes KMnO4 hingga
terbentuk larutan warna merah muda, agar semua senyawa organik yang
tingkatnya rendah dioksidasi menjadi senyawa yang lebih tinggi, kemudian
dipipetlah 15 ml larutan KMnO4 ke dalam erlenmeyer yang berisi sampe air
tadi, maka larutan menjadi merah keunguan pekat. Penambahan KMnO4 ini
berfungsi untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat dalam sampel air.
Dengan proses oksidasi tersebut di atas mungkin hanya sebagian atau
seluruh zat organik yang bereaksi dengan kmno4 tersebut, dimana sisa
kmno4 yang tidak mengoksidasi zat organik nantinya akan direduksi oleh
asam oksalat pada proses titrasi . Setelah ditambahkan KMnO4 dipanaskan
larutan itu dalam labu Erlenmeyer sampai mendidih selama 10 menit, setelah
mendidih warna larutan akan menjadi lebih muda dikarenakan telah terjadi
reaksi antara KMnO4 dengan zat organik dalam sampel, sehingga volume
KMnO4 akan berkurang dan membuat larutan menjadi lebih bening atau
jernih. Dalam hal ini, pemanasan yang tepat sesuai ketentuan yaitu selama
10 menit merupakan hal yang penting. Tujuan dari pemanasan selama 10
menit ini yakni bertujuan agar zat organik bereaksi cepat dengan
KMnO4 karena zat organik dapat teroksidasi pada suhu tertentu biasanya
70oC . Apabila larutan hanya dipanaskan sampai mendidih (kurang dari 10
menit) maka zat organik dalam sampel belum habis bereaksi dengan KMnO 4
sehingga akan mempengaruhi hasil titrasi atau TAT yang menyebabkan
volume yang didapat tidak akurat.
Perlakuan yang sama untuk pengulangan pada sampel (titrasi secara
duplo) khususnya dalam hal waktu pemanasan juga merupakan hal yang
sangat penting demi menghasilkan hasil yang akurat. Selanjutnya dilakukan
titrasi dalam keadaan panas dengan larutan asam oksalat hingga warna
merah muda hilang, sehingga diperoleh volume B ml. Fungsi dari
penambahan asam oksalat adalah untuk mereduksi sisa KMnO 4 yang
sebelumnya telah digunakan untuk mengoksidasi zat organik. Pada proses
titrasi sampel air tersebut, warna merah muda hilang ini ditandai dengan

warna larutan yang semula berwarna ungu menjadi warna coklat. Adapun
tujuan titrasi dalam keadaan panas ini adalah untuk mempercepat reaksi
yang akan mengubah MnO4- menjadi MnO2 yang berupa endapan coklat
sehingga TAT susah ditentukan, selanjutnya larutan dipanaskan kembali
sampai mendidih. Setelah larutan mendidih maka warna larutan yang
sebelumnya berwarna coklat berubah menjadi berwarna coklat muda atau
bahkan bening dengan endapan berwarna coklat. Kelebihan sedikit dari
permanganat
mengakibatkan

yang

hadir

terjadinya

pada

titik

akhir

pengendapan

dari

sejumlah

titrasi
MnO 2.

cukup

untuk

Jadi

dapat

disimpulkan bahwa endapan tersebut merupakan senyawa MnO 2. Pada


pemanasan yang kedua ini tidak dilakukan selama 10 menit karena hanya
dilakukan untuk mengembalikan suhu larutan agar dapat digunakan dalam
titrasi dengan KMnO4 agar saat titrasi reaksi berjalan tidak lambat. Setelah
mendidih larutan kembali dititrasi dengan larutan KMnO 4 hingga terjadi
perubahan warna larutan dari jernih menjadi merah muda (A ml). Dimana
fungsi dari titrasi dengan KMnO 4 ini adalah untuk mengetahui kelebihan asam
oksalat pada titrasi sebelumnya, sehingga nilai KMnO4 yang mengoksidasi
zat organik dapat dihitung secara lebih tepat.
Berdasarkan hasil titrasi penentuan kadar zat organik yang dilakukan
pada keenam sampel air yaitu pada air sumur 0,92 mg/L; air kolam ikan
0,935 mg/L; air sawah 0,935 mg/L; air sumur bor 0,354 mg/L; air tambak
13,24 mg/L; dan air payau 9,145 mg/L. Dari keenam sampel air tersebut
diketahui bahwa kadar zat organik tertinggi terdapat pada sampel air tambak.
Sedangkan kadar zat organik terendah terdapat pada air sumur bor.
Berdasarkan ketentuan PERMENKES dikatakan bahwa kadar maksimum zat
organik yang terdapat dalam air adalah 10 ppm. Sehingga keenam sampel
air tersebut baik yang berasal dari air sumur, air kolam ikan, air sawah, dan
air sumur bor masih termasuk dalam kategori aman untuk digunakan untuk
keperluan sehari-hari seperti mencuci, dan lain-lain. Sedangkan pada air
payau memang memiliki kadar zat organik yang masih di bawah standar,

namun

kadar

zat

organik

di

dalamnya

patut

diwaspadai

dalam

penggunaannya untuk keperluan sehari-hari karena kadarnya yang tergolong


cukup tinggi dan hampir mendekati standar. Namun, pada air tambak
memiliki kadar zat organik yang melebihi standar sehingga tidak baik
digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Zat organik adalah indicator pencemar dalam air. Tingginya ppm zat
organik artinya banyak pencemar. Zat organik mudah terurai oleh
mikroorganisme sehingga dapat menyebabkan O 2 dalam air berkurang. Bila
terus terjadi air akan menjadi bau.
Bahan organik terdiri dari 3 sumber, antara lain :
1.

Alam
Minyak nabati dan hewani, alkanoid, selulosa dan kanji.

2.

Sintesis
Bahan organik yang dapat diperoleh dari manusia.

3.

Fermentasi
Contohnya alkohol, asam laktat, asam asetat, gliseol, dan lain-

lain.
Tingginya kadar zat organik pada sampel air payau dan air tambak
dikarenakan air payau merupakan pertemuan antara air sungai dan laut
sehingga memungkinkan terdapat banyak zat organik yang berasal dari alam
seperti sampah-sampah dedaunan maupun sampah yang dibuang oleh
manusia (termasuk kotoran manusia). Selain itu, pada air tambak merupakan
tempat budidaya ikan sehingga kotoran yang dihasilkan ikan dapat menjadi
penyumbang terbesar bagi tingginya kadar zat organik pada air tambak.
Sedangkan rendahnya kadar organik pada sampel air sumur bor karena
keadaan dari air sumur ini yang diberi atap (penutup) sehingga masuknya
zat-zat organik (zat pencemar) dapat diminimalisir.

Kelebihan titrasi permanganometri adalah titrasi permanganometri ini


lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan
indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO 4 sudah berfungsi sebagai
indikator, yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah diredukdsi menjadi ion Mn tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator. Dalam titrasi ini tidak
menggunakan indikator karena larutan permanganat berwarna ungu, jika
titrasi dilakukan untuk larutan yang berwarna, indikator tidak diperlukan.
Namun jika larutan permanganat yang kita pergunakan encer, maka
penambahan indikator dapat dilakukan. Beberapa indikator yang dapat
dipergunakan seperti feroin, asam N-fenil antranilat (Ayu Diandar, 2014).
Disamping itu Mn2+ bertindak pula sebagai katalisator yang menyebabkan
semakin lama reaksi semakin cepat.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain
terletak pada:

Larutan pentiter KMnO4 pada buret

Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO 4 pada
buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO 2 sehingga pada titik akhir
titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah
larutan berwarna merah rosa.

Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H 2C2O4

Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi
antara MnO4- dengan Mn2+ .
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+

Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H 2C2O4

Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H 2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2H2O2 + 2CO2
H2O2H2O + O2
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO 4 yang diperlukan
untuk

titrasi

yang

pada

akhirnya

akan

timbul

kesalahan

titrasi

permanganometri yang dilaksanakan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam titrasi permanganometri ini


adalah :

KMnO4 sebaiknya menggunakan brown buret karena KMnO 4 dapat


terurai oleh cahaya menjadi MnO 2. proses titrasi tidak boleh lama
terkena sinar matahari karena kalium permanganat akan terurai
menjadi mangan oksida apabila terkena sinar matahari. Hal ini akan
berpengaruh pada titik akhir titrasi, yang seharusnya berwarna merah

sangat muda menjadi agak kecoklatan dan reaksi berjalan lebih cepat
dari yang seharusnya.

Jika pada saat titrasi suhunya turun, maka reaksi akan berjalan lambat
sehingga volume titrasi cepat berwarna merah muda tapi pada saat
dikocok akan kembali itu dikarenakan rekasi lambat.
Manfaat dari percobaan permangnometri ini adalah untuk mengetahui

kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi. Dalam
bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana
secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat
oksidasi reduksi yang dimilikinya sehingga dapat dipisahkan apabila tidak
diperlukan atau berbahaya.

X. KESIMPULAN
1.Metode titrasi permanganometri merupakan metode titrasi dengan
mempergunakan kalium permanganate yang merupakan indikator kuat
sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas reaksi redoks
2.Titrasi secara permanganometri mempergunakan titran berupa kalium
permanganate.

Langkah

awal

yang

harus

dilakukan

ialah

melaksanakan standarisasi KMnO4 dengan asam oksalat. Kemudian

barulah dilakukan proses penentuan kadar zat organik. Penentuan


kadar zat organik mempergunakan 50 ml sampel yang ditambahkan 5
ml H2SO4, serta ditambahkan setetes demi tetes KMnO4 hingga
warna merah muda, lalu ditambahkan 15 ml KMnO4, serta dititrasi
dengan asam oksalat yang mana larutan dalam Erlenmeyer telah
dipanaskan 10 menit. Setelah dititrasi dengan asam oksalat dan telah
berubah warna menjadi merah muda hilang, didihkan kembali titrat
kemudian barulah dititrasi kembali dengan KMnO4 hingga warna
merah muda kembali lagi.
3.Dalam menganalisa kadar zat organic pada sampel dilakukan dengan
mempergunakan rumus:
Mg/l zat organik =
1000

[(15+Aml) x N KMnO4) (Bml x N

H2C2O4) x 0,316]
V. sampel
A ml = hasil titrasi dengan KMnO4
B ml = hasil titrasi dengan asam oksalat
4.Kandungan zat organik pada sampel air sumur adalah 0,92 mg/l, pada
sampel air kolam ikan adalah 0,935 mg/l, pada sampel air sawah
adalah 0,935 mg/l, pada sampel air sumur bor adalah 0,354 mg/l, pada
sampel air tambak adalah 13,24 mg/l, pada sampel air payau adalah
9,145 mg/l.

DAFTAR PUSTAKA
Ashfi, Azzahra. 2014. Laporan menentukan Kadar Zat Organik. [online].
Tersedia: http://bumikimia.blogspot.com/2014/06/laporan-menentukankadar-zat-organik.html. [Diakses: 24 Mei 2015 pukul 14.34 WITA]
Diandar, Ayu. 2014. Titrasi Permanganometri Penentuan Kadar. [online].
Tersedia:

http://aiiudiandar.blogspot.com/2014/01/titrasi-

permanganometri-penentuan-kadar_8884.html. [Diakses: 24 Mei 2015


pukul 14.48 WITA]

Dilisca,

Nova.

2011.

Materi

Praktikum

1.

[online].

Tersedia:

https://novadilisca.wordpress.com/2011/09/24/materi-praktikum-1/.
[Diakses: 24 Mei 2015 pukul 15.10 WITA]
Fatma, Luneta Aurelia. 2014. Laporan Praktikum Kimia Analitik. [online].
Tersedia:

http://lunetaaureliafatma.blogspot.com/2014/07/laporan-

praktikum-kimia-analitik.html. [Diakses: 24 Mei 2015 pukul 14.18 WITA]


Gusman, Resa. 2014. Penentuan Zat Organik Cara Asam. (online). Tersedia:
http://resagusman.blogspot.com/2014/02/penentuan-zat-organik-caraasam.html. [diakses: 24 Mei 2015 pukul 14.08 WITA]
Putro, Galeh Restu. 2012. Contoh laporan Resmi Penetapan Kadar. [online].
Tersedia:

http://bejoindustri.blogspot.com/2012/05/contoh-laporan-

resmi-penetapan-kadar.html. [Diakses 24 Mei 2015 pukul 13.17 WITA]


Sulis,

Elly.

2013.

Laporan

Zat

Organik.

[online].

Tersedia:

http://www.slideshare.net/ellysulis/laporanzatorganik. [Diakses: 24 Mei


2015 pukul 14.28 WITA]

Anda mungkin juga menyukai