Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WR.WB.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan ucapan
alhamdulillahirobbil Alamin, dan atas berkat Rahmat- Nya yang diberikan
kepada kita terutama nikmatul imaniwal islam, diantara beberapa nikmat
tersabut sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kami
Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin
untuk menyajikan yang terbaik. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Cimahi,02 November 2015

KELAS 2 A / DIII Kesehatan Lingkungan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1.

Latar Belakang..........................................................................................3

1.2.

Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.3.

Tujuan Penulisan.......................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1. Pengertian......................................................................................................5
2.2. Alat penangkap lalat dan tikus......................................................................9
BAB III...................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Lalat merupakan salah satu vektor penting dalam penyebaran
penyakit dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
Lalat termasuk ordo Diptera yang sering di jumpai dalam keseharian kita
dan pada hampir semua jenis lingkungan. Di ekosistem lalat dapat
berperan dalam proses pembusukan, sebagai predator, parasit pada
serangga, sebagai polinator (Byrd, 2001), penyebab myasis (David, 2004)
dan dapat berperan sebagai vektor penyakit saluran pencernaan seperti
kolera, typhus, disentri dan diare (Santi, 2001).
Penularan penyakit ini terjadi secara mekanis, dimana kulit tubuh
dan kaki-kakinya yang kotor tadi yang merupakan tempat menempelnya
micro-organisme penyakit yang kemudian lalat tersebut hinggap pada
makanan (Depkes,1992). Lalat banyak jenisnya tetapi paling banyak
merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musca domestica), lalat
hijau (Lucilia seritica), lalat biru (Calliphora vomituria) , lalat latirine
(Fannia canicularis), Blackflies (Lalat Hitam), Lalat daging (Genus
Sarcophaga), dan Tsetse Flies (Lalat Tsetse).
Tikus adalah hewan mengerat (rondensia) yang lebih dikenal
sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan
penggangu yang menjijikan di perumahan. Belum banyak diketahui dan
disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan
menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan hewan
peliharaan. Beberapa penyakit penting yang dapat ditularkan ke manusia
antara lain, pes, salmonelosis, leptospirosis, murin typhus, untuk itu
dibutuhkan pengendalian tikus.
Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan tikus akan menggambarkan
lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang

pencahayaan serta adanya indikasi penatalaksanaan / manajemen


kebersihan lingkungan yang kurang baik
Tidak bisa dipungkiri bahwa kepadatan dari vektor dan binatang
penggangu tersebut sudah menjadi masalah umum saat ini dimana saja dan
kapan saja. Terutama untuk di perumahan biasanya lalat dan tikus akan
mudah dijumpai dengan jumlah yang tidak sedikit. Kemungkinan
penyebaran penyakit yang dibawa lebih banyak di khawatirkan. Maka
dengan demikian dibutuhkan pengendalian vektor dan binatang
pengganggu tersebut untuk mencegah terjadinya proses penyebaran
penyakit secara merajalela.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka dalam
proses pengendalian vektor dan binatang penggangu tersebut , dapat
dikembangkan berbagai macam alat yang diciptakan untuk membantu
proses pengendalian. Salah satunya yaitu dengan membuat perangkap
tikus ataupun lalat dengan Teori tepat guna atau alat dan bahan yang sudah
tidak terpakai. Alat yang akan digunakan bisa dirancang sedemikian rupa
dan digunakan di lingkungan perumahan dengan baik. Alat yang
digunakan kami beri nama dengan Super Trap.

1.2.

Rumusan Masalah
Dengan teori tepat guna alat apakah yang dapat digunakan dan
dapat membantu mengendalikan atau menekan populasi dari lalat dan tikus
?

1.3.

Tujuan Penulisan
Mengetahui proses pembuatan dan cara menggunakan alat Super
Trap untuk mengendalikan lalat dan tikus di lingkungan perumahan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
1. Vektor
Vector adalah artropoda yang dapat menularkan, memindahkan,
atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. (pp no 374 tahun
2010)
Vektor adalah antropodha yang dapat memindahkan atau
menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk
semang yang rentan (nurmaini 2001)
2. Binatang Pengganggu
Binatang yang dapat menggganggu ,menyerang ataupun
menularkan penyakit terhadap manusia ,hewan , tumbuh-tumbuhan
Contoh : tikus,kecoa
3. Lalat
Lalat merupakan salah satu vektor penting dalam penyebaran
penyakit dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
Lalat termasuk subordo Cyclorrapha, ordo Diptera yang sering di jumpai
dalam keseharian kita dan pada hampir semua jenis lingkungan. Di
ekosistem lalat dapat berperan dalam proses pembusukan, sebagai
predator, parasit pada serangga, sebagai polinator (Byrd, 2001), penyebab
myasis (David, 2004) dan dapat berperan sebagai vektor penyakit saluran
pencernaan seperti kolera, typhus, disentri dan diare (Santi, 2001).
Penularan penyakit ini terjadi secara mekanis, dimana kulit tubuh dan
kaki-kakinya yang kotor tadi yang merupakan tempat menempelnya
micro-organisme penyakit yang kemudian lalat tersebut hinggap pada
makanan (Depkes,1992). Lalat banyak jenisnya tetapi paling banyak
merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musca domestica), lalat
hijau (Lucilia seritica), lalat biru (Calliphora vomituria) , lalat latirine
(Fannia canicularis), Blackflies (Lalat Hitam), Lalat daging (Genus
Sarcophaga), dan Tsetse Flies (Lalat Tsetse).

Lalat adalah ordo diptera, yang menurut asal katanya Di artinya


dua, ptera yang artinya sayap, dan arti keseluruhannya adalah serangga
yang memiliki dua sayap (sepasang sayap) atau insekta yang bsa
terbang. Adanya sepasang sayap tersebut merupakan sayap bagian depan,
sedangkan sayap bagian belakang tidak berkembang dan mereduksi
menjadi alat keseimbangan (halter). Tubuh relatif lunak, antenna pendek,
mata majemuk besar dan mengalami metamorfosa sempurna.4 Lalat
merupakan vektor mekanis dari berbagai macam penyakit, terutama
penyakit pada saluran saluran pencernaan makanan. Ordo diptera yang
merupakan salah satu anggota kelas Hexapoda atau insekta yang
mempunyai jumlah genus dan spesies yang terbesar yaitu mencakup 60
70% dari seluruh spesies Arthropoda. Jenis serangga ini dapat
mengganggu kenyaman hidup manusia dan hewan karena dapat
menularkan penyakit.
Penyakit yang ditularkan oleh lalat tergantung spesiesnya. Lalat Musca
domestica dewasa dapat membawa telur cacing (Oxyrus
vermicularis,Trichuris trichiura, cacing tambang, dan Ascaris
lumbricoides), Protozoa(Entamoeba hystolitica dan Giardia lamblia),
Bakteri usus (Salmonella, Shigella, dan Eschericia coli), Virus
polio, Treponema pertenue (penyebab frambusia) dan Mycobacterium
tuberculosis. Lalat fannia dewasa dapat menularkan berbagai jenis myasis
(Gastric, Intestinal dan Genitorinary). Lalat Stomoxys merupakan vector
penyakit surra (yang disebabkan Trypanosima evansi), antrax,
tetanus, yellow fever , traumatic miasis dan Enteric
pseudomiasis (walaupun jarang). Lalat hijau (Paenicia dan Chrysomyia)
dapat menularkan penyakit myasis mata, tulang dan organ lain melalui
luka. Lalat Sarchopaga dapat menularkan myasis kulit, hidung, jaringan,
vagina, dan usus.
4. Tikus

Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub


ordo Myormorpha, family muridae. family muridae ini merupakan family
yang dominan dari ordo rodentia karena mempunyai daya reproduksi yang
tinggi, pemakan segala macam makanan (omnivorous) dan mudah
beradaptasi dengan lingkungan yang diciptakan manusia. jenis tikus yang
sering ditemukan dihabitat rumah dan ladang adalah jenis rattus dan mus.
adapun klasifikasi dari tikus adalah sebagai berikut :
Dunia

: Animalia

Filum

: Chordata

Sub Filum

: Vertebrata

Kelas

: Mammalia

Subklas

: Theria

Ordo

: Rodentia

Sub ordo

: Myomorpha

Famili

: Muridae

Sub family

: Muridae

Genus

: Rattus dan Mus

Species

: Rattus tanezumi
Rattus norvegicus
Rattus exulans
Rattus tiomanicus
Rattus argentiventer
Rattus niniventer
Bandicota
Mus musculus

Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan


yang banyak, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan.
Walaupun demikian biji-bijian seperti gabah, beras dan jagung tampaknya
lebih disukai daripada yang lain. Seekor tikus dapat merusak 283 bibit
padi per hariatau 103 batang padi bunting per hari. Setelah itu, tikus juga
menyukai umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu. Makanan yang
berasal dari hewan terutama adalah serangga dan hewan-hewan kecil
lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber untuk pertumbuhan

dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan


makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber
tenaga.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan
makanan seekor tikus setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya,
tergantung dari kandungan air dan gizi dalam makanannya.Tikus
merupakan hewan yang aktif pada maam hari sehingga sebagian besar
aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.Tikus memiliki sifat neofobia, yaitu takut atau mudah curiga terhadap benda-benda yang baru
ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang demikian, maka makanan
akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa ditemui. Dia akan
mencicipi dulu makanan yang baru ditemuinya.
Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara
kimia dengan menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan
agar umpan yang digunakan adalah umpan yang disukai oleh tikus dan
tempat umpanyang digunakan adalah benda-benda alami yamg banyak
terdapat di alam. Dan bila makanan yang dimakan tersebut membuat
keracunan dengan cepat maka dia akan mengeluarkan suara kesakitan dan
tanda bahaya kepada teman-temannya. Maka dari itu untuk penggunaan
pestida kimia sebaiknya digunakan pestisida yang membunuh secara
perlahan, dimana tikus tersebut akan mati dalam beberapa hari, sehingga
tikus tersebut tidak merasa kapok dan tidak akan tahu kalau makanan yang
dimakannya ternyata beracun.
Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui
jalan yang sama, sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini
disebabkan tikus akan merasa aman untuk melewati jalan yang sama,
daripada setiap saat harus membuat jalan baru. Jalan yang sama dapat
ditandai dengan gesekan benda-benda di sekitar jalan tersebut dengan
misainya, dan juga karena adanya air seni yang dikeluarkan pada jalan
tersebut yang dapat diciuminya.

2.2. Alat penangkap lalat dan tikus


1. Nama alat
Super Trap
a. Prinsip kerja
1. Menangkap tikus dengan menggunakan makanan sebagai umpan
2. Mengangkap lalat dengan menggunakan makanan berupa air gula
sebagai umpan
2. Tujuan
Tujuan dibuatnya alat ini adalah untuk mengurangi kepadatan lalat
dan tikus di lingkungan perumahan
3. Kegunaan
4. Alat dan bahan
a. Ember
b. Kawat
c. Kaleng susu
d. kayu
5. Cara pembuatan
a. Menyiapkan alat
b. Melubangi ember pada sisi yang sama
c. Melubangi kaleng susu bagian atas dan bawah untuk masuknya
kawat
d. Memasukkan kawatke dalam lubang pertama lalu
menyambungkannya dengan kaleng yang sudah diberi lubang.
Setelah itu memasukkannya ke dalam lubang kedua yang ada pada
ember.
e. Memastikan kaleng agar bisa berputar bebas
f. Memasang kayu pada ember sebagai tempat jalan tikus
g. Menyimpan makanan sebagai umpan di atas kayu
h. Menyimpan makanan dengan posisi acak
i. Mengisi ember dengan air
j. Menyimpan makanan diatas kaleng
6. Anggaran Biaya
N

NAMA BARANG

HARGA

JUMLAH

O
1.

Ember

SATUAN
Rp. 13.000

Rp. 13.000

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lalat dan Tikus merupakan vektor dan binatang pengganggu yang dapat
membantu proses terjadinya penyebaran penyakit yang sering dijumpai oleh
manusia dimanapun dan kapanpun. Banyak jumlah populasi keduanya
menimbulkan ketidak nyamanan terhadap manusia. Dengan demikian untuk
menekan jumlah populasi dari keduanya dibutuhkan pengendalian yang baik
sehingga terciptanya lingkungan yang nyaman.

Salah satunya dengan cara menggunakan alat yang telah kami buat yaitu
Super Trap dimana alat tersebut merupakan alat yang bisa digunakan dan
dibuat oleh masyarakat banyak dan membantu proses pengendalian vektor dan
binatang penggangu tersebut.

3.2 Saran
Sebaiknya alat Super Trap yang kami buat bisa digunakan di lingkungan
perumahan dengan baik agar membantu pengendalian lalat dan tikus dengan
efisien. Apabila sudah menggunakan alat tersebut jaga dan simpan alat dengan
baik agar tidak terjadi kerusakan

11

CIPTA KARYA MAHASISWA


MAKALAH

Oleh :
Kelas 2A-DIII Kesehatan Lingkungan

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
2015

12

Anda mungkin juga menyukai