Anda di halaman 1dari 16
BABII ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN KOTA PESISIR Kota-kota pesisir pada masa silam menjadi awal berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam 4i pesisir utara Jawa. Kegiatan perdagangan antar pulau yang bersandar pada pelabuhan- pelabuhan di pesisir utara Jawa itu menumbuhkan perkembangan wilayah yang pesat di pedalaman, yang menopang perkembangan kerajaan-kerajaan besar. Kota-kota pesisir merupakan pertemuan peradaban lokal dengan asing, yang terlihat dari corak kota pelabuhan di Indonesia yang dipengaruhi oleh bentuk-bentuk bangunan Islam, Cina, Hindu, Belanda, Portugis, dll. Kota Jepara misalnya yang pada abad ke-16 menjadi pelabuhan terbesar di Jawa Tengah, mempunyai banyak peninggalan di antaranya rumah kota (mackiya) yang banyak dipengaruhi oleh arsitektur Cina, bangunan masjid yang minaretnya dipengaruhi oleh mercusuar jaman Belanda, Demikian pula untuk koia-kota utara Jawa Timur, yang mempunyai banyak peninggalan nilai sejarah seperti Gresik, Tuban dan lain sebagainya. Namun pertumbuhan Kota-kota kemudian cenderung berkembang ke arah daratan dan meninggalkan “air” sebagai fungsi utamanya. Bab ini mengkaji apekah pembangunan wilayah Indonesia saat ini telah mengedepankan fungsi Kota-kota pesisir sebagaimana yang terjedi pada masa silam. Untuk ity Bab ini membahas kebijakan Pemerintah dalam mengembangkan perkotaan pesisir dari berbagai dokumen peraturan dan perencanaan, yaitu RPIP 2005-2025, RTRWN, RPJM 2004 2009, dan kebijakan-kebijakan dari beberapa Departemen terkait. 3.1. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional yang merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan nasional untuk masa 20 tahun ke depan yang ‘mencakup kurun waktu mulai tahun 2005 hingga tahun 2025, Wilayah Indonesia, yang dideklarasikan pada tanggal 13 Desember 1957 dan diterima menjadi bagian dari hukum laut internasional (UNCLOS, 1982), menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan wilayah laut terluas, jumlah pulau terbanyak, dan pesisir terpanjang kedua di dunia. Letak geografis Indonesia yang berada di khatulistiwa serta diantara dua benua dan dua samudera adalah sangat strategis bagi hubungan antarbangsa dan antara Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia. ‘Namun pemanfaatan sumber daya kelautan yang meliputi wilayah laut teritorial sampai dengan 200 mil dan hak pengelolaan di wilayah laut lepas yang jaraknya lebih dari 200 mil sampai saat ini belum optimal. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya kelautan untuk perhubungan laut, perikanan, pariwisata, pertambangan, industri maritim, bangunan laut, dan jasa kelautan adalah tumpuan masa depan bangsa, 26 Wilayah Indonesia yang demikian itu sangat penting disadari, karena merupakan kekuatan sekaligus kelemahan, dan memberikan peluang serta ancaman yang menjadi basis bagi kebijakan pembangunan di berbagai bidang, baik di bidang sosial dan budaya, ekonomi industri, wilayah, lingkungan hidup, pertahanan keamanan, maupun hukum dan aparatur negara. Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025 adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri dan adil sebagai Iandasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan nasional dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran pokok terwujudnya daya saing bangsa untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera, yang ditunjukkan al. oleh tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan sehingga pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai sekitar USS 6000, dengan tingkat pengangguran yang rendah dan jumlah penduduk miskin tidak lebih dari 5 persen. Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi itu adalah kunci bagi tercapainya kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan Indonesia sigp menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada, Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional dalam jangka panjang diarahkan untuk: (a) memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan masing-masing wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi dan pelayanan di dalam negeri; (b) mengedepankan pembangunan SDM berkualitas dan berdaya saing; (c) meningkatkan penguasaan, pemanfaatan dan penciptaan pengetahuan; dan (d) membangun infrastruktur yang maju serta melakukan reformasi di bidang hukum dan aparatur negara Dalam rangka memperkuat perekonomian domestik itu akan dilakukan transformasi bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif SDA melimpah masing- masing daerah menjadi perekonomian yang berkeunggulan kompetitif. Interaksi antar dacrah didorong dengan membangun keterkeitan sistem produksi, distribusi dan pelayanan antar daerah yang kokoh. Selanjutnya struktur perekonomian diperkuat dengan mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara efisien, modern, dan berkelanjutan serta jasa-jasa pelayanan yang efektif, yang menerapkan praktik terbaik dan ketatakelolaan yang baik, agar terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh. Peningkatan efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor primer seperti sektor kelautan, didorong agar mampu bersaing di pasar lokal dan internasional serta untuk memperkuat basis produksi secara nasional, dan hal itu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dengan mengembangkan agribisnis yang dinamis dan efisien, yang melibatkan partsipasi aktif nelayan, Dalam mewujudkan Indonesia yang asti dan lestari, arah pembangunan dalam 20 tahun ke depan adalah memperhatikan pendayagunaan dan pengawasan wilayah laut yang sangat luas, Cakupan dan prospek sumber daya kelautan sangat luas, maka arah pemanfaatannya harus dilakukan melalui pendekatan multisektor, integratif dan komprehensif agar dapat meminimalisasi konflik dan tetap menjaga kelestariannya, Di 27 samping itu, mengingat kompleksnya permasalahan dalam pengelolaan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, maka pendekatan keterpaduan dalam kebijakan dan perencanaan menjadi prasyarat utama dalam menjamin keberlanjutan proses ekonomi, sosial dan lingkungan yang terjadi, Selain itu, kebijakan dan pengelolaan pembangunan kelautan harus merupakan keterpaduan antara sektor lautan dan daratan serta menyatu dalam strategi pembangunan nasional sehingga Kekuatan darat dan laut dapat imanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan bangsa. 3.2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Molalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 26 tahun 2008 tentang RTRWN, ditetapkan beberapa ketentuan yang terkait langsung dengan pembangunan perkotaan pesisir sebagai berikut. 3.2.1 Tatanan Pelabuhan Tatanan kepelabuhanan dalam RTRWN terdiri atas pelabuhan umum dan pelabuhan Khusus. Pelabuhan umum terdiri atas pelabuhan internasional hub, pelabuhan internasional, pelabuhan nasional, pelabuhan regional, dan pelabuhan lokal. Pelabuhan internasional hub dan pelabuhan intemnasional dikembangkan untuk: a, Melayani kegiatan pelayaran dan alih muat peti kemas angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah besar; b. Menjangkau wilayah pelayanan sangat luas; dan ¢. Menjadi simpul jaringan transportasi laut internasional. Pelabuhan nasional dikembangkan untuk: a, Melayani kegiatan pelayaran dan alih muat peti kemas angkutan laut nasional dan intemasional dalam jumlah menengah; b. Menjangkau wilayah pelayanan menengah; dan ‘¢. Memiliki fungsi sebagai simpul jaringan transportasi laut nasional. Pelabuhan regional dikembangkan untuk: a. Melayani kegiatan pelayaran dan alih muat angkutan laut nasional dan regional, pelayaran rakyat, angkutan sungai, dan angkutan perintis dalam jumlah menengah; dan b. Menjangkau wilayah pelayanan menengah. Pelabuhan lokal dikembangkan untuk: a, Melayani kegiatan pelayaran dan alih muat angkutan laut lokal dan regional, pelayaran rakyat, angkutan sungai, dan angkutan perintis dalam jumlah kecil; dan b. Menjangkau wilayah pelayanan terbatas, Pelabuhan khusus dikembangkan untuk menunjang pengembangan kegiatan atau fungsi tertentu, Pelabuhan khusus dapat dialihkan fungsinya menjadi pelabuhan umum dengan memperhatikan sistem transportasi laut. 28 3.22 Alur Pelayaran Alur pelayaran terdiri atas alur pelayaran internasional dan alur pelayaran nasional. Alur pelayaran internasional terdiri atas: a, alur Laut Kepulauan Indonesia; b. jaringan pelayaran yang menghubungkan antarpelabuhan internasional hhub dan pelabuhan internasional; dan ¢. jaringan pelayaran yang menghubungkan antara pelabuhan internasional hub dan pelabuhan intemasional dengan pelabuhan internasional di negara hain, Alur pelayaran nasional terdiri atas: a. alur pelayaran yang menghubungkan pelabuhan nasional dengan pelabuhan internasional atau pelabuhan internasional hub; b. alur pelayaran yang menghubungkan antarpelabuhan nasional; c. alur pelayaran yang menghubungkan antara pelabuhan nasional dan pelabuhan regional; dan 4. alur pelayaran yang menghubungkan antarpetabuhan regional. Alur pelayaran internasional ditetapkan berdasarkan kriteria yang berlaku secara internasional dan peraturan perundangundangan. Alur pelayaran nasional ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang transportasi laut. Jaringan transportasi laut berupa Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALK!) yang merupakan alur laut yang ditetapkan sebagai alur untuk pelaksanaan Hak Lintas Alur Laut Kepulavan berdasarkan Konvensi hukum laut internasional. Alur ini merupakan alur untuk pelayaran dan penerbangan yang dapat dimanfaatkan oleh kapal atau pesawat udara asing di atas laut tersebut untuk melaksanakan pelayaran dan penerbangan damai dengan cara normal. Penetapan ALKI dimaksudkan agar pelayaran dan penerbangan internasional dapat terselenggara secara menerus, cepat, dan tidak terhalang oleh perairan dan ruang udara teritorial Indonesia ALKI merupakan jalur laut pelayaran interasional untuk menjamin keamanan perhubungan laut iniernasional yang melalui Indonesia, sehingga penetapan ALKI telah mempertimbangkan kondisi hidro-oscanografi yang dikategorikan aman bagi pelayaran kapal asing dan Indonesia. Sebagai jalur perdagangon internasional ALKI menjadi salah satu pertimbangan dalam pengembangan sistem transportasi laut nasional. Keberadaan ALKI dimanfeatkan pulau sebagai bahan pertimbengan dalam pengembangen outlet kegiatan perikanan melalui keberadaan Pelabuhan Perikanan, Berdasarkan UU nomor 17 tahun 1985, pada tahun 1998 ditetapkan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Penetapan ALKI ini berdasarkan konvensi hukum laut (UNCLOS, 1982). Penetapan ALK] mempertimbangkan upaya pertahanan keamanan nasional, yang akan dimanfaatkan bagi pertumbuhan ekonomi kawasan dan pengembangan wilayah. Indonesia memiliki 3 (tiga) ALKI utara — selatan, ALKI I berada di kawasan barat Indonesia, sedang ALKI II dan ALKI Il berada di kawasan timur Indonesia. Pada dasarnya ALKI ditetapkan untuk menghubungkan dua perairan bebas, yakni Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, meliputi ALKI I yang melintasi Laut Cina 29 Selatan-Selat Karimata-Laut Jawa-Selat Sunda, ALKI I] yang melintasi Laut Sulawesi- Selat Makasar-Laut Flores-Selat Lombok, dan ALKI If yang melintasi Samudera Pasifik-Selat Maluku-Laut Seram-Laut Banda. ALKI I memiliki cabang yang disebut ALKI I-A yang melintasi Selat Singapura-Laut Natuna. ALKI II memiliki cabang yang disebut ALKI I-A yang menghubungkan Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia mefintasi Laut Maluku-Laut Seram-Laut Banda-Selat Ombai-Laut Sawu, ALKI III-B yang menghubungkan Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia melintasi Laut Maluku-Laut Seram-Laut Banda-Selat Leti, ALKI IH-C yang menghubungkan Samudera Pasifik dengan Laut Arafura melintasi Laut Maluku-Laut Seram-Laut Banda, ALK IM-D yang menghubungkan Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia melintasi Laut Maluku-Laut Seram-Laut Banda-Selat Ombai-Laut Sawu, dan ALKI T-E yang ‘menghubungkan Samudera Hindia ke Laut Sulawesi melintasi Laut Sawu- Selat Ombai- Laut Banda-Laut Seram-Laut Maluku. 3.2.3 Kriteria Pelabuhan Kriteria teknis pelabuhan internasional hub, pelabuhan internasional, pelabuhan nasional, pelabuhan regional, dan pelabuhan lokal ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang transportasi laut, Untuk mewujudkan pelayanan yang cepat dan efisien, pelabuhan penyeberangan dikembangkan di lokasi yang memungkinkan waktu pelayaran antar 2 (dua) pelabuhan penyeberangan yang singkat. Untuk menjamin kelangsungen pelayanan angkutan penyeberangan, lokasi yang ditetapkan sebagai pelabuhan penyeberangan harus memungkinkan penyelenggara angkutan penyeberangan untuk mendapatkan keuntungan yang wajar. Oleh sebab itu, faktor jarak dan besaran permintaan angkutan penyeberangan harus dipertimbangkan secara bersamaan. Pelabuhan intenasional hub dan pelabuhan intemasional pada dasamya_memiliki persyaratan teknis yang sama, Perbedaannya adalah pada pelabuhan intemasional hub terdapat pengakuan dari organisasi maritim internasional. Dengan demikian, semua pelabuhan intemasional memiliki peluang untuk diakui sebagai pelabuhan internasional hhub. Pelayaran rakyat adalah kegiatan angkutan laut khusus untuk barang atau hewan antarpelabuhan di Indonesia dengan menggunakan kapal layar dengan kapasitas paling besar 100 m (seratus meter kubik) atau kapal layar motor dengan kapasitas paling besar 850 m? (delapan ratus lima putuh meter ku 3.2.4 Kawasan Perikanan Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan dengan kri ria: a. wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau b. tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup. Kriteria teknis kawasan peruntukan perikanan ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perikanan. Penerapan kriteria kawasan peruntukan perikanan secara tepat diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan perikanan yang, dapat memberikan manfaat berikut: 30 1. Meningkatkan produksi perikanan dan mendayagunakan investasi; 2. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta Kegiatan ekonomi sekitarnya; 3, Meningkatkan fungsi lindung; 4, Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam; 5. Meningkatkan pendapatan masyarakat, 6. Meningkatkan pendapatan nasional dan dacrah; 7. Meningkatkan kesempatan kerja; 8. Meningkatkan ekspor; dan/ataui. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, danindustri pengolahan hasil perikanan mencakup pula pelabuhan perikanan yang pengembangannya dilakukan dengan mempertimbangkan skala ekonomi wilayah yang dilayaninya, 3.2.5 Kawasan Andalan Laut Kawasen budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai kawasan andalan, Nilai strategis nasional meliputi kemampuan kawasan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah. Kawasan andalan terdiri atas kawasan andalan darat dan kawasan andalan laut. RTRW Nasional menetapkan 30 (tiga puluh) kawasan andalan lautan yang terkait dengan 62 kawasan andalan daratan. Setiap kawasan andalan ditetapkan pusat kegiatan, baik pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah dan atau pusat kegiatan lokal. Kawasan andalan laut yang ditetapkan dalam RTRW Nasional adalah sebagai berikut: 1. Kawasan Andalan Laut Lhokseumawe Medan dan sekitarnya 2. Kawasan Andalan Laut Selat Malaka dan Sekitamya 3. Kawasan Andalan Laut Nias dan sekitamya 4. Kawasan Andalan Laut Siberut dan sekitarnya 5. Kawasan Andalan Laut Riau dan sekitarnya 6. Kawasan Andalan Laut Natuna dan sekitarnya 7. Kawasan Andalan Laut Seat Bangka dan sckitarnya 8, Kawasan Andalan Laut Bengkulu dan sekitarya 9. Kawasan Andalan Laut Krakatau dan sekitamya 10, Kawasan Andalan Laut Pulau Seribu dan sekitarnya 11, Kawasan Andalan Laut Karimun Jawa dan sekitarnya 12, Kawasan Andalan Laut Cilacap dan sekitarnya 13, Kawasan Andalan Laut Madura dan sekitarnya 14, Kawasan Andalan Laut Bali dan sekitarnya 15, Kawasan Andalan Laut Sawu dan sekitarnya 16. Kawasan Andalan Laut Sumba dan sekitarnya 17. Kawasan Andalan Laut Ketapang dan sekitarnya 18, Kawasan Andalan Laut Kuala Pembuang dan sekitarnya 19, Kawasan Andalan Laut Pulau Laut dan sekitarnya 20. Kawasan Andalan Laut Bontang dan sekitamya 21. Kawasan Andalan Laut Tomini dan sekitarnya 31 22. Kawasan Andalan Laut Bunaken dan sekitarnya 23, Kawasan Andalan Laut Batutoli dan sekitamya 24, Kawasan Andalan Laut Tolo dan sekitarnya 25. Kawasan Andalan Laut Singakarang dan sekitamya 26. Kawasan Andalan Laut Bone dan sekitarnya 27, Kawasan Andalan Laut Tukangbesi dan sekitamya 28. Kawasan Andalan Laut Banda dan sekitarnya 29, Kawasan Andalan Laut Aru dan sekitamya 30. Kawasan Andalan Laut Cendrawasih dan sekitarnya 3.3 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL 2004- 2009 3.3.1. Pengembangan Wilayah Kondisi wilayah-wilayah yang masih relatif belum maju dan tertinggal sangat ‘membutuhkan intervensi kebijakan pembangunan dari pemerintah, schingga diharapkan dapat mempercepat pembangunan di wilayah-wilayah ini yang pada akhimya dapat meningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Sasaran dari pengurangan ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah al: a, Terwujudnya percepatan pembangunan di wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis, wilayah tertinggal, termasuk wilayah perbatasan dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi? yang terintegrasi dan sinergis; b. Terwujudnya keseimbangan pertumbuhan pembangunan antar kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil secara hirarkis dalam suatu ‘sistem pembangunan perkotaan nasion: c. Terwujudnya keterkaitan kegiatan ekonomi antar wilayah perkotaan dan perdesaan dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi yang saling ‘menguntungkan; Dalam rangka mencapai sasaran pengurangan ketimpangan pembangunan antar wilayah dimaksud diatas, arah kebijakan yang ditetapkan adalah sebagai berikut: a. Mendorong percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya, —meningkatkan keberpihakan pemerintah untuk mengembengkan wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengejar ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain. b. Mengembangkan wilayah-wilayah perbatasan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi ‘outward looking. ¢. Menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan antar kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil secara hirarkis dalam suatu ‘sistem pembangunan perkotaan nasionall” dd. Meningkatkan percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah, terutama di luar Pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai ‘motor penggerak’ pembangunan wilayah-wilayah di sekitarnya, maupun dalam 32 melayani kebutuhan warga kotanya. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan, antara lain, memenuhi kebutuhan pelayanan dasar perkotaan seseusi dengan tipologi kota masing-masing; e. Mendorong peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan secara sinergis (hasil produksi layah perdesaan merupakan ‘backward linkages’ dati kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan) dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’; 3.3.2 Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Sasaran pembangunan yang ingin dicapai dalam bidang kelautan adalah: (1) berkurangnya pelanggaran dan perusakan sumber daya pesisir dan laut; (2) membaiknya pengelolaan ekosistem pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil yang dilakukan secara lestari, terpadu, dan berbasis masyarakat; (3) disepakatinya batas laut dengan negara tetangga, terutama singapura, malaysia, timor leste, papua new guinea, dan philipina; (4) serasinya peraturan perundangen yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut; (5) terselenggaranya desentralisasi yang mendorong pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang efisien dan berkelanjutan; (6) meningkatnya luas kawasan konservasi laut dan meningkatnya jenis/genetik biota laut langka dan terancan punah; (7) terintegrasinya pembangunan laut, pesisir, dan daratan dalam satu kesatuan pengembangan wilayah; (8) terselenggaranya pemanfaatan ruang laut, pesisir, dan pulau- pulau kecil secara serasi sesuai dengan daya dukung lingkungannya; (9) terwujudnya ekosistem pesisir dan laut yang terjaga kebersihan, kesehatan, dan produktivitasnya; serta (10) meningkatnya upaya mitigasi bencana alam laut, dan keselamatan masyarakat yang bekerja di laut dan yang tinggal di pesisir dan pulau-pulau kecil Sedangkan kebijakan pembangunan kelautan diarahkan untuk: a, Mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil secara lestari berbasis masyarakat; b. Membangun sistem pengendatian dan pengawasan dalam pengelolaan sumber daya laut dan pesisir, yang disertai dengan penegakan hukum yang ketat; ¢. Meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil serta merchabilitasi ekosistem yang rusak, seperti terumbu karang, mangrove, padang lamun, dan estuaria; 4. Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di wilayah pesisir, laut, perairan tawar (danau, situ, perairan umum), dan pulau-pulau kecil; fe. Menjatin kerja sama regional dan internasional untuk menyelesaikan batas laut dengan negara tetangga; f, Memperkuat kapasitas instrumen pendukung pembangunan kelautan yang meliputi iptek, SDM, kelembagaan dan peraturan perundangan; g. Meningkatkan riset dan pengembangan teknologi kelautan; fh, Mengembangkan upaya mitigasi fingkungan laut dan _pesisir, meningkatkan keselamatan bekerja, dan meminimalkan resiko tethadap bencana alam laut bagi masyarakat yang tinggel di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan 33 i. Menggiatkan kemitraan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil. 3.3.3. Transportasi Laut Sasaran pembangunan transportasi laut yang ditetapkan adalah: 1) Meningkatnya pangsa pasar armada pelayaran nasional baik untuk angkutan laut dalam negeri maupun ekspor- impor; 2) Meningkatnya kinerja dan efisiensi pelabuhan khususnya yang ditangani oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karena sebagian besar muatan ekspor-impor dan angkutan dalam negeri ditangani oleh pelabuhan yang ada di bawah pengelolaan BUMN; 3) Selanjutnya terlengkapinya prasarana SBNP (sarana bantu navigasi pelayaran) dan fasilitas pemeliharsannya, sehingga SBNP yang ada dapat berfungsi 24 jam; dan 4) Terselesaikannya uji materiil PP Nomor 69 tahun 2001 tentang Kepelabuhanan dan revisi UU No 21 tahun 1992 tentang Pelayaran khususnya yang berkaitan dengan keharusan bbekerjasama dengan BUMN apabila pihak swasta ingin berinvestasi pada prasarana pelabuhan harus diselesaikan guna menarik pihak swasta berinvestasi pada prasarana pelabuhan. Sedangkan arah kebijakan pembangunan transportasi laut adalah: 8, Meningkatkan peran armada pelayaran nasional baik untuk angkutan dalam negeri maupun ekspor-impor dengan memberlakukan azas cabotage. Untuk itu diperlukan dukungan perbankan dalam penyediaan kredit murah bagi peremajaan armada, b. Mengurangi bahkan menghepuskan pungutan-pungutan tidak resmi di pelabuhan sehingga tarif yang ditetapkan otoritas pelabuhan tidak jauh berbeda dengan biaya yang secara rill dikeluarkan oleh pengguna jasa kepelabuhanan, melalui peningkatan koordinasi bagi semua instansi yang terkait dalam proses bongkar muat barang, ¢, Memenuhi standar pelayaran internasional yang dikeluarkan oleh IMO (Unternational Maritime Organization) maupun IALA guna meningkatkan keselamatan pelayaran baik selama pelayaran maupun pada saat berlabuh dan bongkar muat di pelabuhan di wilayah Indonesia, ermasuk didalamnya pelaksanaan ISPS Code. 4. Merestrukturisasi peraturan dan perundang-undangan serta kelembagean di subscktor transportasi laut guna menciptakan kondisi yang mampu menarik minat swasta swasta dalam pembangunan prasarana transportasi laut. . Menyerahkan secara bertahap aset pelabuhan lokal yang dikelola Unit Pelaksana Teknis/Satuan Kerja kepada Pemerintah Provinsi_ dan Pemerintah Kabupater/Kota. f Mendukung pelaksanaan arah pengembangan Sistranas dan tatanan kepelabuhanan nasional. 2. Melanjutkan pelayanan angkutan laut perintis. 34 3.3.4 Pengembangan Ekspor Sasaran yang hendak dicapai dalam upaya meningkatkan investasi dan ekspor non-migas adalah a. sebagai berikut: a, Peningkatan efisiensi pelayanan ekspor-impor kepelabuhanan, kepabeanan, dan administrasi (verifikasi dan restitusi) perpajakan ke tingkatan efisiensi di negara-negara tetangga yang maju perekonomiannya di lingkungan asean, Dalam 3 (tiga) tahun pertama diharapkan setengahnya telah dicapai b. Pemangkasan prosedur perijinan start up dan operasi bisnis ke tingkatan efisiensi di negara-negara tetangga yang maju perekonomiannya di Tingkungan asean. Dalam 3 (tiga) tahun pertama, diharapkan setengahnya telah tereapai ¢. Meningkatnya pertumbuhan ekspor secara bertahap dari sekitar 5,2 persen pada tahun 2005 menjadi sckitar 9,8 persen pada tahun 2009 dengan komposisi produk yang lebih beragam dan kandungan teknologi yang semakin tinggi. d. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas sistem distribusi nasional, tertib niaga ddan Kepastian berusaha untuk mewujudkan perdagangan dalam negeri yang Kondusif dan dinamis. e. Meningkatnya kontribusi pariwisata dalam perolehan devisa menjadi sekitar USD 10 miliar pada tahun 2009, sehingga sektor pariwisata diharapkan mampu menjadi salah satu penghasil devisa besar. Dalam rangka mewujudkan sasaran di stas, arah kebijakan bagi penciptaan iktim investasi yang sehat dan peningkatan daya saing ekpor nasional adalah a.l. sebagai berikut: @. Menjamin kepastian usaha dan meningkatkan penegakan hukum, terutama berkenaan dengan kepentingan untuk menghormati kontrak usaha, menjaga hak kepemilikan (property rights), dll. b, Memperbaiki kebijakan investasi dengan merumuskan cetak biru pengembangan kebijakan investasi ¢. Memperbaiki harmonisasi peraturan perundangan antara pusat dan daerah terutama di dalam pengembangan dan operasionalisasi usaha di daerah-daerah d. Meningkatkan akses dan perluasan pasat ckspor serta perkuatan kinerja eksportir dan calon eksportir. €. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem distribusi nasional, tertib niaga, dan kepastian berusaha, 34 Kebijakan Pengembangan Industri Sasaran yang akan dicapai dalam peningkatan daya saing industri manufaktur adalah antara lain sebagai berikut: a, Sektor industri manufaktur (non-migas) ditargetkan tumbuh dengan laju rata-rata 8,56 persen per tahun, b. ‘Target penyerapan tenaga kerja dalam lima tahun mendatang adalah sekitar 500 ribu per tahun (termasuk industri pengolahan migas).. 35 ©. Meningkatnya volume ekspor produk manufaktur dalam total ekspor nasional, terutama pada produk ekspor industri manufaktur yang daya saingnya masih potensial untuk ditingkatkan, d. Meningkatnya penyebaran sektor industri manufaktur ke luar Pulau Jawa, terutama industri pengolahan hasil sumberdaya alam, Dalam rangka mewujudkan sasaran di atas, arah kebijakan bagi penciptaan iklim investasi yang sehat dan peningkatan daya saing ekpor nasional adalah pengembangan sejumlah sub-sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Dengan kata lain, pola pengembangannya perlu lebih banyak ditekankan pada pendalaman (deepening) datipada perluasan (widening). Kemampuan kapasitas pasar (terutama dalam negeri) yang menyerap kenaikan produksi inj perlu ditingkatkan melalui antara lain pengamanan pasar dalam negeri dari produk- produk impor ilegal, penggalakan penggunaan bahan baku/antara dari dalam negeri, dan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing ekspor. Dalam kaitannya dengan peningkatan ekspor, hambatan non-tarif (non-tarrif barrier, NTB) di negara-negara tujuan perlu terus dipantau dan dipelajari.terutama untuk unggulan ekspor nasional, disosialisasikan ke industri terkait dan dirumuskan langkah untuk pemenuhannya. Fokus utama pengembangan industri manufaktur ditetapkan pada beberapa sub-sektor yang memenubi kriteria: (i) menyerap banyak tenaga kerja; (ii) memenuhi kebutuhan dasar dalam negeri (seperti makanan-minuman dan obat-obatan); (iii) mengolah hasil pertanian dalam arti luas (termasuk perikanan) dan sumber-sumber daya alam Iain dalam nogeri; dan (iv) memiliki potensi pengembangan ekspor. Prioritas 2005-2009 adalah pada penguatan klaster-klaster: (1) industri makanan dan minuman; (2) industri pengolah hasil Jaut; (3) industri tekstil dan produk tekstil; (4) industri alas kaki; (5) industri kelapa sawit; (6) industri barang kayu (termasuk rotan dan bambu); (7) industri karet dan barang karet; (8) industri pulp dan kertas; (9) industri mesin listrik dan peralatan listrik; dan (10) industri petrokimia. 3.5. Kebijakan Departemen Kelautan dan Perikanan Dengan wilayah perairan Indonesia yang luas, diperlukan pembagian wilayah perairan dalam rangka memudahkan dan mengefektifkan upaya pemberdayaan wilayah perairan yang ada, Termasuk halnya dengan upaya pengembangan Pelabuhan Perikanan, dimana dengan adanya pembagian wilayah pengelolaan akan memudahkan untuk penanganan, mengalokasikan kebutuhan maupun kegiatan yang diperlukan secara_ merata, Wilayah perikanan Indonesia dibagi dalam 9 (sembilan) Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), meliput 1, WPP Selat Malaka 2. WPP Laut Cina Selatan 3, WEP Laut Jawa 4, WEP Selat Makassar dan Laut Flores 5. WPP LautBanda 6. WEP Laut Seram - ‘Teluk Tomi 7, WEP Laut Sulawesi - Samudera Pasifik 8. WPP Laut Arafuru 36 DKP menetapkan delapan pelabuhan untuk menerapkan pelayanan kepelabuhanan bagi kapal ikan asing yang berlabuh di Indonesia. Pelayanan kepelabuhanan (port state measures/PSM) tsb. akan diterapkan mulai tahun 2009, diawali pada delapan pelabuhan besar dari total 817 pelabuhan perikanan di Indonesia, yaitu Pelabuhan Perikanan ‘Samudra (PPS) Nizam Zachman Jakarta, PPS Bungus di Padang, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Bitung di Sulawesi Utara, PPN Ambon, PPS Kendari, PN Tual, PPN Pelabuhan Ratu, dan Pelabuhan Benoa. Pelayanan kepelabuhanan mewajibkan kapal asing yang memasuki pelabuhan untuk mematuhi ketentuan pengelolaan sumber daya ikan, Pemeriksaan yang dilakukan meliputi kelengkapan dokumen kapal, perizinan, jenis, dan jumlah tangkapan, alat tangkap, wilayah tangkap, dan alat pemantau kapal (VMS). Kapal-kapal ikan yang diidentifikasi menangkap ikan secara ilegal tidak diizinkan menggunakan pelabuhan untuk mendarat, memindabkan hasil tangkapan, mengisi bahan baker, dan suplai kebutuhan operasional. PSM juga diterapkan terhadap kapal-kapal nasional, Di Asia Tenggara, Indonesia termasuk paling dirugikan akibat penangkapan ikan ilegal. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), kerugian Indonesia akibat penangkapan ikan ilegal ditaksir mencapai Rp 30 triliun per tohun. Aksi ilegal ita juga berdampak rusak dan merosotnya stok sumber daya ikan nasional. Penangkapan ikan ilegal adalah pencurian, penggunaan alat tangkap terlarang, pemindahan ikan hasil curian di tengah laut, dan penangkapan ikan yang tidak dilaporkan. Sebagian besar produk curian itu dipasok ke negara lain, jjakan Departemen Perhubungan Melalui Kepmen Perhubungan Nomor KM 53 tahun 2002 tentang Tatanan Kepelabuban Nasional, Menteri Pelabuhan menetapkan peran, kegiatan, dan jenis pelabuban, sebagai berikut. Pelabuhan menurut peran merupakan: a, simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hirarkinya; ». pinta gerbang kegiatan perekonomian daerah, nasional dan intemasional; cc. tempat kegiatan alih moda transportasi; 4. penunjang kegiatan industri dan perdagangan; ¢, tempat distribusi, Konsolidasi dan produksis Pelabuhan menurut kegiatan terdiri dari pelabuhan yang melayani kegiatan: a. angkutan laut yang selanjutnya disebut pelabuhan laut; b, angkutan sungai dan danau yang selanjutnya disebut pelabuhan sungai dan danau; . angkutan penyeberangan yang selanjutnya disebut pelabuhan penyeberangan. Untuk mewujudkan peran pelabuhan, pelabuhan melaksanakan fungsi: a. Pemerintahan: 1) pelaksana fungsi keselamatan pelayaran; 2) pelaksana fungsi Bea dan Cukai; 3) pelakaana fungsi imigrasi; 4) pelaksana fungsi karantina; 5) pelakaanzan fungsi keamanan dan ketertiban, 37 b, Pengusahan jasa kepelabuhaan: 1) usaha pokok yang meliputi pelayanaan kepal, barang dan penumpang; 2) usaha penunjang yang metiputi persewaan gudang. lahan dan lain-lai Pelabuhan menurut jenisnya terdiri dari: a, Pelabuhan umum yang digunakan untuk melayani kepentingan umum; b. Pelabuhan khusus yang digunakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu. Hirarki peran dan fungsi pelabuhan laut terdiri dari: Pelabuhan intenasional hub merupakan pelabuhan utama primer; Pelabuhan internasional merupakan pelabuban utama sekunder; Pelabuhan nasionat merupakan pelabuban utama tersier; Pelabuban regional merupakan pelabuhan pengumpan primer; Pelabuhan lokal merupakan pelabuhan pengumpan sekunder. gaosp Pelabuhan internasional hub yang merupakan pelabuhan utama primer ditetapkan dengan memperhatiken: ‘a, berperan sebagai pelabuhan internasional hub yang melayani angkutan alih muat (transhipment) peti kemas nasional dan internasional dengan skala pelayanan, transportasi laut dunia; b, berperan sebagai pelabuhan induk yang melayani angkutan peti kemas nasional dan intemasional sebesar 2.500.000 TEU’s/tahun atau angkutan lain yang setara; ¢. berperan sebagai pelabuhan alih muat angkutan peti kemas nasional dan internasional dengan pelayanan berkisar dari 3.000.000 - 3.500.000 TEU's/tahun atau angkutan lain yang setara; 4d. berada dekat dengen jalur pelayaran internasional + 500 mil; ¢, kedalaman minimal pelabuhan -12 m LWS; £ memiliki dermaga peti kemas minimal panjang 350 m, 4 crane dan lapangan penumpukan peti kemas seluas 15 Ha; . jarak dengan pelabuhan internasional hub lainnya S00-1.000 mil Pelabuhan intemasional yang merupakan pelabuhan utama sekunder ditetapkan dengan memperhatikan: a. berperan sebagai pusat distribusi peti kemas nasional dan pelayanan angkutan peti kemas internasional; b. berperan sebagai tempat alih must penumpang dan angkutan peti kemas; , melayani angkutan peti kemas sebesar 1.500.000 TEUsftahun atau angkutan lain ‘yang setara; 4. berada dekat dengan jalur pelayaran internasional + 500 mil dan jalur pelayaran nasional + 50 mil; €. ekedalaman minimal pelabuban -9 m LWS; f. memiliki dermaga peti kemas minimal panjang 250 m, 2 crane dan lapangan penumpukan kontener seluas 10 Ha; g._jarak dengan pelabuhan internasional lainnya 200-500 mil. 38 Pelabuhan nasional yang merupakan pelabuhan utama tersier ditetapkan dengan memperhatikan: a. berperan sebagai pengumpan angkutan peti kemas nasional; . berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional; ©. berperan melayani angiutan peti kemas nasional di seluruh Indonesia; d._ berada dekat dengan jalur pelayaran nasional 50 mil; e. kedalaman minimal pelabuhan -7 m LWS; £ memiliki dermaga multipurpose minimal panjang 150 m, mobile crane atau skipgear kapasitas 50 ton; 8. jarak dengan pelabuhan nasional lainnya 50-100 mil Pelabuhan regional yang merupakan pelabuhan pengumpan primer ditetapkan dengan memperhatikan: a. berperan sebagai pengumpan pelabuhan hub internastonal, pelabuhan internasional, pelabuhan nasional; b. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke pelabuhan utama pengumpan; ¢. berperan melayani angkutan laut antar kabupaten/kota dalam propinsi; 4. berada dekat dengan jalur pelayaran antar pulau + 25 mil; ¢. kedalaman minimal pelabuhan -4 m LWS; f, memiliki dermaga minimal panjang 70 m; jarak dengan pelabuhan regional lainnya 20-50 mil. Pelabuhan lokal yang merupakan pelabuhan pengumpan sekunder ditetapkan dengan memperhatikan: a. berperan sebagai pengumpan pelabuhan hub intemasional, pelabuhan internasional, pelabuhan nasional dan pelabuhan regional; b. berperan sebagai tempat pelayanan penumpang di daerah terpencil, terisolasi. perbatasan, daerah terbatas yang hanya didukung oleh moda transportasi laut; ¢. berperan sebagai tempat pelayanan moda transportasi laut untuk mendukung kehidupan masyarakat dan berfungsi sebagai tempat multifungsi selain sebagai terminal untuk penumpang juga untuk melayani bongkar muat kebutuhan hidup masyarakat disckitarnya; 4. berada pada lokasi yang tidak dilalui jalur transpotasi laut reguler kecuali keperintisan; e. kedalaman minimal pelabuhan f memiliki fasilitas tambat; & jarak dengan pelabuhan lokal lainnya $-20 mil, Sm LWS; Penetapan hirarki peran dan fungsi pelabuhan laut mempertimbangkan pula hal-hal sebagai berikut: a. jenis pelabuhan; b. potensi pelabuhan masa datang; cc. kedekatan lokasi pelabuhan dengan daerah perbatasan; 4. posisi strategis pelabuhan ditinjau dari aspek pertahanan dan keamanan negara; €. lokasi pelabuhan di daerah terpencil yang berpotensi sebagai areal terisolasi, terbelakang guna keseimbangan perkembangan wilayah nasional. 39 rarki peran dan fungsi pelabuhan laut berlaku untuk jangka waktu 5 tahun dan bersifat tidak statis yang dapat dievaluasi sesuai kebutuhan, 3.7 Kebijakan Depatemen Perindustrian Departemen Perindustrian saat ini sedang menyelesaikan RPP Kawasan Industri, RPP ini bermaksud mendorong tertib kegiatan ekonomi sesuai dengan program pengembangan industri yang diamanatkan UU No. 5/1984 dan kebijakan pengembangan industri Perpres. No, 28/2008. Dengan mendorong investasi di KI untuk memudahkan pengawasan arus keluar masuk barang. Pemerintah berkomitmen membenahi infrastraktur pendukung, perizinan, dan birokrasi yang lebih baik dan terpadu, penyediaan prasarana yang lengkap serta penghapusan pungutan liar, Dengan adanya RPP tersebut diharapkan pembangunan KI nantinya sudah sesuai dengan tata ruang yang ada, dan tidak berada di permukiman. Industri yang wajib masuk KI adalah yang baru atau perluasan area, tetapi bagi industri yang sudah ada di zona industri, dapat terus melakukan Kegiatannya. Bagi industri baru, tidak diharuskan masuk ke KI bila di daerah tersebut belum ada KI atau kavling yang ada sudah penuh, Bagi investor, KI menarik karena ada jaminan infrastruktur, utilitas, dan pelayanan perizinan termasuk gangguan pungutan yang sepatutnya dan keamanan karena lewat loket perusahaan. Untuk mencegah penyalahgunaan ketentuan pemegang perizinan KI, pemerintah meminta transparansi dan tetap mengawasi perilaku pengusaha KI a.l. harga tanah dan air, serta kebebasan mendirikan KI di zona peruntukan industri dalam tata ruang daerah. 3.8. Kebijakan Lain Kebijakan Pemerintah lain yang terkait dengan pembangunan perkotaan pesisir adalah mengenai kawasan ekonomi khusus. Melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang, Pemerintah menetapkan sejumlah kawasan ekonomi khusus Indonesia (KEKI). Suatu lokasi dapat diusulkan menjadi KEKI jika memenuhi enam kriteria, a. Ada komitmen dari pemerintah daerah yang bersangkutan untuk melaksanakan pengelolaan KEKT b. Sesuai rencana tata ruang wilayah, ditetapkan sebagai kawasan budidaya dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung. ¢. Terletak pada posisi strategis (dekat jalur perdagangan internasional, berhadapan dengan aiur laut utama).. dd. Tersedia infrastruktur, . Memiliki batas yang jelas dan mudah dikontrol keamanannya. f Tersedia lahan untuk pengembangon industri dan perdagangan dengan luas minimum 500 hektar serta ada kemungkinan diperluas lagi Pemerintah juga memberikan fasilitas nonfiskal pada investor yang akan menanamkan modalnya dalam KEKI. Fasilitas itu adalah adanya penjaminan perpanjangan hak guna bangunan (HGB) kepada investor. HGB diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 40 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 tahun. Setelah jangka waktu HGB dan perpanjangannya berakhir, pemegang hak dapat memperbarui HGB di ‘tas tanah yang sama. Permintaan perpanjangan dan pembaruan HGB dapat dilakukan sekaligus pada saat pertama kali mengajukan permohonan HGB. KEKI juga akan dilengkapi fesilitas fiskal, yakni penangguhan bea masuk, pembebasan cukai (sepanjang barang tersebut merupakan bahan baku atau penolong produksi), dan dibebaskan dari beban Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22. Khusus untuk impor dan penyerahan Barang Kena Pajak dalam negeri ke KEKI diberikan fasilitas pembebasan PPN dan PPnBM. KEKI dirancang memiliki fungsi sebagai tempat untuk mengembangkan usaha-usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan, energi transportasi, maritim, dan perikanan. Selain itu, pos dan telekomunikasi, perbankan, asuransi, dan pariwisata, Tujuan akhir KEKI adalah memperlonggar arus lalu lintas barang dan jasa dalam 30 hingga 50 tahun mendatang. Calon KEKI pertama adalah Pulau Batam, Bintan, dan Karimun. Ketiganya tengah dikembangkan sebagai kawasan khusus dengan bekerja sama dengan Singapura, At

Anda mungkin juga menyukai