Anda di halaman 1dari 2

AGAMA MEMASUKI MILLENIUM KETIGA

Perkembangan Alam Pemikiran Manusia


Jauh sebelum manusia memasuki abad globalisasi, para pengamat membagi sejarah
perkembangan pemikiran manusia dengan pembagian tiga abad besar, yaitu (1) abad
takhayul; (2) abad agama; (3) abad sains dan teknologi. Salah satu teori yang membahas
perkembangan pemikiran manusia adalah teori August Comte yang terdapat dalam
bukunya yaitu Course de la Philosophie Positive (1842). Menurut Comte pemikiran
manusia berkembang melalui tiga tahap, yaitu (1) tahap teologik; (2) tahap metafisik; (3)
tahap positif.
Pada abad takhayul manusia belum tahu tentang sebab musabab kejadian alam ini.
Karena itu ia selalu hidup dalam ketakutan misalnya terhadap bencana alam. Untuk
menghindari ketakutan itu, manusia melindungi diri pada dewa dengan memberikan
persembahan. Mereka berpandangan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi karena dewa
sedang marah. Hal seperti itu pun pernah terjadi di Mesir kuno. Masyarakat disana
mempersembahkan wanita cantik untuk sungai Nil. Mereka percaya bahwa dewa akan
terus memberikan kenikmatan dan keselamatan jika mereka memberikan sebuah
persembahan khusus. Namun hal ini telah berakhir pada masa pemerintaha Umar bin
Khatab.
Setelah abad takhayul selesai, manusia memasuki abad yang kedua yaitu abad
agama. Manusia pada saat abad ini menggunakan agama untuk menyelesaikan berbagai
permasalahannya. Namun abad ini tidak berlangsung lama, karena manusia sudah melek
sains dan teknologi. Pada abad ini manusia menyelesaikan permasalahan menggunakan
sains dan teknologi. Bahkan ada ilmuwan yang menganggap sains dan teknologi seolaholah menjadi agama baru, sehingga banyak diantara mereka yang mendewakannya.
Demikianlah kajian para pengamat mengenai tahap perkembangan pemikiran
manusia. Mereka beranggapan bahwa pada abad sains dan teknologi peran agama semakin
melemah. Namun, perlu dikemukakan bahwa teori ini tidak benar, sebab perkembangan
manusia tidaklah demikian. Dalam abad ketiga, abad sains dan teknologi, di zaman modern
sekarang ini, manusia masih tetap percaya pada Tuhan, bahkan di Eropa dan Amerika
cenderung kembali pada Tuhan atau ajaran agama.

Sejarah

manusia

di

Barat

menunjukkan

kepada

kita

bahwa

dengan

mengenyampingkan agama dan menempatkan ilmu dan akal manusia semata-mata sebagai
satu-satunya ukuran untuk menilai segala-galanya, telah menyebabkan berbagai krisis dan
malapetaka. Dan karena pengalaman itu, kini perhatian manusia kembali pada agama.
Diantaranya adalah karena para ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali
berpaling pada agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya dan karena
perkembangan sains dan teknologi di abad ini, ternyata tidak mampu memecahkan
berbagai masalah asasi manusia dan kemanusiaan.
Memang, sains dan teknologi telah memudahkan dan menyenangkan kehidupan
manusia, namun bersamaan dengan itu teknologi itu sendiri telah mengancam kehidupan
manusia yang membuatnya. Dengan sains dan teknologi, kehidupan manusia menjadi
senang, tetapi perkembangan sains dan teknologi, terutama perang teknologi,
menyebabkan kehidupan manusia seluruhnya menjadi tidak tenang. Untuk mengendalikan
teknologi itulah, manusia memerlukan pedoman yang sejati, yaitu agama. Dengan panduan
agama, terutama agama yang berasal dari Allah subhanahu wataala, teknologi dapat
dikembangkan dan diarahkan untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan,
membawa keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai