Anda di halaman 1dari 44

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN LISTRIK PADA

PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN DAN JARINGAN (APJ)


BANDUNG
Oleh:
Yeti Kurniati, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
BANDUNG
2 0 11

BAB I
PENDAHULUAN

Sering terjadinya pemadaman listrik yang terjadi di wilayah kota


Bandung dan serta beberapa masalah lainnya yang timbul antara
Perusahaan Listrik Negara (yang selanjutnya disebut PLN) dengan
konsumen adalah merupakan masalah perlindungan konsumen yang
merupakan pelanggan PLN (masyarakat kota Bandung). Dalam hal ini
kewajiban utama pelanggan PLN adalah membayar rekening listrik tepat
waktu, sebaliknya pelanggan PLN berhak mendapatkan aliran listrik
secara berkesinambungan dengan keadaan baik.
Bahkan

apabila

terjadi

gangguan,

pelanggan

PLN

berhak

mendapatkan pelayanan untuk perbaikan terhadap gangguan penyediaan


tenaga listrik atau penyimpangan atas mutu tenaga listrik yang disalurkan.
Idealnya, antara hak dengan kewajiban berjalan secara paralel.
Pelanggan membayar rekening listrik tepat waktu dan sekaligus
pelanggan juga mendapatkan tenaga listrik secara berkesinambungan
dalam keadaan baik.
Banyak hal yang masih mewarnai masalah kelistrikan yang dialami
masyarakat konsumen, diantaranya mengenai kesalahan pencatatan
tagihan rekening listrik dan pemadaman listrik yang sering dilakukan
secara sepihak oleh PLN. Bagi masyarakat, kejadian pemadaman aliran
listrik sekarang ini bukan lagi merupakan peristiwa yang langka sekalipun

dengan kejadian tersebut secara materi masyarakat sudah dirugikan.


Masyarakat sudah terbiasa karena kejadian ini sudah cukup lama terjadi
bahkan sejak tahun 1980an.
Pemadaman aliran listrik tanpa pemberitahuan ataupun tanpa
penjelasan apapun setelah itu kepada pihak masyarakat. Satu-satunya
yang sering menjadi alasan terhadap buruknya pelayanan publik ini
bahwa saat ini PLN mengalami krisis sumber energi yang diperkirakan
kapasitasnya

terancam

tidak

mampu

mensuplai

kebutuhan

listrik

masyarakat yang semakin meningkat.


PLN merupakan perusahaan negara yang bergerak di bidang
pelayanan umum yang bersifat profit. Meskipun profit, perusahaan negara
seperti ini sangat menguntungkan rakyat banyak, sebab tujuannya lebih
banyak diarahkan pada usaha memakmuran rakyat.1)
Di

dalam

Undang-Undang

Perlindungan

Konsumen

(yang

selanjutnya disebut UUPK), konsumen dan pelaku usaha mempunyai hak


dan kewajiban yang tercantum dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal
7, yakni :
Pasal 4:
Hak konsumen adalah
1. hak

atas

kenyamanan,

keamanan,

dan

keselamatan

dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

1)

hlm.57.

Todong Mulya Lubis, Hukum dan Ekonomi, Sinar Harapan, Bandung,1992,

2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang


dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan;
3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau
jasa yang digunakan;
5. hak

untuk

mendapatkan

advokasi,

perlindungan,

dan

upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;


6. hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau pengantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Pasal 5:
Kewajiban konsumen adalah:
1. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan
keselamatan;

2. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau


jasa;
3. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4. mengikuti

upaya

penyelesaian

hukum

sengketa

perlindungan

konsumen secara patut.


Pasal 6:
Hak pelaku usaha adalah:
1. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
2. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beriktikad tidak baik;
3. hak

untuk

melakukan

pembelaan

diri

sepatutnya

di

dalam

penyelesaian hukum sengketa konsumen;


4. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
5. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Pasal 7
Kewajiban pelaku usaha adalah:
1. beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi


dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
3. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
4. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau
jasa yang berlaku;
5. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan
dan/atau

garansi

atas

barang

yang

dibuat

dan/atau

yang

diperdagangkan;
6. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau
jasa yang diperdagangkan;
7. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.
Dari

peraturan

perundang-undangan

yang

ada,

sekurang-

kurangnya ada tiga peraturan yang dapat dijadikan acuan. UndangUndang (UU) Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan,
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan
dan

Pemanfaatan

Tenaga

Listrik,

dan

Peraturan

Menteri

Pertambangan dan Energi No. 02P/451/M.PE/1991 tentang Hubungan


Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum
dengan Masyarakat.
Sehubungan dengan mutu keandalan tenaga listrik PLN, misalnya, harus
ada batas-batas keandalan dan kriteria yang lebih jelas, yaitu antara PLN
dan konsumen harus ada saling pengertian. PLN harus dapat memahami
tuntutan konsumen akan kejelasan kriteria mutu pelayanan yang jelas. Di
sisi lain, konsumen juga harus memahami, tingkat kemampuan PLN
dalam menyediakan tenaga listrik, memang belum sepenuhnya dapat
memenuhi harapan seluruh lapisan masyarakat,

BAB II
PERLINDUNGAN HUKUM, KONSUMEN, DAN
PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Perlindungan Hukum
Menurut Sudikno Mertokusumo bahwa perlindungan hukum dalam
arti sempit adalah sesuatu yang diberikan kepada subjek hukum dalam
bentuk perangkat hukum, baik yang bersifat preventif maupun represif,
serta dalam bentuk yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain,
perlindungan hukum dapat diartikan sebagai suatu gambaran dari fungsi
hukum, yaitu ketenteraman bagi segala kepentingan manusia yang ada di
dalam masyarakat sehingga tercipta keselarasan dan keseimbangan
hidup masyarakat. Sedangkan perlindungan hukum dalam arti luas adalah
tidak hanya diberikan kepada seluruh makhluk hidup maupun segala
ciptaan Tuhan dan dimanfaatkan bersama-sama dalam rangka kehidupan
yang adil dan damai.2) Indonesia adalah negara yang berdasarkan
Pancasila, maka sistem perlindungan hukum yang dianut harus berpijak
pada dasar Negara Pancasila, yaitu tidak hanya melihat hak dan
kewajiban di dalam masyarakat.
Wujud dari peran hukum dalam masyarakat adalah memberikan
perlindungan hukum kepada anggota masyarakat yang kepentingannya
terganggu.
2)

Persengketaan

yang

terjadi

dalam

masyarakat

harus

Sudiko Mertokusumo, Penemuan Hukum : Sebuah Pengantar, Yogyakarta,


liberty, 2003, hlm.90

diselesaikan menurut hukum yang berlaku, sehingga dapat mencegah


perilaku main hakim sendiri. Tujuan pokok hukum sebagai perlindungan
kepentingan manusia adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib,
sehingga terwujud kehidupan yang seimbang.
Menurut Sudikno Mertokusumo, bahwa hukum itu bertujuan agar
tercapainya

ketertiban

dalam

masyarakat

sehingga

diharapkan

kepentingan manusia akan terlindungi untuk mencapai tujuannya dan


bertugas

membagi

hak

dan

kewajiban

antar

perorangan

dalam

masyarakat, membagi wewenang dan mengutamakan pemecahan


masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.3)
Hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan hukum tersebut
harus dilindungi oleh hukum, sehingga anggota masyarakat merasa aman
dalam melaksanakan kepentingannya. Hal ini menunjukkan bahwa
perlindungan hukum dapat diartikan sebagai suatu pemberian jaminan
atau kepastian bahwa seseorang akan mendapatkan apa yang telah
menjadi hak dan kewajibannya, sehingga yang bersangkutan merasa
aman.4)
Prinsip-prinsip

perlindungan

hukum

bagi

rakyat

Indonesia

berlandas pada Pancasila sebagai dasar ideologi dan dasar falsafah


Negara. Prinsip-prinsip yang mendasari perlindungan hukum bagi rakyat
berdasarkan Pancasila adalah :5)

3)

Sudiko Mertokusumo, Ibid, hlm. 92


Ibid, hlm, 95
5)
Philipus M. Harjon Perlindungan hukum bagi rakyat di Indonesia sebuah studi
tentang prinsip-prinsipnya,, Surabaya: Bina Ilmu, 1987 hlm.19-20
4)

10

a. Prinsip-prinsip perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan


pemerintahan yang bersumber pada konsep tentang pengakuan
dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Pengakuan akan
harkat dan martabat manusia pada dasarnya terkandung dalam
nilai-nilai Pancasila yang telah disepakati sebagai dasar negara.
Dengan kata lain, Pancasila merupakan sumber pengakuan akan
harkat dan martabat manusia. Pengakuan akan harkat dan
martabat manusia berarti mengakui kehendak manusia untuk hidup
bersama yang bertujuan yang diarahkan pada usaha untuk
mencapai kesejahteraan bersama.
b. Prinsip Negara Hukum
Prinsip kedua yang melandasi perlindungan hukum bagi rakyat
terhadap tindakan pemerintahan adalah prinsip negara hukum.
Pancasila sebagai dasar falsafah Negara serta adanya asas
keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan
asas kerukunan tetap merupakan elemen pertama dan utama
karena Pancasila, yang pada akhirnya mengarah pada usaha
tercapainya keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan.
Bentuk perlindungan hukum menjadi 2 (dua), yaitu :6)
a. Perlindungan hukum yang preventif
Perlindungan hukum ini memberikan kesempatan kepada rakyat
untuk mengajukan keberatan (inspraak) atas pendapatnya sebelum

6)

Philipus M. Harjon.Ibid hlm.25

11

suatu keputusan pemerintahan mendapat bentuk yang definitif.


Sehingga, perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya sengketa dan sangat besar artinya bagi tindak
pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak. Dan
dengan adanya perlindungan hukum yang preventif ini mendorong
pemerintah untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan yang
berkaitan dengan asas freies ermessen, dan rakyat dapat
mengajukan keberatan atau dimintai pendapatnya mengenai
rencana keputusan tersebut.
b. Perlindungan hukum yang represif
Perlindungan hukum ini berfungsi untuk menyelesaikan apabila
terjadi sengketa. Indonesia dewasa ini terdapat berbagai badan
yang secara partial menangani perlindungan hukum bagi rakyat.
B. Konsumen dan Perlindungan Konsumen
Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti
konsumen adalah, pemakai terakhir dari benda dan jasa yang diserahkan
kepada mereka oleh pengusaha. Istilah konsumen berasal dari bahasa
consumer (Inggris-Amerika) atau consument (Belanda). Secara harfiah arti
kata consumer adalah lawan dari produsen, setiap orang yang
menggunakan barang. Pengertian konsumen dalam arti umum adalah
pemakai, pengguna barang dan/atau jasa untuk tujuan tertentu. 7)

7)

A.Z. Nasution, Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen (Pustaka


Sinar Harapan), Jakarta, 2002, hlm.17

12

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen,


memberikan pengertian konsumen sebagai berikut :
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Berdasarkan pengertian di atas, subyek yang
disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus
sebagai pemakai barang dan jasa.

A.Z. Nasution menyebutkan, orang yang dimaksud di atas adalah


orang alami bukan badan hukum. Sebab yang memakai, menggunakan
dan atau memanfaatkan barang dan atau jasa untuk kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan hanyalah orang alami atau manusia. Di dalam penjelasan
Pasal 1 ayat (2) UUPK disebutkan bahwa di dalam kepustakaan ekonomi
dikenal dengan istilah konsumen akhir dan konsumen antara.
Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu
produk,

sedangkan

konsumen

antara

adalah

konsumen

yang

menggunakan suatu produk barang atau jasa untuk membuat barang atau
jasa lainnya untuk diperdagangkan. Batasan-batasan tentang konsumen
akhir adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa yang
tersedia di dalam masyarakat, digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup pribadi, keluarga, atau rumah tangganya, dan tidak untuk
kepentingan komersial.8)

8)

A.Z. Nasution,Hukum Perlindungan Konsumen, cetakan pertama Diadit Media,


Jakarta, 2002, hlm.3

13

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud


konsumen adalah pemakai terakhir dari barang dan/atau jasa untuk
kepentingan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga dan tidak untuk
diperdagangkan kembali.
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan

Konsumen,

yang

dimaksud

dengan

Perlindungan

Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum


untuk memberi perlindungan terhadap konsumen.
Ruang lingkup kaidah-kaidah Hukum Perlindungan Konsumen
tersebar dalam berbagai bidang hukum sehingga sulit untuk memberikan
batasan atau definisi tentang hukum perlindungan konsumen. Batasan
atau definisi Hukum Perlindungan Konsumen adalah keseluruhan asasasas kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara
berbagai pihak satu sama lain, berkaitan dengan barang atau jasa
konsumen di dalam pergaulan hidup.9)
Konsumen yang keberadaannya sangat tidak terbatas, yang sangat
bervariasi menyebabkan produsen melakukan kegiatan pemasaran dan
distribusi produk barang atau jasa dengan cara-cara yang efektif mungkin
agar dapat mencapai konsumen yang sangat majemuk tersebut. Pada
situasi ekonomi global dan menuju era perdagangan bebas, upaya untuk
mempertahankan pasar atau memperoleh kawasan pasar baru yang lebih

9)

Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen (Suatu Pengantar), Cetakan


Kedua, Diadit Media,Jakarta, 2006, hlm.17

14

luas merupakan dambaan setiap produsen, mengingat makin ketatnya


persaingan untuk berusaha.
Persaingan yang makin ketat ini juga dapat memberikan dampak
negatif terhadap konsumen pada umumnya. Kondisi tersebut dapat
mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak
seimbang, dimana konsumen berada dalam posisi yang lemah. Konsumen
menjadi obyek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesarbesarn ya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta
penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen.
Pasal 2 UUPK menyebutkan Perlindungan konsumen berdasarkan
manfaat,

keadilan,

keseimbangan,

keamanan,

dan

keselamatan

konsumen serta kepastian hukum. Di dalam penjelasan Pasal 2 UUPK


menyebutkan perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha
bersama berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam pembangunan
nasional, yaitu:
a. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala
upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus
memberikan

manfaat

sebesar-besarnya

bagi

kepentingan

konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.


b. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat
diwujudkan secara maksimal dan memberi kesempatan kepada
konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan
melaksanakan kewajibannya secara adil.

15

c. Asas

keseimbangan

keseimbangan

dimaksudkan

kepentingan

konsumen,

untuk

memberikan

pelaku

usaha

dan

pemerintah dalam arti materiil maupun secara spiritual dan


memperoleh

keadilan

dalam

penyelenggaraan

perlindungan

konsumen.
d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada
konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan
barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
e. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha
maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan
dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara
menjamin kepastian hukum.
Menurut Pasal 3 UUPK perlindungan konsumen bertujuan :
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri.
b. Mengangkat

harkat

dan

martabat

konsumen

dengan

cara

menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau


jasa.
c. Meningkatkan

pemberdayaan

konsumen

dalam

menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

memilih,

16

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung


unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses
untuk mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
Manfaat Perlindungan Konsumen adalah :
a. Balancing Position
Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin
adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada
konsumen.

Dengan

Indonesia

diharapkan

diterapkan
kedudukan

perlindungan
konsumen

konsumen
yang

di

tadinya

cenderung menjadi sasaran pelaku usaha untuk mendapatkan


keuntungan sebesar-besarnya menjadi subyek yang sejajar dengan
pelaku usaha. Dengan posisi konsumen yang demikian maka akan
tercipta kondisi pasar yang sehat dan saling menguntungkan bagi
konsumen karena dapat menikmati produk-produk yang berkualitas
dan bagi produsen karena tetap mendapatkan kepercayaan pasar
yang tentunya akan mendukung kelangsungan usahanya di masa
mendatang.

17

b. Memberdayakan Konsumen
Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat
kesadaran konsumen akan hak-haknya yang masih rendah,
sehingga

perlu

adanya

upaya

pemberdayaan.

Proses

pemberdayaan harus dilakukan secara integral baik melibatkan


peran aktif dari pemerintah, lembaga perlindungan konsumen
swadaya

masyarakat

maupun dari kemampuan

masyarakat

sebagai konsumen untuk lebih mengetahui hak-haknya. Jika


kesadaran konsumen akan hak-haknya semakin baik maka
konsumen dapat ditempatkan pada posisi yang sejajar yaitu
sebagai pasangan yang saling membutuhkan dan menguntungkan.
c. Meningkatkan Profesionalisme Pelaku Usaha
Perkembangan dunia industrialisasi dan kesadaran konsumen yang
semakin baik menuntut pelaku usaha untuk lebih baik dalam
menjalankan usahanya secara profesional. Hal itu harus dijalankan
dalam keseluruhan proses produksi. Pelaku usaha juga harus
mengubah orientasi usahanya yang selama ini cenderung untuk
mendapatkan keuntungan jangka pendek dengan memperdaya
konsumen sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan
mematikan usahanya. Selain itu pelaku usaha dalam menjalankan
usahanya harus memperhatikan kejujuran, keadilan serta etika
dalam menjalankan usahanya. Semua itu dilakukan agar pelaku
usaha dapat tetap eksis dalam menjalankan usahanya.

18

Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Konsumen


memiliki hak sebagai berikut:
1. hak

atas

kenyamanan,

keamanan,

dan

keselamatan

dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa,


2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau,
3. jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan,
4. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa,
5. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau
jasa yang digunakan,
6. hak

untuk

mendapatkan

advokasi,

perlindungan,

dan

upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut,


7. hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen,
8. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif,
9. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau pengantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya,
10. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.

19

Dari sembilan butir hak konsumen yang disebutkan di atas, terlihat


bahwa masalah kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen
merupakan hal yang paling pokok dan utama dalam perlindungan
konsumen. Barang dan/atau jasa yang penggunaannya tidak memberikan
kenyamanan, terlebih lagi yang tidak aman atau membahayakan
keselamatan konsumen jelas tidak layak untuk diedarkan dalam
masyarakat.
Hak-hak konsumen juga terdapat dalam Pasal 34 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan, yang isinya :
1. mendapat pelayanan yang baik,
2. mendapat tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan
keandalan yang baik,
3. memperoleh tenaga listrik dengan harga yang wajar,
4. mendapat pelayanan untuk perbaikan apabila ada gangguan tenaga
listrik, dan
5. mendapat ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang diakibatkan
kesalahan dan/atau kelalaian pengoperasian oleh pemegang Izin
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sesuai syarat-syarat yang diatur
dalam perjanjian jual beli tenaga listrik.
Akhirnya, jika semua hak-hak yang disebutkan itu disusun kembali
secara sistematis (mulai dari yang diasumsikan paling mendasar), akan
diperoleh urutan sebagai berikut:
1. Hak konsumen mendapatkan keamanan ;

20

Konsumen berhak mendapatkan keamanan dari barang atau jasa


yang ditawarkan kepadanya. Produk barang dan jasa itu tidak boleh
membahayakan jika dikonsumsi sehingga konsumen tidak dirugikan
baik secara jasmani atau rohani. Hak untuk memperoleh keamanan ini
penting ditempatkan pada kedudukan utama.
2. Hak untuk mendapatkan informasi yang benar ;
Setiap produk yang dikenalkan kepada konsumen harus disertai
informasi yang benar. Informasi ini diperlukan agar konsumen tidak
sampai mempunyai gambaran yang keliru atas produk barang dan
jasa. Informasi ini dapat disampaikan dengan berbagai cara, seperti
secara lisan kepada konsumen, melalui iklan di berbagai media, atau
mencantumkan dalam kemasan produk.
Dengan penggunaan teknologi tinggi dalam mekanisme produksi
barang dan/atau jasa akan menyebabkan makin banyaknya informasi
yang harus dikuasai oleh masyarakat konsumen. Adalah mustahil
mengharapkan sebagian besar konsumen memiliki kemampuan dan
kesempatan akses informasi secara sama besarnya. Apa yang dikenal
dengan consumer ignorance, yaitu ketidakmampuan konsumen
menerima informasi akibat kemajuan teknologi dan keragaman produk
yang dipasarkan dapat saja dimanfaatkan secara sewajarnya oleh
pelaku usaha. Itulah sebabnya, hukum perlindungan konsumen
memberikan hak konsumen atas informasi yang benar, yang di

21

dalamnya tercakup juga hak atas informasi yang proposional dan


diberikan secara tidak diskriminatif.
3. Hak untuk didengar ;
Hak yang erat kaitannya dengan hak untuk mendapatkan informasi
adalah hak untuk didengar. Ini disebabkan informasi yang diberikan
pihak yang berkepentingan atau berkompeten sering tidak cukup
memuaskan konsumen. Untuk itu, konsumen berhak mengajukan
permintaan informasi lebih lanjut.
4. Hak untuk memilih ;
Dalam mengkonsumsi suatu produk, konsumen berhak menentukan
pilihannya. Ia tidak boleh mendapat tekanan dari pihak luar sehingga
ia tidak lagi bebas untuk membeli atau tidak membeli. Seandainya ia
jadi membeli, ia juga berhak menentukan produk mana yang akan
dibeli.
5. Hak untuk mendapatkan produk barang dan/atau jasa sesuai dengan
nilai tukar yang diberikan ;
Dengan hak ini berarti konsumen harus dilindungi dari permainan
harga yang tidak wajar. Dengan kata lain, kuantitas dan kualitas
barang dan/atau jasa yang dikonsumsi harus sesuai dengan nilai uang
yang dibayar sebagai penggantinya.
6.

Hak untuk mendapatkan ganti kerugian ;


Jika konsumen merasakan, kuantitas dan kualitas barang dan/atau
jasa yang dikonsumsinya tidak sesuai dengan nilai tukar yang

22

diberikannya, ia berhak mendapatkan ganti kerugian yang pantas.


Jenis dan jumlah ganti kerugian itu tentu saja harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atau atas kesepakatan masing-masing pihak .
7. Hak untuk mendapatkan penyelesaian hokum ;
Hak untuk mendapatkan ganti kerugian harus ditempatkan lebih tinggi
daripada hak pelaku usaha (produsen/penyalur produk) untuk
membuat klausula eksonerasi secara sepihak. Jika permintaan yang
diajukan konsumen dirasakan tidak mendapat tanggapan yang layak
dari pihak-pihak terkait dalam hubungan hukum dengannya, maka
konsumen berhak mendapatkan penyelesaian hukum, termasuk
advokasi.

Dengan

pertanggungjawaban

kata
hukum

lain,
dari

konsumen
pihak-pihak

berhak

menuntut

yang

dipandang

merugikan karena mengkonsumsi produk itu.


8. Hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat ;
Hak konsumen atas lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak
yang diterima sebagai salah satu hak dasar konsumen oleh berbagai
organisasi konsumen di dunia.10) Lingkungan hidup yang baik dan
sehat berarti sangat luas dan setiap makhluk hidup adalah konsumen
atas lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup meliputi lingkungan
hidup dalam arti fisik dan lingkungan nonfisik.
9. Hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang ;

10)

Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta, 1994, hlm.119.

23

Persaingan curang atau disebut dengan persaingan usaha tidak


sehat dapat terjadi jika seorang pengusaha berusaha menarik
pelanggan atau klien pengusaha lain untuk memajukan usahanya
atau sarana yang bertentangan dengan iktikad baik dan kejujuran
dalam pergaulan ekonominya.
10. Hak untuk mendapatkan pendidikan konsumen ;
Masalah perlindungan konsumen di Indonesia termasuk masalah yang
baru. Oleh karena itu, wajar bila masih banyak konsumen yang belum
menyadari hak-haknya. Kesadaran akan hak tidak dapat dipungkiri
sejalan

dengan

kesadaran

hukum

masyarakat,

makin

tinggi

penghormatannya pada hak-hak dirinya dan orang lain. Upaya


pendidikan konsumen tidak selalu harus melewati jenjang pendidikan
formal tetapi dapat melalui media massa dan kegiatan lembaga
swadaya masyarakat.
Dalam banyak hal, pelaku usaha terikat untuk memperhatikan hak
konsumen untuk mendapatkan pendidikan konsumen ini. Pengertian
pendidikan

tidak

harus

diartikan

sebagai

proses

formal

yang

dilembagakan.
Pada prinsipnya, makin kompleks teknologi yang diterapkan dalam
menghasilkan suatu produk menuntut pula makin banyak informasi yang
harus disampaikan kepada konsumen. Bentuk informasi yang lebih
komperhensif

dengan

tidak

semata-mata

menonjolkan

unsur

24

komersialisasi, sebenarnya sudah merupakan bagian dari pendidikan


konsumen.
C.

Penyelesaian Sengketa Konsumen Yang Dilakukan PT. PLN


(Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Bandung
Di dalam ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dikatakan bahwa dalam hal


pelaku usaha pabrikan dan/atau pelaku usaha, distributor menolak
dan/atau tidak memberikan tanggapan dan/atau tidak memberikan ganti
rugi atas tuntutan konsumen, maka diberikan hak untuk menggugat
pelaku usaha dengan menyelesaikan perselisihan yang timbul melalui
BPSK atau dengan cara memajukan gugatan kepada badan peradilan di
tempat kedudukan konsumen.
Penyelesaian sengketa konsumen dilakukan dengan 3 (tiga) cara,
yaitu:11)
1. Konsiliasi
Konsiliasi menyatakan secara tidak langsung suatu kebersamaan
para pihak di mana pada akhirnya kepentingan-kepentingan bergerak
mendekat (moving closer) dan selanjutnya dicapai suatu penyelesaian
yang memuaskan kedua belah pihak (a measure of goodwill). Rekonsiliasi
menyatakan secara tidak langsung kebersamaan pihak-pihak yang
bersengketa yang dahulu berkongsi, kini mereka berselisih.
2. Mediasi
11)

Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian


Sengketa, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 186

25

Pada dasarnya mediasi adalah suatu proses di mana pihak ketiga


(a third party), suatu pihak luar yang netral (a neutral outside) terhadap
sengketa, mengajak pihak yang bersengketa pada suatu penyelesaian
sengketa yang disepakati. Sesuai dengan batasan tersebut mediator
berada di tengah-tengah dan tidak memihak pada salah satu pihak.
Sesuai dengan sifatnya, mediasi tidak dapat diwajibkan (compulsory),
tetapi hanya dapat terjadi jika kedua belah pihak secara sukarela
(voluntary) berpartisipasi. Pada akhirnya suatu kesepakatan akan tercipta
tanpa cara-cara merugikan (nonviolent means), setidaknya suatu
hubungan baik (relationship) tercipta tanpa konflik.
3. Arbitrase
Arbitrase merupakan suatu metode penyelesaian sengketa dalam
masalah-masalah perdata (civil matters) yang dapat disetujui oleh kedua
belah

pihak,

yang

dapat

mengikat

(binding)

dan

dapat

dilaksanakan/ditegakkan. Para pihak diwajibkan untuk pergi ke arbitrase


atas suatu masalah tertentu sebagai

arbitrase dalam menyelesaikan

sengketa usaha dan dagang yang terjadi daripada menyelesaikannya


melalui Lembaga litigasi atau peradilan.
Jika dibandingkan bagian dari suatu perjanjian tentang prosedur
penyelesaian sengketa (dispute resolutions procedures) yang telah
disepakati para pihak terdahulu. Sebelum para pihak terlibat dalam
proses, hasil keputusan arbitrase (the status of the outcome of arbitration)
harus disetujui para pihak tersebut.Di kalangan dunia usaha, umumnya

26

lebih mendayagunakan lembaga pengadilan, maka lembaga arbitrase


mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan tersebut antara lain :
1. dijamin kerahasiaan sengketa para pihak, Kelebihan tersebut antara
lain:
2. dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena prosedural dan
administratif,
3. para pihak dapat memilih arbiter yang menurut mereka diyakini
mempunyai pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang
relevan dengan masalah yang disengketakan, di samping jujur dan
adil,
4. para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan
masalahnya termasuk proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase,
5. putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak
dengan melalui tata cara (prosedur) yang sederhana dan langsung
dapat dilaksanakan.
Sifat rahasia arbitrase ini dapat melindungi para pihak dari hal-hal
yang

tidak

diinginkan

atau

yang

merugikan

disebabkan

adanya

penyingkapan informasi bisnis kepada umum. Selain itu, hal ini juga dapat
melindungi mereka dari publisitas yang merugikan dan akibat-akibatnya,
seperti kehilangan reputasi, bisnis, pemicu bagi tuntutan-tuntutan lainnya,
yang dalam proses pengadilan dapat mengakibatkan pemeriksaan
sengketa secara terbuka dan umum.

27

Tidak banyak kasus yang sampai ke pengadilan antara PLN


dengan konsumen yang dirugikan atas pelanggaran hak-hak konsumen
yang dilakukan

oleh PLN. Dua hal yang harus diperhatikan pekerja

bantuan hukum (litigasi maupun nonlitigasi). Pertama, menempatkan


korban sebagai subjek utama, di mana kepentingan para korban itulah
yang harus menjadi agenda pokok dan penentu arah suatu kegiatan
advokasi. Kepentingan dan ambisi-ambisi pribadi para pekerja bantuan
hukum tidak boleh turut bermain dalam proses gugatan tersebut. Kedua,
hal-hal teknis persiapan gugatan perwakilan/kelompok (class action),
seperti :
1. pengumpulan fakta-fakta hukum (investigasi),
2. pembuatan opini hukum,
3. pengorganisasian, termasuk pembentukan jaringan kerja,
4. penyadaran (konsientisasi) masuarakat korban serta kampanye publik
melalui pertemuan-pertemuan dengan masyarakat korban,
5. litigasi (pembuatan surat gugatan),
6. penentuan wakil dalam melakukan gugatan kelompok.
Upaya Mengatasi Hambatan Dalam mengatasi hambatan konsumen
listrik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Menyediakan tenaga listrik terus menerus/berkesenambungan dan
memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada konsumen serta
memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan umum. Peraturan
pemerintah nomor 3 tahun 2005 ditegaskan yang menjadi hak dan

28

kewajiban masyarakat dalam pemanfaatan tenaga listrik yang diatur


oleh peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1989 yang tidak dirubah
oleh peraturan pemerintah tetap berlaku, seperti apa yang ditentukan
dalam Pasal 26, Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1989 tentang
penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik :
Masyarakat didaerah Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atau
Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum
yang bersangkutan. Masyarakat yang telah mendapat tanaga listrik
mempunyai hak untuk :
a. Mendapat pelayanan yang baik;
b. Mendapat tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu
dan keandalan yang baik;
c. Mendapat pelayanan untuk perbaikan apabila ada gangguan
tenaga listrik.
d. Menyediakan tenaga listrik terus menerus/berkesenambungan
dan memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada konsumen.
Masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik mempunyai kewajiban :
a. Melaksanakan mengamanan terhadap bahaya yang mungkin
timbul akibat pemanfaatan tenaga listrik;
b. Menjaga dan memelihara keamanan instalasi ketenagalistrikan;
c. Menggunakan tenaga listrik sesuai dengan peruntukannya.
Masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik bertanggung jawab
karena kesalahannya mengakibatkan kerugian bagi Pemegang Kuasa

29

Usaha Ketenagalistrikan atau Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan


untuk Kepentingan umum.
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan
harus direvisi sebab undang-undang tersebut diatas tidak memihak
kepada konsumen dan posisi konsumen lemah.
3. Pemerintah daerah Kota Bandung harus berupaya membentuk wadah
hukum untuk perlindungan konsumen bila pihak pelaku usaha tidak
memenuhi kebutuhan konsumen dan konsumen dapat melapor ke
Badan Perlindungan Konsumen atau sejenisnya.
Untuk membantu para konsumen ada dasar hukum untuk
melakukan perbuatan hukum yang dapat ditujukan kepada PT PLN
adalah:
1. Pasal 15 ayat (1) huruf b Undang-Undang No. 15 Tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan,
Ketenagalistrikan

disebutkan:
untuk

Pemegang

Kepentingan

Umum

Kuasa
wajib

usaha

memberikan

pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat.


2. Pasal 16 ayat (1), (2) dan (3) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10
Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik
disebutkan bahwa :
a. Tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 wajib
disediakan secara terus menerus;
b. Penyediaan tenaga listrik hanya dapat dihentikan untuk sementara
jika memenuhi salah satu atau lebih dari ketentuan dibawah ini:

30

a) Diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan pemeliharaan,


perluasan atau rehabilitasi instalasi ketenagalistrikan;
b) Terjadi gangguan pada instalasi ketenagalistrikan;
c) Terjadi keadaan yang dianggap membahayakan keselamatan
umum;
d) Atas perintah yang berwajib dan atau pengadilan;
c. Pelaksanaan

ketentuan

ayat

(2)

huruf

terlebih

dahulu

diberitahukan kepada masyarakat selambat-lambatnya 24 (dua


puluh empat) jam sebelum penghentian penyediaan tenaga listrik.
3. Pasal 26 ayat (2) huruf b Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1989
tentang Penyediaan dan Pemanfaatan listrik, disebutkan bahwa:
Masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik mempunyai hak
untuk mendapat tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu
dan keandalan yang baik.
4. Pasal 3 ayat (1) huruf a dan b Keputusan Menteri Pertambangan
dan

Energi

Nomor:

02P/451/M.PE/1991

tentang

hubungan

pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan dan pemegang izin


usaha

ketenagalistrikan

masyarakat,

dinyatakan

untuk

kepentingan

dalam

menyediakan

umum
tenaga

dengan
listrik

pengusaha wajib melakukan hal-hal seperti:


a. memberi pelayanan yang baik,
b. menyediakan

tenaga

listrik

secara

berkesinambungan

dengan mutu dan keandalan yang baik sebagaimana diatur

31

dalam

Peraturan

Menteri

Penyambungan Tenaga Listrik.

tentang

Persyaratan

32

BAB III
PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN DAN JARINGAN (APJ)
BANDUNG

A. Bentuk dan Kelembagaan PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan


Jaringan (APJ) Bandung
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 023 Tahun 1994 status
kelembagaan PLN diubah dari Perusahaan Umum (PERUM) menjadi PT.
PLN (PERSERO), status PLN sebagai Persero ini efektif terhitung sejak
Anggaran Dasarnya disahkan oleh Menteri Kehakiman pada tanggal 1
Agustus 1994, karena sejak tanggal tersebut secara hukum, PLN
merupakan subjek hukum dalam bentuk Badan Hukum Perdata.
Sebenarnya pada waktu PLN berstatus Perum berdasarkan PP No. 18
tahun 1972 yang kemudian diubah dengan PP No. 17 tahun 1990,
kedudukan hukum PLN juga merupakan Badan Hukum hanya saja sifat
badan hukumnya adalah Badan Hukum Publik.
Meskipun antara PLN di sini Perum (dulu) dengan PLN sebagai
PLN (sekarang) mempunyai kesamaan antara lain sama-sama menjadi
Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan untuk kepentingan umum
(PKUK), namun terdapat beberapa perbedaan yang cukup prinsipil
khususnya dilihat dari kepentingan bisnis antara lain sebagai berikut:
PERUM PLN
1. Badan Hukum Publik

PT. PLN (PERSERO)


1. Badan Hukum Perdata

33

2. Ruang geraknya terbatas

2. Ruang

3. Tidak bisa Go Publik


4. Tidak

bisa

geraknya

lebih

fleksibel

mendirikan

anak

perusahaan

3. Bisa Go Publik
4. Bisa

5. Orientasi Publik Utility

mendirikan

anak

perusahaan
5. Orientasi komersil

Dalam struktur organisasi PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan


Jaringan (APJ) Bandung mempunyai tugas pokok dan tanggung jawab
unsur pelaksana cabang, yaitu :
1. Manager Cabang
Manager Cabang bertugas untuk mengelola dan melaksanakan
kegiatan

penjualan

tenaga

listrik,

pelayanan

pelanggan,

pengoperasian dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik di


wilayah kerjanya secara efisien sesuai tata kelola perusahaan yang
didukung oleh pelayanan, tingkat mutu dan keandalan pasokan yang
baik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan serta melakukan
pembinaan dan pemberdayaan unit asuhan di bawahnya.
2. Bagian Distribusi
Bagian Distribusi ini mengkoordinasikan perencanaan, pengoperasian
dan pemeliharaan sarana pendistribusian tenaga listrik yang efektif
dan efisien dengan kualitas serta keandalan yang baik menerapkan
tata kelola perusahaan yang baik.

34

Bagian distribusi ini mempunyai sub bagian yaitu:


a. Sub Bagian Distribusi
Sub Bagian Distribusi ini melaksanakan pengoperasian sistem
pendistribusian tenaga listrik dan penertiban jaringan distribusi
tenaga listrik kepada pelanggan.
b. Sub Bagian Pemeliharaan Distribusi
Sub

Bagian

Pemeliharaan

Distribusi

ini

melaksanakan

pemeliharaan jaringan distribusi dan penerapan alat pembatas dan


pengukur (APP) rangkaian sambungan untuk pelanggan.
3. Bagian Pemasaran
Tugas Bagian Pemasaran ini melaksanakan kegiatan penyusunan
prakiraan

kebutuhan

tenaga

listrik,

penjualan

tenaga

listrik,

penyuluhan dan survei data pelanggan tenaga listrik di wilayah


kerjanya. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut
butir 2 di atas, Bagian Pemasaran mempunyai fungsi untuk:
a. melakukan penyusunan rencana penjualan tenaga listrik dan
langkah pencapaiannya,
b. melaksanakan penyuluhan dan pemberian informasi tentang
ketenagalistrikan

dan

prosedur

pelayanan

kepada

calon

pelanggan/pelanggan/masyarakat,
c. melaksanakan pembinaan forum komunikasi dengan pelanggan
tenaga listrik di wilayah kerjanya, dan

35

d. merencanakan

pengembangan

dan

pembinaan

sarana

pembayaran rekening listrik (Payment Point).


4. Bagian Komersial
Bagian Komersial bertugas untuk melakukan upaya pencapaian
pendapatan, penyelamatan pendapatan dari penjualan tenaga listrik
dan

melaksanakan

kebijakan

penjualan

tenaga

listrik

serta

menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Pada bagian komersial


mempunyai sub bagian yaitu ;
a. Sub Bagian Pembacaan Meter ;
Sub Bagian Pembacaan Meter bertugas untuk melaksanakan
pembacaan stand KWh meter, sebagai dasar proses pembuatan
rekening dan melaksanakan pengawasan pelaksanaan pembacaan
meter yang dilakukan oleh pihak Out Sourching.
b. Sub Bagian Tata Usaha Langganan ;
Sub Bagian Tata Usaha Langganan bertanggungjawab untuk
melaksanakan kegiatan administrasi tata usaha langganan meliputi,
pelayanan pelanggan, administrasi langganan, penagihan dan
kegiatan pemutusan dan penyambungan.
c. Sub Bagian Sistem Informasi ;
Sub

Bagian

Sistem

Informasi

ini

melaksanakan

kegiatan

perencanaan, pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi


teknologi informasi dalam rangka menunjang pelayanan penjualan
tenaga listrik.

36

5. Bagian Keuangan
Bagian Keuangan ini merupakan bagian yang mengkoordinasikan
penyelenggaraan pengelolaan anggaran, keuangan, perpajakan, dan
asuransi sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen dan membuat
laporan keuangan dan akuntansi yang akurat dan tepat waktu. Pada
bagian keuangan mempunyai sub bagian yaitu:
a. Sub Pengendalian Anggaran dan Keuangan
Sub Pengendalian Anggaran dan Keuangan menyusun rencana
kerja dan anggarannya serta melaksanakan pengelolaan dana dan
luar kas.
b. Sub Bagian Pengendalian Pendapatan
Sub Bagian Pengendalian Pendapatan melaksanakan pemantauan
anggaran belanja dan pendapatan cabang, pengurusan asuransi
dan pencatatan pajak perusahaan.
c. Sub Bagian Akuntansi
Sub Bagian Akuntansi melaksanakan pencatatan semua transaksi,
aktiva lancar, aktiva tetap, PDP, kas dan Bank serta inventarisasi
aktiva tersebut di atas sesuai dengan standar akuntansi keuangan
dan kebijakan direksi.
6. Bagian SDM dan Administrasi
Bagian

SDM

dan

Administrasi

melaksanakan

pengelolaan

kepegawaian, kesekretariatan, perbekalan dan keamanan. Pada


bagian SDM dan administrasi mempunyai sub bagian yaitu:

37

a. Sub Bagian Sumber Daya Manusia


Sub Bagian Sumber Daya Manusia melaksanakan kegiatan
perencanaan pengurusan sumber daya manusia.
b. Sub Bagian Sekretariat
Sub Bagian Sekretariat melaksanakan tata usaha kesekretariatan
dan pengurusan rumah tangga serta keamanan lingkungan kerja.
c. Sub Bagian Perbekalan
Sub Bagian Perbekalan melaksanakan kegiatan bidang perbekalan
meliputi rencana persediaan, pengadaan dan penyimpangan
barang/material, alat tulis kantor dan administrasi perbekalan.
d. Sub Bagian Tata Usaha Langganan
Sub Bagian Tata Usaha Langganan bertanggungjawab untuk
melaksanakan kegiatan administrasi tata usaha langganan meliputi,
pelayanan pelanggan, administrasi langganan, penagihan dan
kegiatan pemutusan dan penyambungan.

Organisasi Perusahaan dan Front Liner


Organisasi PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten sebagai Kantor
Induk dipimpin oleh seorang General Manager. Pada jenjang berikutnya
dibawah General Manager ada 6 (enam) Manajer Bidang, yaitu:

Manajer Bidang Perencanaan

Manajer Bidang Niaga

Manajer Bidang Distribusi

38

Manajer Bidang Keuangan

Manajer Bidang SDM dan Organisasi

Manajer Bidang Komunikasi, Hukum dan Administrasi


Masih berada dibawah General Manager terdapat jabatan setara

Manajer Bidang, yaitu:

Kepala Auditor Internal


Sementara itu, secara operasional untuk melayani pelanggan yang

tersebar diseluruh Jawa Barat dan Banten, kami memiliki 17 kantor Area
Pelayanan dan Jaringan (APJ) dan 1 Kantor Area Pengatur Distribusi
(APD).
Kantor

APJ

mendistribusikan

memikul

tenaga

tanggung

listrik,

melayani

jawab

operasional

pelanggan

dan

untuk
penjaga

keandalan pasokan listrik di masing-masing wilayah pengusahaannya.


Sedangkan kantor APD memegang tanggung jawab untuk mengendalikan
dan mengatur pasokan listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik pelanggan
dan masyarakat khususnya diwilayah Bandung Raya.

B. Jenis-Jenis Pelayanan PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan


Jaringan (APJ) Bandung
-

Layanan Kelistrikan :

Komitmen Untuk Memberikan Yang Terbaik Bagi Masyarakat


Sebagai perusahaan yang telah puluhan tahun berkecimpung
dalam pendistribusian tenaga listrik, menempati kami menjadi perusahaan

39

yang memiliki pengalaman, kompetensi dan keahlian dalam melayani


kebutuhan listrik masyarakat. Berbekal pengalaman, kompetensi dan
keahlian serta infrastruktur kelistrikan yang telah menjangkau hingga ke
pelosok pedesaan, membuat kami selalu siap dalam melayani pelanggan
dan masyarakat.
Dengan dukungan sekitar 4000 Sumber Daya Manusia yang
memiliki

keterampilan

dan

kompetensi

pada

bidangnya,

kami

dibutuhkan

Oleh

menghadirkan pelayanan kelistrikan seperti :

Penyambungan Baru, Penambahan Daya

Penanganan Gangguan, Pembacaan Meter

Pembayaran Rekening Listrik

Dan

Layanan

Kelistrikan

Lainnya

Yang

Masyarakat
Dilandasi oleh suatu kesadaran, bahwa sudah menjadi tugas dan
kewajiban kami untuk memberikan kualitas pelayanan kelistrikan yang
terbaik bagi pelanggan dan masyarakat luas mendorong kami untuk terus
berkreasi, dan inovasi-inovasi produk layanan kelistrikan terbaru dengan
berbasis pada kemajuan teknologi untuk menghasilkan kualitas layanan
kelistrikan

yang

diharapkan

mampu

memenuhi

tingkat

pelanggan.
Inovasi Layanan Kelistrikan

Menghadirkan Layanan Berbasis Kemajuan Teknologi

kepuasan

40

Penggunaan KWH Meter Digital dengan sistem Automatic Meter


Reading (AMR)
Peralatan

ini

diperuntukan

bagi

pelanggan

industri

yang

memungkinkan adanya sistem pencatatan pemakaian listrik jarak


jauh, sekaligus mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran
penggunaan tenaga listrik.
-

Penerapan Costumer Informasi sistem (CIS) dan Geographical


Information system (GIS)
CIS dan GIS memberikan informasi yang terpadu sehingga mampu
memberikan kemudahan, akurasi, dan kecepatan dalam melayani
pelanggan.

Penggunaan Portable Data Terminal (PDT)


Sebagai

alat

pembacaan

meter

elektronik

yang

mampu

memberikan hasil pembacaan meter pelanggan dengan tingkat


akurasi yang lebih tepat.
-

Tim Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB)


Didukung oleh penggunaan teknologi modern dan SDM yang andal
serta memiliki kompetensi pada bidang tugasnya, Tim PDKB
melaksanakan pekerjaan pemeliharaan di sisi Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) tanpa harus dilakukan pemadaman.

Akses Informasi Kelistrikan dan Layanan Pembayaran Tagihan


Lebih Bebas, Lebih Mudah dan Lebih Nyaman
o

Layanan PRAQTIS

41

Kantor Pos, Alternatif Pembayaran Tagihan

Layanan Informasi SMS 8123 dan Website

PT. PLN (Persero) dalam melaksanakan hak informasi konsumen


dilakukan dengan beberapa jalan:
1. Mendatangi langsung kantor PLN dan membuat laporan pengaduan
tentang gangguan yang dialami oleh pelanggan dengan mengisi
formulir pengaduan pelanggan yang telah disediakan oleh petugas.
2. Melalui jalur online dengan menggunakan pesawat telepon dengan
nomor 123 atau sekarang ini PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan
Jaringan (APJ) Bandung telah membuat suatu akses baru yang bisa
digunakan konsumen yaitu melalui website dari PT. PLN (Persero)
Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Bandung. Dalam hal ini
konsumen bisa mengakses website PT. PLN (Persero) Area
Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Bandung Pusat yaitu melalui situs di
http://www.pln.co.id. Konsumen dapat mengetahui informasi tentang
PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Bandung dan
juga dapat mengajukan keluhannya langsung ke website tersebut.

42

BAB IV
KESIMPULAN
Kurangnya perlindungan hak-hak konsumen listrik adalah disebabkab
karena kurangnya akses informasi dari PLN terhadap konsumen. Dapat
dikatakan bahwa PLN belum berhasil memberdayakan konsumen,
konsumen nyaris tidak merasakan apa yang dialami PLN. Misalnya
menyangkut pemadaman bergilir. Hal itu dilakukan karena adanya krisis
pasokan energi listrik. Semestinya PLN menjelaskan secara jernih dan
menyeluruh tentang permasalahan konkrit yang dihadapinya, sehingga
konsumen dapat merasakan kesulitan yang dialami oleh PLN. Hal ini
terkait dengan hak atas informasi sebagaimana yang dijamin dalam
Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Keterbatasan penyediaan
pasokan arus listrik dari PT PLN kepada konsumen/pelanggan dengan
pemakaian lebih banyak sedangkan pasokan terbatas atau tidak
seimbang maka pemadaman listrik sering terjadi atau pemadaman bergilir
antara satu daerah dengan daerah yang lain dan penyediaan pasokan
arus listrik untuk wilayah Kota Bandung.
Hukum Perlindungan Konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihakpihak yang mengadakan hubungan hukum dan/atau bermasalah dalam
masyarakat itu tidak seimbang, sedangkan hukum konsumen berperan
pada hubungan dan masalah yang para pihak berimbang dalam
kedudukan sosial ekonomis, daya saing maupun tingkat pendidikan.
Perlindungan hukum yang diterima oleh konsumen terhadap pelayanan

43

PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan (APJ) Bandung yaitu
beberapa kasus konsumen ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
(YLKI) diselesaikan melalui beberapa jalur, misalnya: meminta keterangan
dari PLN melalui surat yang biasanya melalui surat ini, beberapa kasus
bisa diselesaikan tanpa harus melalui jalur hukum lebih lanjut. Jika
penyelesaian melalui jalur ini tidak dapat menyelesaikan kasus,
selanjutnya YLKI akan melakukan mediasi dengan mempertemukan
kedua belah pihak. Jika tidak dapat menyelesaikan permasalahan,
jalurnya adalah lembaga peradilan yang berlaku atau melalui sengketa di
luar pengadilan yakni Badan penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).
Upaya Mengatasi Hambatan Dalam mengatasi hambatan konsumen
listrik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Menyediakan tenaga listrik terus menerus/berkesenambungan dan
memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada konsumen serta
memperhatikan

keselamatan

kerja

dan keselamatan

umum.

Peraturan pemerintah nomor 3 tahun 2005 ditegaskan yang


menjadi hak dan kewajiban masyarakat dalam pemanfaatan tenaga
listrik yang diatur oleh peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1989
yang tidak dirubah oleh peraturan pemerintah tetap berlaku,
b. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan
harus direvisi sebab Undang-undang tersebut diatas tidak memihak
kepada konsumen dan posisi konsumen lemah.

44

c. Pemerintah daerah Kota Bandung harus berupaya membentuk


wadah hukum untuk perlindungan konsumen bila pihak pelaku
usaha tidak memenuhi kebutuhan konsumen dan konsumen dapat
melapor ke Badan Perlindungan Konsumen atau sejenisnya.

Anda mungkin juga menyukai