Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Armada perkapalan yang semakin maju dari waktu ke waktu ternyata
juga membawa permasalahan baru, sama seperti semua jenis kemajuan
teknologi mengakibatkan efek samping, termasuk dengan meningkatnya
jumlah armada perkapalan.
Setelah pengoperasian kapal-kapal ternyata membawa permasalahan
baru, fenomena pencemaran minyak mulai muncul. Maka dibutuhkan
peraturan-peraturan yang mengatur pencegahan dan pembatasan hal-hal yang
berkaitan dengan tumpahan minyak.
Setelah terbentuk International Maritime Organization (IMO) dalam
badan United Nation (PBB) pada tahun 1998, usaha membuat peraturanperaturan itu muncul tetapi masih ditentang banyak pihak. Tahun 1959 di
Inggris lahir oil pollution convention untuk mencegah pembuangan
campuran minyak dari pengoperasian kapal tanker dan kamar mesin kapal
lainnya, diamandemen tahun 1962 dan 1969. Jadi, sebelum tahun 1970
pengaturan permasalahan marine pollution baru pada tingkat prosedur
pengoperasian.
PREVENTATION
DRILL
DALAM
UPAYA
B. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan-permasalahan yang timbul disini terjadi selama kegiatan
operasional kapal, yang tentu sebagai operatornya adalah kru MT.
BANDONDARI.
Kapal ini dapat menjadi cermin juga untuk kapal-kapal lain pada
umumnya karena semua kapal juga melakukan kegiatan operasional yang
sama.
Sehingga permasalahan yang terjadi.
1. Mengapa penanganan tumpahan minyak pada saat kegiatan operasional di
atas kapal MT. BANDONDARI tidak optimal ?
2. Bagaimana sistem pelatihan penanganan pencegahan tumpahan minyak
yang seharusnya diterapkan di atas kapal MT. BANDONDARI ?
C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam hal ini penulis membatasi masalah pada peranan dari latihan
penanganan tumpahan minyak untuk mencegah terjadinya pencemaran
minyak di laut pada saat kegiatan operasional di atas kapal MT.
BANDONDARI.
D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini.
1. Secara Umum
Untuk melengkapi dan memenuhi sebagian persyaratan akademika
guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan di Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang.
2. Secara Khusus
a. Untuk mengetahui mengapa penanganan tumpahan minyak pada saat
kegiatan operasional di atas kapal MT. BANDONDARI tidak optimal
b. Untuk mengetahui bagaimanakah sistem pelatihan dan penanganan
pencegahan tumpahan minyak yang seharusnya dilakukan, sesuai
dengan prosedur yang ada di atas kapal MT. BANDONDARI.
E. MANFAAT PENELITAIN
Manfaat yang dapat penulis ambil dalam penelitian ini.
1. Untuk menambah kemampuan dan kesiapan kru kapal dalam menghadapi
keadaan darurat penanganan tumpahan minyak di atas kapal, baik pada
saat latihan maupun saat menghadapi keadaan yang sebenarnya.
2. Penulis dapat memperdalam pengetahuan di bidang penanganan
operasional kapal dengan benar, sehingga dapat mencegah terjadinya
tumpahan minyak.
3. Untuk mengetahui sebab dan akibat yang dapat terjadi karena penanganan
tumpahan minyak di atas kapal yang tidak optimal.
4. Menambah perbendaharaan karya ilmiah di kalangan Taruna Politeknik
Pelayaran Semarang, khususnya jangkar Nautika.
5. Memberi sumbangan pemikiran kepada masyarakat pelaut pada umumnya
dan dunia pendidikan pada khususnya.
5. Lingkup Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode praktis
kualitatif
dengan
jenis
deskriptif
dan
menggunakan
pendekatan
observasional analitis.
G. HIPOTESA PENELITIAN
Beberapa hipotesis yang penulis ambil untuk dijabarkan nantinya dalam
analisa data hasil penelitian merupakan rangkuman penulis terhadap
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
1. Shipboard Oil Pollution Emergency Plan (SOPEP) mempunyai peranan
besar dalam pencegahan dan prosedur tata cara penanganan tumpahan
minyak secara benar.
2. Latihan-latihan tumpahan minyak akan meningkatkan keterampilan dan
kesiapan kru dalam menghadapi keadaan sebenarnya.
3. Kru kapal MT. BANDONDARI yang merupakan operator dalam
menghadapi keadaan-keadaan darurat khususnya tumpahan minyak di
kapal sangat tergantung pada pengalaman dan tingkat kemampuan
individu masing-masing kru.
4. Di
10
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk Memperjelas gambaran tentang skripsi ini, penulis bagi dalam 5
(lima) bab. Secara deskriptif sistematis, tiap bab terdiri dari sub-sub bab yang
menjelaskan komponen permasalahan yang menjadi tema penelitian ini.
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup
penelitian,
hipotesis
penelitian
dan
sistematika
penelitian,
dilanjutkan dengan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan tentang :
A. Maksud dan tujuan diadakan penanganan terhadap tumpahan
minyak di kapal, sumber-sumber pencemaran, bahan-bahan
pencemaran, dan sebab-sebab terjadinya tumpahan minyak di
atas kapal.
B. Menjelaskan tentang cara mencegah pencemaran, pembersihan
tumpahan minyak dan peralatan operasional, dilanjutkan dengan.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang metode pendekatan, spesifikasi
penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, obyek
penelitian, metode analisa data / obyek penelitian, metode analisa
data / tahap-tahap penelitian dan metode penarikan kesimpulan,
dilanjutkan dengan.
11
12
BAB II
LANDASAN TEORI
a)
KAJIAN PUSTAKA
Pemikiran untuk meningkatkan jaminan keselamatan hidup di laut
dimulai sejak 1914, karena saat itu mulai dirasakan bertambahnya banyak
kecelakaan kapal yang menelan banyak korban jiwa dimana-mana. SOLAS
(Safety of Life At Sea) merupakan peraturan yang mengatur keselamatan
paling utama.Tahap awal dari peraturan ini dengan memfokuskan pada
peraturan kelengkapan navigasi, kekedapan dinding penyekat kapal serta
peralatan komunikasi, kemudian berkembang ke konstruksi dan peralatan
lainya. Peraturan-peraturan di dalam SOLAS mengalami penyempurnaan
pada tahun 1974, konvensi baru SOLAS dengan prosedur baru bahwa setiap
amandementdi berlakukan sesuai target yang ditentukan.
Acmad Wahyudiono (1994 : 16) dijelaskan dalam bukunya tentang
Peraturan Keselamatan Playaran dan Pencegahan Pencemaran. Fenomena
pencemaran laut mulai muncul sejak tiga tahun diluncurkanya kapal
pengangkut minyak pertama GLUCKAUF pada tahun 1885 dan
penggunaan mesin diesel sebagai penggerak utama kapal tiga tahun
kemudian. Sebelum perang diunia kedau sudah ada usaha-usaha untuk
membuat peraturan-peraturan mengenai pencegahan dan penaggulangan
pencemaran laut oleh minyak. Akan tetapi baru terpikirkan setelah terbentuk
International Maritime Organitation ( IMO ) dalam Badan Perserikatan
13
Bangsa-bangsa (PBB) pada tahun 1984. Namun demikianpada saat itu usaha
untuk membuat peraturan yang dapat dipatuhi oeh semua pihak dalam
organisasi tersebut masih ditentang oleh banyak pihak. Baru pada tahun
1954atas prakarsa dan pengorganisasianyang dilakukan oleh pemerintah
Inggris (UK), lahirlah Oil Pollution Convention yang mencari cara
untuk mencegah pembuangan minyak daripengoperasian kapal tanker dan
dari kamar mesin. Cara tersebut dilakukan dengan.
1. Lokasi tempat pembuangan minyak atau campuran air dan minyak yang
melebihi 100ppm diperluas sejauh 15 nautical mile dari pantai.
2. Negara anggota diharuskan menyediakan fasilitas penampungan di darat
guna menampung campuran air dan minyak.
Kemudian
disusul
amandement
1962
dan
1969
untuk
14
6. Annex VI
15
Convention
Standart
of
Training
Certification
and
16
kandasnya kapal tanker Showa Maru sebagai akibat dari rentetan tindakantindakan Nakhoda yang kurang bijaksana seperti hal-hal berikut :
1) Kelalaian untuk memplot posisi kapal secara terus menerus guna
mengetahui apakah kapal sudah berlayar pada trok yang telah
direncanakan semula sesuai rancangan pelayaran.
2) Kelalaian untuk memeriksa kembali posisi dengan memakai alat-alat
pedoman yang ada.
3) Kepercayaan untuk terlalu mempercayai terhadap alat bantu navigasi
elektronik sedangkan pada daerah pelayaran terdapat banyak titik
baringan yang dapat dipakai.
4) Kelalalainnya untuk tidak menyuruh perwira navigasi lain yang tugas
berada di anjungan untuk mengadakan baringan ulang.
5) Kelalaiannya untuk tidak mempelajari sifat-sifat dan periode dari suarsuar sebelum dibaring untuk dapat membedakan suar satu dengan yang
lain.
6) Kelalaiannya untuk tidak memakai alat Rorem & Doppler Sonar kg.
17
b)
KERANGKA PIKIR
Pencemaran minyak
Personil
Prosedur
Peralatan
Pembekalan
semua
awak kapal dengan
pelatihan seperti TFC,
OT, CT, GT dan lainlain sesuai standar
SCTW
Melakukan penanganan
sumpahan minyak sesuai
dengan
klasifikasi
tumpahan minyak dalam
MARPOL 73/78
Pengecekan
peralatan
yang ada di atas kapal
harus sesuai dengan
MARPOL 73/78
Memberikan pengarahan
informasi tentang tata
cara
/
prosedur
penanganan tumpahan
minyak
Pengenalan
kepada
semua
awak
kapal
tentang fungsi dan cara
penggunannya
18
PROSEDUR
PERSONIL
PERALATAN
Apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak ada, maka dengan
sendiranya operasi penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak tidak
dapat terlaksana.
Tahap pertama yang harus dilakukan dalam urutan penyusunan skripsi
ini adalah.
1.
Personil
Memberikan pembekalan kepada semua awak kapal dengan pelatihanpelatihan diklat ketrampilan sesuai STCW, seperti : TFC (Tanker
Familiarization Certificate), OTTP (Oil Tanker Trainning Program), CT
(Chemikal Tanker), GT (Gas Tanker), dan laenya.
2.
Prosedur
Prosedur dan cara-cara dalam penanganan tumpahan minyakyang sering
dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ada. Prosedur tetap
(Protap) penanggulangan tumpahan minyak.
19
diperlukan
bantuan
Tim
Operasi
Penanggulangan.
c) Tumpahan besar adalah tumpahan minyak tidak dapat diatasi
oleh Tim Operasi Penanggulangan setempat dan diperlukan
bantuan dari luar.
2) Pihak kapal
a) Jika terjadi tumpahan minyak di dek harus segera dibersihkan
dan diusahakan agar tidak ada yang mengakir ke perairan atau
jatuh kelaut.
b) Jika terjadi tumpahan minyak dari kapal ke perairan, mualim jaga
harus segera melaporkan kepada petugas terminal. Sementara itru
mengusahakan mengatasinya dengan sarana yang tersedia.
c) Setiap petugas kapal yang melihat adanya lapisan minyak
disekitar kapalnya harus segera melaporkan secara lisan kepada
petugas terminal atau Pejabat pelabuhan setempat, kemudian
disusul dengan laporan secara tertulis.
20
3.
Peralatan
Peralatan pencegahan pencemaran tumpahan minyak yang ada diatas
kapal harus sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu MRPOL
1973/1978
Tahap yang kedua adalah melakukan seleksi terhadap kru kapal yang
21
c)
DEFINISI
1. Pencemaran Lingkungan
Dalam Undang-undang No. 4 tahun 1982 dinyatakan batasan dari
Pencemaran lingkungan yaitu maksudnya atau dimasukannya makhluk
hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau
perubahan tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam,
sehingga
kualitas
lingkungan
sampai
ketingkat
tertentu
yang
pencemaran
laut
disini
adalah
masuknya
atau
22
bekas pakai yang relatif tidak banyak seperti misalnya pencucian tanki
(burker tank washing) atau yang lebih serius, pembersihan secara
menyeluruh atau sebagian lantai muatan dari kapal-kapal tanki tersebut.
Sifat kedua yaitu pencemaran laut yang terpaksa, disebabkan antara lain oleh
peristiwa tabrakan kapal, terdampar dan karena kebocoran-kebocoran pada
instalasi di tempat exploitasi & sumber kekayaan alam dipantai oleh daerah
lepas pantai.
Menurut IMO (1987 : 297) pencemaran laut diberikan batasan
sebagai berikut : Marine Pollution has been defined as the introduction by
man, directly or indirectly of substance or energi into the marine
environment (including estuaries) resulting in such dileterious effect to
marine activities, including fishing, inpairment qualilty of sea water and
reduction of a menities.
Berdasarkan MARPOL 73/78 dan Turiman Mijaya (2004 : 96)
sebagai berikut :
b) Minyak (Oil) adalah minyak tanah, dalam segala bentuk termasuk
minyak mentah, bahan bakar minyak, endapan, minyak sisa dan produk
sulingan dan selain petrokimia tertentu.
c) Minyak mentah (Crude Oil) adalah setiap campuran hidrokarbon cair
yang terjadi secara alamiah didalam bumi apakah diberikan pengolahan
atau tidak yang sesuai untuk diangkut.
23
d) Bahan Bakar Minyak (Fuel Oil) adalah setiap minyak yang digunakan
sebagai bahan bakar tenaga penggerak atau permesinan bantu dari kapal
dimana minyak seperti itu di angkut.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
), maupun
dari
para
mualim
dalam
memperlancar
B.
METODE PENELITIAN
Metode yang dilaksanakan oleh penulis dalam penelitian ini
merupakan studi penelitian bersifat kualitatif dengan pendekatan masalah
abservational analitis, dimana dilakukan observasi yang terjadi selama
21
25
26
C.
OBJEK PENELITIAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengambil objek penelitian antara
lain dari.
1. NAHKODA DAN CHIEF OFFICER
Nahkoda adalah sebagai pemimpin tertinggi di atas kapal pada
umumnya dan deck department pada khususnya dan juga sebagai
penanggungjawab manajemen di atas kapal. Selain itu segala sesuatu
yang harus dikerjakan di atas kapal harus melalui persetujuan dari
nahkoda. Penulis juga banyak mendapat pengetahuan yang berkenaan
dengan
2. ENGINEER
Chief Engineer sebagai kepala kerja untuk bagian mesin antara lain
membimbing dan mengkoordinir kerja harian dari anak buah kapal.
Disampisang tanggungjawab dalam penanganan pengisian bahan bakar.
3. ANAK BUAH KAPAL
Dalam hal ini adalah anak buah kapal bagian mesin oleh karena itu
setiap individu harus mempunyai kesadaran dan kedisiplinan serta
tanggungjawab yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya masingmasing.
27
D. SUMBER DATA
Berdasarkan
DATA SEKUNDER
Data sekunder yang diperoleh melalui studi dalam tata peraturan
dan prosedur yang sesuai dengan peraturan. Data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh melalui buku-buku dan arsip peraturan baik
internasional maupun nasional yang menunjang serta dari manual-manual
di
atas
kapal
yang
berkaitan.
Dalam
hal
ini
manual
dari
28
29
a. Metode Wawancara
Wawancara merupakan proses Tanya jawab secara lisan yang
dilakukan seseorng saling berhubungan dan saling menerima serta
memberikan informasi. Wawancara sebagai alat pengumpulan data
menghendaki adanya komunikasi langsung antara penelitian dengan
sasaran penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara
dengan mualim I, boatswain, pump man serta kru kapal yang lain.
b. Metode Observasi
Teknik
observasi
digunakan
dengan
maksud
untuk
tumpahan minyak.
2. STUDI DOKUMENTASI DAN KEPUSTAKAAN
Cara mendapat atau mengumpulkan data sekunder dengan jalan
mempelajari teori-teori dari buku-buku, dokumen-dokumen kapal serta
prosedur-prosedur yang berkaitan dengan pokok masalah yang diteliti.
Untuk buku-buku dan peraturan-peraturan yang berlaku, dalam ruang
lingkup baik nasional maupun internasional.
30
G. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
1
TAHAP ORIENTASI
Penulis mencari gambaran penelitian secara umum, dengan melalui
sumber
bacaan
sebanyak-banyaknya
misalnya
melalui
peraturan-
31