Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Dimas Kurniawan
NIM : G3A 015 024
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG
A. Pengertian
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Menurut Suradi & Rita (2010), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau
cair.
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 2005).
Diare cair akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering
dan tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas. Akibat diare akut adalah
dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare.
B. Klasifikasi Diare
KLASIFIKASI
Gejala/tanda
Ringan (<3% BB
turun)
Keadaan umum
Anxietas
Letargi/tidak sadar
Denyut jantung
Normal
Sedikit meningkat
Takikardi atau
bradikardi
Kualitas denyut
Normal
Sedikit lemah
Lemah
hinggaimpalpable
Napas
Normal
Agak meningkat
Takipnea-hiperpnea
Mata
Normal
Cekung
Cekung
Fontanella
Normal
Agak cekung
Cekung
Air mata
Normal
Sedikit menurun
Tidak ada
Mukosa
Lembab
Agak kering
Sedang (3 9% BB
Berat (>9% BB turun)
turun)
KLASIFIKASI
Gejala/tanda
Ringan (<3% BB
turun)
Sedang (3 9% BB
Berat (>9% BB turun)
turun)
Rasa haus
Sangat haus
Tidak minum
Turgor kulit
Kembali cepat
Kembali lambat
(<2)
Capillary Refill
Time
< 2
Agak memanjang
Extremitas
Hangat
Dingin
Sianosis
C. Etiologi
Menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa
faktor yaitu :
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
a. Infeksi bakteri : Vibrio, E.colli, Salomnella, Shigella, Campylobacter ,
Yersinia , Aeromonas , dan sebagainya.
b. Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie , Poliomyelitis),
Adeno-virus , Rotavirus , Astrovirus , dan lain-lain.
c. Infeksi parasit : cacing (Ascari, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);
Protozoa (Entamoeba Histolytica,
a. Faktor Malabsorpsi
1) Malabsorpsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose
dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa , fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (
intoleransi laktosa).
2) Malabsorpsi lemak
3) Malabsopsi protein
b. Faktor Makanan: makanan basi , beracun , alergi terhadap makanan.
c. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas
D. Patofisiologi
Makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Adanya
gangguan
motalitas
usus,
terjadinya
hiperperistaltik
akan
bakteri
timbul
berlebihan
yang
selanjutnya
dapat
usus
setelah
berhasil
melewati
rintangan
asam
lambung,
E. Pathways
Faktor Infeksi
Faktor Malabsorbsi
KH, Lemak, Protein
Faktor Makanan
Faktor Psikologi
Masuk &
berkembang
dalam usus
Tekanan osmotic
meningkat
Toksin tidak
dapat diserap
CEMAS
Hiperperistaltik
DIARE
Frekuensi BAB
meningkat
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
Distensi abdomen
Integritas kulit
perianal
Asidosis
metabolik
Nafsu makan
menurun
Sesak
BB menurun
Gangguan oksigenasi
Ketidakseimbangan
nutrisi
F. Manifestasi Klinis
1. Pasien cengeng, gelisah, Suhu tubuh meningkat, nafsu makan tidak ada
2. Timbul diare, tinja cair, kadang-kadang disertai lendir dan darah.
3. Anus dan sekitarnya lecet karena sering defekasi
4. Timbul muntah
5. Bila pasien kehilangan cairan dan elektrolit yang banyak, akan nampak :
a. BB menurun
b. Turgor berkurang
c. Pada bayi ubun-ubun besar dan mata cekung
d. Selaput lendir bibir dan mulut kering
e. Kulit tampak kering
G. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare
2. Renjatan hipovolemik
Pada dehidrasi berat menyebabkan volume darah berkurang sehingga
terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala nadi cepat dan lemah, pasien
sangat lemah dan kesadaran menurun.
3. Hipokalemia
Hipokalemia ditandai dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram.
4. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering
pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan
adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika
kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada
anak-anak.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Tinja
Adanya lendir berarti rangsangan atau radang dinding usus, adanya darah
dapat menjadi petunjuk lokasi perdarahan
2. Laboratorium
a. Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
b. Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
c. AGD : asidosis metabolic (Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun)
d. Faal ginjal : Peningkatan Ureum dan Kreatinin
3. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemonia
I. Penatalaksanaan Diare
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan : jenis cara pemberian, dan jumlah pemberian dengan
memperhatikan derajat dehidrasi dan keadaan umum
a. Cairan Peroral :
1) Dehidrasi ringan dan sedang : Naol, NaHCO3, Kcl, Glukosa, biasa
berupa Oralit.
2) Untuk pengobatan sementara sebelum ke rumah sakit dan
mencegah dehidrasi lebih jauh
b. Cairan Parenteral :
1) Jumlah cairan
Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan
cara/rumus:
a) Metode Pierce:
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
Diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
b) Metode Perbandingan BB dan Umur
BB
(kg)
Umur
PWL
NWL
CWL
Total
Kehilangan
Cairan
<3
3-10
1015
1525
< 1 bln
1 bln-2
thn
2-5 thn
5-10 thn
150
125
100
080
125
100
080
025
25
25
25
25
300
250
205
130
Keterangan:
PWL
d) Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt
(infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit
(set infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit
(set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit atau
intragastrik.
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15
kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya: 10 ml/kg BB/jam atau 3 tetes/kg
BB/menit (1 ml=15 tetes) atau 4 tetes/kg BB/menit (1
ml=20 tetes)
16 jam berikutnya: 125 ml/kg BB oralit per oral atau
intragastrik.
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25
kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt
(1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral atau anak
tidak mau minum dapat diberikan DG aa intravena 1
tetes/kg BB/ menit (1 m= 15 tetes) atau 1 tetes/kg
BB/ menit (set 1 ml= 20 tetes)
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, ait tajin,
tepung beras dan sebagainya)
Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:
a. Obat anti sekresi
1) Asetosal dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg.
2) Klorpromazin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.
a) Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
b) Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)
J. Pencegahan
1. Mencegah berkembang baiknya lalat dengan menghilangkan sarang-
aman
3. Memelihara kebersihan rumah dan pekarangan
4. Cuci tangan setelah buang air besar atau membersihkan tinja, sebelum
A. Pengkajian
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia, ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat
dari pola makan dan perawatannya.
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah
mengalami
diare
sebelumnya,
pemakian
antibiotik
atau
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/
24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan
kemudian menerima.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan skunder
terhadap diare
2. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia
4. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
skunder terhadap diare
5. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekuensi diare
C. Intervensi Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan skunder
terhadap diare
Tujuan : keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan secara
maksimal
NOC : Fluid Status
Kriteria hasil :
a. Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR :
40-60 x/mnt )
b. Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong,
UUB tidak cekung
c. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
NIC : Fluid Balance
Intervensi :
a. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Rasional
Penurunan
sirkulasi
volume
cairan
menyebabkan
Menurunkan
tegangan
permukaan
abdomen
dan
mengurangi nyeri.
c. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti
masase punggung dan kompres hangat abdomen
Rasional : Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian
kliendan meningkatkan kemampuan koping.
d. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai
indikasi
Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk
menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
b. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
Rasional : Situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan
c. Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet
Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
d. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi.
Rasional : Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/
mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut.
: Risk control
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
b. Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
NIC: Temperature Regulation
Intervensi :
a. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh (
adanya infeksi)
b. Berikan kompres hangat
Rasional : merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan
produksi panas tubuh
c. Kolaborasi pemberian antipirektik
Rasional : Merangsang pusat pengatur panas di otak
5. Resiko
gangguan
integritas
kulit
perianal
berhubungan
dengan
D. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan skunder
terhadap diare
a. Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR :
40-60 x/mnt
b. Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong,
UUB tidak cekung.
c. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
gangguan
integritas
kulit
perianal
berhubungan
dengan
DAFTAR PUSTAKA