Anda di halaman 1dari 6

Tripsin merupakan protease serin ditemukan dalam sistem pencernaan dari banyak vertebrata,

di mana hydrolyses protein. Tripsin yang diproduksi dalam pankreas sebagai tidak aktif
proenzyme trypsinogen. Terutama tripsin memotong peptida rantai di karboksil sisi asam
amino lisin atau arginin, kecuali bila diikuti dengan baik prolin. Ini digunakan untuk berbagai
bioteknologi proses. Proses ini biasanya disebut sebagai tripsin proteolisis atau trypsinisation
dan protein yang telah dicerna / diobati dengan tripsin dikatakan telah trypsinized.
Amilase adalah sebuah enzim yang memecah pati ke dalam gula. Amilase manusia
hadir dalam ludah, di mana ia memulai proses kimia pencernaan. Makanan yang mengandung
banyak pati tapi sedikit gula, seperti beras dan kentang, sedikit rasa manis karena mereka
mengunyah karena amilase berubah sebagian pati menjadi gula di dalam mulut. Tanaman dan
beberapa bakteri juga menghasilkan amilase. Sebagai diastase, amilase adalah enzim pertama
untuk ditemukan dan terisolasi (oleh Anselme Payen pada 1833). Semua amylases adalah
glycoside hydrolases dan bertindak atas -1, 4 - glikosidik obligasi. Akan mulai mengubah
sifat sesuatu benda di sekitar 60C.
Maltosa, atau gula malt, adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua unit glukosa
bergabung dengan (1 4) ikatan. Ini adalah anggota kedua biokimia penting serangkaian
rantai glukosa. Penambahan unit glukosa lain menghasilkan maltotriose; penambahan lebih
lanjut akan menghasilkan dekstrin (juga disebut maltodextrins) dan akhirnya pati (glukosa
polimer). Maltosa dapat dipecah menjadi dua molekul glukosa oleh hidrolisis.
Cilliata merupakan protista bersel satu yang permukaan tubuhnya ditumbuhi rambut
getar (silia). Bentuk tubuhnya tetap tidak berubah-ubah, oval dan hidup di tempat-tempat
yang berair misal: sawah, rawa, tanah berair dan banyak mengandung bahan organik. Sifat
hidup cilliata ada yang hidup bebas dan adapula yang parasit. Contoh cilliata yang hidup
bebas adalah Paramecium candatum dan yang hidup parasit adalah Nyctoterus ovalis yang
hidup di dalam usus kecoa adalah Balantidium coli yang parasit pada babi dan dapat
menyebabkan penyakit balantidiosis (disentri balantidium).
Dalam tubuh Paramecium memiliki dua macam inti (nucleus) yaitu inti kecil
(mikronukleus) dan inti besar (makronucleus). Di samping itu memiliki vakuola makanan
yang berfungsi untuk mencerna dan mengedarkan makanan, serta vakuola berdenyut yang
berguna untuk mengeluarkan sisa makanan.
Paramecium bergerak dengan menggetarkan silianya, yang bergerak melayang-layang
di dalam air. Hal ini akan terlihat jika menggunakan mikroskop. Sedangkan cara menangkap
makanan adalah dengan cara menggetarkan rambut (silianya), maka terjadi aliran air keluar

dan masuk mulut sel. Saat itulah bersamaan dengan air masuk bakteri bahan organik atau
hewan uniseluler lainnya.
Paramecium caudatum disebut pula sebagai hewan sandal, karena bentuk selnya
menyerupai telapak kaki. Pada permukaan sel yang melekuk terdapat mulut sel atau sitostom,
(cyto = sel, stoma = mulut). Di bagian luar sel terdapat pelikel, yang menyelubungi sel. Di
sebelah dalam membran sel terdapat sitoplasma dan inti. Hewan ini mempunyai dua macam
inti yaitu inti kecil atau mikronukleus dan inti besar atau makronukleus. Selain itu terdapat
pula vakuola makanan yang berfungsi untuk mencerna dan mengedarkan makanan dan
vakuola berdenyut yang berguna untuk mengeluarkan sisa makanan cair.
Paramecium lebih besar dari pada amoeba. Paramecium ini banyak ditemukan di
kolam dengan sampah di atasnya. Paramecium ini memiliki bentuk seperti sepatu.
Paramecium ini ditutupi dengan rambut-rambut kecil yang membantu itu bergerak. rambut ini
disebut silia. Paramecium dapat bergerak ke segala arah dengan silia.
Paramecium biasa memakan alga, tanaman, dll. Silia yang terdapat pada paramecium
mendorong makanan ke mulut. Makanan kemudian dimasukkan masukkan ke tabung kecil
yang disebut kerongkongan yang mengarah pada isian protoplasma atau sel. Makanan
diadakan di sel kecil yang disebut vakuola. Memiliki dua vakuola lain di kedua ujung
tubuhnya untuk membuang kelebihan air dan limbah. Seperti dengan amoeba, oksigen dan
karbon dioksida melewati membran sel paramecium.
Paramecium memiliki dua inti, yang besar dan kecil, Yang besar bekerja sebagai
direktur aktivitas sel, mirip otak kecil. Yang lebih kecil digunakan untuk reproduksi.
paramecium perpecahan di setengah (fisi) sama seperti amoeba tidak. Pertama inti yang lebih
kecil terbelah menjadi dua dan masing-masing setengah pergi ke kedua ujung paramecium.

Uji amilase
Pada uji amilase, digunakan ekstrak usus yang diteteskan di plat tetes kemudian
ditambahkan dengan lugol dan larutan kanji. Setiap dua menit dilihat perubahan warna yang
terjadi. Pada 2 menit pertama, baik ekstrak usus katak, usus ayam, usus sapi dan usus ikan
semuanya berwarna kebiruan. Pada menit berikutnya, mulai terjadi perubahan warna. Ekstrak
usus sapi lebih dahulu menjadi kuning, sedangkan yang paling akhir berubah warna menjadi
kuning adalah ekstrak usus ikan. Hal ini berarti bahwa, meskipun lamanya menjadi kuning
berbeda antara ke empat ekstrak usus tersebut, namun sudah menunjukkan bahwa usus-usus
tesebut sudah mengandung enzim amilase, sebab enzim amilase akan bekerja memecah

karbohidrat rantai panjang seperti amilum dan dekstrin, akan diurai menjadi molekul yang
lebih sederhana yaitu maltosa.
Dengan berubahnya warna menjadi berwarna kuning menandakan bahwa amilum
telah dipecah menjadi maltosa. Amilase dalam usus disekresikan oleh pankreas dan memutus
ikatan -1,4 glikosidik pada amilum/pati sehingga dihasilkan maltosa. Pada akhirnya terbentuk
sedikit endapan berwarna orange di dasar tabung. Endapan tersebut diindikasikan sebagai
hasil positif keberadaan enzim amilase pada usus halus ikan mas (Cyprinus carpio).
Uji tripsin
Pada uji tripsin, ekstrak usus sapi yang ditambahkan dengan tripsin dan putih telur
reaksinya dapat dilihat dari perubahan warna yang terjadi yaitu ketika diuji dengan tripsin
warna yang diperoleh adalah warna ungu tua ini menandakan bahwa pada usus sapi
mengandung enzim tripsin. Begitu juga pada usus ikan, usus katak, dan usus ayam juga
terjadi perubahan warna menjadi warna ungu bahwa pada usus sapi, ikan, katak, dan ayam
mengandung enzim tripsin. Enzim tripsin berasal dari tripsinogen yang diaktivasi oleh
enterokinase (yang disekresikan oleh sel mukosa usus). Tripsin akan memecah ikatan
pepetida yang berdekatan dengan asam amino basik diantara residu arginin dan lisin,
kimotripsin dapat diaktivasi oleh tripsin, dan selanjutnya akan memecah ikatan peptida yang
mengandung asam amino aromatik. Tripsin diproduksi dalam pankreas dalam bentuk tidak
aktif zymogen, trypsinogen. Bila pankreas dirangsang oleh cholecystokinin, itu kemudian
disekresi ke dalam usus kecil. Begitu tiba di usus kecil, enzim enteropeptidase mengaktifkan
tripsin oleh pembelahan proteolitik. Yang dihasilkan lebih trypsins sendiri mengaktifkan
trypsinogens (autocatalysis), sehingga hanya sejumlah kecil enteropeptidase diperlukan untuk
memulai reaksi.
Pembuktian Adanya Enzim Tripsin
Tripsin merupakan salah satu protease atau enzim yang menghidrolisis protein.
Menurut Winarno (1995) tripsin lebih banyak digunakan dalam bidang bidang kedokteran
daripada industri makanan. Tripsin merupakan endopeptidase yang bentuk inaktifnya disebut
tripsinogen. Tripsin bekerja optimum pada pH asam / 1,8 (1,2 - 2).
Pembuktian adanya enzim tripsin pada usus halus ikan mas ini diawali dengan
menyiapkan putih telur atau albumin yang telah diencerkan dengan aquadest. Setelah itu
putih telur dimasukkan ke dalam dua buah tabung reaksi dimana setiap tabung reaksi diisi 1
ml putih telur. Kemudian kedua tabung reaksi dipanaskan di atas api bunsen. Tujuan
pengenceran putih telur tadi akan terlihat pada saat pemanasan. Putih telur yang terlalu kental
akan memadat dan mengendap di dasar tabung dengan warna orange kecoklatan. Jika hal itu

terjadi maka proses hidrolisis albumin (putih telur) oleh enzim tripsin yang diindikasikan
terkandung dalam usus ikan mas akan berjalan sangat lama atau bahkan tidak berhasil.
Karena itulah dilakukan pengenceran dengan menggunakan aquadest. Penggunaan aquades
sendiri dimaksudkan untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi pada putih telur sehingga
tidak mengganggu proses hidrolisis protein oleh tripsin.
Setelah itu salah satu tabung ditambahkan 1 ml ekstrak usus halus sedangkan tabung
reaksi yang lain ditambahkan 1 ml aquadest. Tabung reaksi yang ditambahkan aquadest ini
digunakan sebagai kontrol perlakuan. Setelah didiamkan selama sepuluh menit masingmasing tabung reaksi ditetesi 2-4 tetes reagen biuret. Pengamatan yang didapat adalah
terbentuknya cincin ungu pada permukaan atas tabung reaksi (lihat gambar 4.2.) yang
ditambahkan ekstrak usus halus, sedangkan tabung reaksi yang berperan sebagai kontrol tidak
mengalami perubahan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada usus ikan mas terdapat pula
enzim tripsin yang berperan penting dalam memotong polipeptida protein menjadi ikatanikatan protein yang lebih kecil.
Untuk menguji adanya enzim maltosa dilakukan dengan menggunakan tes benedict
yaitu dengan cara menambahkan 1 ml larutan benedict kemudian dipanaskan, dan setelah
dipanaskan dilihat perubahan warna yang terjadi. Perubahan warna tersebut terjadi karena
gugus aldehid pada maltosa mereduksi tembaga alkalis sehingga membentuk kuprooksida
yang ditandai dengan berubahnya warna menjadi hijau, kuning atau merah. Terjadinya
perubahan warna menunjukkan bahwa pada ekstrak usus tadi mengandung maltosa. Maltosa
ini dapat dipecah menjadi dua molekul glukosa oleh hidrolisis. Sedangkan maltosa itu sendiri
diperoleh dari pemecahan amilum yang memiliki ikatan panjang glukosa. Maltosa memiliki
rumus molekul yang sama seperti sukrosa tetapi mengandung dua unit glukosa yang saling
mengikat
Uji cairan Empedu
Hampir semua lemak dalam suatu hidangan mencapai usus halus dalam kondisi
belum tercerna sepenuhnya. Hal ini merupakan masalah bagi sistem pencernaan karena
molekul lemak tidak larut dalam air. Akan tetapi, karena adanya garam-garam empedu yang
berasal dari kantung empedu, lemak dapat dihidrolisis oleh lipase dengan segera sehingga
dapat diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh. Kenyataan tersebut merupakan bukti bahwa
empedu memilki peranan penting paad sistem pencernaan, khususnya pencernaan lemak
(Campbell, 2004).

Untuk mengetahui pengaruh penting empedu terhadap lemak dilakukanlah pengujian


ini dimana empedu yang digunakan adalah empedu ayam, empedu ikan. empedu sapi. Setelah
macam-macam empedu hewan yang terera di atas ditemukan, isi dari empedu tersebut
dikeluarkan dengan cara menggunting permukaannya dan menuangkan isinya ke dalam
cawan petri.
Setelah itu, cairan empedu yang berwarna hijau dimasukkan ke dalam cwan petri
sebanyak 1 ml dan kemudian ditambahkan 1 ml aquadest sebagai pengencer sehingga
didapatkan larutan empedu sebanyak 2 ml pada tabung reaksi tersebut (tabung A). Sementara
itu, dimasukkan 2 ml aquades ke dalam tabung reaksi lain (tabung B) dimana tabung ini
digunakan sebagai kontrol pengamatan. Selanjutnya masing-masing tabung ditambahkan 2
ml minyak goreng yang dianggap sebagai sumber lemak pada praktikum ini.
Kedua

tabung

tersebut

kemudian

dikocok

dengan

kuat

dengan

maksud

menghomogenkan larutan yang ada di dalamnya karena sebelum pengocokan larutan di


semua tabung reaksi membentuk dua buah lapisan. Pada tabung A lapisan atas adalah minyak
dan lapisan bawah adalah cairan empedu, sedangkan pada botol B lapisan atas adalah minyak
dan lapisan bawah adalah aquadest.
Hasil yang terlihat setelah pengocokan adalah isi dari tabung A tidak lagi membentuk
dua lapisan, tetapi membentuk kompleks larutan dimana minyak tercampur oleh empedu.
Sedangkan pada tabung tidak terjadi perubahan apapun. Akan tetapi, meskipun isi tabung A
terlihat menyatu atau seperti larutan sebenarnya isi dari tabung A bukanlah suatu larutan,
melainkan hanya sebuah emulsi lemak yang prosesnya dinamakan emulsifikasi.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa emulsifikasi ini merupakan proses pelapisan
lemak untuk memperkecil ukuran lemak sehingga memiliki luas permukaan yang lebih besar.
Dengan luas permukaan yang lebih besar ini enzim lipase akan lebih mudah menghidrolisis
lemak dan lemak dapat dengan mudah diedarkan ke seluruh tubuh. Pada percobaan ini
pelapis lemak adalah cairan empedu ayam sehingga dapat dikatakan bahwa cairan empedu
adalah emulgator dan lebih lanjut lagi dapt dikatakan bahwa empedu berfungsi untuk
membantu penyerapan lemak.
KESIMPULAN
Setelah melakukan pengamatan dan menganalisis hasil pengamatan maka dapat
disimpulkan bahwa pada usus ikan mas (Cyprinus carpio) terdapat enzim amilase, enzim
maltase dan enzim tripsin. Enzim amilase dan enzim maltase diuji dengan reagen Benedict
dengan hasil positif berupa terbentuknya sedikit endapan orange pada permukaan bawah

tabung reaksi, sedangkan enzim tripsin diuji dengan reagen Biuret dimana hasil positifnya
ditunjukkan dengan terbentuknya cincin ungu pada permukaan atas larutan. Sementara itu
melalui uji pengaruh empedu terhadap lemak dapat disimpulkan bahwa empedu memilki
fungsi untuk membantu penyerapan lemak oleh usus melalui proses yang dinamakan
emulsifikasi.
Diposkan oleh hian hinta di 17.47 http://hianhinta.blogspot.com/2011/11/laporan-fiswan.html Jumat, 18 November 2011

Anda mungkin juga menyukai