dunia. Di sana kebebasan dijunjung tinggi karena hak-hak tiap warganya dijamin oleh
pemerintah. Sehingga jangan heran kalau tingkat kompetisi di sana sangat tinggi.
Kapitalisme[sunting | sunting sumber]
Kapitalisme (capitalism) berasal dari kata kapital (capital), yang berarti modal. Modal disini
maksudnya adalah alat produksi, seperti tanah dan uang. Jadi, arti kapitalisme adalah ideologi
di mana kekuasaan ada di tangan kapital atau pemilik modal, sistem ekonomi bebas tanpa
batas yang didasarkan pada keuntungan, di mana masyarakat bersaing dalam batasan-batasan
ini.
Menurut cara pandang kapitalisme, setiap individu bukanlah bagian dari masyarakat, tetapi
merupakan suatu pihak yang harus berjuang untuk kepentingan sendiri. Dalam perjuangan
ini, faktor penentunya adalah produksi. Produsen unggul akan tetap bertahan, dan produsen
lemah akan tersingkir.
Kapitalisme berawal pada zaman feodal di Mesir, Babilonia, dan Kekaisaran Roma. Ahli ilmu
sosial menyebut kapitalisme pada zaman ini sebagai commercial capitalism (kapitalisme
komersial). Kapitalisme komersial berkembang ketika pada zaman itu perdagangan lintas
suku dan kekaisaran sudah berkembang dan membutuhkan sistem hukum ekonomi untuk
menjamin keadilan perdagangan ekonomi yang dilakukan oleh para pedagang, tuan tanah,
kaum rohaniwan.
Kapitalisme berlanjut menjadi sebuah hukum dan kode etik bagi kaum pedagang. Karena
terjadi perkembangan kompetisi dalam sistem pasar, keuangan, dan lain-lain, maka
diperlukan hukum dan etika yang relatif mapan. Para pedagang membuka wacana baru
tentang pasar. Setiap membicarakan pasar, mereka membicarakan tentang komoditas, dan
nilai lebih yang akan menjadi keuntungan bagi pedagang.
Pandangan kaum pedagang dan perkembangan pasar menyebabkan berubahnya sistem
ekonomi feodal yang dimonopoli tuan tanah, bangsawan, dan rohaniwan. Ekonomi mulai
menjadi bagian dari perjuangan kelas menengah, dan mulai berpengaruh. Periode ini disebut
dengan kapitalisme industri. Ada tiga tokoh yang berpengaruh besar pada periode ini, yaitu
Thomas Hobbes, John Locke, dan Adam Smith.
Thomas Hobbes menyatakan bahwa setiap orang secara alamiah akan mencari pemenuhan
kebutuhan bagi dirinya sendiri. John Locke berpendapat bahwa manusia itu mempunyai hak
milik personalnya. Adam Smith menganjurkan pasar bebas dengan aturannya sendiri, dengan
kata lain, tidak ada campur tangan pemerintah di dalam pasar. Teori-teori dari para tokoh
tersebut semakin berkembang dengan adanya Revolusi Industri.
Pada perkembangannya, kapitalisme memasuki periode kapitalisme lanjut, yaitu lanjutan dari
kapitalisme industri. Pada periode ini, kapitalisme tidak hanya mengakumulasikan modal,
tapi juga investasi. Selanjutnya, kapitalis menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tidak
hanya berdasarkan pada faktor produksi, tetapi juga faktor jasa dan kestabilan sistem
masyarakat. Kapitalisme berkembang tidak hanya untuk terus mendapatkan keuntungan,
tetapi juga menjadi lahan pendapatan yang cukup bagi para konsumennya. Tetapi karena pada
praktiknya kapitalisme lebih banyak merugikan kaum kelas bawah, muncullah sosialisme
yang dipelopori oleh Karl Marx.
Falsisme[sunting | sunting sumber]
Falsisme Konservatif muncul pada abad ke 21, org yg pertama kali menyuarakan ide
Falsisme Konservatif adalah Moh. Asro Safaudin di Indonesia. Fals yg diambil dari bahasa
belanda, Vals yg artinya "menyimpang" . Dan Konservatif padanan kata yg berasal dari kata
dalam bahasa latin, Conservare yg berarti melestarika, menjaga, memelihara dan
mengamalkan. Dalam kontek ini didevinisikan Falsisme Konservatif adalah penyimpang
ideologi yg menjaga kelestarian Tradisi musyawarah mufakat Yg semakin hilang. Dharma
Bhakti Falsisme ;
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Permusyawaratan/perwakilan
3. Persatuan dan Kesatuan
4. Kemanusian Yang Adil dan beradap
5. Keadilan sosial
6.. Kesejahteraan kemandirian dan berdikari
7. Keikhlasan dan mengabdi pada negeri
8. Cinta Alam dan kasih sayang sesama manusia.
9. Trilogi (semangat nasional, kemauan nasional dan perbuatan nasional)
Sosialisme[sunting | sunting sumber]
Sosialisme adalah paham yang bertujuan mengubah bentuk masyarakat dengan menjadikan
perangkat produksi menjadi milik bersama, dan pembagian hasil secara merata disamping
pembagian lahan kerja dan bahan konsumsi secara menyeluruh. Dalam sosialisme setiap
individu harus berusaha untuk mendapatkan layanan yang layak untuk kebahagiaan bersama,
karena pada hakikatnya, manusia hidup bukan hanya untuk bebas, tapi juga saling menolong.
Sosialisme yang kita kenal saat ini Sosialisme sebenarnya telah lahir sebelum dicetuskan oleh
Karl Marx. Orang yang pertama kali menyuarakan ide sosialisme adalah Francois Noel
Babeuf, pada abad 18. Kemudian muncul tokoh lain seperti Robert Owen di Inggris, Saint
Simon dan Fourier di Perancis. Mereka mencoba memperbaiki keadaan masyarakat karena
terdorong oleh rasa perikemanusiaan tetapi tidak dilandasi dengan konsep yang jelas dan
dianggap hanya angan-angan belaka, karena itu mereka disebut kaum sosialis utopis.
Karl Marx juga mengecam keadaan masyarakat di sekelilingnya, tapi ia menggunakan hukum
ilmiah untuk mengamati perkembangan masyarakat, bukan sekadar harapan dan tuntutan
seperti yang dilakukan oleh kaum sosialis utopis. Marx menamakan idenya sebagai
sosialisme ilmiah. Setelah itu, pada abad 19, sosialisme ilmiah marx diadopsi oleh Lenin,
hingga tercipta komunisme. Komunisme lebih radikal daripada sosialisme, karena dalam
komunisme diajarkan untuk memberontak dan merebut kekuasaan dengan Partai Komunis
sebagai pemimpinya. Inilah yang lebih dikenal sebagai sosialisme sampai saat ini.
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap ideologi politik mempunyai
dampak besar bagi kehidupan manusia. Dalam sistem liberalisme dan kapitalisme manusia
hidup berkompetisi dalam kebebasan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan negara tidak
boleh mencampuri hidup pribadi warga negaranya, namun di sisi lain, rakyat kelas bawah
seringkali menjadi pihak yang dirugikan. Sedangkan sosialisme lebih mementingkan
kesejahteraan yang merata bagi rakyatnya, dengan mengorbankan hak milik pribadi warga
negaranya.
Sekularisme
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah sebuah
ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau harus berdiri terpisah
dari agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan
kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral
dalam masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan sebuah agama tertentu.
Sekularisme juga merujuk ke pada anggapan bahwa aktivitas dan penentuan manusia,
terutamanya yang politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan
fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan.
Daftar isi
[sembunyikan]
2Masyarakat Sekuler
4Pranala luar
Sekularisme dalam kehidupan bernegara[sunting | sunting sumber]
Lihat juga: Negara sekuler
Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara agama dan
pemerintahan. Hal ini dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan
dan agama negara, menggantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan
menghilangkan pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama. Hal ini dikatakan menunjang
demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas.
Sekularisme, seringkali dikaitkan dengan Era Pencerahan di Eropa, dan memainkan peranan
utama dalam perdaban barat. Prinsip utama Pemisahan gereja dan negara di Amerika Serikat,
dan Laisisme di Perancis, didasarkan dari sekularisme.
Kebanyakan agama menerima hukum-hukum utama dari masyarakat yang demokratis namun
mungkin masih akan mencoba untuk memengaruhi keputusan politik, meraih sebuah
keistimewaan khusus atau. Aliran agama yang lebih fundamentalis menentang sekularisme.
Penentangan yang paling kentara muncul dari Kristen Fundamentalis dan juga Islam
Fundamentalis. Pada saat yang sama dukungan akan sekularisme datang dari minoritas
keagamaan yang memandang sekularisme politik dalam pemerintahan sebagai hal yang
penting untuk menjaga persamaan hak.
Negara-negara
yang
umumnya
dikenal
sebagai
sekuler
di
antaranya
adalah Kanada, India, Perancis, Turki, dan Korea Selatan, walaupun tidak ada dari negara ini
yang bentuk pemerintahannya sama satu dengan yang lainnya.
Masyarakat Sekuler[sunting | sunting sumber]
Dalam kajian keagamaan, masyarakat dunia barat pada umumnya dianggap sebagai sekuler.
Hal ini dikarenakan kebebasan beragama yang hampir penuh tanpa sanksi legal atau sosial,
dan juga karena kepercayaan umum bahwa agama tidak dapat menentukan keputusan politis.
Tentu saja, pandangan moral yang muncul dari tradisi keagamaan tetap penting di dalam
sebagian dari negara-negara ini.
Sekularisme juga dapat berarti ideologi sosial. Di sini kepercayaan keagamaan atau
supranatural tidak dianggap sebagai kunci penting dalam memahami dunia, dan oleh karena
itu dipisahkan dari masalah-masalah pemerintahan dan pengambilan keputusan.
Sekularisme tidak dengan sendirinya adalah Ateisme, banyak para Sekularis adalah seorang
yang religius dan para Ateis yang menerima pengaruh dari agama dalam pemerintahan atau
masyarakat. Sekularime adalah komponen penting dalam ideologi Humanisme Sekuler.
Beberapa masyarakat menjadi semakin sekuler secara alamiah sebagai akibat dari proses
sosial alih-alih karena pengaruh gerakan sekuler, hal seperti ini dikenal sebagaiSekularisasi
Alasan-alasan pendukungan dan penentangan sekularisme[sunting | sunting sumber]
Pendukung sekularisme menyatakan bahwa meningkatnya pengaruh sekularisme dan
menurunnya pengaruh agama di dalam negara tersekularisasi adalah hasil yang tak terelakkan
dari Pencerahan yang
karenanya
orang-orang
mulai
beralih
kepada ilmu
pengetahuan dan rasionalisme dan menjauhi takhayul. Namun hal tersebut juga menjaga
persamaan hak-hak sipil dalam kebebasan memeluk suatu kepercayaan dan berkeyakinan
baik individu ataupun kelompok, dengan kata lain sekularisme justru menjadi ideologi yang
mendukung kebebasan beragama tanpa ada agama superior yang dapat mefonis kepercayaan
lain adalah salah dan sesat dan mendaat konsekwensi hukum.
Penentang sekularisme melihat pandangan di atas sebagai arogan, mereka membantah bahwa
pemerintaan sekuler menciptakan lebih banyak masalah daripada menyelesaikannya, dan
bahwa pemerintahan dengan etos keagamaan adalah lebih baik. Penentang dari golongan
Kristiani juga menunjukkan bahwa negara Kristen dapat memberi lebih banyak kebebasan
beragama
daripada
yang
sekuler.
Seperti
contohnya,
mereka
menukil Norwegia, Islandia, Finlandia, dan Denmark, yang kesemuanya mempunyai
hubungan konstitusional antara gereja dengan negara namun mereka juga dikenal lebih
progresif dan liberal dibandingkan negara tanpa hubungan seperti itu. Seperti contohnya,
Islandia adalah termasuk dari negara-negara pertama yang melegal kan aborsi, dan
pemerintahan Finlandia menyediakan dana untuk pembangunan masjid.
Namun
pendukung
dari
sekularisme
juga
menunjukkan
bahwa
negaranegara Skandinavia diatas terlepas dari hubungan pemerintahannya dengan agama, secara
sosial adalah termasuk negara yang palng sekuler di dunia, ditunjukkan dengan rendahnya
persentase mereka yang menjunjung kepercayaan beragama.
Komentator modern mengkritik sekularisme dengan mengacaukannya sebagai sebuah
ideologi antiagama, ateis, atau bahkan satanis. Kata Sekularisme itu sendiri biasanya
dimengerti secara peyoratif oleh kalangan konservatif. Walaupun tujuan utama dari negara
sekuler adalah untuk mencapai kenetralan di dalam agama.
Beberapa filsafat politik seperti Marxisme, biasanya mendukung bahwasanya pengaruh
agama di dalam negara dan masyarakat adalah hal yang negatif. Di dalam negara yang
mempunyai kepercayaan seperti itu (seperti negara Blok Komunis), institusi keagamaan
menjadi subjek di bawah negara sekuler. Kebebasan untuk beribadah dihalang-halangi dan
dibatasi, dan ajaran gereja juga diawasi agar selalu sejalan dengan hukum sekuler atau
bahkan filsafat umum yang resmi. Dalam demokrasi barat, diakui bahwa kebijakan seperti ini
melanggar kebebasan beragama.
Beberapa sekularis menginginkan negara mendorong majunya agama (seperti pembebasan
dari pajak, atau menyediakan dana untuk pendidikan dan pendermaan) tapi bersikeras agar
negara tidak menetapkan sebuah agama sebagai agama negara, mewajibkan ketaatan
beragama atau melegislasikan akaid. Pada masalah pajak Liberalisme klasik menyatakan
bahwa negara tidak dapat "membebaskan" institusi beragama dari pajak karena pada dasarnya
negara tidak mempunyai kewenangan untuk memajak atau mengatu agama. Hal ini
mencerminkan pandangan bahwa kewenangan duniawi dan kewenangan beragama bekerja
pada ranahnya sendiri-sendiri dan ketka mereka tumpang tindih seperti dalam isu nilai moral,
kedua- duanya tidak boleh mengambil kewenangan namun hendaknya menawarkan sebuah
kerangka yang dengannya masyarakat dapat bekerja tanpa menundukkan agama di bawah
negara atau sebaliknya.
Nasionalisme
Idiologi Islam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Islam bukan hanya sekedar agama yang isinya ibadah, tapi juga idiologi
Islam itu syumul tidak seperti sekuler bayangkan
Tidak terbatas oleh teritori seperti nasionalisme
Ada aturan yang bermain tidak seperti liberal yang bebas
Kebermanfaatan islam tidak untuk orang kaya saja seperti kapitalis
Sifat bangga terhadap negara bukan hanya milik kaum nasionalisme looo
Pentingnya ideologi
1. Pnegaruh ideologi lebih lama bertahan dari pada pengaruh ketokohan
2. Jangan sampai kita memilih ideologi yang salah
085664874565