Anda di halaman 1dari 8

ASKEP PERSEPSI SENSORI

Patofisiologi sistim pendengaran


Tuli Konduktif & Mastoiditis
Dosen Pengampu Oci Etri N, S.Kep., MMR

Disusun oleh :
Kelompok 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Rachmawati N.K
Siti Karina H
Desi Ika P
Indra Hartono
Khasbulah
Esti Apriani

(108114020)
(108114012)
(108114041)
(108114027)
(108114018)
(108114007)

7. Ade Panji N
8. Joni Koswara
9. Ginta Septiana
10. Rulieti
11. Iqbal Aziz D
12. Siti Nuraeni

(108114008)
(108114019)
(108114003)
(108114044)
(108114025)
(108114036)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


AL IRSYAD AL ISLAMMIYAH CILACAP
TAHUN AJARAN 2015/2016

A. TULI KONDUKTIF
1. PENGERTIAN
Tuli Konduktif atau Conductive Hearing Loss (CHL) adalah jenis ketulian yang
tidak dapat mendengar suara berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar
huruf U dari kata susu sehingga penderita mendengarnya ss. Biasanya gangguan ini
reversible karena kelainannya terdapat di telinga luar dan telinga tengah (Purnawan
Junadi,dkk. 1997, hal. 238). Tuli konduktif adalah kerusakan pada bagian telinga luar
dan tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga.
Kelainan telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah otalgia, atresia liang
telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, otitis eksterna maligna,
dan osteoma liang teliga. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif
ialah sumbatan

tuba eustachius, otitis

media, otosklerosis, timpanisklerosia,

hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran. (Indro Soetirto: 2003)

2. ETIOLOGI
Pada telinga luar dan telinga tengah proses degenerasi dapat menyebabkan perubahan
atau kelainan diantaranya sebagai berikut :

Infeksi sekunder (ISPA)


Adanya cairan (sekret, air) ataupun benda asing pada liang telinga Adanya benda
asing pada liang telinga, baik berupa cairan, biji-bijian ataupun seranggga dapat

menggangu konduksi atau hantaran suara.


Sumbatan Oleh Serumen Gejala dapat timbul jika sekresi serumen berlebihan
akibatnya dapat terjadi sumbatan serumen akibatnya pendengaran berkurang
sehingga menyebabkan tuli konduktif. Rasa nyeri timbul apabila serumen keras
membatu dan menekan dinding liang telinga. Telinga berdengung (tinitus),
pusing (vertigo) bila serumen telah menekan membrane timpani,kadang-kadang

disertai batuk oleh karena rangsangan nervus vagus melalui cabang aurikuler.
Cairan (darah atau hematotimpanum karena trauma kepala) Hemotimpanum
dapat diartikan terdapatnya darah pada kavum timpani dengan membrana
timpani berwarna merah atau biru. Warna tidak normal ini disebabkan oleh
cairan steril bersama darah di dalam telinga tengah. Keadaan ini dapat
2

menyebabkan tuli konduktif, biasanya ada sensasi penuh atau tekanan.


Hemotimpanum bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi lebih kepada suatu
gejala dari penyakit yang sering disebabkan oleh karena trauma. Tuli konduktif

dapat terjadi oleh adanya darah yang memenuhi kavum tympani.


Tumor pada telinga luar dan tengah Tumor di telinga luar atau tengah, salah satu
dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Tumor pada dasarnya merupakan
istilah yang menggambarkan adanya suatu benjolan yang abnormal.

3. MANINFESTASI KLINIS
1)
2)
3)
4)
5)

rasa penuh pada telinga


pembengkakan pada telinga bagian tengah dan luar
rasa gatal
tinnitus
nyeri

4. PATOFISIOLOGI
Saat terjadi trauma akan menimbulkan suatu peradangan bias saja menimbulkan
luka, nyeri kemudian terjadi penumpukan serumen atau otorrhea. Penumpukan serumen
yang terjadi dapat mengakibatkan transmisi bunyi atau suara yang terganggu sehingga
penderita tidak dapat mempersepsikan bunyi atau suara yang di dengarnya.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Audiometri Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara
tepat, yaitu dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang
menghasilkan suara dengan ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran
untuk serangkaian nada ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada
sehingga penderita tidak lagi dapat mendengarnya.Telinga kiri dan telinga kanan
diperiksa secara terpisah.Untuk mengukur pendengaran melalui hantaran udara
digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui hantaran
tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian diletakkan pada
prosesus mastoideus.
2) X-ray 8.
B. MASTOIDITIS
3

1. PENGERTIAN
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang disebabkan oleh suatu infeksi telinga
tengah, jika tidak diobati dapat terjadi osteomilitis (Brunner dan Suddarth, 2000).
Mastoiditis adalah peradangan pada mastoid yaitu tulang yang terletak dibelakang dan
bawah telinga (Boles, 1997). Mastoiditis adalah peradangan pada tulang mastoid
biasanya berasal dari cavum timpany yang umumnya merupakan komplikasi dari otitis
media yang tidak baik (RSUD Dr. Soetomo, 1994). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
mastoiditis adalah suatu peradangan pada telinga tengah yang merupakan komplikasi
dari otitis media supurative chronis.
2. ETIOLOGI
Mastoiditis terjadi karena Streptococcus hemoliticus / pneumococcus. Selain itu
kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga
serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi traktus
respiratorius. Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang
berbau busuk akibat infeksi traktus respiratorius. Mastoiditis merupakan hasil dari
infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya
sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative
dan streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada
infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan
penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi
mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak yang
menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah sebelumnya.
Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S. Pnemonieae.
3. MANINFESTASI KLINIS
Menurut H. Nurbaiti Iskandar (1997), manifestasi klinis dari mastoiditis adalah :
1. Febris/subfebris
2. Nyeri pada telinga
3. Hilangnya sensasi pendengaran
4. Bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada
sisi telinga yang lainnya)
5. Kemerahan pada kompleks mastoid
6. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir.
4

7. Matinya jaringan keras (Tulang, Tulang Rawan).


8. Adanya abses (Kumpulan jaringan mati dan nanah)
4. Patofisiologi.
Patofisiologi menurut (Adam,1997) adalah :Infeksi dimulai dari infeksi telinga tengah
yang kemudian menjalar mengenai tulang mastoid dan sel-sel didalamnya, hal ini
mengakibatkan terjadinya proses nekrosis tulang mastoid serta merusak struktur tulang.
Bila tidak segera dilakukan pengobatan terhadap infeksinya maka dapat mengakibatkan
terjadinya abses sub peritoneal pada mastoid. Apabila infeksi merusak tulang
disekitarnya sampai nanah dapat keluar mungkin terjadi:
a. keluar melalui permukaan luar dan prosesus mastoid, sehingga terjadiabses sub
peritoneal pada mastoid.
b. ke bawah mulai ujung prosesus masuk leher.
c. ke depan mulai dinding belakang liang telinga
d. ke atas melalui pegmen (atap) ronnga telinga masuk fosa chranial media.
e. ke belakang melalui fosa chranial posterior.
Kebanyakan mastoiditis akut sehingga ditemukan pada pasien yang tidak mendapatkan
perawatan telinga yang memadai dan yang mengalani infeksi telinga yang tidak cepat
ditangani. Mastoiditid kronis ini dapat mengakibatkan terjadinya pembentukan
kolestetoma yang merupakan pertumbuhan kulit kedalam (epitel skuamosa) dari lapisan
luar membrane timpani ke telinga tengah. Kulit dari membrane timpany laterale
membentuk kantong luar berisi kulit yang rusak dan bahan sebaseus, kantong dapat
melekat kestruktur telinga dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh
terus dan menyebabkan paralysis nervus facialis, kehilangan pendengaran sensori neural
dan atau gangguan keseimbangan (akibat erosi telinga dalam) dan abses otak.
Pembedahan pada mastoid yang mengalami kelainan peradangan ditunjukkan untuk
mengangkat kolesteatoma mencapai struktur yang sakit dan dapat mencapai kondisi
telinga yang aman, kering, dan sehat. Mastoidektomy biasanya dilakukan melalui insisi
post auricular dan infeksi dihilangkan dengan mengambil sel udara mastoid. Begitu
pasien bangun,pembiusan harus diperhatikan setiap tanda paries fanalis yang harus
segera dilaporkan ke dokter bila terjadi kelemahan fasial balutan pada mastoid harus
dilonggarkan dan pasien dikembalikan ke meja operasi.Luka dibuka dan nervus fasialis
didekompresi untuk melonggarkan kanalis tulang yang mengelilingi nervus fasialis.

5. PATHWAYS

Kuman aerob

Gram negative :
proteus,
pseudomonas spp E
colli, kuman an
aerob

Gram positif :
s pyogenes dan s
albus

Bakterioides spp

Timbul Infeksi pada telinga

Rinogen dari
penyakit ronggga
hidung dan
sekitarnya

Eksogen infeksi dari


luar melalui
perforosi membrane
tympani

Endogen alergi,DM,
TBC paru

Peradangan padda Mastoid

Mastoiditis

Nyeri

Gangguan rasa
nyaman Nyeri

Timbul suara
denging

Cemas

Kemerahan pada
mastoid

Hiperemi

Keluarnya push

push

Gangguan
pendengaran

Kerusakan
jaringan/dikontinuitas
jaringan

Gangguan
Komunikasi

Otolitis

Penurunan harga diri

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah
b. Foto mastoid
c. Kultur bakteri telinga
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging )
e. CT Scan
f. Radiologi
g. Typanocintesis & myringotomi

DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/jtptunimus-gdl-s1-2007-ardhiyanto117-2-bab2.pdf
https://id.scribd.com/doc/151114616/10/MASTOIDITIS
rayustyan.blog.com/files/2010/12/MAKALAH-MASTOYIDITYIS.doc
http://dokumen.tips/documents/askep-tuli-konduktif.html
7

Anda mungkin juga menyukai