Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Berdasarkan the National Center for Health Statistics definisi kematian
janin adalah kematian sebelum kelahiran komplit atau ekstraksi dari ibu. Tanda
kematian janin saat lahir, antara lain bayi tidak bergerak atau menunjukan tandatanda kehidupan lainnya seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat atau gerakan
otot volunteer.
Dari data the National Vital Statistics Report tahun 2005 menunjukkan
bahwa rata-rata jumlah kematian janin dalam kandungan terjadi sekitar 6.2 per
1000 kelahiran. Hal ini tergantung dari kualitas pelayanan kesehatan tiap Negara.
Untuk mendiagnosa suatu kematian janin atau Intra Uterine Fetal Death
(IUFD) dapat ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik (denyut jantung
janin, gerakan janin), dan pemeriksaan penunjang (USG, HCG). Penyeb
terbanyak terjadinya IUFD disebabkan oleh janin yang di kandung oleh ibu yaitu
sekitar 20-40%.
Bila terjadi kematian janin dalam rahim maka pilihan perawatannya adalah
menunggu terjadinya persalinan spontan atau dilakukan tindakan induksi
persalinan.
BAB II
LAPORAN KASUS
1
: Ny. BF
Umur
: 33 tahun / 10-04-1982
Alamat
Bangsa
: Indonesia
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Guru TK
Agama
: Islam
Status/No RM
: Tn. HY
Umur Suami
: 35 tahun
Pekerjaan
: Buruh srabutan
2.2. Anamnesis
Masuk rumah sakit tanggal 07 Februari 2016
KU
RPS
: Perut kenceng-kenceng
: Pasien mengatakan hamil ke 2, periksa tidak rutin ke puskesmas, terakhir
pasien periksa kandungan ke dokter spOG pada bulan Desember 2015, terasa
gerakan janin masih aktif. Hasil USG dari dokter mengatakan bayinya sehat.
Setelah bulan desember tidak pernah periksa kandungan lagi. Sejak kemarin
malam (sekitar setelah magrib) pasien merasa sering kenceng-kenceng. Pasien
mengatakan tadi sore jam 4an keluar lendir darah di celana dalamnya. Sampai di
RSBK pasien masih merasa kenceng-kenceng jarang, namun lupa kapan terakhir
tidak merasakan gerakan janin. Pasien mengatakan, kemungkinan gerak janin
tidak terasa sejak tadi sore karena kemarin seperti masih merasakan gerakan janin.
HPHT : 24 Mei 2015
HPL : 2 Maret 2016
RPD
: Hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: Hipertensi
: disangkal
: disangkal
Asma
: disangkal
Alergi
: disangkal
R.Sosial : Pola makan dan minum baik, pola istirahat baik, pasien tidak
konsumsi kopi dan jamu. BAK/BAB baik. Suami di rumah memelihara burung.
Sehari-hari kegiatan pasien mengajar TK di dekat rumah.
Riw. Menstruasi :
Menarche
: 15 tahun
Siklus
Lama
: 7 hari
Nyeri haid
HPHT
: 24 Mei 2015
HPL
: 2 Maret 2016
Hamil muda mengalami mual, tidak pernah mengalami perdarahan, tidak pernah
darah tinggi atau sakit kepala. Pasien tidak pernah vaksinasi selama kehamilan.
Pasien tidak rutin periksa kehamilan. Terakhir periksa kehamilan ke dokter spOG
pada bulan Desember 2015, terasa gerakan janin masih aktif. Pasien lupa kapan
terakhir tidak merasakan gerakan janin. Pasien mengatakan, kemungkinan gerak
janin tidak terasa sejak tadi sore karena kemarin seperti masih merasakan gerakan
janin.
Riw. ANC
Tempat
Partus
2015
Partus
Kehamilan Persalinan
Abortus, Uk 3 bulan, kuret di DKT.
2016
Hamil
Riw. KB
Usia
Jenis
Penolong
Penyulit
Persalinan
BB
Keadaan
Kelamin
anak
ini.
: kompos mentis
BB/TB
Vital sign
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/ mnt
Suhu
: 36.5 oC
RR
: 20 x/menit
Status Umum
Kepala
Jenis
Leher
Thorax
hiperpigmentasi areola mammae +/+, ASI -/Abdomen : Gravid (pembesaran perut membujur), bekas operasi (-),striae
gravidarum (+), linea nigra (+), soepel, nyeri tekan (-), BU (+) N
Genitalia : terdapat perdarahan pervaginam, terdapat haemoroid pada anus.
Extermitas : Akral hangat, kering, merah; anemis -, ikterus -, edema tungkai +/+.
2.4. Pemeriksaan Obstetri :
Pemeriksaan luar:
Leopold I : Tinggi fundus uteri 5 jari di bawah processus xiphoideus (27 cm).
Teraba lunak tidak melenting (kesan bokong).
Leopold II : Tahanan memanjang sebelah kanan (kesan puka), DJJ (-)
Leopold III : Teraba bulat, keras, tidak melenting (kesan kepala), bagian terbawah
GII P0000 Ab100 UK 36-38 minggu T/IUFD Inpartu Kala I fase laten.
BAB III
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan IUFD ?
2. Apa kemungkinan penyebab terjadinya IUFD pada pasien tersebut ?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya IUFD dana apa saja gejala yang timbul ?
4. Bagaimana cara menegakan diagnosis IUFD ?
5. Pemeriksaan penunjang apa yang dapat dikerjakan untuk membantu menegakan
diagnosis IUFD dan bagaimana interpretasinya ?
6. Bagaimana penatalaksanakan kasus IUFD dan tindakan apa yang dikerjakan
pada kasus tersebut ?
7. Apa saja yang harus dimonitoring selama tindakan berlangsung ?
8. Komplikasi apa yang mungkin dapat terjadi pada kasus IUFD ?
9. Bagaimana prognosis yang terjadi pada kasus tersebut ?
10. Informasi dan edukasi apa saja yang seharusnya disampaikan kepada pasien
dan keluarga ?
11. Bagaimana cara pencegahan agar tidak terjadi IUFD pada kehamilan ?
12. Bagaimana kondisi janin yang mengalami IUFD pada kasus diatas ?
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Definisi Intrauterine Fetal Death (IUFD)
Anomali kromosom
Defek lahir non-kromosomal
Hydrops non imun
Infeksi (virus, bakteria, protozoa)
KPD
Plasental (25-35 %)
Solusio plasenta
Perdarahan fetomaternal
Gangguan tali pusat
Insufisiensi plasenta
Asfiksia intrapartum
Plasenta previa
Twin-twin transfusion
korioamnionitis
Diabetes, Hipertensi, Obesitas
Maternal (5-10 %)
menggunakan
obat
korioamnionitis, dan kecurigaan infeksi yang dialami oleh ibu. Hal ini didukung
dengan adanya ketuban hijau keruh pada saat persalinan serta riwayat abortus
pada ibu pada kehamilan sebelumnya. Selain itu kemungkinan adanya faktor
penyebab lainnya yang tidak dapat dijelaskan pada kasus tersebut dapat pula
mendukung terjadinya IUFD.
4.3 Gejala dan Tanda IUFD
Gejala adanya IUFD dapat diketahui antara lain dengan:
1. Tidak adanya denyut jantung janin (Funandoskop, doppler, maupun USG)
2. Rahim tidak membesar dan cenderung mengecil
3. Gerak janin tidak dapat dirasakan terutama oleh Ibu sendiri.
4. Palpasi janin oleh pemeriksa tidak begitu jelas.
Test kehamilan menjadi negatif (-), terutama setelah janin mati 10 hari.
4.4 Diagnosis
Diagnosis kematian janin (IUFD) ditegakan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan
fisik
dan
pemeriksaan
penunjang
dengan
menggunakan
ultrasonografi.
Pada anamnesis umumnya didapatkan data sebagai berikut :
a. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin
sangat berkurang.
b. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau
kehamilan tidak seperti biasa.
c. Ibu merasakan belakangan ini perutnya sering menjadi keras dan merasa sakitsakit seperti mau melahirkan.
10
histologis,
foto
rontgen
abdominal
digunakan
untuk
11
minggu, selain itu dapat ditemukan juga adanya edema kulit kepala dan maserasi
janin.4
4.6 Penatalaksanaan
Bila kondisi ibu tidak mengancam jiwa, maka :
Atasi kelainan maternal yang mungkin terjadi seperti anemia, malaria, dll.
Bila kematian janin (IUFD) meragukan, anjurkan ibu kembali kontrol satu
minggu dari waktu periksa, dan tunggu hingga terjadi kelahiran spontan.
Bila ibu dalam kondisi mengancam jiwa (kegawatan obstetri) maka segera
lakukan induksi persalinan, seperti pada ibu dengan eklampsia, plasenta previa,
infeksi intraamnion dan penyakit maternal lainnya.
Bila ketuban telah pecah lebih dari 12 jam maka berikan antibiotik pada ibu
dan lakukan induksi persalinan segera.
Induksi Persalinan
Induksi persalinan
merupakan
berbagai
macam
tindakan
untuk
12
13
Kontraindikasi
Pada keadaan ini induksi persalinan tidak dapat dilakukan, atau jika terpaksa
dilakukan diperlukan pengamatan yang sangat berhati-hati:
Malposisi dan malpresentasi janin
Insufisiensi plasenta
Disproporsi sefalopelvik
Cacat rahim
Grandemultipara
Gemeli
Distensi perut berlebihan
Plasenta previa
Komplikasi induksi persalinan
Komplikasi dapat ditemukan selama pelaksanaan induksi persalinan meupun
setelah bayi lahir. Pada penggunaan infus oksitosin dianjurkan untuk meneruskan
pemberian hingga 4 jam setelah bayi lahir. Komplikasi yang dapat ditemukan
adalah:
Hiponatremia
Atonia uteri
Hiperstimulasi
Fetal distress
Prolaps tali pusat
Solusio plasenta
Ruptura uteri
Hiperbilirubinemia
Perdarahan postpartum
Kelelahan ibu dan krisis emosional.
Infeksi intrauterin.
Proses Induksi Persalinan
14
15
1. Adaptasi
psikologis
terhadap
kehilangan
yang
mendalam
dapat
Malformasi
Noda kulit
Derajat maserasi
Warna-ucat,pletorik
Tali pusat :
-
Prolaps
16
Jumlah pembuluh
Panjang
Cairan amnion:
-
Konsistensi
Volume
Plasenta :
-
Berat
Bekuan lekat
Selaput ketuban :
-
Ternoda
Menebal
MRS
Cek DL, gol.darah, dan HbsAg.
Terapi cairan (IVFD) RL 40-50cc/kgBB/hari 20 tts/menit
Persalinan pervaginam dengan induksi misoprostol (100 microgram
intravaginal, max.3x dlm 24 jam) atau drip oksitosin (konsultasi dokter
spesialis obgyn).
o Antibiotik profilaksis cefazolin atau ampicillin (slow IV, 2 g single dose),
setelah dilakukan skin test.
4.7 Monitoring
Beberapa hal yang perlu dimonitoring pada kasus diatas yaitu :
o Keluhan yang dialami pasien
o TTV
17
o
o
o
o
HIS (kontraksi)
Kemajuan persalinan (VTobs)
Monitoring tanda DIC
Evaluasi perdarahan post partum
18
terjadinya
laboratorium
infeksi
TORCH
untuk
pada
mendeteksi
pasien
dan
19
20
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pada pasien ini didiagnosis GII P0000 Ab100 UK 36-38 minggu T/IUFD Inpartu
Kala I fase laten. Terapi yang dilakukan adalah terapi aktif untuk segera terminasi
kehamilan dengan induksi persalinan pervaginam untuk mencegah komplikasi
yang dapat membahayakan. Induksi persalinan yang dapat dilakukan adalah
dengan pemberian misoprostol atau drip oksitosin sesuai dengan indikasi.
Prognosis pasien ini dubia ad bonam, jika induksi persalinan segera dilakukan.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Anne, 2015, Essential Obstetric and Newborn Care Intrauterine Fetal Death,
Medecins Sans Frontieres, pp: 80-81.
2. Cunningham Cs, 2012, Fetal Death, In : Williams Obstetrics 22th Edition, The
Mc Graw-Hill Companies, New York, pp: 658-661.
3. Cunningham Cs, 2012, Induction of Labour, In : Williams Obstetrics 22th
Edition, The Mc Graw-Hill Companies, New York, pp: 522-531.
4. Norwitz,E. Schorge,J, 2007, At a Glance Obstetri & Ginekologi edisi kedua
Kematian Janin Intra Uterin, EMS, Jakarta.
5. RCOG, 2010, Late Intrauterine Fetal Death and Stillbirth Green-top Guideline
No.55, pp: 1-33.
22
Pemeriksaan
Assesment
Planning terapi
Status Umum
Kesadaran : CM/ GCS 456
KU : baik, akral hangat (+)
TTV: TD 110/70 mmHg, N 80x/m,
RR 20x/m, tax 36,5C
A/I/C/D -/-/-/C/P dbn
Extremitas: akral HKM+, edema
Status obstetri
L I : Teraba lunak tidak melenting
(kesan bokong). TFU: 27cm
L II : Tahanan memanjang sebelah
kanan (kesan puka),
L III : Teraba bulat, keras, tidak
melenting (kesan kepala),
bagian terbawah janin sudah
masuk PAP.
L IV : 4/5
DJJ (-)
HIS : jarang (+)
VT : 3cm/eff 50%/
preskep/ket+/H1/uuk jam
11/UPD dbn/p/v
bloodslym
23
MRS
Cek DL, gol.darah, dan
HbsAg.
Terapi cairan (IVFD) RL 4050cc/kgBB/hari 20 tts/menit
Persalinan pervaginam
dengan induksi misoprostol
(100 microgram intravaginal,
max.3x dlm 24 jam) Evaluasi
jam 24.00, atau drip
oksitosin (konsultasi dokter
spesialis obgyn).
Antibiotik profilaksis
cefazolin atau ampicillin
(slow IV, 2 g single dose),
setelah dilakukan skin test.
Monitoring kemajuan
persalinan (HIS dan VTobs),
TTV, tanda gejala DIC, serta
keluhan yang dialami pasien.
Status Umum
Kesadaran : CM/ GCS 456
KU : baik, akral hangat (+)
TTV: TD 120/80 mmHg, N 80x/m,
RR 20x/m, tax 36,5C
A/I/C/D -/-/-/C/P dbn
Extremitas: akral HKM+, edema
Status obstetri
L I : Teraba lunak tidak melenting
(kesan bokong). TFU: 27cm
L II : Tahanan memanjang sebelah
kanan (kesan puka),
L III : Teraba bulat, keras, tidak
melenting (kesan kepala),
bagian terbawah janin sudah
masuk PAP.
L IV : 3/5
DJJ (-)
HIS : bertambah sering (+)
VT : 4cm/eff 50%/
preskep/ket+/H2/uuk jam
11/UPD dbn/p/v bloodslym
08/02/2016
Status Umum
Kesadaran : CM/ GCS 456
KU : baik, akral hangat (+)
TTV: TD 120/80 mmHg, N 80x/m,
RR 20x/m, tax 36,5C
A/I/C/D -/-/-/C/P dbn
Extremitas: akral HKM+, edema
Status obstetri
L I : Teraba lunak tidak melenting
(kesan bokong). TFU: 24cm
L II : Tahanan memanjang sebelah
kanan (kesan puka),
L III : Teraba bulat, keras, tidak
melenting (kesan kepala),
bagian terbawah janin sudah
masuk PAP.
L IV : 2/5
DJJ (-)
HIS : bertambah sering (+)
VT : 8cm/eff 50%/
preskep/ket+/H2/uuk jam
11/UPD dbn/p/v bloodslym
24
Keluhan: Kenceng-kenceng,
pasien ingin mengejan
Status umum:
Kesadaran : CM/ GCS 456
KU : baik, akral hangat (+)
TTV: TD 120/80 mmHg, N 80x/m,
RR 20x/m, tax 36,5C
A/I/C/D -/-/-/C/P dbn
Extremitas: akral HKM+, edema
Status obstetric :
His+,DJJVT : lengkap, Eff 100%,
ketuban (+), presentasi
Kepala, UUK jam 11, H
IV, /UPD-N
Pimpin persalinan
Lahir bayi spontan B / 2000g / 44cm / laki-laki / AS-0 / Ketuban hijau keruh + meconium
Lahir plasenta spontan lengkap (PTT).
Perineum rupture + , Hecting jelujur subcutis, Perdarahan 150 cc
Keluhan:
Pasien mengatakan nyeri luka
jahitan
Status umum:
Kesadaran : CM/ GCS 456
KU : baik, akral hangat (+)
TTV: TD 120/80 mmHg, N 80x/m,
RR 20x/m, tax 36,5C
A/I/C/D -/-/-/C/P dbn
Abdomen : TFU setinggi Pusat,
UC +
Genitalia : p/v lochea +
Extremitas: akral HKM+, edema +
Keluhan:
Pasien mengatakan nyeri luka
jahitan
Status umum: dbn, TFU setinggi
Pusat, UC +, VU
kosong, lochea +
Terapi dilanjutkan.
Monitoring kontraksi uterus,
perdarahan postpartum dan
vesika urinaria.
Diet TKTP
Keluhan:
Pasien mengatakan nyeri luka
jahitan berkurang
Status umum: dbn, TFU 2 jari
bawah pusat, UC +, VU
kosong, lochea +
Keluhan:
Pasien mengatakan nyeri luka
jahitan berkurang
Status umum: dbn, TFU 2 jari
bawah pusat, UC +, VU
kosong, lochea +
25
Terapi dilanjutkan.
Monitoring kontraksi uterus,
perdarahan postpartum dan
vesika urinaria.
Diet TKTP
Terapi dilanjutkan.
Monitoring kontraksi uterus,
perdarahan postpartum dan
vesika urinaria.
Diet TKTP
09/02/2016
Keluhan:
Pasien mengatakan nyeri luka
jahitan berkurang
Status umum: dbn, TFU 3 jari
bawah pusat, UC +, VU
kosong, lochea +
Keluhan:
Pasien mengatakan nyeri luka
jahitan berkurang
Status umum: dbn, TFU 3 jari
bawah pusat, UC +, VU
kosong, lochea +
Keluhan:
Pasien mengatakan nyeri luka
jahitan berkurang
Status umum: dbn, TFU 3 jari
bawah pusat, UC +, VU
kosong, lochea +
26
Terapi dilanjutkan.
Monitoring kontraksi uterus,
perdarahan postpartum dan
vesika urinaria.
Diet TKTP
Terapi dilanjutkan.
Monitoring kontraksi uterus,
perdarahan postpartum dan
vesika urinaria.
Diet TKTP
Pasien KRS
Kembali kontrol tanggal 16
Februari 2016
Obat pulang: Amox 3x1,
Asmef 3x1 dan Nonemi 1x1