Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
GEJALA PENYAKIT
Hawar daun turcicum: terdapat daerah nekrotik berbentuk elip mencapai 15 cm. Bagian tengah nekrotik
terdapat zone sporululasi cendawan berwarna abu-abu gelap
Hawar daun maydis: terdapat lesio coklat agak cerah dibatasi tulang daun. Hawar memanjang sejajar
tulang daun berukuran 2-6 x 3-22 mm
Hawar daun carbonum: mirip dengan hawar daun maydis, tetapi umumnya berukuran lebih besar
PENYEBAB PENYAKIT
Penyakit hawar daun dapat disebabkan oleh salah satu dari tiga spesies cendawan yaituExserohilum
turcicum (Helminthosporium turcicum), Bipolaris maydis (Helminthosporium maydis), dan Bipolaris
zeicola (Helminthosporium carbonum).
Cendawan membentuk konidiofora yang keluar dari stomata jaringan daun yang telah mengalami
nekrotik
Konidiofora menghasilkan konidia lurus atau bengkok pada bagian tengah lebih besar dan bagian
ujungnya mengecil
Konidia berwarna coklat jerami bersekat 5-12
PENYEBAB PENYAKIT
H. torsicum membentuk konidiofora berkelompok dan pada konidianya tampak hilum yang jelas
H. maydis konidioforanya berkelompok tetapi konidianya tidak menampakkan hilum yang jelas
H. carbonum konidianya tumbuh terpisah
SIKLUS PENYAKIT
Miselium atau konidia dapat bertahan pada sisa tanaman
Konidia dapat disebarkan oleh angin dalam jarak yang jauh
Infeksi terjadi secara langsung dengan membentuk apresorium
Konidia hasil sporulasi berfungsi sebagai inokulum sekunder
H. turcicum lebih banyak ditemukan di daerah pegunungan (18-27C); H. maydis di dataran rendah (2032C).
PENGENDALIAN PENYAKIT
Perlakuan benih dengan fungisida thiram atau karboksin dapat mengurangi insiden penyakit
Varietas Arjuna dan Hibrida C1 diketahui tahan terhadap hawar daun
Penyemprotan fungisida mankozeb (bila menguntungkan) dapat dilakukan.
Hawar Daun
Penyakit
Penyebab
Inang
Sebaran
Gejala
Deskripsi
:
:
:
:
:
Hawar Daun
Exserohilum turcicum (Pass.) Leonard et Suggs
Sorgum
Indonesia
Gejala berupa bercak-bercak oval memanjang, berwarna cokelat atau
ungu kemerahan, terdapat pigmen di sekitar bercak. Bercak-bercak yang
menyatu ini menyebabkan bercak kering yang besar. Cendawan ini dapat
menginfeksi pada fase semai maupun tanaman dewasa. Biji yang
terserang berwarna kehitam-hitaman.
: Cendawan membentuk konidiofor, berkumpul dalam 2-6 kelompok,
berbentuk lurus atau lentur, berwarna cokelat, berukuran 300 m dengan
tebal 8-9 m. Konidium berbentuk lurus atau agak melengkung,
berbentuk oval dan gada terbalik, berwarna pucat atau jerami, bertekstur
halus, terdiri dari 4-9 sekat palsu. Hilum menonjol dengan jelas.
http://www.opete.info/detail2.php?idp=72
3.
Penyebab
Penyakit hawar daun turcicum disebabkan oleh jamur E. turcicum (Pass.) Leonard et
Suggs. Jamur membentuk konidiofor yang keluar dari mulut daun (stomata), satu atau dua dalam
kelompok, lurus atau lentur, berwarna coklat, panjangnya sampai 300 m, tebal 7-11 m, secara
umum 8-9 m. Konidium lurus atau agak melengkung, jorong atau berbentuk gada terbalik,
pucat atau berwarna coklat jerami, halus mempunyai 4-9 sekat palsu, panjang 50-144 (115) m,
dan bagian yang paling lebar berukuran 18-33 m, kebanyakan 20-24 m. Stadium sempurna
dari jamur ini disebut Setosphaeria turcica (Luttrell) Leonard et Suggs atau Trichometasphaeria
turcica (Pass.) Luttrell.
Gejala
Tanaman jagung yang tertular Exserohilum turcicum, gejala awalnya muncul bercakbercak kecil, jorong, hijau tua/hijau kelabu kebasahan. Selanjutnya, bercak bercak tadi berubah
warna menjadi coklat kehijauan. Bercak kemudian membesar dan mempunyai bentuk yang khas,
berupa kumparan atau perahu. Lebar bercak 1-2 cm dan panjang 5-10 cm, tetapi lebar dapat
mencapai 5 cm dan panjang 15 cm. Spora banyak terbentuk pada kedua sisi bercak pada kondisi
banyak embun atau setelah turun hujan, yang menyebabkan bercak berwarna hijau tua beledu,
yang makin ke tepi warnanya makin muda. Beberapa bercak dapat bersatu membentuk bercak
yang lebih besar sehingga dapat mematikan jaringan daun. Pertanaman jagung yang tertular berat
tampak kering seperti habis terbakar.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit dapat dikenal dengan mata telanjang dari gejalanya. Penyakit tumbuhan
yang belum ada campur tangan manusia merupakan hasil interaksi antara patogen,
inang dan lingkungan. Konsep ini disebut dengan segitiga penyakit atau plant
disease triangle, sedangkan penyakit tanaman yang terjadi setelah campur tangan
manusia adalah interaksi antara patogen, inang, lingkungan dan manusia. Konsep
ini disebut segi empat penyakit atau plant disease square(Triharso, 1996).
Patogen adalah sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit. Patogen berasal dari
bahasa Yunani,Pathos yang berarti menderita dan genesis yang berarti asal.
Umumnya istilah patogen hanya dipakai untuk jasad yang dalamkeadaan sesuai
dapat menimbulkan penyakit pada jasad lain (Semangun, 1996).
Penyakit tanaman dapat didefinisikan sebagai penyimpangan sifat normal yang
menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya
(Martoredjo, 1989).
DAFTAR PUSTAKA
Jackson RW (editor). (2009). Plant Pathogenic Bacteria: Genomics and
Molecular Biology. Caister Academic Press.
Martoredjo, T, 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian
Dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset, Yogyakarta.
Mynature-faiq. 2010. Pengenalan penyakit tanaman pangan.
http://mynature-faiq.blogspot.com/2010/07/pengenalan-penyakit-tanamanpangan.html. diakses16 Maret 2012.
Nasution, Ahmad Sanusi. 2008. Pengenalan Patologi/Penyakit
Tumbuhan.http://sanoesi.wordpress.com/2008/12/17/pengenalan-patologipenyakittumbuhan/ Diakses 16 Maret 2012.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Palembang: Kanisius
Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada
UniversityPress, Yogyakarta
Helminthosporium sp. adalah cendawan yang dapat menyebabkan penyakit hawar daun pada tanaman
jagung di Indonesia. Cendawan ini merupakan salah satu penyebab penyakit penting pada tanaman
jagung (Shurtleff, 1980; Subandi et al., 1988). Pertumbuhan dan perkembangan cendawan ini dipengaruhi
oleh suhu dan kelembaban udara. Suhu optimum untuk perkecambahan konidia H. maydis sekitar 30oC,
sedangkan untuk H. turcicum antara 20 26oC (Renfro and Ullstrup 1976). Cendawan Helminthosporium
sp. banyak membentuk konidia pada lingkungan dengan kelembaban udara antara 97 98% dan suhu
antara 20 30oC (Semangun 1991).
Gejala serangan menurut Semangun (1991), tanaman jagung yang terserang
cendawan ini menampakkan gejala berupa bercak coklat kelabu seperti jerami pada
permukaan daun dengan ukuran panjang 4 cm dan lebar 0,6 cm untuk H. maydis,
dan untuk H. turcicum mempunyai ukuran panjang 5 15 cm dan lebar 1 2 cm,
serta untuk H. carbonum berukuran panjang 2,5 cm dan lebar 0,3 0,6 cm. Sisi-sisi
bercak sejajar dengan tulang daun utama dan pada tingkat serangan yang berat
dapat menyebabkan daun mengering. Untuk membedakan gejala H. maydis dan H.
turcicum dapat dibedakan pada ukuran dan warna bercak. Bercak H. turcicum
ukurannya lebih panjang dan lebih lebar, serta warna lebih hitam. Kehilangan hasil
akibat serangan Helminthosporium sp. sekitar 50% (Sudjono, 1998). Di Amerika
Serikat H. maydis mempunyai 2 macam ras, yaitu ras T yang virulen dan ras O yang
kurang virulen. Ras T dapat menyerang daun dan tongkol jagung, sedangkan ras O
hanya menyerang pada bagian daun saja (Aldrich et al. 1975).