PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
Ahmad Dahlan 2015
Prosiding
REVIEWER
EDITOR
Tim Prosiding
Prosiding
Panitia
Prosiding
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................. i
Daftar isi ........ .............................................................................................ii
Sambutan Kaprodi ......................................................................................iii
Halaman makalah peserta ............................................................................v
Makalah ... .................................................................................................. 1
ii
Prosiding
iii
Prosiding
Selanjutnya Kepada Bapak Rektor untuk berkenan memberikan sambutan dan sekaligus
membuka
Seminar
Nasional
Pendidikan
Matematika
Ahmad
Dahlan
(SENDIKMAD)2015 .
Akhirnya sekali lagi Saya mengucapkan terimakasih, dan mohon maaf apabila
dalam pelayanan kami ada hal-hal yang kurang berkenan, begitu juga dalam sambutan
ini.
Nashrum minalloh wafathun qorib, billahi at-taufiq walhidayah
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, 15 Robiulawal 1437H/27 Desember 2015M
Abdul Taram
Kaprodi P.Mat UAD
iv
Prosiding
NO
1
JUDUL
EFEKTIVITAS MODEL
PEMBELAJARAN SOMATIS,
AUDITORY, VISUAL DAN
INTELLECTUAL (SAVI) DAN
MODEL PEMBELAJARAN GUIDED
NOTE TAKING TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS VIII SEMESTER GANJIL
SMP N 1 SUKOHARJO WONOSOBO
TAHUN AJARAN 2015/2016
NAMA
Akhamd Ikhsan
Amina, H Abdul
Taramb
Program Studi
Pendidikan
Matematika FKIP
UAD
HALAMAN
1-10
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN
STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF
CARD SORT TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA
SMP N 4 GAMPING KABUPATEN
SLEMAN KELAS VIII
SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN
2015/2016
Dea Permataa,
Uswatun
Khasanah,
M.Sc.b
program Studi
Pendidikan
Matematika
Universitas
Ahmad Dahlan
11-18
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN
MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAM ASISSTED
INDIVIDUALIZATIONDAN TIPE
NUMBERED HEAD
TOGETHERTERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA
SISWAKELAS XI TITL SMK NEGERI
1 PLERET KABUPATEN BANTUL
SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN
2015/2016
19-26
IkahBarokaha,
Uswatun
Khasanah,
M.Sc.b
Program Studi
Pendidikan
MatematikaUnive
rsitas Ahmad
Dahlan
Imam
Kusmaryono
dan Abdul Basir
Pendidikan
Matematika
Universitas Islam
Sultan Agung
Semarang
27-48
Prosiding
NO
5
JUDUL
PENGARUH PENILAIAN DIRI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR
GEOMETRI ANALITIK RUANG
6
EFEKTIFITAS PENGUNAAN
LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS
MASALAH
PADA SISWA KELAS VII SMP
NAMA
Mohamad
Aminudin
Program Studi
Pendidikan
Matematika FKIP
Universitas Islam
Sultan Agung
HALAMAN
49-55
Hera Deswita1
Universitas Pasir
Pengaraian
56-64
PEMBELAJARAN HUMANIS:
LANDASAN MENINGKATKAN
MINAT DAN KEMAMPUAN
MATEMATIKA SISWA INDONESIA
Rostien Puput
Anggoro
Pendidikan
Matematika,
FKIP, UAD
65-70
EFEKTIVITAS MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE COURSE REVIEW HORAY
DENGAN TIPE NUMBERED HEAD
TOGETHER TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH
BANTUL SEMESTER GANJIL
TAHUN AJARAN 2015/2016
Septia Ayu
Pratiwi ,
Uswatun
Khasanah
Program Studi
Pendidikan
Matematika FKIP
UAD
71-79
Siti Nur
Rohmah,M.PMa
t.,Dra.Sumargiy
ani,M.Pd.
Program Studi
Pendidikan
Matematika FKIP
Universitas
Ahmad Dahlan
Yogyakarta
80-88
vi
Prosiding
NO
10
JUDUL
IMPLEMENTASI PBL DENGAN
PENDEKATAN REALISTIKSAINTIFIK DAN ASESMEN PISA
UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN LITERASI
MATEMATIKA SISWA SMP
NAMA
Vita Istihapsari1,
Afit Istiandaru2
1
Pendidikan
Matematika,
Universitas Ahmad
Dahlan
HALAMAN
89-98
11
KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIS SISWA PADA
PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH DENGAN STRATEGI
METAKONITIF
Adi Asmara
Universitas
Muhammadiyah
Bengkulu
99-107
12
Laely Rohmatin
Apriliani, Hardi
Suyitno,Rochmad
Program Studi
Pendidikan
Matematika,
Program
Pascasarjana
Universitas Negeri
Semarang,
Indonesia
108-132
13
133-140
14
Christina M.
Laamena,
Universitas
Pattimura
Ekayani
Khusmawati
Syukrillah
Program Studi
Pendidikan
Matematika,
Program
Pascasarjana
Universitas Negeri
Semarang,
Indonesia
141-150
vii
Prosiding
NO
15
JUDUL
EFEKTIFITAS PENGUNAAN
LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS
MASALAH PADA SISWA KELAS VII
SMP
NAMA
Hera Deswita
Universitas Pasir
Pengaraian
16
MODEL PEMBELAJARAN
PENEMUAN TERBIMBING TIPE
MINDS,
SUATU ALTERNATIF MODEL
PEMBELAJARAN UNTUK
MEMBIASAKAN PESERTA DIDIK
BELAJAR MATEMATIKA SECARA
MANDIRI
Iden Rainal
Ihsan,Ratu Sarah
Fauziah Iskandar
Program Studi
Pendidikan
Matematika FKIP
Universitas Islam
Nusantara,
17
KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH SISWADITINJAU DARI
ADVERSITY QUOTIENT (AQ)
Latifah Darojat,
Kartono, Iwan
Junaedi
Program Studi
Pendidikan
Matematika,
Program
Pascasarjana
Universitas Negeri
Semarang,
Indonesia
18
KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DAN METAKOGNISI
SISWA BERDASARKAN ORIENTASI
TUJUAN PADA PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
Laurensia Dhika
Maretasani,
Masrukan,
Dwijanto
Program Studi
Pendidikan
Matematika,
Program
Pascasarjana
Universitas Negeri
Semarang,
Indonesia
HALAMAN
151-162
viii
Prosiding
NO
19
JUDUL
KEMAMPUAN KONEKSI
MATEMATIK BERDASARKAN TIPE
KEPRIBADIAN SISWA PADA
PEMBELAJARAN MODEL
CONCEPTUAL UNDERSTANDING
PROSEDURES
NAMA
Nurdiyah
Program Studi
Pendidikan
Matematika,
Program
Pascasarjana
Universitas
Negeri Semarang,
Indonesia
HALAMAN
202-213
20
Qoriatul
Maulidah
Program Studi
Pendidikan
Matematika,
Program
Pascasarjana
Universitas
Negeri Semarang,
Indonesia
214-224
21
RETNA
AYUNINGRUM
Universitas
Sebelas Maret
225-236
22
RUSMINING
Prodi Pendidikan
Matematika,
Universitas
Ahmad Dahlan
237-245
23
KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIS SISWA
SMP
Winda
Ramadianti
Program Studi
Pendidikan
Matematika,
Universitas
Muhammadiyah
Bengkulu
246-257
ix
Prosiding
NO
24
25
HALAMAN
NAMA
Wiwik Ariyani 1) 258-269
Hardi Suyitno 2)
Iwan Djunaedi 3}
1)
MTs Taqwal
Ilah 2)3)Program
Studi Pendidikan
Matematika,
Program Pasca
Sarjana
Universitas
Negeri Semarang
PENGEMBANGAN MEDIA
Anisa Wilujeng, 270-277
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Uus Kusdinar
Program Studi
BERBASIS KOMIK PADA MATERI
Pendidikan
OPERASI HITUNG BENTUK
ALJABAR UNTUK SISWA KELAS VII Matematika FKIP
UAD
SMP
JUDUL
INTEGRASI NILAI-NILAI ISLAMI
DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
KEMAMPUAN KONEKSI
MATEMATIKA
26
PENGEMBANGAN MODUL
STATISTIKAUNTUK SISWA KELAS
XI SMA/MA DENGAN PENDEKATAN
CONTEXTUAL
278-290
27
Arif Mustofa,
Abdul Taram
Jurusan
Pendidikan
Matematika FKIP
UAD
Cut Latifah
Zahari
Mahasiswa
Pascasarjana UPI
28
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA
Syariful Fahmi
Pendidikan
MACROMEDIA FLASH DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN Matematika UAD
KEEFEKTIFANNYA
TERHADAP SIKAP SISWA PADA
MATEMATIKA
299-326
29
PENGEMBANGAN MODUL
MATEMATIKA BERBASIS
PENDEKATAN DEDUKTIF SEBAGAI
INOVASI MEDIA PEMBELAJARAN
INTERAKTIF
PADA MATERI SEGIEMPAT SISWA
KELAS VII
SMP NEGERI 11 KOTA SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
327-338
Wahyu Ridlo
Purwanto
Universitas
Sebelas Maret
291-298
Prosiding
NO
30
JUDUL
ESTIMASIVALUE AT RISK DAN
EXPECTED TAIL LOSS KASUS
HETEROSKEDASTIKDENGANGENE
RALIZED EXTREME VALUE
UNTUK MEMPREDIKSI RETURN
INVESTASI
HALAMAN
NAMA
339-346
Hermansah
Jalan Ismail
Marzuki Mataram
xi
Prosiding
ABSTRAK
Pembelajaran yang monoton membuat siswa menjadi jenuh dan kurang fokus selama
pembelajaran berlangsung. Selain itu, ketergantungan siswa terhadap guru masih tinggi hal ini
menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga diperlukan
model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa yaitu model SAVI dan model
pembelajaran Guided Note Taking. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model
pembelajaran SAVIdan model pembelajaran Guided Note Taking terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VIII semester ganjil SMP N 1 Sukoharjo Kabupaten Wonosobo tahun
ajaran 2015/2016.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa Kelas VIII semester Ganjil SMP Negeri
1 Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016 yang terbagi menjadi 4 kelas yaitu Kelas VIII A, VIII B,
VIII C, dan VIII D, yang keseluruhannya berjumlah 96. Sampel diambil 3 kelas dengan tekhnik
random sampling kelas, diperoleh Kelas VIII C sebagai Kelas Eksperimen I dan Kelas VIII D
sebagai Kelas Eksperimen II. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
dokumentasi dan metode tes. Instrumen yang digunakan adalah soal tes hasil belajar matematika.
Analisis data untuk pengujian hipotesis menggunakan uji-t.
Hasil penelitian pada taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan = 44 menunjukkan: (1)
Ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran
SAVIdengan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided
Note Takingkelas VIII semester ganjil SMP N 1 SukoharjoKabupaten Wonosobo tahun ajaran
2015/2016. Hal ini ditunjukan dengan uji hipotesis dua pihak dengan uji-t diperoleh =
3,42605 dan = 2,01537. (2) Pembelajaran menggunakan model pembelajaran SAVIlebih
efektif dibandingkan pembelajaran dengan menggunakan Guided Note Taking terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas VIII semester ganjil SMP N 1 Sukoharjo tahun ajaran 2015/2016.
Hal ini ditunjukan dengan uji hipotesis satu pihak dengan uji-t diperoleh = 3,42605 dan
=1,68023.
Kata kunci: efektivitas, model pembelajaran SAVI, model pembelajaran Guided Note Taking
ABSTRACT
Monotonous learning makes students become saturated and less focused during the
learning takes place. In addition, the dependence of students to teachers is still high this causes
students to become less active in the learning process, so that the necessary learning model that
can enhance students' active ie SAVI models and learning models Guided Note Taking. This study
aims to determine the effectiveness of learning models and learning models Guided SAVI Note
Taking on mathematics learning outcomes semester eighth grade students of SMP N 1 Sukoharjo
Wonosobo academic year 2015/2016.
Prosiding
The population in this study were all students of class VIII SMP Negeri 1 Odd half
Sukoharjo 2015/2016 academic year is divided into four classes: Class VIII A, VIII B, C VIII and
VIII D, which in total amounted to 96. Samples were taken three classes with random sampling
technique class, obtained Class VIII C as the Experimental Class I and Class VIII Class D as
Experiment II. The data collection method used is the method of documentation and test methods.
The instrument used is a matter of mathematics achievement test. Data analysis for hypothesis
testing using t-test.
The result of the significant level of 5% and degrees of freedom = 44 indicate: (1) There
are differences in the results of learning mathematics students using learning model SAVI
learning outcomes math students use learning models Guided Note Taking a class VIII semester
SMP N 1 Sukoharjo Wonosobo 2015/2016 academic year. This is evidenced by the two parties
hypothesis testing using t-test is obtained = 3.42605 and =2.01537. (2) Learning to
use SAVI learning model is more effective than learning by using Guided Note Taking on
mathematics learning outcomes semester eighth grade students of SMP N 1 Sukoharjo the
academic year 2015/2016. It is indicated to test the hypothesis of the parties with the t-test is
obtained = 3.42605 and 1.68023.
Keywords: effectiveness, learning model SAVI, Guided learning models Note Taking
PENDAHULUAN
Dalam
pembukuan
Undang-
bahwa
Negara
beberapa
adalah
Menurut
Indonesia
salah
satu
Republik
tujuan
Indonesia
berhak
memperoleh
komponen
Rusman
(2012:58),
guru
dominan
dimana
secara
dalam
tegaknya
masyarakat
dan
modern
yang
nilai-nilai
dijiwai
pendidikan
dapat
madani,
dalam
yang
proses
keseluruhan.
kegiatan
pada
pembelajaran
Seorang
guru
pembelajaran
Prosiding
bagi siswa.
Menurut
Suherman,
dkk
Nasional
pada
pengembangannya
dari
Matematika
sangat
manusia
dalam
matematika.
membantu
tergantung
dengan
mata
pelajaran
Kabupaten
matematika
Arini
dapat
selama
hanya
sehingga
disimpulkan
diam,
penjelasan
Ibu
Tingkat
bahwa
siswa
dari
mendengarkan
guru
siswa
menjadi
cepat
kemudian
siswa
matematika
kelas
untukmempresentasikan
hasil
menjadi
akibatnya
enggan
karena
berdampak
belajar
takut
pada
Prosiding
Model
pembelajaran
(Somatis,
Intelektual)
belajar
karena
pembelajaran
itu,
dalam
Auditori,
SAVI
menganut
yang
yang
paling
berbeda.
Visuali,
dan
aliran
ilmu
baik
adalah
Dalam
model
indera
dapat
model
minder.
menggunakan
pembelajaran
berlangsung.
selama
Sehingga
kegiatan
diharapkan
proses
belajar
dengan
Model
berbuat,
berbicara,
pembelajaran
Guided
knowledge
dikembangkan
metode
guna
kegiatan
yang
memerlancarkan
tepat
selama
dalam
siswa
adalah
agar
catatan
materi
pelajaran.
yang
ke
model
hand
pembelajaran
out
yang
Selama
Guided
berisikan
Note
materi
Prosiding
Dengan
dasar
inilah
yang
Efektivitas
Model
dan Model
Sukoharjo
Kabupaten
dari
Somatis,Auditory,
2. Auditori
dapat
membangun
stock
of
pada
yang
siswa
(Student
Centered
dibawakan
guru
mendapat
2009:105).
Note
Somatik.
handout
Meier, D (2002:
menambahkan
satu
lagi
99)
modalitas
Taking
dari
materi
dengan
ajar
yang
kepada
Intelektual.
sebagian
diawali
peserta
didik.
poin-poin
Mengosongi
yang
penting
kosong
Modalitas
Awal
Gaya Belajar
adalah
dalam
handout
mengosongkan
tersebut.
istilah
atau
kata
kunci.
(Agus
Suprijono,
2009:105).
Prosiding
Menjelaskan
kepada
peserta
Taking
pembelajaran.
berlangsung
Selama
peserta
ceramah
didik
diminta
belajar
pembelajaran
Guided
Note
Terdapat
hasil
terhadap
peneliti
ingin
mengetahui
penelitian
pembelajaran
Wibowo
(2010)
dengan
judul
Guided
siswa.`
Berdasarkan uraian di atas, maka
dirumuskan masalah yang ada yaitu :
model
tipe
Cooperative
Learning
pembelajaran
Takingdapat
belajar
Guided
meningkatkan
siswa
serta
hasil
Note
aktivitas
belajar
efektif
dibandingkan
siswa
kelas
VIII
Prosiding
Sukoharjo
Kabupaen
Wonosobo
Teknik
pengumpulan
berupadokumentasidantes.
data
Instrumen
Analisis
penelitian
eksperimen.
Penelitianinidilaksanakan
di
Negeri
Kabupaten
Sukoharjo
data
menggunakanujinormalitas,
homogenitas, danuji-t.
SMP
UjiNormalitasmenggunakanrum
us :
VIII
Idankelas
Dsebagaikelaseksperimen
=1
Keterangan :
II.Variabelpenelitianiniadalah
model
pembelajaran
SAVI,
model
pembelajaran
Guided
Note
( )2
interval ke-
Takingdanhasilbelajarmatematikasiswak
interval ke-
Wonosobo
yang
dilaksanakanpadatanggal1s.d19Sepemb
er 2015 sebanyak 4 pertemuan (@2 jam
pelajaran)
termasukteshasilbelajar.Pelaksanaanpen
elitiandilakukandenganmenggunakanmo
del
pembelajaran
SAVIpadakelaseksperimen
Idandenganmodel pembelajaran Guided
Setelahmencapai
berdistribusi
sub
babterakhir,
keduakelasdiberiteshasilbelajar
yang
nantinyahasilbelajardarikeduakelasakan
dilihatperbedaanhasilnyasehinggadiketa
huimodel
lebihefektif.
pembelajaranmana
yang
normal.
(Sudjana, 2005:273)
2
2 = ln 10 B n i 1 log S i
i 1
Prosiding
dengan
B log S
n
k
i 1
(n
i 1
1) S i
kontrol
i 1
1 2
: Banyaknya
2 2
sampel ke-
Sp
(ni 1)
: variansi gabungan
: jumlah
Log 2
kebebasan
sampel
dikalikan
dengan
logaritma
dari
: logaritma
variansi
(Suparman, 2013:62)
derajat
variansi gabungan.
dan
gabungan
model
pembelajaran
hitung
: jumlah
=1
derajat
kebebasan ke-
1)
1
2
2
Keterangan :
: harga
Eksperimen
: Varians
X1 X 2
Sp
1
1
n1 n2
dengan :
itu sendiri.
Adapun hasil uji dua pihak
kemampuan awal pada kedua kelas dapat
dilihat padaTabel 1 berikut :
Sp
2
Keterangan:
n1 1 S1 2 n2 1 S 2 2
n1 n 2 2
Tabel1.Rangkuman
Uji
Kesamaan Rata-rata Nilai Kemampuan
Awal
Taraf
Sig
DK
Ket
Prosiding
0,138
2,011
5%
47
H0
diterima
model
pembelajaran
signifikan
kebebasan
dan
derajat
sehingga
dapat
5%
47,
berikut :
Belajar
3,42
1,68
Taraf
Sig
Ket
DK
5%
44
Berdasarkan
tabel
H0 ditolak
3terlihat
Hasil Belajar
3,42
2,013
taraf
signifikan
kebebasan
Taraf
DK
Sig
Ket
44,
5%
dan
derajat
sehingga
dapat
5%
44
H0
ditolak
Guided
Note
Taking
tabel
2terlihat
signifikan
kebebasan
46,
5%
dan
derajat
sehingga
dapat
KESIMPULAN
model
pembelajaran
yang
dapat
diambil
kesimpulan
pembelajarannya
Prosiding
siswa
pembelajarannya
yang
menggunakan
menggunakan
DAFTAR PUSTAKA
Rusman.
2012.
Model-Model
Pembelajaran
Mengembngkan
Sukoharjo
2015/2016.Hal
tahun
ini
ajaran
ditunjukan
=1,68023.
3,42605
dan
karena > ,
matematika
pembelajarannya
siswa
yang
menggunakan
yang
pembelajarannya
10
Prosiding
ABSTRAK
ABSTRACT
11
Prosiding
This research was conducted with the reasons lack of interest student learning,
the implementation of learning are applied has not been optimal, and less provide a variety
of learning strategies, so it requires a lot of learning strategies that engage students
actively. One of the learning strategies that can increase the activity of students in learning
is active learning strategies Card Sort. This research purpose to know the effectiveness
the use of active learning strategies Card Sort toward mathematics learning outcomes
students of SMP N 4 Gamping Sleman District Class VIII Odd Semester Academic Year
2015/2016 on the subject of Systems of Linear Equations Two Variables (SPLDV).
The total number of grade VIII students of SMP N 4 Gamping Sleman academic
year 2015/2016 was 192 students consisting of six classes, VIII A, VIII B, VIII C, VIII
D, VIII E, and VIII F. In this study, population taken three classes of class VIII D, VIII
E, VIII F numbering 96 students seeing the average value similar UTS. Samples were
taken two classes using random sampling techniques, obtained class VIII D as an
experimental class and class VIII E as a control class. Data collection techniques used
were documentation and test methods. The instrument used is a matter of mathematics
achievement test. The data analysis technique used to test the prerequisite is normality
test with Chi-Square formula and homogeneity test with test formula Bartlet. As for the
hypothesis test using t-test.
The result of the significant level of 5% and db = 62 indicates that: (1) there is
a difference between mathematics learning outcomes students that using active learning
strategies Card Sort by mathematics learning outcomes students without the use of active
learning strategies Card Sort. This is evidenced by the value = 2,6966 and
= 1,99962. As a result > , so 0 is rejected and 1 is accepted, and
(2) active learning strategies Card Sort is more effective than students without the use of
active learning strategies Card Sort toward mathematics learning outcomes students. This
is evidenced by the value = 2,6966 dan = 1,67017. As a result >
, so 0 is rejected and 0 1 is accepted.
Keywords: effectiveness, card sort, learning outcomes.
A. Pendahuluan
Pendidikan memegang peranan
penting dalam menentukan kualitas
sumber daya manusia suatu bangsa. Hal
ini relevan dengan Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan
bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
12
Prosiding
dengan teman sebangkunya tanpa
memperdulikan guru yang sedang
mengajar. Selain itu, siswa tidak berani
bertanya kepada guru apabila ada materi
pelajaran yang tidak dimengerti dan juga
tidak berani maju untuk menyelesaikan
soal. Ketidaksenangan siswa terhadap
mata pelajaran matematika ini akan
berdampak pada hasil belajar.
Berdasarkan data nilai Ulangan
Tengah Semester (UTS) yang diperoleh
dari guru matematika kelas VIII SMP N
4 Gamping Kabupaten Sleman,
diketahui bahwa jumlah siswa yang
kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) sebanyak 123 siswa atau lebih
dari 50% dari 192 siswa belum mencapai
nilai KKM yaitu 75 dalam mata
pelajaran Matematika yang diterapkan di
sekolah. Ini menujukkan bahwa hasil
belajar matematika siswa belum
maksimal atau masih rendah.
Salah satu yang mempengaruhi
hasil belajar matematika siswa adalah
yang
terkait dengan strategi
pembelajaran yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran. Berdasarkan
informasi dari guru Matematika SMP N
4 Gamping, Ibu Umi Mubarokhah,
M.Pd. pada tanggal 15 Oktober 2015,
bahwa dalam proses pembelajaran guru
menggunakan metode diskusi dan tutor
sebaya. Akan tetapi pelaksanaan metode
tersebut belum optimal dikarenakan
siswa tidak belajar pada malam harinya
sebelum pelajaran matematika sehingga
guru sulit untuk melanjutkan materi
karena materi pelajaran sebelumnya
siswa lupa dan guru harus mengulang
kembali materi pelajaran yang telah
diberikan. Selain itu juga, sebagian besar
siswa kurang memperhatikan saat guru
menjelaskan materi pelajaran. Guru juga
kurang
memberikan
strategi
pembelajaran yang bervariasi untuk
mengatasi kejenuhan dan kebosanan
siswa dalam pembelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan
di atas perlu diupayakan beberapa
pemecahan
masalah
seperti
13
Prosiding
perbedaan
antara
hasil
belajar
matematika siswa yang menggunakan
strategi pembelajaran aktif Card Sort
dengan hasil belajar matematika siswa
tanpa
menggunakan
strategi
pembelajaran aktif Card Sort, serta
untuk mengetahui yang lebih efektif
antara strategi pembelajaran aktif Card
Sort dengan tanpa menggunakan strategi
pembelajaran aktif Card Sort terhadap
hasil belajar matematika siswa SMP N 4
Gamping Kabupaten Sleman kelas VIII
semester gasal tahun ajaran 2015/2016.
B. Metode Penelitian
Adapun jenis penelitian ini
adalah jenis penelitian eksperimen.
Penelitian ini menggunakan dua kelas,
kelas eksperimen diberi perlakuan
dengan
menggunakan
strategi
pembelajaran aktif Card Sort, sedangkan
kelas kontrol menggunakan strategi
pembelajaran aktif Student Facilitator
and Explaining. Desain penelitian yang
digunakan adalah True Experimental
Design dengan jenis Postest-Only
Control Design.
Desain
penelitian
ini
digambarkan sebagaimana Tabel 1.
Tabel 1
Desain Penelitian
Kelompok Perlakua Posttes
n
t
Eksperime
R
1
n
Kontrol
R
2
Keterangan:
Eksperimen :Kelas yang menggunakan
strategi
pembelajaran
aktif Card Sort
Kontrol
:Kelas
yang
menggunakan
strategi
pembelajaran
aktif
Student Facilitator and
Explaining
:Random
:Ada
perlakuan
menggunakan
strategi
pembelajaran aktif Card
Sort
14
Prosiding
0,0751
3,841
c.
Uji
Hipotesis
Kesamaan
Kemampuan Awal
Adapun rangkuman hasil uji
hipotesis kesamaan kemampuan awal
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
Kesamaan Kemampuan Awal
1,9996
15
Prosiding
Tabel 5.
Rangkuman Uji Normalitas
Hasil Belajar
Eksperimen 2,9583 9,487
7
Kontrol
0,4814 3,841
5
belajar
yang
3,841
Kelas
Tabel 7.
Rangkuman Uji Hipotesis Pertama
1,9996
16
Prosiding
1,6702
17
Prosiding
Departemen
Pendidikan
Nasional
Republik
Indonesia.
2003.
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta : Biro Hukum
dan Organisasi.
Dris, J dan Tasari. 2011. Matematika 2
untuk SMP dan MTs Kelas
VIII. Jakarta. Pusat Kurikulum
dan Perbukuan Kementerian
Pendidikan Nasional Tahun
2011.
Irawan, Etsa Indra dan Dwi Haryanto.
2012. 1700 Bank Soal Bimbingan
Pemantapan Matematika Untuk
SMP/MTs. Bandung : Yrama
Widya.
Khasanah, Uswatun. 2014. Analisis
Regresi. Yogyakarta : MIPA
UAD Press.
Marno dan M. Idris. 2014. Strategi,
Metode, Dan Teknik Mengajar.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Russefendi. 1998. Statistik Dasar untuk
Penelitian Pendidikan. Bandung
: IKP Bandung Press.
Silberman, M. 2014. Active Learning
101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung : Nuansa Cendekia.
Soraya,
Liana. 2013.
Pengaruh
Penggunaan
Strategi
Pembelajaran Aktif Card Sort
(Sortir Kartu) Terhadap Motivasi
dan Prestasi Belajar Kimia
Peserta Didik Kelas X Semester
II SMA Negeri 1 Sewon Tahun
18
Prosiding
ABSTRAK
Penggunaan model pembelajaran yang masih mononton menyebabkan siswa
kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran matematika, sehingga mengakibatkan
rendahnya hasil belajar matematika. Masalah tersebut melatarbelakangi peneliti untuk
melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Asissted Individualization (TAI), dan tipe Numbered Head Together (NHT). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Asissted Individualization (TAI), dan tipe Numbered Head Together (NHT)
terhadap hasil belajar matematika siswa.
Populasi pada penelitian ini adalah kelas XI A TITL, XI B TITL, XI C TITL yang
jumlah keseluruhan siswa kelas XI TITL adalah 94 siswa. Sampel diambil 2 kelas
menggunakan teknik random sampling, diperoleh kelas XI B TITL sebagai kelas
eksperimen I dan kelas XI A TITL sebagai kelas eksperimen II. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah metode dokumentasi dan tes. Instrumen yang digunakan
adalah soal tes hasil belajar matematika yang berupa soal objektif yaitu pilihan ganda.
Teknik analisis data yang digunakan untuk uji prasyarat adalah uji normalitas dengan
rumus Chi-Kuadrat dan uji homogenitas dengan rumus uji Bartlet. Sedangkan untuk uji
hipotesis dengan uji hipotesis pertama dan uji hipotesis kedua.
Hasil penelitian pada taraf signifikan 5% dan db = 62 menunjukan bahwa: (1) ada
perbedaan antara hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI dengan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Hal ini ditunjukan dengan nilai = 2,0622223756 dan = 1,99962,
sehingga | | > dan (2) model pembelajaran koopeartif tipe TAI lebih efektif
dari pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar matematika.
Hal ini ditunjukan dengan nilai = 2,0622223756 dan = 1,67017,
sehingga > .
19
Prosiding
Pendahuluan
Pendidikan di sekolah maupun luar
sekolah, merupakan salah satu program
pemerintah dalam rangka memenuhi
kebutuhan sumber daya manusia yang
terampil dan siap pakai. Pembentukan
sumber
daya
dikembangkan
matematika,
seperti
ini
melalui
pendidikan
karena
dapat
matematika
ilmu
pengetahuan
masalah
sehari-hari.
pembelajaran
berperan
penting
dalam
pengajaran,
materi
yang
dan
bentuk
pengajaran.
kooperatif
tipe
mempunyai
diantarnya
yaitu
dalam
penelitian
ini
Bantul
tahun
ajaran
2015/2016?.
Tujuan penelitian ini adalah: 1)
Untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan hasil belajar matematika yang
20
Prosiding
menggunakan
model
pembelajaran
tipe
TAI
tipe
NHT
tipe
dan
(Team
Individualization)
dan
Assisted
tipe
NHT
Huda,
Miftakhul
(2014:203),
menyatakan
hasil belajar.
cocok
metode
untuk
yang
memastikan
LANDASAN TEORI
Matematika
bahwa
mata
materi
mempertimbangkan
paling
lakukan:
matematika
aktivitas
hubungan-hubungan
kelompok
pelajaran
yang
merupakan
mempunyai
adalah
suatu
serta
simbol-
tepat.
1)
diberi
jawaban
Berikut
Guru
yang
merupakan
memberikan
nomor.
4)
Guru
masing-masing
perubahan
kepada
yang
itu
mengacu
kelompok
21
Prosiding
mempesentasikan
hasil
diskusi
Assisted
Individualization
merupakan
Dalam
penelitian
ini
siswa
saling
satu
112).
tipe
untuk
salah
bekerjasama
pembelajaran
Miftakhul
menyatakan
bahwa:
Individualization
sebuah
(2014:200),
Team
(TAI)
Assisted
merupakan
berusaha
mengadaptasikan
pembelajaran
menggunakan
dengan
menggunakan
perbedaan
akademik.
untuk
pengajaran
meningkatkan
individual
dengan
dengan
siswa
secara
meminimalisasi
kemampuan,
pengetahuan,
siswa
Berikut
kooperatif
Units.
dengan
serta
belajar
motivasi
kelompok.
Uji
hipotesis
pertama
22
Prosiding
perbedan
hasil
menggunakan
belajar
model
yang
pembelajaran
awal
yang
berdistribusi
normal.
Head
Uji
Together).
Sedangkan
<
eksperimen
yang
II
artinyakelas
memiliki
data
b. Uji
Homogenitas
Kemampuan Awal
Adapun rangkuman hasil
uji
HASIL PENELITIAN
1. Kemampuan Awal
Tabel 2
awal
Adapun rangkuman hasil
uji
3.30498
3,8415
Tabel 1
Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Eksperimen I
5,716
7,815
Eksperimen II
4,996
7,815
(homogen).
23
Prosiding
uji
uji
Tabel 3
Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
Pertama Nilai Kemampuan Awal
0,06418
1,99962
signifikan
5%
dan
Tabel 4
Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Nilai Hasil Belajar Matematika
Kelas
Eksperimen I
7,027
7,815
Eksperimen II
4,37
9,488
derajat
kemampuan
awal
siswa
yang
model
pembelajaran
uji
24
Prosiding
0,00023
3.8415
pembelajaran
kooperatif
tipe
TAI
model
pembelajaran
2015/2016.
d. Uji Hipotesis Kedua
uji
uji
Tabel 6
Tabel 6
Rangkuman Hasil Uji Hipotesis
1,670167
1,99962
signifikan
5%
dan
derajat
dan
= 1,670167
lebih
pembelajaran
efektif
daripada
kooperatif
tipe
model
NHT
25
Prosiding
Kesimpulan
Daftar Pustaka
matematika
siswa
yang
menggunakan
model
SMK
Negeri
Kabupaten Bantul
Pleret
kelas tahun
H0
ditolak
Dengan
dan
H1
demikian
teruji
26
Prosiding
percaya diri dan daya matematika siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik
berkarakter islami; (2) Adanya pengaruh sikap percaya diri siswa terhadap daya
matematika pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik berkarakter islami. Hasil
penelitian menunjukkan, adanya hubungan yang berarti antara sikap percaya diri dan
hasil belajar (daya matematika) siswa pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik
berkarakter islami. Besarnya pengaruh sikap percaya diri terhadap daya matematika,
ditunjukkan melalui koefisien determinasi (R2) sebesar 0,455 atau 45,5%. Ini berarti
variasi yang terjadi di dalam variable daya matematika (Y) dapat dijelaskan oleh variable
sikap percaya diri (X) melalui persamaan regresi, Y= 43,19 + 0,462X, dan sisanya sebesar
54,5% dipengaruhi oleh variabel lain. Sikap percaya diri yang cukup tinggi, tercermin
melalui sikap produktif, kreatif, inovatif, dan afektif dengan penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi, serta tercermin
dalam kapasistas
A. Pendahuluan
tugas
siswa
bahwa
matematika,
cenderung
sehingga
menganggap
27
Prosiding
pembelajaran
agar
dalam
upaya
mampu
berkompetisi
untuk
penggunaan
globalisasi,
matematika
maka
untuk
pengembangan
mereka
diri
mereka
sendiri(Ar-
Ra'd:11).
Isu
reformasi
pendidikan
tentang
kemampuan
matematika
berguna.
tinggi
(higher-order
thinking).
Di
era
globalisasi
saat
ini
28
Prosiding
mendorong
Pembelajaran
siswa
untuk
matematika
tetapi
(mathematical
tingkat
atau
derajat
matematika
2015).
dalam
tentunya
banyak
pembelajaran
kemampuan
Sebagai
dimiliki
daya
mengukur
yang
power),
konsekuensi
pembelajaran
harus
untuk
matematika
dirancang
dan
siswa
bentuk
suatu
penilaian
kehidupan sehari-hari.
Mengingat
pentingnya
thinking
ditumbuhkan
matematika.
perlu
kemampuan
higher-order
daya
bagian
disangsikan
kebenarannya.
pengembangan
Agung
"daya
matematika"
Semarang
untuk
dapat
mendeskripsikan
daya matematika
muda
pengaruh
peneliti
sikap
pada pembelajaran
Lourdes, 2005).
berkarakter islami.
dapat
dipandang
memiliki
kemampuan-
kemampuan,
termasuk
kemampuan
yang
berupa
daya
29
Prosiding
menghadapi
pengendalian
(memandang
kegagalan,
islami.
penolakan
diri
orang
yang
baik;
keberhasilan
bergantung
atau
keadaan
lain,
(5)
atau
pada
usaha
serta
tidak
orang
lain);
(6)
mempunyai
cara
penting
mengaktualisasikan
positif
untuk
baik
terhadap
diri
sendiri
Al-Qur'an
sebagai
dalam
rujukan
pertama
pembahasan
ini
individu
yang
Artinya:
sehingga
pujian,
membutuhkan
oleh
orang
lain
Janganlah
kamu
bersikap
maupun
30
Prosiding
menghubungkan
tentang
1989).
keistimewaan
kedudukan
Dalam
ide-ide
prinsip
dalam
dan
standar
yaitu
yang
(Learning
dapat
dipergunakan
untuk
pada
prinsip
pembelajaran
Principles),
aktivitas
siswa
untuk
menekankan
membangun
Daya Matematika
Apa
Setelah
daya
matematika
meninjau
literatur
(Schoenfeld,
1992;
Coslick, 1998;
itu?
terkait
Baroody
dan
pemahaman
Sebagaimana
yang
benar.
dinyatakan
(1986:873):
Bodner
knowledge
is
didefinisikan
"kepercayaan
of
menggunakan
individu
sebagai
untuk
preexisting
mental
merupakan
pengetahuan
situasi
masalah
memecahkan
Daya
kemampuan
matematika
untuk
proses
structures.
yang
memperoleh
diciptakan
atau
meliputi
mengeksplorasi,
berpikir
menyelesaikan
kritis
masalah
mengomunikasikan
matematika
dan
non
ide
rutin;
kreatif
masalah
dan
merumuskan,
(NCTM,
2000a).
mengenai
menggunakan
31
Prosiding
telah
merekomendasikan
bahwa
pengetahuan
yang
didasarkan
atas
pengalaman
belajar,
prinsip-prinsip
bagi
hukum-hukum,
dan
generalisasi,
berkembangnya
keterampilan
akhir, namum
pada
pembelajaran
proses
keterampilan
pembelajaran
proses.
berbasis
Model
peningkatan
Saintifik
Berkarakter
Islami
Pembelajaran dengan pendekatan
mengadopsi
saintis
memungkinkan
langkah-langkah
kecakapan
terbudayakannya
berpikir
sains,
fasilitator
kemampuan
siswa
berpikir
(Alfred, 1989).
mampu
berfikir
sistematis,
kapasistas
kreatif
logis,
dengan
berfikir
runut
dan
menggunakan
tingkat
untuk
yang
melakukan
membimbing
proses
dan
pencarian
tinggi
para
pada
kemampuan
menemukan
sendiri
siswa
dalam
(discover)
ilmuwan
demikian
siswa
(scientist)
diarahkan
dalam
untuk
32
Prosiding
2013).
Fokus
proses
diarahkan
pada
keterampilan
siswa
pembelajaran
pengembangan
dalam
memproseskan
menemukan
dan
pengetahuan,
mengembangkan
yang diperlukan.
Pada
pembelajaran
penekatan
ilmiah,
dengan
ranah
sikap
1.
Langkah-langkah
keterampilan
mengamit
Kemendikbud
pengetahuan
ilmiah
mengamit
trsnsformasu
(2013)
(scientific
memberikan
approach)
dalam
pembelajaran
komponen:
mencoba,
menyimpulkan,
Komponen-
dan
pengetahuan,
langkah
seperti
pembelajaran
didalamnya
mencakup
mengamati,
menanya,
mengolah,
dan
komponen
menyajikan,
mencipta.
tersebut
langkahdengan
33
Prosiding
saintifik
pembelajaran
adalah
proses
matematika
yang
1989).
bagaimanapun
matematika
Sebagai
model
pembelajaran
dilaksanakan
harus dapat
implikasi,
hendaknya
menumbuhkembangkan
mengamati
(untuk
menemukan
masalah,
teknik,
yang
mengidentifikasi
masalah),
atau
merumuskan
menganalisis
kesimpulan
dan
data,
menarik
mengomunikasikan
konsep, hukum
atau prinsip
ditemukan.
Dengan
pembelajaran
matematika
pendekatan
saintifik
yang
kata
lain
dibawa
SAW.(Rochman,
Nabi
Muhammad
2010)
menyatakan
proses
pembelajaran
dapat
dengan
proses
adalah
pembelajaran
matematika
yang
dirancang agar
siswa
aktif
Pembelajaran
secara
sains
harus
kepada
kesadaran
menghantarkan
cara-cara
ilmiah
(http://www.kemdikbud.go.id).
bahwa
secara
matematika
implisif
dengan
ditinjau
dari
dimilikinya
dalam
Al-Quran
tentang
pembagian
yang
menuansai
warisan,
Surat
34
Prosiding
serta
bersama-sama
matematika
dengan
ketika
mengakhiri
dengan
kegiatan
mengucap
Alhamdulillah.
b. Penggunaan Istilah
nama,
bernuansa
peristiwa
atau
islam.
benda
Misalnya:
yang
nama
pembelajaran
waktu
mata
pelajaran
ibadah
haji),
benda-benda
nama
masjid).
Allah,
penggunaan
istilah,
c. Ilustrasi visual
jaringan
topik,
simbol
ayat-ayat
kauniah.
membicarakan
simetri
dapat
bangun
RPP
yang memuat
secara
tertulis
ruang
dapat
menampilkan
tahap
demi
tahap
dalam
menjelaskan
suatu
35
Prosiding
Battani,
pecahan
dengan
dapat
dapat
diterangkan
dikaitkan
dengan
bantuan
rumus
akar
g. Jaringan topik
hasil.
e.
penemuan
relevan
(tentang
warisan.
f. Penelusuran sejarah
10
surat
Al-Jumuah
Allah SWT.
h.
semesta)
bulat
dapat
disampaikan
penemu
dapat
diberikan
contoh
bertapa
36
Prosiding
mengajarkan
tak
dengan
hingga
tentang
dapat
bilangan
dikaitkan
berupa
penambahan
pengetahuan
maupun
mengakibatkan
dunia ini.
keterampilan
adanya
yang
perubahan
nilai-nilai
ajaran
Islam
dalam
Kepercayaan
diri
merupakan
materi.
Pengaruh
Sikap
Percaya
Diri
takut
menentukan
membanding-bandingkan
keyakinan
saat
membuat
pilihan,
dan
Percaya
ragu-ragu
pilihan
diri
dan
untuk
sering
dirinya
sebagai
suatu
mampu
prestasinya.
berperilaku
seperti
yang
37
Prosiding
oleh
memiliki
merupakan
individu
yang
pemicu
utama
dalam
B. Metode Penelitian
kombinasi
atau
campuran
antara
Berikut
disajikan
bagan
proses
modal
individu
dalam
kreatif
dan
psikologis,
memiliki
yaitu
primer
dapat
yang
metode
(Sugiyono, 2008).
orang
sebagai
kemerdekaan
kebebasan
berjumlah
penelitian
32
siswa.
campuran kuantitatif
Jenis
dan
38
Prosiding
bantuan
berdasarkan
sesuai
disusun
1- 4.
(Fadillah,
indikator
2006).
yang
Angket
SPSS.
Sedangkan
untuk
Indikator
Jumlah
pertanyaan
Percaya akan
siswa.
kemampuan atau
76 s/d 100
Tinggi
kompetensi diri
51 s/d 75
Bertoleransi
26 s/d 50
Rendah
Memiliki harga
0 s/d 25
Sangat Rendah
diri positif
4
Memiliki
pengendalian diri
yang baik
Memiliki internal
locus of control
6
Memandang
Sangat Baik
sesuatu secara
71 s/d 85
Baik
positif
56 s/d 70
Cukup
41 s/d 55
Kurang
0 s/d 40
Sangat Kurang
Memiliki harapan
yang realistik
terhadap diri
sendiri
Jumlah :
39
Prosiding
Hasil
dari
pencapaian
Diri
40
Prosiding
rata-rata
matematikanya
skor
daya
mencapai
74,6.
sebagai
hasil
belajar.
(hasil
belajar)
siswa
ini
tercermin
melalui
sikap
menguji
ada
tidaknya
41
Prosiding
X,
yaitu
seberapa
besar
diri)
terhadap
berikut ini
variabel
Tabel
9.
Kontribusi
Terhadap
Percaya
Daya
Diri
Matematika
(hasil Belajar)
Soal no.4 :
Pak Abdullah meninggalkan warisan
sebidang tanah yang luasnya 1800m2.
Seperempat luas tanah itu diwakafkan untuk
masjid. Sisa tanah dibagi untuk ketiga
anaknya yaitu: Siti, Sholeh dan Ali. Jika Siti
mendapat 1 bagian, Sholeh dan Ali masingmasing mendapat 2 bagian. Berapa m2 bagian
tanah untuk Siti, Sholeh dan Ali?
Berikut
terhadap
Koefisien
determinasi
(R2)
cuplikan
siswa
pembelajaran
saat
dengan
wawancara
mengikuti
pendekatan
ini
dilakukan
untuk
mendukung
42
Prosiding
Guru :
bagaimana
pendapatmu
tentang soal
nomor 4?
Siswa : wah, itu soal sangat rumit tetapi
saya
senang
Guru : mengapa?
Siswa : soal itu berbeda dengan soal
yang rutin
biasa
Guru : kamu merasa tertantang untuk
menyelesaikannya?
Siswa : iya benar, saya tertantang dan
bagaimana
pendapatmu
tentang soal
nomor 4?
akan
saya coba walaupun sulit
pusing.
pasti bisa.
soalnya.
Siswa : soal ini, saya nggak bisa pak.
Guru : luas tanahnya 1800m2 , kalau
diambil setenganya, sisa berapa m2 ?
Siswa : 1800 x = 900m2
Guru
4,?
Siswa : siswa diam (berpikir)
Guru : berapa hasilnya?
43
Prosiding
mencoba
(melakukan
dugaan
atau
siswa,
dapat
menguatkan
sendiri
dengan
tidak
mendapatkan
suatu
siswa
dan
contoh
hasil
bahwa
rendah.
senantiasa
akan
memberi
petunjuk
kepada kebenaran.
dan
mengaplikasikan
dirinya
dalam
44
Prosiding
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
3.
pembelajaran
pembelajaran
matematika
dengan
dengan
berkarakter
percaya
yang
pendekatan
islami,
matematika
saintifik
diri.
Tingkat
daya
tidak
rutin,
berani
mencoba
setelah
pembelajaran
pendekatan
mengikuti
matematika
dengan
siswa
menyelesaikannya
dan
memiliki
kepercayaan
tinggi
terhadap
mencapai
standar
KKM
yang
hubungan
siswa
bertanggung
yang
bersikap
jawab
untuk
realistic
dalam
yang berarti
pembelajaran
saintifik
dengan
berkarakter
pendekatan
islami.
Saran
ditunjukkan
ragu
melalui
koefisien
dalam
mengimplemetasikan
pembelajaran
dengan
pendekatan
Allah SWT.
45
Prosiding
Daftar Pustaka
Baroody. J Arthur
Coslick.
and Ronald T.
(1998).
Fostering
Dasar
Pendekatan
Saintifik.
Tersedia
http://www.kemdikbud.go.id
Diakses tanggal 2 Desember 2015.
Kusmaryono,
Imam.
(2014).
The
17
in
-28)
ISBN.0-8058-3105-3
Mathematics
Proceedings
New
Conference
Jersey
.Inc.Publisher
Mahwah.
Arthur
J.
International
Science,
Baroody.(2000).
Does
Learning.
on
Mathematics,
and
Education.
Diselenggarakan
oleh
Prodi
Pendidikan
September 2014.
Association
Education
of
Young
for
the
Matematika
Mathematical
Powers
Children.
Champaign.
Constructivism.
Journal
of
International
Education
and
10.0873-878.
2201-6740
(Online).
perkembangan: perkembangan
www.ijern.com
Agustus 2015.
Setia.
http://
Diakses
24
New
Model
to
Assess
46
Prosiding
Journal
dalam
Tersedia online :
http://www.sciencedirect.com/.../S
http://www.sde.ct.gov/sde/lib/sde/
1877-042810024419
PDF/
Building Mathematical
Curriculum/Curriculum_Root_We
b_ Folder/mathgd_chpt1.pdf
Phillips E. & Ann Anderson.(1993).
Developing
Article.
mathematical
study.
and
135-146.
EBSCO.
power:
Journal
of
case
Early
1993.
DOI:
www.cimt.plymouth.ac.uk/jour
10.1080/0300443930960111.
nal/mueller.pdf.
Diakses
20
Agustus 2015.
National
of
http://www.researchgate.net/publi
cation/247499348_Developing_m
athematical_power_A_case_study
NCTM.
2015
National
Council
Available at.
Council
of
of
Teachers
Teachers
of
Problem
and
Academic Press.
Standards
of
school
Solving.
Orlando:
thinking
and
it
important?
r.web/math/standards/previous/C
Mathematical
urrEvStds/evals4.htm
http://www.criced.tsukuba.ac.jp/m
Journal
is
http://www.fayar.net/east/teache
why
Behavior
of
24,
ath/.../Kaye%20Stace..2006.
Diakses 10 Juli 2015.
47
Prosiding
Mengapa
dan
Bagaimana
Dikembangkan
https://akhmadsudrajat.
wordpress.com/2013/07/18/pende
katan-saintifikilmiah-dalam-
Oktober 2002.
proses-pembelajaran/ ( Diakses 20
November 2015).
Sugiyono.2011.
Kombinasi
pada
Siswa
Metode
Penelitian
(Mixed
Mtehods).
Moen
Bandung: Alfabeta
Sumarmo,
U.
Disposisi
(2002).
Daya
Matematik:
dan
Apa,
48
Prosiding
49
Prosiding
Beberapa
penelitian
menunjukkan bahwa penilaian seringkali
digunakan untuk merangking prestasi
siswa
dan
kurang
membantu
meningkatkan prestasi siswa (European
Commission, 2012, p.71) Penilaian
Diriakan membuat mahasiswa mengerti
kesalahan-kesalahan
dalam
menyelesaikan masalah matematika
sehingga tidak akan mengulangi lagi
dalam
menyelesaikan
masalah
matematika yang berkaitan dan pada
akhirnya prestasi belajar matematika
khususnya geometri analitik meningkat.
Belajar
merupakan
proses
pengetahuan dan tingkah laku sehingga
50
Prosiding
penialain diri harus diajarkan kepada
siswa dalam empat tahap. Pertama, siswa
harus terlibat dalam menentukan kriteria
yang kinerja mereka akan dinilai. Kedua,
siswa harus diajarkan bagaimana
menerapkan kriteria tersebut dengan
pekerjaan mereka sendiri.Ketiga, siswa
harus diberikan dengan umpan balik
pada
evaluasi
diri
mereka
sendiri.Akhirnya, guru harus bekerja
dengan siswa untuk mengembangkan
tujuan dan rencana aksi.
Beberapa manfaat Penilaian
antara lain mendorong mahasiswa untuk
mandiri dan meningkatkan motivasi diri
mahasiswa,
mengembangkan
kemampuan
mahasiswa
untuk
memeriksa dan berpikir kritis mengenai
proses pembelajaran yang dijalani,
membantu mahasiswa menentukan
kriteria apa yang harus digunakan untuk
menilai hasil kerja dan menerapkan hal
ini secara objektif terhadap hasil kerja
untuk memfasilitasi proses pembelajaran
yang sedang berlangsung.
Penilaian Diriyang dimaksudkan
adalah dalam menyelesaikan masalah
geometri analitik ruang. Variabel
Penilaian Diriyang diukur pada
pembelajaran Geometri Analitik Ruang
meliputi
1)
2)
3)
4)
5)
51
Prosiding
Model
.566a
.320
.302
10.285
a. Predictors: (Constant), x3
Tabel 2. ANOVAb
Sum of
Squares
Model
1
Mean
Square
df
Sig.
Regressio
n
1940.029
Residual
4125.581
39 105.784
Total
6065.610
40
a. Predictors: (Constant), x3
b. Dependent Variable: y
52
Prosiding
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Consta
nt)
x3
Std. Error
-3.724
19.406
2.510
.586
Standardiz
ed
Coefficien
ts
Beta
.566
Sig.
-.192
.849
4.282
.000
a. Dependent Variable: y
53
Prosiding
mahasiswa
oleh
pengajar
perlu
dilakukan guna memberikan pengaruh
kepada prestasi belajar.
Penilaian
dirimemberikan
pengaruh terhadap hasil tes prestasi
belajar geometri analitika ruang sebesar
32 %. Prosentase pengaruh Penilaian
Dirimasih tergolong kecil walaupun
pada uji anova telah memberikan
keputusan ada pengaruh Penilaian
diriterhadap prestasi belajar geometri
analitika ruang.Sehingga perlu adanya
dorongan eksternal seperti bimbingan
bagaimana
kelemahan-kelemahan
mahasiswa dalam memahami dan
menyelesaikan soal geometri analitika
ruang.
Daftar Pustaka
Saran
Dari hasil penelitian tersebut
maka perlu adanya pengelompokkan
secara heteroegn dalam belajar sehingga
kemampuan
pemahaman
dan
penyelesaian
soal-soal
Geometri
Analitika Ruang terdistribusi merata dan
perlu adanya bimbingan berkala dalam
melakuakan Penilaian Diri baik pada
materi maupun penyelesaian yang
dilakukan.
54
Prosiding
55
Prosiding
A. Pendahuluan
Perkembangan global di abad 21
menghendaki agar siswa mampu
menghadapinya
melalui
tujuh
keterampilan. Keterampilan tersebut
diantaranya
adalah
pemecahkan
masalah. Pemecahan masalah adalah
usaha atau proses menemukan solusi
dari masalah. Pemecahan masalah oleh
Anderson (1980) disebut sebagai
serangkaian operasi kognitif yang
dilakukan untuk menemukan suatu
solusi dari masalah. Matematika
berperan penting dalam berbagai
disiplin ilmu, yang digunakan sebagai
alat yang untuk memecahkan masalah.
Ini berarti matematika merupakan salah
satu mata pelajaran penting yang dapat
membangun kemampuan pemecahan
masalah. Hal ini karena tujuan
pembelajaran matematika itu sendiri
adalah
terbentuknya
kemampuan
bernalar pada diri siswa yang tercermin
melalui kemampuan berpikir kritis,
logis, sistimatis dan memiliki sifat
obyektif,
jujur,
disiplin
dalam
memecahkan suatu permasalahan baik
56
Prosiding
tersebut banyak menyajikan kemampuan
matematis yang salah-satunya adalah
pemecahan masalah. Ketidakmampuan
siswa Indonesia dalam meraih prestasi
yang baik di PISA menunjukkan bahwa
kualitas pembelajaran matematika dalam
melatih kemampuan pemecahan masalah
masih rendah.
Pengimplementasian
tujuan
pembelajaran
matematika
dalam
membangun kemampuan pemecahan
masalah membutuhkan pembelajaran
yang dapat melibatkan siswa secara
aktif. Guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran
harus
mampu
menyediakan perangkat pembelajaran
yang dirancang untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah pada
siswa.
Salah
satu
perangkat
pembelajaran yang dapat digunakan
guru adalah lembar kerja siswa (LKS).
LKS memuat sekumpulan kegiatan
mendasar yang harus dilakukan oleh
siswa
untuk
memaksimalkan
pemahaman dalam upaya pembentukan
kemampuan dasar sesuai indikatorindikator pencapaian hasil belajar yang
harus ditempuh (Trianto, 2009, p.223).
Dengan demikian LKS dapat membantu
siswa terlatih dalam belajar mandiri serta
mengasah kemampuan berfikir kreatif
dan kritis dalam menyelesaikan masalah.
Pengunaan LKS dalam pembelajaran
cocok untuk siswa kelas VII Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Hal ini
sesuai dengan penelitian Piaget yang
menyatakan bahwa pada rentang usia
kelas VII yang berada pada rentang 1213 tahun, perkembangan kognitif siswa
sudah berada pada tahap operasi formal
(Suherman, 2003, p.37). Pada tahap
operasi formal anak sudah mampu
melakukan
penalaran
dengan
menggunakan hal-hal abstrak. Ciri
pokok perkembangan pada tahap ini
adalah anak sudah mulai mampu berpikir
abstrak dan logis. Model berpikir ilmiah
dengan tipe hipotetico-deductive dan
inductive sudah mulai dimiliki anak
57
Prosiding
memahami
masalah,
merumuskan
masalah,
membuat
hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis
dan menarik kesimpulan. Aplikasi dari
pendekatan
pembelajaran
berbasis
masalah ini dapat disampaikan melalui
LKS yang dituntun melalui pertanyaan.
Terdapat 3 ciri utama PBL(Sanjaya,
2007, p.212), Yaitu Pertama, PBL
merupakan rangkaian aktivitas, artinya
dalam implementasi PBL ada sejumlah
kegiatan yang harus dilakukan siswa.
PBL tidak mengharapkan siswa hanya
sekedar mendengar, mencatat, kemudian
menghapal materi pelajaran, akan tetapi
melalui PBL siswa aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah
data dan akhirnya menyimpulkan.
Kedua,
aktivitas
pembelajaran
diarahkan
untuk
menyelesaikan
masalah. PBL menempatkan masalah
sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Artinya tanpa masalah
maka tidak mungkin ada proses
pembelajaran.
Ketiga,
pemecahan
masalah
dilakukan
dengan
menggunakan pendekatan berpikir
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan
metode ilmiah adalah proses berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris.
Sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan
tertentu, sedangkan empiris artinya
proses penyelesaian masalah didasarkan
pada data dan fakta yang jelas.
Berdasarkan pemaparan di atas,
penulis melakukan penelitian tentang
efektifitas penggunaan LKS berbasis
Masalah pada Siswa Kelas VII SMP.
agar membantu tersedianya bahan ajar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
melihat efektifitas penggunaan LKS
berbasis masalah pada aktivitas dan hasil
belajar siswa kelas VII SMP.
Ada beberapa aktivitas belajar
murid, yaitu a)Aktivitas visual (visual
activities) seperti membaca, menulis,
melakukan eksperimen dan demonstrasi,
b) Aktivitas lisan (oral activities) seperti
58
Prosiding
Pelaksanaan
pembelajaran
matematika menggunakan LKS berbasis
masalah. Peneliti, teman sejawat dan
guru kelas VII menjadi observer dalam
pelaksanaan pembelajaran. Pertemuan
pertama membahas materi keliling
persegi panjang. Pada pertemuan
pertama ini terlihat siswa belum terbiasa
untuk mengisi LKS berbasis masalah.
Selain itu siswa sedikit kelihatan
bingung dalam menjawab pertanyaan
tersebut.
Guru
menemui
setiap
kelompok untuk membimbing siswa
menjawab pertanyaan LKS. Peneliti
menemukan
beberapa
hal
pada
pertemuan pertama ini. Ada beberapa
tipe siswa dalam menjawab pertanyaan
pada LKS yaitu sebagai berikut
- Memahami Masalah
Ada 2 macam cara siswa dalam
menulis
pemahaman
terhadap
masalah yang mereka baca yaitu
Merumuskan Hipotesis
Ada 2 macam cara siswa dalam
merumuskan hipotesis yaitu
Merumuskan Masalah
Mengumpulkan data
Pada kegiatan mengumpulkan data
siswa mengukur benda-benda yang
59
Prosiding
terdapat di sekitarnya. Ada beberapa
benda yang diukur oleh siswa
diantaranya meja, buku tulis, buku
teks matematika, ubin, dompet,
kotak pensil, seperti yang terlihat
pada foto di bawah ini
Menguji Hipotesis
Ada 3 macam cara siswa dalam
menguji hipotesis yaitu
60
Prosiding
siswa menggambar bangun datar
pada kertas berpetak yang telah
disediakan pada LKS. Bangun datar
digambar dengan berbagai ukuran.
Siswa mengitung banyak persegi
satuan pada sisi panjang, sisi lebar
dan di dalam bangun tersebut.
Setelah itu siswa membuat hubungan
dari hasil hitungan. Dengan
demikian siswa dapat menentukan
rumus untuk menghitung luas.
Contoh hasil kerja siswa dapat dilihat
pada Gambar di bawah ini.
61
Prosiding
Peneliti : apakah soal-soal latihan
pada
LKS
tergolong
mudang, sedang atau sulit?
Siswa 1 : sedanglah bu
Siswa 2 : sedang bu
Siswa 3 : ada yang mudah, ada yang
sedang, ada yang sulit
Peneliti : Apakah kamu bisa belajar
sendiri
dengan
menggunakan
LKS
tersebut?
Siswa 1 : bisa bu karena sudah ada
petunjuknya
Siswa 2 : bisa bu
Siswa 3 : gak bisa bu
Peneliti : Apakah waktu yang tersedia
cukup untuk mengisi LKS?
Siswa 1 : cukup bu
Siswa 2 : cukup bu
Siswa 3 : kurang bu
Peneliti :
Siswa 1
Siswa 2
Siswa 3
Manakah pembelajaran
yang dipilih, menggunakan
LKS atau dijelaskan oleh
guru?
Mengajukan
pertanyaan pada guru
dan siswa
80
Menjawab pertanyaan
guru dan siswa
60
Berdiskusi dalam
mengerjakan LKS
40
Mengisi LKS dengan
Lengkap
20
Siswa mengerjakan
soal-soal latihan LKS
0
1
62
Prosiding
Jeni
s
Akti
vitas
1
2
3
4
OA
W
A
MA
100
100
100
100
100
100
100
100
Mengajukan
pertanyaan pada
guru dan siswa
80
Menjawab
pertanyaan guru dan
siswa
60
Berdiskusi dalam
mengerjakan LKS
40
20
Siswa mengerjakan
soal-soal latihan LKS
0
1
63
Prosiding
tuntas artinya nilai siswa masih dibawah
KKM. Sedangkan pada siswa kelas VII
SMPN 25 Padang dari dari 24 orang, 19
siswa atau sebesar 79 % tuntas artinya
nilai siswa diatas nilai KKM yang
ditentukan dan 5 orang siswa atau
sebesar 21 % belum tuntas artinya nilai
siswa masih dibawah KKM. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan
LKS berbasis masalah dapat membantu
siswa mencapai ketuntasan belajar.
D. Simpulan dan Saran
Simpulan
Analisis data observasi aktivitas
belajar dan hasil belajar siswa dapat
disimpulkan bahwa LKS berbasis
masalah
yang
digunakan
pada
pembelajaran matematika siswa kelas
VII SMP efektif dalam meningkatkan
aktivitas belajar dan membantu siswa
untuk menuntaskan hasil belajar di
sekolah.
Wena,
Made.(2011).
Strategi
Pembelajaran
Inovatif
kontemporer. Jakarta : Bumi
Aksara
Saran
LKS berbasis masalah dapat
menjadi solusi dari permasalahan yang
dijumpai
dalam
pembelajaran
matematika.
Dan
efektif
dalam
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
matematika siswa.
Hasil penelitian dapat menjadi
acuan bagi guru matematika maupun
bidang studi lain dalam mengembangkan
perangkat pembelajaran pada materi
lainnya. Dengan demikian guru dapat
menciptakan pembelajaran dengan
sumber dan bahan ajar yang beragam dan
suasana belajar yang penuh dengan
partisipasi siswa.
Daftar Pustaka
C, Budi Ningsih. (2005). Belajar dan
Pembelajaran.
Jakarta:
Rineka Cipta.
64
Prosiding
ABSTRACT
The mathematics learning aims to organize reasoning and shape the personality of
students. The purpose and function of mathematics learning is difficult to achieve when
math perceived by students as a difficult subject and disliked. TIMSS survey in 2011
showed mathematical ability of students Indonesia is still low at international level on the
capability in aspects of knowledge (knowing), reasoning (reasoning) and application
(applying). The root problem of the low mathematical ability is a lack of awareness and
interest students to take on the role and responsibility in the learning process. The
Learning mathematics humanists can foster students' interest in math, at once raising
students' awareness to take on the role and responsibility in the learning process. The
learning humanist positioned students as a subject of study and subject teachers as
facilitators of learning, even the teachers to be one of the subjects of learning itself.
Keywords: Learning, Mathematics, Humanist
Pendahuluan
Pembelajaran matematika secara
normatif bertujuan menata penalaran dan
membentuk kepribadian siswa. Secara
material, tujuan yang bersifat material
menekankan
kepada
kemampuan
memecahkan masalah dan menerapkan
matematika.
Fungsi
pembelajaran
65
Prosiding
di antaranya: a) melakukan operasi
hitung yang melibatkan keliling, luas,
volume, dan satuan pengukuran,
b) menaksir ukuran (misal: panjang,
luas, volume) dari benda atau bangun
geometri, 3) dalam bidang statistika,
kompetensi yang ingin dicapai yaitu
mengumpulkan,
menyajikan,
dan
menafsirkan data (ukuran pemusatan
data) serta menentukan dan menafsirkan
peluang suatu kejadian.
Tujuan dan fungsi pembelajaran
matematika tersebut sulit dicapai ketika
matematika dipersepsikan oleh siswa
sebagai pelajaran yang sulit dan tidak
disukai. Survei di Bogor tahun 2011
menunjukkan matematika berada pada
urutan kedua dari mata pelajaran yang
paling tidak disukai oleh siswa SMA
kelas
X
(http://www.gurubelajar.com/2011,
diakses tanggal 20 Oktober 2015). Hasil
Survei TIMSS tahun 2011 (Mullis, et
al, 2012) terhadap 60 negara di dunia
dapat menjadi cerminan untuk melihat
posisi kemajuan matematika Indonesia.
Dibandingkan dengan negara-negara
tetangga, prestasi belajar matematika
siswa Indonesia berada pada point 386.
Singapura 611, Malaysia 440, Thailand
427. Posisi prestasi Indonesia tersebut
justru lebih rendah dari
capaian
Indoensia tahun 2007 yang mencapai
skala 397. Dilihat dari aspek
pengetahuan
(knowing)
bilangan,
Indonesia hanya mencapai skor 57 jauh
di bawah rata-rata internasional sebesar
72. Kemampuan matematika dilihat dari
aspek penalaran (reasoning) bilangan
mencapai 10
di bawah rata-rata
internasional
23.
Kemampuan
matematika dilihat dari aspek terapan
(applying) bilangan mencapai 28 di
bawah standar internasional 47. Survei
TIMSS tahun 2015 sudah dilakukan,
tetapi hasil survei belum dipublikasikan.
Fakta yang diungkap dalam survei
TIMSS 2011 tersebut diperkuat dengan
kenyataannya di lapangan bahwa
pembelajaran
matematika
belum
66
Prosiding
Siswa yang kurang berminat
terhadap mata pelajaran matematika
akan menujukkan sikap kurang peduli,
tidak mau terlibat dalam kegiatan belajar
matematika, atau hanya belajar ala
kadarnya. Siswa yang memiliki minat
belajar tentunya menunjukkan motivasi
dan persepsi yang baik terhadap mata
pelajaran matematika. Minat belajar
siswa yang rendah terhadap mata
pelajaran matematika akan berkontribusi
terhadap hasil belajar siswa.
Pembelajaran matematika perlu
disajikan dengan berpijak pada fitrah
manusia
sebagai
makhluk
multidimensional. Setiap siswa memiliki
akal pikiran, qolbu atau hati, dan ruhani.
Selain itu, pikiran dan qolbu bisa
diselimuti nafsu yang mendorong siswa
untuk melakukan atau mendapatkan
sesuatu yang secara ilmiah lebih dikenal
dengan
motivasi.
Pembelajaran
matematika dengan demikian perlu
disajikan secara humanis dalam arti
memposisikan manusia sebagai manusia
sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna bagi siswa. Artikel ini
dimaskudkan untuk melihat keterkaitan
pembelajaran matematika humanis
dengan kemampuan matematika siswa
Indonesia pada umumnya.
Pembahasan
Pembelajaran matematika di
sekolah, termasuk di perguruan tinggi
perlu disajikan secara lebih bermakna
sehingga siswa mengetahui, melihat dan
bisa merasakan manfaat belajar
matematika. Aspek
manfaat
ini
merupakan jembatan dari materi yang
bersifat teoritis menuju pada materi yang
lebih kongkrit dalam kehidupan seharihari siswa. Ketika siswa merasakan
manfaatnya, maka siswa menjadi lebih
tertarik.
Ketertarikan siswa mempelajari
matematika perlu ditumbuhkan dan terus
dikembangkan agar siswa semakin
tertarik selama proses pembelajaran.
Ketertarikan atau minat ini dapat
ditingkatkan atau terjaga apabila proses
Pembelajaran Humanis
Pembelajaran humanis dalam
tulisan ini bukan didefinisikan sebagai
suatu
pendekatan
atau
model
pembelajaran yang spesifik. Banyak
model pembelajaran humanis yang
memposisikan siswa sebagai subjek
multidimensional.
Metode
belajar
apapun dapat dimanfaatkan, asal
tujuannya untuk memanusiakan manusia
yaitu
mencapai
aktualisasi
diri,
pemahaman diri, serta realisasi diri orang
yang
belajar
secara
optimal.
Pembelajaran
matematika
yang
manusiawi memposisikan matematika
sebagai materi dapat dipelajari dan
dialami sebagai bagian kehidupan
manusia (Siswono, 2007).
67
Prosiding
Pembelajaran humanis diusung
oleh banyak ahli. Carl Rogers
mengajukan teori humanistik dengan
membagi dua tipe belajar, yaitu: 1.
Kognitif (kebermaknaan), 2. experiential
(pengalaman atau signifikansi). Teori
humanistik Rogers mempunyai berbagai
nama antara lain: teori yang berpusat
pada pribadi (person centered), klien
(client-centered), teori yang berpusat
pada murid (student-centered), teori
yang berpusat pada kelompok (group
centered), dan person to person). Istilah
person centered yang sering digunakan
untuk teori Rogers (Motschnig-Pitrik &
Mallich, 2004). Teori humanisme
Rogers meletakkan optimisme bahwa
manusia mempunyai potensi-potensi
yang sehat untuk maju. Dasar teori ini
sesuai dengan pengertian humanisme
pada umumnya, dimana sikap dan cara
hidup yang menempatkan nilai-nilai
manusia sebagai pusat dan menekankan
pada kehormatan, harga diri, dan
kapasitas untuk merealisasikan diri
untuk maksud tertentu.
Setiap diri siswa memiliki
kesadaran diri dan kebutuhan untuk
tumbuh dan berkembang serta perasaan
dihargai.
Siswa dipandang sebagai
pribadi yang terbuka untuk mengalami
(openess to experience), cenderung ingin
hidup
seutuhnya,
belajar
dari
pengalaman, dan adanya kebutuhan
untuk bebas mendapatkan pengalaman
tanpa ada tekanan. Pembelajaran yang
dikembangkan berpijak pada teori
belajar humanistik memiliki ciri-ciri
humanis,
yaitu untuk
mencapai
kemanusiaan transprimordial berupa
kemampuan
untuk
menghormati
martabat, keutuhan dan hak-hak asasi
sesama manusia tidak pandang apakah ia
termasuk golongan primordial suku,
daerah, agama, bangsa sendiri atau
lainnya (Comer & Gloud, 2012, p.18).
Beberapa ciri umum pembelajaran
matematika
humanistik,
seperti
disebutkan oleh Haglund (Siswono,
2007) yaitu:
68
Prosiding
pembelajaran berpusat pada siswa
tampak masih belum menjadi kenyataan.
Kondisi ini sebenarnya membuktikan
bahwa kompetensi guru matematika
masih belum sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran matematika yang humanis.
Model-Model Pembelajaran
Matematika yang Humanis
Berbagai model ataupun metode
pembelajaran yang berpusat pada siswa,
memberikan pengalaman belajar, siswa
bebas mengaktualisasikan rasa ingin
tahu sebagaimana digambarkan sebagai
matematika humanis telah banyak
dikenal oleh para guru di antaranya yaitu
pendekatan
matematika
realistik.
Matematika realistik berkenaan dengan
pembelajaran
matematika
yang
merupakan
pendekatan
dalam
pendidikan matematika. Pendekatan ini
muncul dengan nama kurikulum
matemathics in contex. Pembelajaran ini
menekankan akan pentingnya konteks
nyata yang dikenal murid dan proses
konstruksi pengetahuan matematika oleh
murid sendiri. Masalah konteks nyata
(Gravemeijer,1994: 123) merupakan
bagian inti dan dijadikan starting point
dalam pembelajaran matematika.
Proses
pembelajaran
yang
humanis dapat dilakukan dengan
menerapkan
model
pembelajaran,
pendekatan
ataupun
metode
pembelajaran yang bercirikan aktivitas
kerjasama, bermakna dan berpusat pada
siswa.
Model-model pembelajaran
kooperatif dapat membuka ruang
kerjasama dan aktualisasi siswa,
sedangkan pembelajaran bermakna
dapat ditemukan dalam metode
pembelajaran kontekstual. Pembelajaran
matematika
dengan
pendekatan
kontekstual memberikan peluang pada
siswa untuk aktif mengkonstruksi
pengetahuan
matematika.
Dalam
menyelesaikan suatu masalah yang
dimulai dari masalah-masalah yang
dapat dibayangkan oleh siswa, siswa
diberi kebebasan menemukan strategi
69
Prosiding
Humanis, Jurnal Pengajaran
MIPA, Volume 19, Nomor 1,
April 2014, hlm. 52-60.
70
Prosiding
71
Prosiding
The low involvement of the students within the mathematics learning was caused
by the implementation of inappropriate learning model. The purpose of this research was
to determine the effectiveness of cooperative learning model type course review horay
with type numbered head together toward the mathematics learning outcome of the VIII
grade students of SMP Muhammadiyah Bantul in the first semester of academic year
2015/2016 on the subject of function.
The population in this reseach was all students of the VIII grade students of SMP
Muhammadiyah Bantul of academic year 2015/2016,consist of 178 students which were
devided into five classes that were VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, and VIII E. The sample
was consist of 2 classes that was taken by sampling purposive technique, they were VIII
A as eksperiment I class and VIII E as Eksperimen II class. The data collection in this
research was used by using documentation method dan test method. The instruments
reseach was test learning outcame of tests. The data analisys for hypoteshis is testing used
t-test.
The results of this research on the significance level of 5% and dk = 69 showed
that: (1) There was different of mathemathics learning outcame between students that
their learning used learning model type course review horay with students that their
learning used type numbered head together. It can be seen that = 2,3144 and
= 1,9972 so obtained > . (2) Mathematics learning that used
cooperative learning model type course review horay more effective than type numbered
head together toward mathemathics learning outcomes. It can be seen that =
2,3144 and = 1,6687 so obtained > .
Pendahuluan
Suherman,
mengemukakan
merupakan
Erman
bahwa
ilmu
(2003:22)
matematika
terstruktur
yang
pada
konsep
yang
paling
Sehingga
dapat
dikatakan
72
Prosiding
mempersiapkan
penjelasan
materi
Tabel 1.
(2003:37-38)
kemampuan
yang
adalah
diperoleh
anak
yang
berusaha
untuk
model
akan
oleh siswa.
pembelajaran
pembelajaran.
nantinya
yang
Dikarenakan
dibandingkan
memperhatikan
guru
menerangkan
materi
akan
yang
mengakibatkan
Siswa
juga
juga
pembelajaran
dilakukan
belum
siswa
optimal.
belum
terbiasa
matematika.
Untuk
permasalahan
tersebut
menghadapi
dibutuhkan
73
Prosiding
menekankan
dan
model
memanfaatkan
kolaboratif,
pembelajaran
yakni
dengan
pembelajaran
meningkatkan
hasil
ini
dapat
belajar
serta
adanya
hiburan
saat
serta
berlangsung
secara
bahwa
Sedangkan
Model
menurut
merupakan
bahwa
salah
satu
pembelajaran
numbered
head
together
dengan
berkelompok
cara
mengelompokkan
siswa
yang
setiap
anggota
siswa
menyelesaikan
masalah
dengan
pembelajaran
suasana
merupakan
horay
yang
kelas
dapat
menjadi
model
menciptakan
meriah
dan
head
pemahaman
together
pertama
mereka
kali
terhadap
isi
mempertimbangkan
merupakan
paling
model
pembelajaran
yang
tepat
jawaban
(Huda,
yang
Miftahul
74
Prosiding
Muhammadiyah
kelompoknya.
Bantul
Tahun
Ajaran 2015/2016?
harus
together
mendiskusikan
jawaban
dari
terhadap
hasil
belajar
Dari
permasalahan
1. Untuk
mengetahui
ada
tidaknya
siswa
Muhammadiyah Bantul.
2. Untuk
yang
pembelajarannya
mengetahui
efektivitas
adalah :
pembelajaran
matematika
antara
pembelajarannya
siswa
yang
menggunakan
tipe
course
matematika
review
horay
terhadap
hasil
belajar
75
Prosiding
Metode Penelitian
Penelitian
desain
postest-only
menggunakan
control
design.
masing-masing
dipilih
sesuai
Metode
pengumpulan
data
yang
kelompok
kelas
ekperimen
kelompok
kelas
Kelompok
pertama
dan
eksperimen
II.
(1 )
disebut
pertama
yang
digunakan
adalah
ada
horay
dengan
pembelajarannya
siswa
menggunakan
yang
tipe
pembelajaran
belajar matematika.
matematika
menggunakan
siswa
kelas
VIII
SMP
setelah
dilakukan
eksperimen
76
Prosiding
5%
diperoleh
bahwa
Tabel 4.
Tabel 4.
Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar
matematika
diperoleh
maka
menyelidiki
dimaksudkan
apakah
kedua
untuk
sampe
>
diperoleh
berdistribusi normal.
belajar
model
pembelajaran
tipe
numbered
head
Tabel 5.
Seminar Nasional Pendidikan Matematika Ahmad Dahlan (SENDIKMAD 2015)
Yogyakarta, 27 Desember 2015
77
Prosiding
2015/2016.
Tabel 7.
Hasil Uji Hipotesis Pertama Hasil
Belajar Matematika
Hal
ini
ditunjukkan
kebebasan
69,
sehingga
yang
berarti
dan 1 diterima.
tersebut
>
diperoleh
2. Pembelajaran
matematika
Jadi,
dapat
disimpulkan
bahwa
lebih
dibandingkan
together
tipe
lebih efektif
numbered
terhadap
hasil
head
belajar
VIII
efektif
dibandingkan
semester
ganjil
tipe
SMP
2015/2016.
Kesimpulan
diperoleh
Berdasarkan
hasil
penelitian
perbedaan
matematika
antara
pembelajarannya
hasil
siswa
belajar
yang
menggunakan
Hal
kebebasan
ini
ditunjukkan
69,
sehingga
= 2,3144
= 1,6687
yang
dan
berarti
78
Prosiding
79
Prosiding
pendidikan matematika UAD semester III TA 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas dengan dua siklus, setiap siklus terdiri dari : perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatkan peran aktif
mahasiswa, hal ini terbukti dari hasil wawancara dengan mahasiswa yang menunjukkan respon
yang positif dari mahasiswa dan hasil pada siklus I rata-rata skor peran aktif mahasiswa sebesar
54.17% pada siklus II meningkat menjadi 69.08%.
Kata Kunci : Peran Aktif, STAD, Kalkulus Integral.
Ilmu
Pengetahuan
Alam
bertaraf
Internasional (PGMIPA-BI)
program
Sedangkan
yang
terkait
dengan
80
Prosiding
peran
Mahasiswa
menunggu
soal-soal latihan.
bersifat
Berdasarkan
kalkulus
integral
mahasiswa
hasil
yang
dengan
belajar
diperoleh
menggunakan
UTS
belajar
kelompok
selama
sehingga
PGMIPA-BI
prodi
metode
mahasiswa
Tabel 1
Nilai
aktif
96
Nilai terendah
Rata-rata
20
55.75
Nilai C,D,E
10 mahasiswa
Nilai B
4 mahasiswa
Nilai A
1 mahasiswa
oleh mahasiswa.
Alasan
menggunakan
lain
tim
metode
peneliti
pembelajaran
Matematika
yang
tidak
mahasiswa,
sehingga
sangat
Dari
kesimpulan-kesimpulan
di
atas
penulis
ingin
81
Prosiding
pendapat
UAD
membentuk
semester
III
tahun
ajaran
2012/2013.
(Jamal
Mamur
pengetahuannya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
memecahkan
menyediakan
kesempatan
belajar
Student
sendiri
melakukan
aktifitas
Teams-Acivement
Division
atau
masalah
dan
menurut
integral
mahasiswa
PGMIPA-BI
UAD
semester
tahun
III
ajaran
2012/2013?
Jamal
Mamur
Asnawi
pengalaman,
C. Tujuan Penelitian
sosial
yang
bermanfaat
bagi
D. Kajian Pustaka
1. Peran Aktif
pembelajaran
Aktif
yaitu
pembelajaran
dalam
terjadi
kooperatif,
mahasiswa
proses
suasana
pembelajaran,
melainkan
bisa
juga
82
Prosiding
Pembelajaran
kooperatif
tipe
pembelajaran
Pembelajaran
kooperatif
kooperatf
paling
satu
kelompok
memperoleh
(penghargaan).
akan
dari
setiap
sama
lain
dalam
menguasai
tim
E. Metode Penelitian
Metode
anggota
penelitian
yang
sehingga
memiliki
untuk
demi
dilaksanakan
setiap
kesempatan
individu
yang
memberikan
keberhasilan
sama
kontribusi
kelompok.
(Sanjaya,
3. Pembelajaran
Student
Teams-
Program
Studi
2008:242)
di
yang
penelitiannya
menjadi
adalah
subyek
mahasiswa
semester 3
tahun
83
Prosiding
F. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi
proses
maupun
hasil
kegiatan
ini
digunakan
beberapa
dengan
karakteristik
STAD
Sebagai
kriteria
mengikuti
pembelajaran
2
87.50%
100.00%
38.19%
67.76%
51.39%
53.29%
73.68%
Interaksi mahasiswa
dengan dosen
Interaksi
antar
mahasiswa
Aktivitas mahasiswa
dalam kelompok
6
Siklus II
Antusias mahasiswa
dalam
pembelajaran.
adanya
menunjukkan
Mahasiswa
45.14%
61.84%
dalam
menyimpulkan hasil
pembahasan
34.03%
57.89%
Jumlah
54.17%
69.08%
baik
yaitu
persentase
84
Prosiding
selama
kalkulus
Grafik 1
Hasil Analisis Peran Aktif Mahasiswa
pada Siklus I dan Siklus II
150,00%
100,00%
Series1
50,00%
integral
1 2 3 4 5 6
Keterangan :
Series 2 = Siklus II
diperoleh
Siklus II
10
Series2
0,00%
yang
siklus
I,
interaksi
Antusias
mahasiswa
dalam
85
Prosiding
Secara
keseluruhan
disimpulkan
adanya
belajar
peningkatan
Respon
pembelajaran
hasil
mahasiswa
dengan
terhadap
menggunakan
diperoleh
hasil
sebagai
integral
mahasiswa
kuliah
dengan
metode
soal
asalkan
metode
tipe
pembelajaran
Student
Teams-
aktif
mahasiswa
sebesar
kelompok.
penelitian
satu
hasil
baik.
teman
BI
dengan
PG-MIPA
Berdasarkan
pembelajaran
berikut :
bertanya
bahwa
dapat
menjadi 69.08%.
2.
86
Prosiding
untuk
hasil pekerjaannya.
3.
mengutarakan
pendapatnya
2. Bagi dosen
a.
Menciptakan
hubungan
yang
Pembelajaran
dengan
kalkulus
integral
sangat
menggunakan
metode
pembelajaran
Student
Division
kooperatif
tipe
Teams-Achievement
(STAD)
meningkatkan
ini
peran
membantu
mahasiswa
yang dimilikinya.
b.
dapat
aktif
pembelajaran
berikutnya
dan
c.
Dalam
pembelajaran
menerapkan
sebaiknya
J. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan ada beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan dalam pembelajaran
apabila
metode
ini,
pengaturan
waktu
efisien
agar
rencana
pembelajaran
dapat
berjalan
dengan baik.
K. Daftar Pustaka
Jakarta:
PT
Rineka
Cipta
87
Prosiding
Teknis
Penyusunan
Perangkat
Penelitian Aktif di
Mandikdasmen
Kemendiknas
Jamal Mamur Asnawi.2011. 7 Tips
Aplikasi Pakem. Yogyakarta :
Diva Press
Djamarah, S, B, dan Zain, A. 2002.
Strategi
Belajar
Mengajar.
Matematika
Matematika
dan
Jakarta:
Bumi
Aksara
Riduwan.
2007.
Skala
Variabel-Variabel
Pengukuran
Penelitian.
Bandung : Alfabeta.
Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran
Berorientasi
Standar
Proses
E. 2008. Cooperative
88
Prosiding
Pendahuluan
Penilaian
prestasi
di
tingkat
pendidikan
suatu
negara
indikator
yang
menunjukkan
mutu
89
Prosiding
eksternal
International
Assessment
p.2).
membaca,
ilmu
Indonesia
Student
matematika,
pengetahuan,
di
dan
mana
yang
Kurikulum
menginspirasi
yang
mampu
siswa
di
Hasil
membekali
berlaku
dengan
tersebut
kemampuan
siswa
SMP/MTs
dalam
memiliki
menerapkan,
dan
selalu
satu
mengungkap
dikembangkan
mencerminkan
Indonesia
usia
merumuskan,
bahwa
76,7%
siswa
kemampuan
berubah,
memperoleh,
tidak
kemampuan
pasti,
yang
adalah
dan
perlu
kemampuan
dengan
didefinisikan
sebagai
kemampuan
seseorang
merumuskan,
menerapkan,
Indonesia
mampu
menginterpretasi
matematis,
menggunakan
prosedur,
dan
dihadapi.
menggambarkan,
kapasitas
menggunakan
algoritma
bahkan
Pemerintah
Kementerian
level
dasar
belum
hasil
mampu
dan
perhitungan
Indonesia
melalui
Pendidikan
dan
sebagai
untuk
dan
konsep,
fakta
menjelaskan
untuk
atau
90
Prosiding
matematika
nyata
membutuhkan
dengan
kondisi
inovasi
guna
memiliki
membutuhkan
roadmap
kemampuan
menerapkan,
dan
merumuskan,
menginterpretasi
konteks
awal
diperlukan
untuk
memotret
kehidupan
sehari-hari.
menerapkan
pembelajaran
sebagaimana
dapat
digunakan
penelitian
untuk
mendesain
pengembangan
suatu
belum
inovatif
menerapkan
asesmen
yang
peneliti
guru
tersebut
agar
gagasan
diimplementasikan
tersebut
menghasilkan
perangkat
telah
luas
melakukan
dan
Peneliti
secara
dapat
selanjutnya
melaksanakan
penelitian
pendahuluan
yang
mencermati
kemampuan
literasi
matematika
siswa
SMP
di
Kota
deret
kejadian
(bilangan),
(ketidakpastian
(4)
peluang
dan
data).
fakta
bahwa
kemampuan
literasi
91
Prosiding
randomized
Perangkat
control
yang
pada Tabel 1.
digunakan
pembelajaran
pretest-postest
adalah
Problem
Based
dan
asesmen
berorientasi PISA.
Artikel
Pretest-Postest Design
ini
mengemukakan
keefektifan
bertujuan
hasil
untuk
pengujian
pembelajaran
yang
Kelas
Prete
Perlaku
Postte
st
an
st
T1
T2
T1
T2
dan
asesmen
Secara
bermanfaat
teoretis,
sebagai
artikel
rujukan
dalam
serta
en
Kontrol
ini
matematika
Eksperim
perbaikan
tes
kemampuan
literasi
B. Metode Penelitian
penelitian
Penelitian
kuasi
ini
eksperimen
non
92
Prosiding
untuk
uji
banding
keaktifan
literasi
postest,
dan
pengaruh
keterampilan
matematika
kemampuan
uji
siswa
literasi
proses
mengetahui
apakah
kelas
terhadap
nilai
pretest
TKLM-PISA.
Secara
matematikanya,
postest.
kelas
kontrol
37,15.
Selanjutnya
VIII-F.
konvensional
Pembelajaran
berlangsung
di
rata-rata)
kelas
(rata-rata kedua kelas
peneliti
menerapkan
uji
F
Nilai_ Equal var assumed
Pretest
Equal var not
assumed
1.712
Sig.
.197 -.506
Sig. (2tailed)
df
Mean
Std. Error
Difference Difference Lower Upper
50
.615
-1.923
-.506 48.057
.615
-1.923
93
Prosiding
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai
Sig untuk uji t adalah 0,615 > 5%. Oleh
karena itu, H0 diterima atau rata-rata kedua
kelas tidak berbeda signifikan. Dengan kata
lain, baik kelas eksperimen maupun kelas
kontrol berangkat pada kondisi awal
kemampuan yang sama.
Dalam penelitian ini, pembelajaran
dikatakan efektif jika: (1) kemampuan
literasi matematika siswa pada soal
berorientasi PISA mencapai ketuntasan
belajar, yaitu rata-rata skor kemampuan
literasi matematika lebih dari atau sama
dengan KKM dan proporsi siswa yang
mencapai KKM lebih dari atau sama dengan
60%; (2) ada pengaruh keaktifan mengikuti
pembelajaran dan keterampilan proses
literasi
matematika
siswa
terhadap
kemampuan literasi matematika; (3)
kemampuan literasi matematika siswa kelas
uji coba perangkat lebih tinggi daripada
kelas pembelajaran konvensional; (4) ada
peningkatan
kemampuan
literasi
matematika siswa dengan pembelajaran
PBL berpendekatan realistik pada kelas uji
coba perangkat. KKM ditentukan sebesar
60. Oleh karena itu, analisis data yang
dilakukan juga mengacu indicator-indikator
keefektifan tersebut di atas.
Pertama, data hasil posttest TKLMPISA perlu diuji ketuntasan baik rata-rata
maupun proporsinya. Uji ketuntasan
terhadap rata-rata nilai postest kelas
eksperimen menggunakan hipotesis sebagai
berikut.
H0 :
(Rata-rata skor kemampuan
literasi matematika kurang dari atau sama
dengan 60)
H1 :
(Rata-rata skor kemampuan
literasi matematika lebih dari 60)
. Tolak
. Dalam penelitian ini,
. Karena
,
maka o ditolak. Hal ini berarti rata-rata
skor kemampuan literasi matematika siswa
pada kelas eksperimen lebih dari 60.
Selanjutnya, dilakukan uji ketuntasan
klasikal
untuk
mengetahui
apakah
banyaknya siswa yang tuntas belajar
melampaui 60%. Secara empiris, proporsi
siswa yang tuntas belajar adalah 77%.
Rumusan hipotesis untuk uji ketuntasan
klasikal adalah sebagai berikut.
:
60% (proporsi siswa yang
mencapai tuntas individual 60%)
0
:
> 60% (proporsi siswa yang
mencapai tuntas individual > 60%)
1
94
Prosiding
, dengan nilai
, maka
ditolak. Dengan demikian, dapat
0
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
variabel X1 dan X2 terhadap Y. Selanjutnya
untuk mengetahui besarnya konstribusi
variabel X1 dan X2 terhadap Y dapat dilihat
dari nilai R2 (R square) pada output Model
summary
diperoleh
nilai
.
Artinya,
Mean
Std. Deviation
Mean
eks
26
68.81
17.069
3.348
kontrol
26
37.73
13.289
2.606
literasi
matematika
siswa
kelas
konvensional. Secara empiris, proporsi
siswa yang tuntas belajar untuk kelas
eksperimen sebesar 77% sedangkan kelas
kontrol sebesar 11,5%.
Uji beda proporsi diterapkan dengan
hipotesis:
H0 :
(banyaknya siswa yang
mencapai ketuntasan individual pada
kelas eksperimen kurang dari atau
sama dengan banyaknya siswa yang
mencapai ketuntasan individual pada
kelas kontrol)
H1:
(banyaknya siswa yang
mencapai ketuntasan individual pada
kelas
eksperimen
lebih
dari
banyaknya siswa yang mencapai
ketuntasan individual pada kelas
kontrol)
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai z
sebesar 4,739. Dalam penelitian ini
dengan
menggunakan taraf signifikansi 5%. Karena
95
Prosiding
maka
o ditolak.
Dengan demikian, banyaknya siswa yang
mencapai ketuntasan individual pada kelas
eksperimen lebih dari banyaknya siswa yang
mencapai ketuntasan individual pada kelas
kontrol.
Tabel 4.
Matriks keterkaitan karakteristik PBL realistik-saintifik dan asesmen berorientasi PISA dengan
komponen-komponen kemampuan literasi matematika
96
Prosiding
No
Komponen-komponen kemampuan
literasi matematika
Sumber: Savery (2006, p.13); Hillman (2003, p.2); Hung (2006, p.61); Kemdikbud (2013, p.2),
Gravemeijer (1994, p.83).
Selain itu, kelas eksperimen
didukung oleh perangkat pembelajaran yang
memadai
dan
menarik.
Perangkat
pembelajaran menduduki posisi yang vital
dalam
mendukung
pembelajaran.
Pendekatan yang dipilih guru dalam
membelajarkan
siswa
membutuhkan
perangkat
sebagai
sarana
mengimplementasikannya.
Ketiga,
guru
memantau
perkembangan proses pembelajaran kelas
eksperimen
secara
seksama
setiap
pertemuan. Salah satu analisis yang
dilakukan adalah uji pengaruh keaktifan dan
97
Prosiding
D. Simpulan dan Saran
Simpulan
PBL dengan pendekatan realistiksaintifik dengan asesmen berorientasi PISA
efektif meningkatkan kemampuan literasi
matematika siswa, yang ditunjukkan dengan
hal-hal berikut.
Kemampuan literasi matematika siswa
mencapai ketuntasan belajar, yaitu rata-rata
perolehan skor siswa melampaui 60 dengan
proporsi siswa pada kelas uji coba perangkat
yang mencapai ketuntasan individual
mencapai 60%.
Kemampuan literasi matematika siswa
pada kelas uji coba perangkat lebih tinggi
daripada
kelas
yang
menggunakan
pembelajaran ekspositori.
Terdapat
pengaruh
keaktifan
mengikuti pembelajaran dan keterampilan
proses literasi matematika siswa dalam PBL
terhadap kemampuan literasi matematika
siswa.
Terdapat peningkatan kemampuan
literasi matematika siswa pada kelas uji coba
perangkat dari hasil pretest dan posttest.
Saran
Peneliti merekomendasikan upaya
diseminasi secara masif pada guru-guru
matematika SMP dalam membelajarkan
literasi matematika pada siswa dengan
menggunakan model-model pebelaharan
inovatif. Proses diseminasi dapat melalui
penelitian tindakan kelas dan juga workshop
mengenai kajian literasi matematika.
Daftar Pustaka
Gravemeijer, K. P. E. (1994). Developing
Realistic Mathematics Education.
Utrecht: Freudhental University.
Hillman, W. (2003). Learning How to Learn:
Problem Based Learning. Australian
Journal of Teacher Education. 28 (2).
Diakses tanggal 13 Desember 2013
dari:
http://dx.doi.org/10.14221/ajte.2003v
28n2.1.
98
Prosiding
pembelajaran
PENDAHULUAN
Salah satu masalah pembelajaran
guru
yangdisampaikan
tersebut,
akibatnya
siswa
menghapal
tanpa
cenderung
tersebut.Oleh
dan
memahami
tentang
materi
hanya
oleh
karena
itu,
guru
Prosiding
penggunaan
untuk
waktu
pembelajaran
dan
mendominasi
dalam
kemampuan
memberikan materi.
penalaran
matematis
pembelajaran,
guru
yang
mengajar
dan
penting
dari
yaitu :
1. mengenali
penalaran
membuktikan
dan
aspek-aspek
reasoning.Penalaran
pada
merupakan
ditanamkan
yang
dilakukan
untuk
menarik
matematis
4. memilih
dan
dan
menggunakan
metode-metode pembuktian.
terpenting
Bengkulu,
siswa
masih
menggunakan
dari
penalaran
pembelajaran
logika
(logical
reasoning).Kemampuan
memberikan
tugas
dalam
kegiatan
penalaran
101
100
Prosiding
melatih
siswa
dalam
mengambil
keputusan.
konsep
berpikir
seseorang.
Penalaran
matematika
meliputi
mengumpulkan
bukti-bukti,
konjektur,
membuat
konjektur-
menetapkan
generalisasi-
generalisasi,
membangun
argumen-
atau
yang
esensial
masalah
menjadi
prinsip
dan
keterampilan
pembelajaran
ide-ide
mengembangkan
hubungan-hubungannya
(Rochmad, 2008).
Materi
dan
titik
tolak
mengembangkan
matematis.Model
ini
menyelesaikan
matematika
materi
dan
dari
melatih
dan
kemampuan
untuk
masalah
yang
kehidupan
aktual
merangsang
kemampuan
dilatih
materi
2004).
melalui
belajar
Peningkatan
penalaran
didukung
matematis
oleh
kemampuan
siswa
suatu
harus
model
siswa,untuk
berpikir
sehari-hari
(kontekstual)
dalam
membuat
matematika
menyelesaikannya
kelompok.
menginvestigasi
masalah,
pertanyaan-pertanyaan
dan
melalui
mampu
kerja
101
Prosiding
Selanjutnya
proses
belajar.
diketahui
dan
diketahuinya.
dalam
apa
yang
Dalam
pembelajaran,
siswa
tidak
konteks
pengetehuan
umum
mengetahui
bagaimana
memproses
belajarnya
sendiri.
Krathwohl
(2001)
strategi metakognitif.
Strategi metakognitif
kepada
cara
untuk
merujuk
meningkatkan
seseorang
tentang
belajar
informasi,
dan
seperti
Anderson
dan
mengemukakan
tentang
kognisi
diri
sendiri.
pikirannya
dengan
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian
ini
adalah
yang dipelajari.
berhubungan
pembelajaran
dikelas
sehingga
dengan
sendiri
mereka
tertentu
pelaksanaan
dan
kemampuan
dengan
tepat.
Metakognisi
pengendalian
observasi,
refleksi.
Subjek penelitian ini adalah siswa
dan
2011)
40 siswa.
mendefinisikan
diri
tindakan,
metakognisi
Prosiding
kemampuan
membantu
siswa
membangun
penalaran
dari
tes
kemampuan
penalaran
proses
berdasarkan
pedoman
penskoran
belajar,
jika
hasilnya
menentukan
setiap
langkah
mengalami
siswa
pada
siswa
membantu
kesulitan.
siklus
untuk
pada
siklus
berikutnya.
pembelajaran,
dengan
kemampuan
siswa
keseluruhan
tingkat kemandirian.
siswa
meningkatnya
maka
dapat
secara
mencapai
belajar
dengan
model
menjadi
titik
tolak
siswa
untuk
strategi
model
masalah
metakognitif
sebagai
adalah
titik
pusat
nyata
Peran
pembelajaran
fasilitator
fasilitator,
guru
ini
dan
guru
dalam
adalah
sebagai
mediator.Sebagai
menciptakan
autentik
untuk
menghindari
itu.
Sebagai
titik
pusat
Prosiding
Hasil
observasi
selama
berbasis
dengan
dengan
yang
dalam
telah
baik
meningkatnya
arti
ditandai
aktivitas
siswa
bahwa
guru
masalah
Berdasarkan
dengan
hasil
strategi
observasi
siswa
penalaran
selama
peningkatan
siklus
matematis
II
siswa
menunjukkan
adanya
yang
dapat
skor
mendukung
aktivitas
siswa.
gambar 2 berikut:
dari
cara
pengajaran
guru,
secara
Prosiding
masalah
dengan
strategi
tindakan
kelas
dengan
model
hasil
skor
peningkatan
rata-rata28,5
(Baik),
dan
tersebut
sudah
tetapi
mengalami
tindakan
belum
28,5
(Baik),
kriteria
serta
telah
telah
baik (B)
mengetahui
penalaran
dilanjutkan
matematis siswa.
soal
keberhasilan
mencapai
yang
kemampuan
mencakup
indikator
dari
lagi
kesiklus
II untuk
bahwa
yang
(B),
(B).
mencapai
kriteria
baik
dari
keenam
PadaPost-Test
siklus
indikator
I,
dua
Prosiding
Hal
ini
pencapaian
dilihat
berdasarkan
tiap-tiap
indikator
berperan
secara
aktif
dalam
pembelajaran.
II.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil
dan
dalam
pembelajaran
juga
Kota
penerapan
dengan
Bengkulu
dengan
strategi
pelajaran
metakognitif
matematika
pada
untuk
skor 28,5(Baik).
3. Penerapan
model
masalah
disimpulkan :
penerapan
pembelajaran
dengan
berbasis
dengan
strategi
pembelajaran
(B).
mengalami
siklusnya.Pada
guru
sudah
model
pembelajaran
siklus
baik
I,aktivitas
tetapi
belum
Pada
post-test
siklus
peningkatan
dengan
post-test
siklus
II
mengalami
Prosiding
(B).
and
Empirical
DAFTAR PUSTAKA
Foundations
(http://www.psyc.memphis.edu/tr
Matematis.
Diakses
dari
g/meta.html)
http://herdy07.wordpress.com/20
Shadiq,
10/05/27/kemampuan-penalaran
Sudiarta.
Fajar
M.App.Sc.
2007.
Penerapan
2004.
Strategi
dan
Matematika
Sekolah
Masalah
Pasca
Sarjana.
Metakognitif
Program
University Press.
Romli,
Muhammad.
dengan
Pendekatan
untuk
Meningkatkan
Strategi
yang
Prosiding
Kreativitas
menjadi
suatu
keterampilan
yang
sangat
penting
dalam
mengembangkan bakat siswa pada abad ke-21 ini. Berpikir kreatif dalam memecahan masalah
menjadituntutan dalam pendidikan saat ini. Pemecahan masalah merupakan bagian integral
dari sebagian besar ruang kelas matematika. Pentingnya kemampuan berpikir kreatif menjadi
hal yang mendasar dalam matematika. Kondisi emosional siswa merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi prestasi matematika siswa. Kecemasan matematika menjadi perasaan
emosional yang sangat dominan pada siswa remaja dalam hubungannya dengan matematika
di sekolah. Gejala kognitif, fisik dan tingkah laku yang mengindikasikan kecemasan
matematika
masih
tampak
ketika
siswa
menyelesaikan
permasalahan
108
Prosiding
tuntutan
pendidikan
sekarang
ini
mengembangkan
matematis
matematika
dalam
rangka
cara
berpikir
dalam
melihat
menginterpretasikan
dalam
proses
penyelesaian,
pembelajaran
siswa
dan
menggunakan
dan
dunia
masalah
1992:35).
tujuan
penting
pada
pendidikan
(Misu,La,
2014:182).
Pemecahan
Sebagaimana
visi
masalah
kegiatan
pembelajaran
kreativitas
matematika
memainkan
Mann
dicapai
siswa
dalam
yaitu
yang
(2006)
matematika
memungkinkan
pembelajaran
sudut
communication),
koneksi
(mathematics
connextion),
matematis
dan
pandang
matematika
yang
menemukan
metode
yang
kemajuan.
Prosiding
Penelitian
Sriraman
mengatakan
bahwa
(2004)
siswa
remaja
dalam
hubungannya
kreativitas
Nordin
matematika
matematika
matematika
maupun
siswa.Penelitian
pendidikan
matematika.
di
dunia
Pentingnya
(2007)
bahwa
kecemasan
cukup
signifikan
dan
prestasi
Puteh
menyimpulkan
(2015)
bahwa
juga
terdapat
prestasi
Penelitian
Hashimoto
(1997)
siswa
dengan
kecemasan
sebagian
data
besar
guru
cenderung
hasil
penelusuran
jawaban
disimpulkan
yang
diperbolehkan
benar,
hanya
menggunakan
penelusuran
angket
kecemasan
yang
bahwa
rata-rata
skor
satu
kecemasan
siswa
adalah
Persentase
siswa
yang
siswa
teknik
kecemasan
rendah
ini
presentase
siswa
kecemasan
sedang
Nadjafikhah
bahwa
presentase
siswa
yang
kecemasan
tinggi
12,5%.
menghasilkan
sebagai
matematika
penerapan
diperkuat.Hal
et
al.
(2012)
jawaban
yang
benar
rendah.
memiliki
adalah
yang
29%,
memiliki
58,3
dan
memiliki
Hal
ini
(2013)
memandang
mengikuti
pembelajaran
matematika
dan
Fitzsimons
siswa
kecemasan
et
al.
(1996)
merupakan
bahwa
menghadapi
mengakui
persoalan
bahwa
mereka
perasaan
Prosiding
matematika.Sebagian
siswa
panik,
gugup
gelisah
dan
merasa
ketika
kecemasan
matematika
dapat
menyebabkan
siswa
lancar
kurang
dalam
berkonsentrasi
dengan
baik
menyelesaikan
dalam
permasalahan
matematika.
Mereka
cenderung
perhitungan,
hubungan
anatar
matematika.
Kaur
dapat
mempunyai
mengikuti
pembelajaran
kurangnya
domain-domain
Sebagaimana
(2012)
diyakini
bahwa
kecemasan
dampak
terhadapa
penelitian
hanya
kajian
mengenai
mengajar
yang
kecemasan
akibat
dari
bervariasi
matematika
gaya
terhadap
merupakan
kondisi
emosional.Hal
didukung
Puteh
ini
(2015)
juga
bahwa
Turner
semua
et
al.
(2002)
mempelajari
pihak
dapat
menanganinya
menghidari
menghadapi kecemasannya.
matematika
dan
dalam
membantu
control
dan
mempunyai
guru
yang
selalu
tuntutannya
untuk
menjawab
dukungan
menyampaikan
meminta
siswa
dapat
motivasi
selama
pembelajaran.
Ashcraft&
menyatakan
(1994)
tingginya
.21),berarti
ketika
diterjemahkan
Prosiding
strategi pembelajaran.
dengan
kecemasan
tinggi
sekitar
Treffinger
bahwa
(2013)
beberapa
menyatakan
orang
cenderung
ditunjukkan
kecemasan.Hal
ini
senada
dengan
dengan
dicermikan
kecemasan,
menyarankan
pembelajaran
mengembangkan
kreativitas
situasi
yang
penelitian
dari
situasi
khawatir,
dan penyelesaian.
yang
untuk
mengurangi kecemasan.
dunia
kerja,
Treffinger
(2013)
faktor
yang
menyumbangkan
menyediakan
(2009)
menyatakan
bahwa
metode
siswa
depan
bahwa
berhadapan
guru
seharusnya
siswa.
dengan
Sebagaimana
dengan
masalah
tujuan
yang
peduli
mengembangkan
terhadap
kemampuan
siswa
kebutuhan
yang
dan
beragam
keterampilan
Prosiding
Berdasarkan
masalah
yang
lainbagaimana
matematika
latar
belakang
dikemukakan
fenomena
dianalisis
antara
kecemasan
menggunakan
memeriksa
kebenaran
jawaban,
dan
hasil
(5)
atau
menerapkan
2000),
menyatakan
Problem
6.1TM
Solving
SCAMPER,
bagaimana
berteknik
penurunan
problems
that
arise
in
apply
appropriate
kualitas
pembelajaran
Creative
Problem
6.1TMberteknik
bagaimana
menggunakan
Solving
process
dan
solving.
SCAMPER
pengaruh
kecemasan
and
adapt
variety
strategies
of
to
mathematical
Polya
(1973)
of
solve
problem
menyatakan
masalah,
masalah,
yaitu:
merencanakan
kegiatan
yaitu,
(1)
masalah,
(2)
membuat
sehari-hari
dan
strategi
untuk
di
luar
matematika,
(4)
Polya,
Stenberg
mendeskripsikan
(2006)
langkah-langkah
problem
definition
dan
membentuk
suatu
siklus,
Prosiding
6. Memonitor proses
pemecahan
masalah
(monitoring
Perbandingan
problem solving)
pemecahan
langkah-langkah
masalah
dari
kedua
4. Memeriks
4. Evaluation
kembali
berikut.
(look back)
Stenberg
1. Identifikasi
masalah
masalah (problem
(understan
identification)
(inventions)
d the
problem)
2. Membuat
2. Pendefinisian
dan
menemukan
masalah dan
representasi
(problem
definition and
representation)
yang
3. Merumuskan
menemukan
suatu
hubungan
perecanaan
strategi
pemecahan
pemecahan
dan bermanfaat.
masalah
masalah (strategy
(devise a
formulation)
plan)
3. Melaksana
Kaur
(2012)
4. Mengintegrasikan
kan rencana
informasi
(carry out
(organization
the plan)
information)
5. Resource
allocation
mendefinisikan
membuat
sesorang
penemuan
untuk
baru
dan
dalam
menghadapi
dan
membuat
permasalahan
kesejahteraan
(1966)
dalam
dalam
hidup.Torrance
Mann
(2006)
Prosiding
mendefinisikan
sebuah
proses
terhadap
kreatifitas
sebagai
menjadi
sensitive
masalah,
membutuhkan
kemampuan
kekurangan,
dan
kelancaran
sbagainya,
kesulitan,
mengidentifikasi
mencari
penyelesaian,
respon),
(fluency)
(banyaknya
fleksibilitas
(flexibility)
(kategori
banyaknya
hipotesis
originalitas
(originality)
mengenai
kekurangan,
dalam
elaborasi
memberikan tanggapan).
mengkomunikasikan hasil.
Penelitian
(Orton,2004)
Hudson
menyimpulkan
memberikan
respon),
respon),
(elaboration)
Kerangka
(keunikan
(perbaikan
berpikir
panduan
dan
tersebut
dalam
memberi
kepada
bahwa
yakni
potensial
yang
cenderung
emosional
dalam
memungkinkan
peneliti
yang
Wallas
respon
berbeda
(1926)
yang
diabtara
dalam
Wang
(incubation),
mendalam
(evaluation),
(3)
pemahaman
yang
(insight),
(4)
evaluasi
dan
(5)
elaborasi
Prosiding
masalah
diidentifikasi,
dikumpulkan
informasi
dan
direncanakan.
pemikirian
Meskipun
sebuah
siswa
dimungkinkan
akan
yaitu
preparation
(preparation)
experience.Hadamard
permulaan
menjelaskan
(1945)
merupakan
dalam
periode
pencarian
arah
sebagai
yang
perlu
pemikiran
iluminasi
(persiapan),
dibawah
dicek,
sadar
dikembangkan
dan
berhenti
elaborasi
untuk
meyakinkan
berusaha
menyelesaikan
inkubasi.Tahap
verifikasi
menunjukkan
sebuah
inkubasi
dapat
bertahun-tahun,
tidak
dapat
diterapkan
dan
harus
selama
perhatian
permasalahan.Tahap
inkubasi
menunjukkan
peluang
tepat.tahap
iluminasi,
peningkatan
selanjutnya
yaitu
perwujudan
adalah
secara
116
Prosiding
spontan
dari
permasalahan
dan
kecemasan
Tahap
keempat
adalah
verifikasi,
matematika
dan
kegiatan
matematika.Kecemasan
mirip
terjadi
dengan
tahap
perisapan
ketegangan
yang
sebagai
menghalangi
operasi
diantara
matematika
sebuah
kumpulan
ketakutan
tahap
verifikasi
penyelesaian
yang
menemukan
tidak
valid,
berdasarkan
pengalaman
matematika
akan berulang
(2012)
pondasi
dalam
struktur
evolusi.Fenomena
adalah
rangkaian
mendeskripsikan
ketika
menghadapi
kecemasan
kemungkinan
Ashcraft(2002)
beberapa
menyatakan
bahwa
merupakan
terhadapa
Ashcraft(2002)
permasalahan
operasi
(Krogh, 2009).
faktor
cara
yang
kecemasan
suatu
mengajar
beresiko
matematika.
menyatakan
yang
melibatkan
barisan
yang
Prosiding
berdampak
pada
kecemasan
sangat
matematika.Sedangkan
kecemasan
menghalangi
matematika
dapat
pekerjaan
memori
matematika
dan
karena
working
prestasi
mengandalkan
memori.Kekurangan
melemahkan
H.2002).
kemampuan
Kecemasan
yang
berbahaya
dan
menyebabkan
matematika
(2000)
penyebab
oleh
dinyatakan
Stuart
sebagai
kecemasan matematika.
matematika
merupakan
kecemasan
matematika
dapat
mengalami
menyebabkan
siswa
lancar
social.Mereka
dalam
kurang
perhitungan,
kurangnya
tekanan
juga
psikis
mengindikasikan
yang
hubungan
anatar
domain-domain
matematika
(Ashcraft
1994).Dalam
rangka
kecemasan
matematika
meningkatkan
prestasi
Miller
and
&
Faust,
mengurangi
dan
matematika,
Mitchell
(1994)
dan
dapat
mempengaruhi
matematika
takut,
perasaan
penuh
ngeri
menyenangkan
merupakan
ketakutan,
yang
tidak
pada
penyelesaian
persoalan
matematika.
dan bodoh.
Puteh
(2015)
118
Prosiding
menyediakan
kesempatan
bagi
E. Kualitas Pembelajaran
kreatif
dalam
menyelesaikan
masalah matematika.
keberhasilan
yang
Kecemasan
ditunjukkan
dilakukan
dan
luaran
yang
dengan
MacGregor
tugas
domain
luas,
pembelajaran
matematika
dikaitkan
yang
kegiatan
berkisar
dari
(2007)
yaitu
memberikan
(1)
planiing
and
preparation
menghitung
pekerjaan
objek
yang
sampai
(lingkungan
kelas),
(petunjuk),
dan
Penelitian
responsibility
Sun
lebih
pada
(2009)
kompleks
(perencanaan
menyatakan
(3)
(4)
dan
instruction
professional
(tanggungjawab
profesional).
dapat
kecemasan
proses
strategi
seseorang
mengalami
(2015)
negative
mengurangi
dapat
mendukung
yang
bahwa
yang
terdapat
hubungan
signifikan
Krause,
dkk
(2015)
antara
Prosiding
dengan
tingkat
pencapaian
siswa.
TM
untuk
yang
(Understanding
yaitu
penguasaan
tahapan
Opportunities,
Developing
Solution,
Acceptance,
Appraising
jumlah
TM
(1)
kecermatan
biaya
digunakan.Daya
pengajaran
empat
komponen
the
Challenge,
khusus
(Constructing
Exploring
Data,
Building
Tasks
and
pengajaran
belajar.
Berdasarkan
tarik
yang
melibatkan
deskripsi
teoritis
penting
dalam
mencapai
Hamzah
(2012)
yang
dimensi
strategi
menyatakan
dan
kompetitif
sekarang ini
pengelolaan
(1)
kompleks
strategi
strategi
yaitu
tiga
pembelajaran.
Kreativitas
dan
CPS
pribadi
-
&
Isaken
S.G
dengan
yang
lainnya
dan
menghadapi situasi
Prosiding
-
cepat,
berubah
dan
kehidupan
tujuan
dan
TM
siswa
mengahadpi
pendidikan
adalah
dan
tantangan,
juga
keterampilan
Mencari
Mencari Data
Data
(Exploring
(Exploring data)
data)
yang
berkontribusi
mendefinisikan
tujuan
kesempatan
(Constructing opportunity )
Tahapan
ini
melibatkan
pengidentifikasian
tujuan
dan
beneficial
Mendesign Proses
(Designing Process)
Pengujiajn
Pengujiajn kualitas
kualitas
melalui
melalui tugas
tugas
(Appraising
(Appraising Task)
Task)
Merangkai
Merangkai masalah
masalah
(Framing
(Framing Problems)
Problems)
Menghasilkan
Menghasilkan ide
ide
(Generating
(Generating Idea)
Idea)
Menyiapkan Tindakan
(Preparing for Action)
Membangun
Membangun
kesempatan
kesempatan
(Constructing
(Constructing
Opportunity
Opportunity
komponen
(menguntungkan)(menuju
Membuat Ide
(Generating Ideas)
1. Memahami
(Exploring Data)
Pada
Membangun
Membangun
Penerimaan
Penerimaan
(Building
(Building
Acceptance)
Acceptance)
Mengembangkan
Mengembangkan
solusi
solusi
(Developing
(Developing
Solutions)
Solutions)
data
tahap
ini
mengidentifikasi
penting
dan
sesorang
data-data
pernyataan
Merencanakan Pendekatan
(Planning Your Approach)
meningkatkan
pemahaman
Prosiding
yang
lebih
situasi.
baik
tentang
Tahapan
ini
Ideas
and
,dari
kenyataan
reality)
ke
state).
permasalahan
yang
diundang
menggunakan
beberapa
(Framing problem)
dan
Tahapan
generating
ini
melibatkan
tool
untuk
untuk
merumuskan
memungkinkan.Sebelum keluar
ide,
dengan
penyelesaian
dari
menantang
menggunakan
pemikiran
ke
tahapan
ini,
yang
seseorang
focusing
untuk
informasi,
bervariasi
dan
tidak
biasa.
Menyajikan
permasalahan
melibatkan
pengidntifikasian
kemudian
dan
memilih
pilihan
efektif.
for
action
component)
Tahapan ini terdiri dari dua
komponen diantaranya :
1. Mengembangkan
menyempitkan
tool
(Generating
component)
3. Menyajikan
ide
komponen
(current
2. Menggeneralisasi
solusi
(Developing solutions)
-
Tahapan
ini
sesorang
menstransformasi
ide
ke
menjanjikan.
membantu
solusi
yang
Mengarahkan
Prosiding
dari
ide
yang
menarik
(workable
pendekatan
(Planning
Your
Approach Component)
Memilih
strategi
dan
tools
untuk
menerapkan
menentukan
apakah
designing process.
1. Meneliti kebenaran dan kualitas
pekerjaan (appraising task)
yang
menjanjikan,
melkasanakannya
detail
dan
secara
menganalisis
konteks
dan
metode
dalam
penerimaan
2. Mendesign
proses
(designing
(Building Acceptance)
process)
Tahapan
melibatkan
(assessing
ini
penilaian
factor
menghambat
secara
penerapan
berhasil
pengembangan
alat (tool).
dari
dan
rencana
integral
berarti
melibatkan
(orang,
membantu
solusi
resister
secara
assister
mencapai
berhasi)
dan
demikian,
mengahambat
berhasil).
melibatkan
kuadran
menyatakan
tidakan
untuk
Tahapan
ini
tindakan
rencana
Prosiding
disatukan
sebagai
sehingga
keempat
(dari
sudut
pandang
tunggal
atau
domain
general
kuadran
dapat
jamak).
Empat
kuadran
menyatakan
(sering
individu
mempunyai
beberapa
disebut
Kuadran
The
Upper
Three)
Left
ditandai
yang
artinya
juga
dengan
dan
atau
tidak
(intentionality)
atau
perilaku
dapat
yang
komponen
interiors
diamati
psikologi
exteriors.Selanjutnya,
individu
intentional
Big
dengan
pronoun
I,
we,
its..masing-masing
it,
and
pronoun
behavioral
individu.
Apa
penampilan
yang
dari
yang
di
gerak
artinya
kerjakan,
seseorang,
dan
merupakan
saraf
mempunyai
neurotransmitter.
tubuh
(mesin)
Kita
yang
kekurangan(beberapa
Prosiding
teknik
SCAMPER
Masing-masing
yang
canggih.Sisi
ekterior
ini
merupakan kolektif.
(worldspace).
perwujudan
manusia
dari
atau
(worldviews)
memandang
singkatannya
Merupakan
hubungan
hubungan
antar
dunia
membuat
suatu
peningkatan?
bagaimana
Sekarang
dia
memikirkan
pandangan
yakni
dengan
Interior
kita
Eksterior
2. Combine (Mengkombinasikan) :
terdapat beberapa pendapat/ide baru
Individual
Keinginan
(Intentional)
Tingkah laku
(behavioral)
UL
UR
LL
LR
Budaya
(Cultural)
Sosial
(System)
Collective
Left Hand
Right Hand
keefektifan?
berusaha
Dia
keras
harus
untuk
H. Pembelajaran
menggunakan
3. Adapt(Adaptasi):
seseorang
Berteknik SCAMPER
Prosiding
saya
biasanya
digunakan
masyarakat.
menghilangkan
suatu
Bagaimana
mengenai
penggantian
Hal
pula
ini
saya
sering
akan
menjadi
untuk
menyelesaikannya.
dengan
ide baru.
cara-cara
alternative.
dan
menyimpulkan
Matematika
permasalahan
(Mengeliminasi)
mempertimbangkan
konsekuensinya
mungkin
dan
dilakuakn
apa
yang
untuk
Penelitian
terhadap
M,Puteh
and
S.Z
kecemasan
mengerjakan
pertanyaan
siswa
dalam
matematika.
Jenis
yang
dikemas
dalam
bebas
kreativitas
dapat
dan
mengurangi
menghasilkan
membantu
kecemasan
siswa
matematika
dan
S.Z
Khalin
(2015)
Prosiding
menarik,
tranquility,
dan
perasaan
menyimpulkan
dengan
kreatif
temannya,
menghasilkan
dengan
bercanda
ide
temannya
dan
sendiri
masalah.Hal
ketika
mereka
penelitian
menyarankan
kemungkinanan
berpikir
menerapkan
kreatif
kecemasan.Hal
berpikir
dapat
ini
penting
kekuatan
yang
untuk
menyelesaikan
ini
berkaitan
dengan
(2012)
yang
Kaur
teknik
dalam
karena
meruapakan
kegiatan
yang
kreatif
dan
menghasilkan
menemukan
dan
J. Simpulan
yang
bahwa
mengurangi
kreatif
keterampilan
siswa
dalam
mereka
menyelesaikan masalah.
bahwa
mengubah
perasaan
kecemasan
kemampuan
6.1TM
terjadi.
antar
berpikir
matematika,
berteknik
kreatif
dan
SCAMPER
komponen-komponen
dapat
tersebut.
Creative
social
berteknik
diprediksikan
menyebabkan
Problem
6.1TM
Solving
SCAMPER
dalam
siswa
(Beghetto
and
2007).Penelitian ini
kesimpulan
kajian
Kaufman,
sesuai
dengan
Maslow(1959)
dan
menunjukkan
menurunkan
perlunya
tingkat
dikaji
dan
Prosiding
dalam
pendidikan.Model
Wilber
dapat
digunakan
integral
Cleveland
untuk
Cleveland,
directions
berbagai
science.
sudur
pandang
dan
mengetahui
penyebab
untuk
mengoptimalkan
State
University,
Ohio.
in
Current
psychological
R.A
and Kaufman
2010.Nurturing
creativity
siswa.
Calssroom.UK
J.C.
in
Cambridge
University Press
Beswick,K.Student Attitude, Student
Daftar Pustaka
among
in
Prisons
Animasahun, R.A.
Selected
Inmates
Nigeria
Studies
(JETERAPS)
5(3):301-
305 (ISSN:2141-6990)
Bishop,A.J,Klipatrik J, Leun
Pendekatan
Praktik.
S.
Mark
Pendidikan(Edisi
lntemationa/ Handbook of
Dasar-dasar
2009.
Evaluasi
H.
2002.
Anxiety:
Math
Personal,
Mathemaics Education.New
York: Springers Science , 7-41.
Colettaa, Vincent P.
and Phillips,
Educational,and
CognitiveConsequences
scores:
.Department
preinstruction
of
Psychology,
Normalized
gain,
scores,
Prosiding
Erin
Creative
Teachers
A.
Maloney ,
Marjorie
Problem
Unified
Theory
Solving:
and
W.
Connectionist
Model.
Psychological
ReviewAmerican
stereotype
threat:
shared
mechanisms,
negative
consequences
and
promisinginterventions, Research
And
Mathematics.Eurasia Journal of
115-128
Mathematics,
et
Anxiety
In
Science
and
2000.
Pengembangan
al.
International
Kurikulum
dan
Pembelajaran
Handbook
of
Mathematics
Education.
Netherlands:Kluwer
and
Ability
organization
science:
Problem
Learn
Mathematics.Mathematics
Goldin,G.A, 2002.Representation in
MathematicalLearning
to
and
Solving.
HandbookOfInternationalResearc
h InMathemkficsEducation
No.3,
October,
Associate
College
Creativity
in
ProfessorKhalsa
Prosiding
An
Algorithmic
Perspective
&
Technology
International Journal of
181-188
of
Teaching
and
Center
High
Quality
Learning.
for
The
Educational
Effectiveness, Inc.
and
and
NCTM.
OECD.
Standards
2012.
for
School
Program
for
doi:10.1002/wcs.1299
Lexy.
Penelitian
2007.
Metodologi
Kualitatif
Edisi
2008.The
MathematicsAnxiety
Practice.
Third
Edition: Cassel.
Penga S L, Biing-Lin Cherngb &
Effects
of
Hsueh-Chih
on
effects
Chen.
of
2013.The
classroom
to Motivation andAchievement.
juniorhigh
school
Prosiding
students.Educational Psychology,
2013Vol. 33, No. 5, 540560
Puteh
&
Khalin
S.Z.
Anxiety
Laura
Pyzdrowski,
Relationship
Virginia
with
Achievement
of
the
Secondary
Students
in
University,
USAThe
Malaysia.International Journal of
6 No.2
And
Girls
In
Tehran,
Strategy
and
Mathematics
Anxiety
on
Mathematical
School
Creativity
of
Students.Ramgarhia College Of
Education,
India
Phagwara,
Mathematics
Punjab,
Education,
International
Iran
Journal
of
Tehran, Iran.
Treffinger,D.J&
Isaken
2013.Teaching
Creative
S.G.
and
Applying
Problem
Solving
Gramedia
Development
Sriraman,
B.
The
2004.
Characteristics of Mathematical
Creativity.The
Mathematics
and
Creativity-
1(1),June 2013
Wang,Y.2009.On
Cognitive
CognitiveProcess
19
Creation.International Journal of
Stenberg.R.J.
2006.
Cognitive
P.
2006.
instruction:
of
Differentiated
A
research
basis.International
Education
Prosiding
Achievement.Eurasia Journal of
Pembelajaran.Jakarta: Bumi
Mathematics,
Aksara.
Zakaria,
E&Norazah
Nordin.2008.The
mathematics
Mohd
Effeet
Anxiety
Motivation
&
of
on
Science
& Unwin
and
Prosiding
Christina M. Laamena,
Universitas Pattimura,
christinmath18gmail.com
Abstrak
merekam proses kerja termasuk think of loud siswa. Setelah itu siswa diwawancarai
dan proses wawancara direkam kemudian dibuat transkrip untuk menganalisis proses
argumentasinya.
dilatarbelakangi dengan warrant formal dan nonformal yang berbeda. Terdapat empat
warran berbeda dan terbagi dalam dua bagian besar yaitu siswa yang menggunakan
warrant formal pada pola bilangan ke-n untuk menentukan hasil penjumlahan pada
baris yang ditanyakan serta siswa yang memiliki warrant tentang pola yang terjadi
namun harus menjawab satu persatu sebelum sampai pada barisan bilangan yang
ditanyakan.
Pendahuluan
Argumentasi dan bukti telah
mengevaluasi
Villiers
matematika.
2012).
mengisyaratkan
NCTM
fokus
baru
(2000)
argumen
dan
bukti
pada
penarikan
kesimpulan,
argumentasi
Prosiding
Di
atau
Aberdein
argumen
(2012)
yang
membagi
lain
pihak,
kelas)
argumen
yang
kolektif
dapat
dikenal
sebagai
(Knipping,
2002,
yaitu
untuk
menjelaskan
argumen
dalam
argumen
individual/pribadi
Struktur
argumentasi
Bahkan
mengatakan
artinya
Douek
(1999)
argumen
dapat
Ini
Struktur
dipandang
argumen
informal
(induktif
),
(Viholainen, 2009).
(Q)
formal
dan
warrant
nonformal
(W)
dan
Rebuttal,
dimana
setiap
argumen.
Claim
atau
yang
definisi,
merupakan
dibutuhkan.
atau
bukti
membuat
analogi.
selanjutnya
yang
Qualifier
(Q)
Prosiding
Perlu
penelitian
secara verbal.
Diagram
model
Toulmin
sebagai
berikut:
Secara khusus,
ini
primary-level
akan
selalu
menjawab
menggunakan
Ataukah
terdapat
juga
Penelitian
masalah
menentukan
pola
tergantung
kemampuan
Metode Penelitian
ini
adalah
penelitian
penelitian
Pemilihan
didasarkan
pada
Siswa
Peneliti merekam
wawancara
Wawancara
berbasis
dilakukan
tugas.
berdasarkan
Prosiding
subyek
hasil
wawancara
semi-terstruktur
Intrumen yang
klinis
(Ginsburg, 1981).
bingung
menentukan
perpangkatan
hasil
kemudian
beragam
62 52 = 11
sebagai
yang
mendasari
Tanpa
alasan
Namun, terdapat
warrant
dalam
struktur
argumentasi siswa.
perhitungan,
Warrant Formal
baris kedelapan!
sekolah
dasar
juga
mampu
mampu
bilangan.
Semua
subyek
dimana
menghitung
untuk
mengklarifikasi
Ketika
keempat
masalah,
subyek
mereka
tidak
sibuk
menjawab
bentuk
Di sini,
mengarahkan
memahami
siswa
untuk
pola
bilangan
yang
dan hasilnya.
mendapat
subyek
arahan
peneliti,
memperhatikan
Setelah
keempat
pola
yang
Untuk menyelidiki
dengan Grace
Prosiding
bilangan-bilangan
pada
baris
kedelapan?
dengan siswa S
kedua
ada 3 angka
menunjukkan
dalam
wawancara
bahwa
hanya
bagaimana
Peneliti:Lalu
pola
siswa
bilangan
tersebut.
bagaimana
dengan
bilangan berpangkatnya?
bilangan
pada
menunjukkan
ruas
kanan.
Ini
bahwa
siswa
tidak
di depan
Peneliti:skarang,
mendasarinya
membuat
kesimpulan.
bagaimana
kamu
Steven: hmm.(lama )
membuat
warrant
berdasarkan
Argumen S
baris ketujuh.
Prosiding
Working
Memory?
perhitungan.
Trends
About
Educational
European
pengurangan
Mathematics
angkanya
keempat
itu
ditambah
soalnya
sekali
dan
Argumentation
and
Implication.
Research
in
Education
I:
Group 1
Hanna, G., & de Villiers, M. (2012).
Proof
G.
Netherlands: Springer.
and
Argumentation
Processes
primary,
sudah
in
level
Proving
mampu
in
Students
and
Proof
W.
Enculturation Argumentation
yang
menyebabkan
mereka
sulit
Inglis,
2011.
Mejia-Ramos
Mathematical
dan
Simpson,
Argumentation:
Importance of Qualification.
and Argumentation.
Kluwer
Educational
The
Studies
in
Argumentative
Associated
Activities
with
Proof?
Prosiding
Research
in
Mathematics
Congress
on
Mathematical
12th International
Reasoning.
Council
of
Teachers
of
Mathematics.
in mathematics education in
German-speaking
Selected
Papers
Annual
Countries.
From
the
Conference
on
(2000).
VA: NCTM.
Pedemonte,
B.
(2002).
Relation
Proof
Franzbecker Verlag.
Knipping,
Christine.
2003.
in
Mathematics:
Proceedings
of
2nd
the
Argumentation Structures in
Society
European
Mathematics
Research
in
for
Research
in
Education,
2,
Marienbad, 2001.
Dimension Of Argumentation
Proof
Following
Classrooms
Argumentation?
Krummheuer,
G.
(1995).
The
Research
Ethnography of Argumentation.
In: P. Cobb und H. Bauersfeld
(Ed.),
The
Emergence
Mathematical
Interaction
Cultures.
in
Abductive
in
European
Mathematics
Education III
Tetens,
H.
(2010).
Argumentieren
Classroom
NJ.:
Learning Mathematics
or
an
Meaning:
Hillsdale,
Creative
Constructed
229-269.
by
be
of
Lithner, 2012.
can
Cambridge,
UK:
Imitative
Prosiding
Argumentation
in
Conference
of
the
of
Mathematics
Argumentation
Undergraduate
Math
Proceedings of
of
Mathematics
of
Argumentation
Handbook
Theory:
of
Historical
Backgrounds
Contemporary
and
Developments.
Prosiding
belum sempurna, Evaluate belum sempurna serta belum mencapai Create, (2)
karakteristik hasil belajar pada subyek dengan gaya belajar auditorial adalah Understand
belum sempurna, Apply belum sempurna, telah mencapai Analyze serta belum mencapai
Create, (3) karakteristik hasil belajar pada subyek dengan gaya belajar kinestetik adalah
Remember belum sempurna, Understand belum sempurna, Apply belum sempurna, Analyze
belum sempurna, Evaluate belum sempurna serta belum mencapai Create.
Kata Kunci : hasil belajar, proses kognitif dalam Revised Blooms Taxonomy, gaya belajar
Prosiding
A. Pendahuluan
merumuskan
dimensi.
Untuk
beberapa
terdiri
(evaluate),
atas
pengetahuan
(metacognitive
hasil
Panduan
untuk
keperluan
belajar
tersebut
keterampilan
dan
Kemudian
atas
Anderson
perkembangannya,
dan
Krathwohl
melakukan
revisi
mendasar
klasifikasi
kognitif
yang
dikembangkan
Bloom.
atas
pernah
Sebelumnya
Bloom
mengklasifikasikan
kognitif
dalam
enam
(2001)
level,
dan
(remember),
berkreasi
pengetahuan
dimensi
Dalam
mengingat
dan
mempelajari
kemampuan bertindak.
Anderson
(create).
faktual
(factual
metakognisi
knowledge).
suatu
hal.
pengetahuan
Dimensi
Sedangkan
adalah
jenis
dan
Krathwohl
dikenal
tujuan
yaitu
Prosiding
Revised
Blooms
Taxonomy
dalam
dalam
pembelajaran,
menentukan
aktivitas
membantu
guru
siswa
menyerap
informasi
Blooms
mengukur
belajar
ada
Pemanfaatan
matematika,
cara
matematika. Hal-hal
belajar
Guru
lebih
karakteristik
2006,
222-227).
Revised
dalam
pencapaian
dalam
mengenai
hasil
pencapaian
satu
yang
mudah
paling
sumber
cara
bagi
matematika
perlu
dominan
memperhatikan
siswa
tersebut
untuk
dapat
masing-masing.
mengetahui
gaya
belajar
bagaimana
belajar
siswa
belajar siswa.
Prosiding
karakteristik
siswa.
(2013)
perlu
kognitif
meningkatkan
Taxonomy
Hasil
masing-masing
penelitian
menyatakan
Gilakjani
bahwa
guru
keberhasilan
pembelajaran. Hasil
penelitian dari
dalam
Revised
pada
Blooms
pembelajaran
B. Metode Penelitian
saat
pembelajaran
Penelitian
ini
membahas
pencapaian
hasil
belajar
siswa
berdasarkan
proses
kognitif
dalam
kelas
SMA
kuadrat,
kuadrat
penyelesaian
dan
merancang
bulan
Desember
2010.
matematika.
persamaan
kehidupan
sehari-hari
yang
kualitatif deskriptif.
Subyek dalam penelitian ini
tidak
dipilih
menggunakan
secara
acak
teknik
namun
purposive
hasil
angket
gaya
belajar
Prosiding
siswa.Soal
dengan
cara
memilih
siswa
yang
tes
kognitif
matematika
Sedangkan
subyek
siswa
dimensi
informasi
menerapkan
berdasarkan
jawaban
yang
penelitian
tes
dibutuhkan
dalam
serta
menggambarkan
mampu
pencapaian
hasil
dalam
untuk
pemilihan
siswa
digunakan
berdasarkan
kognitif
(Analyze),
pembelajaran
yaitu:
(Apply),
menilai
Revised
mengingat
menganalisis
(Evaluate)
dan
yang
merupakan
memiliki
berkomunikasi
dalam penelitian.
kemampuan
siswa
yang
untuk
ditanyakan
kepada
subyek
wawancara.
metode
cara
dalam
dengan
metode
untuk
observasi
Penggunaan
dilakukan
mengamati
dan
angket
ikut
dengan
serta
digunakan
menggunakan
teknik
Prosiding
Masing-masing
analisis
data
dari
kedua
subyek
siswa
diberi
kode
kognitif
Taxonomy
kuadrat
dalam
Revised
pada
Blooms
pembelajaran
memiliki
gaya
belajar
visual
dan
auditorial.
bahasan
Subyek
Penelitian
Subyek 1
Gaya
Belajar
Visual
Subyek 2
Visual
Triangulasi Sumber
Telah
mencapai
Remember,
Understand belum sempurna karena
hanya
mencapai
Inferring
dan
Interpreting, telah mencapai Apply,
Analyze belum sempurna karena hanya
mencapai
Differentiating
dan
Attributing, Evaluate belum sempurna
karena hanya mencapai Checking serta
belum mencapai Create
Telah mencapai proses Remember,
Understand belum sempurna karena
hanya mencapai Classifying, Inferring
dan Interpreting, telah mencapai Apply,
telah mencapai Analyze, Evaluate
belum
sempurna
karena
hanya
Prosiding
Subyek 3
Auditorial
Subyek 4
Auditorial
Subyek 5
Kinestetik
Subyek 6
Kinestetik
penelitian
proses
kelompok
dan
dasar
bagi
maupun
pembaca
untuk
gaya
belajar.
Kelima
Prosiding
kelompok
gaya
belajar
visual,
kelompok
gaya
belajar
auditorial,
penelitian
yang
menguasai
kelompok
gaya
belajar
kinestetik,
proses
rendah dalam
Revised
Blooms
Taxonomy
secara
belum
sempurna
sehingga
proses
Simpulan
Berdasarkan
hasil
mengenai
Taxonomyyang
kognitif
berdasarkan
belum
sudah
prosesCreate, 2) karakteristik
hasil
belajar
menguasai
proses
kognitif
ditinjau
sempurna,
proses
dari
gaya
Evaluate
hasil
analisis
auditorial
data
dalam
penelitian
ini
bahwa
ada
adalah
telah
mencapai
prosesUnderstandnamun
belum
sempurna,
belum
sempurna,
namun
menguasai
diperoleh
penemuan
ternyata
belum
prosesApply
telah
mencapai
Prosiding
kinestetik
adalah
telah
prosesRemember
sempurna,
mencapai
belum
belum
pembelajaran
belum
dapat
namun
prosesUnderstand
sempurna,
prosesApply
selanjutnya.
4)
memberikan
Guru
metode
sempurna,
prosesAnalyze
belum
sempurna,
prosesEvaluate
belum
sempurna
serta
belum
masing.
Guru
prosesCreate.
metode
mengajar
Saran
hasil
mencapai
bisa
menggunakan
yang
bervariasi
penelitian
berdasarkan
proses
kognitif
dalam
guru
guru
metode
DAFTAR PUSTAKA
mempertimbangkan
sesuai
dengan
masing-masing
agar
gaya
belajar
mampu
hasil
pembelajaran
pada
harus
mampu
mengetahui
Educational
Psychology.
.2001.
Learning,
Taxonomy
Teaching,
for
and
Prosiding
Taxonomy
60
of
Educational
Quantum
Learning:
Academic Achievement in
Specific Educational System.
International Jornal of
dan
Menyenangkan
Terjemahan
Ary
Nilandri.
Bandung : Kaifa.
Vol.1 No.10
Ozgen, Kemal. 2012. Examining
Styles In Mathematics
and Teaching
Teachers.
Style
Modern
of the
Education
Journal of Educational
Technology. Vol 11. P.79-93
Prosiding
Abstrak
Kualitas pembelajaran matematika di kelas sangat dipengaruhi oleh cara guru dalam
penyampaiannya. Salah satu hal yang dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan konsep adalah tersedianya bahan ajar berupa
Lembar Kerja Siswa (LKS). Perangkat pembelajaran yang disediakan oleh guru hendaknya
dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah. Salah satu pendekatan pembelajaran yang
dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah tersebut adalah pendekatan pembelajaran
berbasis masalah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas penggunaan LKS berbasis
masalah terhadap aktivitas dan hasil belajar Siswa Kelas VII SMP. Metode yang digunakan
untuk menganalisis aktivias belajar adalah observasi dan telaah terhadap hasil kerja siswa
pada LKS berbasis masalah. Sedangkan data hasil belajar dianalisis dengan menentukan
persentase ketuntasan berdasarkan KKM yang berlaku. Berdasarkan hasil analisis maka
disimpulkan bahwa penggunaan LKS berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa. Tingkat ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 79%.
Kata
Kunci
LKS
Berbasis
Masalah,
Aktivitas
serangkaian
Belajar,
operasi
Hasil
Belajar
kognitif
yang
A. Pendahuluan
Perkembangan global di abad 21
menghendaki
agar
siswa
mampu
dalam
berbagai
digunakan
disiplin
sebagai
alat
yang
yang
untuk
memecahkan
Anderson
(1980)
disebut
sebagai
masalah.
ilmu,
Ini
berarti
Prosiding
meraih
disiplin
suatu
bidang
dalam
permasalahan
memecahkan
baik
dalam
prestasi
yang
baik
di
Pengimplementasian
pembelajaran
matematika
harus
pembelajaran
PISA
tujuan
matematika
dalam
membangun
Berdasarkan
Programme
Assessment
of
hasil
survei
International
(PISA)
tahun
student
2009
yang
kemampuan
pemecahan
fasilitator
harus
mampu
dalam
pembelajaran
menyediakan
pembelajaran
yang
Indonesia
meningkatkan
kemampuan
masih
belum
mampu
bidang
untuk
pemecahan
kerja
(http://edukasi.kompasiana.com).
dilakukan
posisi
sains
dirancang
maupun
merupakan
membaca,
perangkat
(LKS).
oleh
LKS
memuat
siswa
untuk
sangat
yang
dengan
pembelajaran
yang
Ini
siswa
yang
terjadi
di
harus
ditempuh
(Trianto,
LKS
mengasah
2009,
dapat
mandiri
serta
berfikir
kreatif
dan
kemampuan
kritis
dalam
Prosiding
Piaget
menarik
rentang
perkembangan
ingin
mampu
atau
12-13
tahun,
melakukan
penalaran
dengan
perhatian
tahu,
h)
siswa,
Dapat
klasikal
g)
Dapat
mempermudah
karena
siswa
menyelesaikan
seefektif
memecahkan masalah.
menarik
kesimpulan,
mengembangkan
menafsirkan
hipotesa
dan
(Asri
Budiningsih, 2005,p.39).
yaitu
dan
dengan
j)
Dapat
pembelajaran
yang
kemampuan
2008,
a)
Merupakan
pengajaran
sesuai
(Widjajanti,
mengarahkan
p.1)
mungkin
Pendekatan
dan
tugas
dapat
atau
Based-Learning(PBL).
masalah
Strategi
belajar
merupakan
strategi
berbasis
digunakan
untuk
mempercepat
proses
pengajaran
dan
menghemat
waktu
kata
proses
masalah,
pembelajaran,
f)
Dapat
lain
siswa
belajar
membuat
melalui
hipotesis,
Prosiding
menarik
kesimpulan.
Aplikasi
dari
efektifitas
penggunaan
LKS
berbasis
penelitian
ini
efektifitas
penggunaan
Pertama,
PBL
merupakan
rangkaian
adalah
untuk
melihat
LKS
berbasis
Ada
beberapa
aktivitas
belajar
hanya
activities)
sekedar
mendengar,
mencatat,
seperti
membaca,
menulis,
dan
Kedua,
menulis
Ketiga,
dilakukan
ilmiah.
akhirnya
menyimpulkan.
pemecahan
Berpikir
masalah
dengan
menggunakan
(writing
activities)
seperti
hasil
melalui
tertentu,
proses
tahapan-tahapan
sedangkan
empiris
artinya
yang
diperoleh,
melaksanakan
melakukan
penelitian
tentang
dikuasai
diketahui
penilaian.
dan
dengan
Penilaian
Prosiding
kecermatan,
efisiensi,
dan
ketepatan
B. Metode Penelitian
Penelitian
ini
pendekatan
kuantitatif
deskripstif
yang
mengungkapkan
menggunakan
dan
kualitatif
kelompok
untuk
untuk
menjawab
pertanyaan
bertujuan
masalah
membimbing
LKS.
siswa
Peneliti
atau
berdasarkan
dipandang
suatu
data-data
relevan
tertulis
dan
yang
mendukung.
sebagai berikut
-
Memahami Masalah
Adabiyah Padang.
Instumen penelitian
siswa
dianalisis
menentukan
Pelaksanaan
pembelajaran
kelas
dalam
Pertemuan
VII
pelaksanaan
menjadi
observer
pembelajaran.
Prosiding
salah.
membuat
hipotesis
walaupun
Merumuskan Masalah
siswa
hipotesis.
belumdapat
menentukan
Mengumpulkan data
Pada kegiatan mengumpulkan data
siswa mengukur benda-benda yang
terdapat di sekitarnya. Ada beberapa
benda
yang
diukur
oleh
siswa
ini
prioritas
masalah
dalam
menuliskan
rumusan
masalah.
-
Merumuskan Hipotesis
Ada 2 macam cara siswa dalam
merumuskan hipotesis yaitu
ditulis
dalam
kolom
yang
Prosiding
Menguji Hipotesis
Ada 3 macam cara siswa dalam menguji
hipotesis yaitu
pertemuan
kedua
ini,
merumuskan
3sudah
bawah ini
benar
dalam
menentukan
hipotesis
dengan
semua
siswa
masing-masing
mengisi
kelompok
kelas.
Setelah
siswa
kesimpulan
Presentasi
ini
dilakukan
dengan
cara
siswa
Prosiding
ukuran.
persegi
Siswa
mengitung
satuan
pada
sisi
demikian
siswa
dapat
menentukan
lengkap
setiap
LKS
kelompok
pendekatan
luas
persegi
panjang.
Setelah
pembelajaran
selesai
peneliti
bawah ini
melakukan wawancara
kepada
tinggi
(siswa
1),
siswa
Prosiding
rending
(siswa
3).
Hasil
Siswa 1
: cukup bu
Siswa 2
: cukup bu
Siswa 3
: kurang bu
terdapat
pada
LKS
dapat
dipahami?
Siswa 1
: bisa bu
Siswa 2
: bisa bu
dipilih,
Siswa 3
: bisa bu
LKS
yang
diberikan
Siswa 1
pada LKS?
Siswa 1
: paham bu
Siswa 2
: dua-duanya bu
Siswa 2
: lumayanlah bu
Siswa 3
Siswa 3
tergolong
mudang,
Siswa 1
: sedanglah bu
Siswa 2
: sedang bu
Sedangkan
Siswa 3
bagi
siswa
berkemampuan
Siswa 1
Writing
LKS tersebut?
Activity
(WA),
dan
Mental
Siswa 2
: bisa bu
Siswa 3
: gak bisa bu
Prosiding
aktivitas
Adabiah
sebagai berikut.
Padang
Jeni
Akti
vitas
OA
pertemuan (%)
I
II
III
IV
68
54
67
74
36
46
59
67
91
92
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
A
MA
Padang
Persentase Aktivitas /
Jeni
Akti
vitas
OA
batang
di
bawah
memberikan gambaran
mengenai
observasi
belajar
aktivitas
Siswa (%)
I
II
III
IV
63
54
75
77
36
42
58
73
82
83
100
100
95
100
100
100
100
100
100
100
A
MA
Diagram
ini
hasil
Diagram
siswa
memberikan gambaran
mengenai
observasi
belajar
batang
aktivitas
di
bawah
ini
hasil
siswa
Mengajukan
pertanyaan pada guru
dan siswa
80
Menjawab pertanyaan
guru dan siswa
60
100
Mengajukan
pertanyaan pada
guru dan siswa
80
Menjawab
pertanyaan guru dan
siswa
60
Berdiskusi dalam
mengerjakan LKS
40
Berdiskusi dalam
mengerjakan LKS
40
Mengisi LKS dengan
Lengkap
20
Siswa mengerjakan
soal-soal latihan LKS
0
1
20
Siswa mengerjakan
soal-soal latihan LKS
0
1
Prosiding
Padang
Ketuntasan
banyak
bertanya
tentang
Tuntas
cara
Jumlah
Siswa
Persentase
mengerjakan
LKS.
Pada
Tidak
Total
tuntas
21
27
78
22
100
pertemuan
Padang
Ketuntasan
Aktivitas
Tuntas
menjawab
Jumlah
Siswa
Persentase
Tidak
Total
tuntas
19
24
79
21
100
dengan
menggunakan
LKS
berbasis
masalah.
Di
pembelajaran
peneliti
berikut ini
Prosiding
siswa.
Daftar Pustaka
membantu
siswa
mencapai
ketuntasan
belajar.
Model
LKS
yang
Wina.
(2007).
Strategi
Berorientasi
Standar
Pendidikan.
Jakarta : Kencana
aktivitas
masalah
Inovatif.
Pembelajaran
meningkatkan
berbasis
Pembelajaran
efektif dalam
belajar
dan
Suherman,
Proses
Erman.
(2003).
Strategi
Pembelajaran
Matematika
belajar di sekolah.
Saran
Trianto.
LKS
berbasis
masalah
dapat
penelitian
dapat
pada
Model
Mendesain
menjadi
perangkat
(2007).
materi
Widjajanti,
Endang.
(2008).
Kualitas
Prosiding
Abstrak
Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mengarahkan tenaga pendidik,
dalam hal ini guru, untuk dapat mempersiapkan peserta didik kelak dapat bersaing di
tingkat Asean. Guru diharuskan mempersiapkan peserta didik menjadi individu-individu
yang memiliki kompetensi unggul. Belajar secara mandiri dipandang penting sebagai
upaya menyiapkan individu-individu yang mampu menjawab tantangan zaman.
Makalah ini bertujuan untuk membahas secara teoritis relevansi model penemuan
terbimbing tipe Membuat dugaan/konjektur, Induktif, Deduktif, and Self reflection
(MInDS) terhadap upaya pembiasaan peserta didik belajar matematika secara mandiri.
Pada pembelajaran matematika dengan model penemuan terbimbing tipe MInDS,
peserta didik memiliki ruang untuk dapat mengembangkan pemahamannya untuk
memahami konten pelajaran yang sedang dipelajarinya. Dengan memanfaatkan pola
pikir induktif dan deduktif, peserta didik dapat dibiasakan belajar matematika secara
mandiri.
Kata kunci: Model pembelajaran penemuan terbimbing, MinDS, belajar mandiri
A. Pendahuluan
Kehidupan
dan
peradaban
manusia senantiasa berkembang dari
masa ke masa. Kehidupan dan
peradaban
manusia
berkembang
darihal-hal yang bersifat sederhana
menjadi hal-hal yang cenderung lebih
komplek. Perkembangan kehidupan dan
peradaban manusia menuntut setiap
manusia untuk beradaptasi. Salah satu
cara yang dapat ditempuh dalam rangka
beradaptasi adalah belajar, baik itu
secara formal maupun non-formal.
Dalam menghadapi era globalisasi
termasuk diberlakukannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA), setiap warga
negara Indonesia sudah seharusnya
mempersiapkan diri untuk dapat
beradaptasi dan lebih lanjutnya untuk
Prosiding
Indonesia peringkatnya sangat jauh dari
Singapura yang menduduki peringkat
11 dengan nilai 0,912 dengan klasifikasi
Very High Human Development. Rerata
lama
belajar
orang
Singapura
berdasarkan data tersebut adalah selama
10,6 tahun. Indonesia kalah dari segi
peringkat dari Malaysia, Thailand,
bahkan oleh Brunei Darussalam. Pada
level ASEAN saja, Indonesia masih
belum unggul dalam pendidikan, hal
tersebut dapat menjadi hambatan dalam
menyongsong era MEA.
Melihat tantangan yang akan
dihadapi di era diberlakukannya MEA,
sudah seharusnya Bangsa Indonesia
memikirkan langkah strategis agar bisa
beradaptasi dan survive.
Selain menghadapi MEA, dewasa
ini
peradaban
manusia
sangat
memerlukan teknologi yang canggih
dan moderen. Selain canggih dan
moderen, teknologi yang diperlukan
oleh suatu bangsa untuk berkembang
adalah teknologi tepat guna. Untuk
menghasilkan teknologi tepat guna
diperlukan SDM yang sangat handal
dan pendidikan yang juga tepat guna.
Pendidikan
yang
diperlukan
dalam menghadapai dan menjalani era
MEA
adalah
yang
dapat
mengembangkan berbagai potensi yang
dimiliki peserta didik. Pendidikan yang
konvensional dalam ruangan kelas
dipandang belum dapat memaksimalkan
berbagai potensi peserta didik. Hal
tersebut sangatlah wajar, di kelas waktu
pembelajaran terbatas dan setiap mata
pelajaran memiliki beban kurikulum
yang tidak sedikit. Dengan demikian
dipandang perlu untuk merumuskan
suatu desain atau model pembelajaran
yang dapat memfasilitasi peserta didik
untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
Dilihat dari sisi yang berbeda,
selain karena waktu yang terbatas,
masalah juga timbul dari cara belajar
peserta didik yang tidak sama antara
satu dengan yang lainnya. Potensi
Prosiding
masyarakat belajar dalam kelas. Guru
diharapkan dapat memfasilitasi peserta
didik
untuk
mengembangkan
potensinya
dengan
membantu
memahami ide-ide matematis secara
benar serta meluruskan pemahaman
siswa yang kurang tepat. Model yang
diperlukan untuk mewujudkan hal
tersebut adalah suatu model yang
memberi ruang kepada peserta didik
untuk menggali informasi dengan guru
sebagi pembimbingnya. Model yang
dijadikan sebagai rekomendasi pada
kajian ini adalah model penemuan
terbimbing
tipe
Membuat
dugaan/konjektur, Induktif, Deduktif,
dan Self reflection (selanjutnya disebut
model MInDS).
B. Pembahasan
Pada bagian ini akan dipaparkan
mengenai pembahasan inti dari kajian
ini. Pembahasan diawali dengan
pemaparan peran guru. Pembahasan
mengenai peran guru memiliki maksud
untuk menemukan keterkaitan dan
relevansi
pembelajaran
yang
menggunakan model MInDS dengan
belajar mandiriditinjau berdasarkan
tugas dan peran guru.
Pembahasan selanjutnya adalah
mengenai belajar mandiri. Pembahasan
ini bertujuan untuk memaparkan
pengertian belajar mandiri dalam belajar
Kemandirian Belajar
Prosiding
Tirtarahardja & Sulo (Febriastuti, 2010,
p.10), yakni sebagai aktivitas belajar
yang berlangsungnya lebih didorong
oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri
dan tanggung jawab sendiri dari
pembelajaran. Cara atau gaya belajar
yang seperti itu dipandang bisa
mendidik
peserta
didik
secara
komprehensif dan terintegrasi dalam
mempersiapkan SDMdi era MEA. Hal
tersebut karena dengan belajar yang
seperti itu peserta didik dapat
mengembangkan
potensinya
semaksimal mungkin.
Terdapat kegiatan-kegiatan yang
perlu diakomodasikan dalam pelatihan
belajar mandiri. Menurut Mudjiman
(Kurniawati, 2010, pp.15-16) kegiatankegiatan tersebut adalah sebagai berikut
1. Adanya kompetensi-kompetensi
yang ditetapkan sendiri oleh
siswa untuk menuju pencapaian
tujuan-tujuan
akhir
yang
ditetapkan program pelatihan
untuk setiap mata pelajaran;
2. Adanya proses pembelajaran
yang ditetapkan sendiri oleh
siswa;
3. Adanya input belajar yang
ditetapkan sendiri oleh siswa.
Kegiatan-kegiatan itu dijalankan
oleh siswa, dengan ataupun
tanpa bimbingan guru;
4. Adanya kegiatan evaluasi diri
(self evaluation) yang dilakukan
oleh siswa sendiri;
5. Adanya
kegiatan
refleksi
terhadap proses pembelajaran
yang telah dijalani siswa;
6. Adanya past experience review
atau
review
terhadap
pengalaman-pengalaman yang
telah dimiliki siswa.
7. Adanya upaya untuk memotivasi
belajar siswa
8. Adanya kegiatan belajar aktif.
Terdapat
pula
indikator
kemandirian belajar. Eko & Kharisudin
(dalam
Febriastuti,
201,
p.12)
berdasarkan penelitiannya menyebutkan
Prosiding
kepada peserta didik. Kemudian guru
pun membuat pertanyaan-pertanyaan
arahan untuk peserta didik baik lisan
maupun tulisan. Sebagai contoh,
seorang guru dapat menampilkan atau
menceritakan
ilustrasi
yang
menggambarkan kegiatan bersalaman
antara dua orang sebagai mana berikut
Prosiding
Saran
Nation
Development
Programme. (2015).
Human
Development Report 2015,
Work for Human Development.
New York.
Prosiding
ISSN : 9 772407
749028
setiap
A. Pendahuluan
Matematika merupakan bagian
dengan
dalam
pembelajaran
digunakan
adalah
untuk
untuk
memecahkan
pemecahan
masalah
matematika
menjadikan
siswa
169
Prosiding
menjadi
effeciveproblem
solver
(Torio, 2015,p.569).
Menurut
(NCTM,
2000)
matematika
adalah
penalaran
solving),
komunikasi
matematias
kemampuan
(mathematics
(mathematics
(AQ).
connextion),
dan
Adversity
merupakan
dalam
adalah
Kemampuan
bagian
dari
kurikulum
Quotient
kecerdasan
(AQ)
seseorang
menghadapi
kesulitan.
dalam
menghadapi
Menurut
dan
mempunyai
penyelesaian,
menggunakan
ketrampilan
siswa
pengetahuan
AQ
tiga
kategori
yaitu
disebut
quitter,
sedang
pemecahan
2014,p.182).
sebagai
esensi
dari
matematika
hidup
(Orton,
1992,p.35).
Pemecahan
sekelompok
diterapkan
masalah
telah
rendah
(2000).
dimiliki
untuk
yang
dan
Stoltz
ke
(Misu,La,
mereka.
Campers
orang
yang
adalah
sudah
menghadapi
matematika
al,
tetapi,
banyak
lapangan
bahwa
mampu
(Bicer,A.
2013,p.365).Akan
ditemukan
di
et
masalah
menghadapi
ada
dan
challenge.
Sedangkan
kemampuan
pemecahan
masalah
climbers
adalah
170
Prosiding
berbagai
hal-hal
yang
mungkin
siswa
berkomunikasi,
yang
mengolah
terus
datang
setiap
hari.
untuk
menyimpulkan;
menyebutkan
pembelajaran
Adversity
berfikir,
mencari
dan
data,
Matore,M.E.E.M, et al (2015,p.72)
bahwa
aktif
sampai
2)
aktivitas
diarahkan
untuk
menyelesaikan
pemecahan
masalah
dilakukan
belajar
dengan menggunakan
pendekatan
siswa.Penggunaan
model
masalah;
3)
kemampuan
masalah
meningkatkan
siswa.
pemecahan
Untuk
kemampuan
siswa
pemecahan
diperlukan
masalah
suatu
tahapan
tertentu)
dan
empiris
model
Memahami masalah
B. Pembahasan
1. Kemampuan
Pemecahan
Melaksanakan Rencana Penyelesaian
Masalah
Komariyah
(2011,
p.182)
pembelajaran
menekankan
pada
yang
proses
ilmiah.
Problem
solving
solving
merupakan
aktivitas
pembelajaran,
Pemeriksaan Kembali
soal
pemecahan
seseorang
untuk
171
Prosiding
dapat
masalah
pola
dan
penyelesaian
atau
pikir
pengetahuan
matematika
yang
dimiliki
mengarahkan
pemecah
untuk
menemukan
masalah
p.37)
jawaban.
komponen
(Tambunan,
matematika.
Melalui
dalam
pemecahan
adalah
ada.
penting
heuristik
yang
Sedangkan
penuntun
Shoenfeld
2014,p.37)
juga
saran-saran
(petunjuk-petunjuk)
umum
dapat
dapat
membuat
strategi-strategi
yang
kemajuan
selanjutnya.
masalahnya.
ke
menjabarkan
pembelajaran
proses
arah
Tambunan
membantu
pemecahan
(2014,pp.37-39)
implementasi
dengan
strategi
penyelesaian
masalah
untuk
dapat
menyelesaikan
memutuskan
bagaimana
penyelesaian
heuristik
suatu
penuntun
yang
diperlukan
yang
sesuai,
bertujuan
dan
untuk
172
Prosiding
1. Menyatakan masalah
akan
masalah
sendiri
sangat
dengan
kata-kata
diperlukan
dalam
dicari)?
Pertanyaan
ini
maka
perlu
akan
lebih
merencanakan
masalah
memahami,
bagaimana
masalah
tersebut.
menyatakan
kembali
dapat
penyelesaian
Dengan
mudah
tersebut,
memfokuskan
siswa
masalah
apa,
untuk
memperoleh
jawabannya.
2. Membuat
sketsa
gambar
atau
maka
langkah
selanjutnya
lainnya
memikirkan
ini
menunjukkan
yang
masalah
akan
memikirkan
adalah
untuk
lebih
masalah
mudah
sebenarnya,
memahami
bagaimana
adalah
sesuai
dan
untuk
mencari
menyelesaikan
membantu
bagaimana
siswa
untuk
sehingga
Pertanyaan
penting
mengarahkan
siswa
untuk
memahami
sebagai berikut:
1. Membuat pemisalan
173
Prosiding
dianggap
akan
dalam
perlu.
Hal
ini
mempermudah
akan
digunakan
untuk
memecahkan masalah.
dibuat.
Kemampuan pemecahan masalah
siswa SMP di Indonesia masih termasuk
rendah.
Hal
ini
berdasarkan
menentukan
matematika
untuk
dapat
membuat
model
dari
dilihat
model
data
dapat
Trends
in
Penyelesaian
pemecahan
masalah
dimana
pemecahan
masalah
yang
telah
direncanakan.
penyelesaian
kembali,
hal
penting
ini
untuk
(Balitbang Kemendikbud).
Keterpurukan Indonesia dalam
TIMSS
dan
PISA
disebabkan
oleh
ini
tentu
beberapa
saja
faktor
174
Prosiding
Indonesia
yang
masih
cenderung
disebabkan
rendahnya
pemecahan
masih
kemampuan
mengalami
kesulitan
dalam
karena
tahapan
sosial
pembelajaran
dapat
kooperatif
(social
dalam
knowledge),
dan
cycle
adalah
2. Adversity Quotient
model
kecerdasan
Tahap-tahap
Menurut
kegiatan
pembelajaran
mengatasi
Sudarman
kesulitan.
(2012)
merupakan
learning
sebagai berikut :
cycle
digunakan
sebagai
a.
AQ
kecerdasan
AQ
adalah
mengatasi
suatu
konseptual
yang
memahami
dan
terhadap
peningkatan
hasil
belajar
kerangka
baru
untuk
meningkatkan
175
Prosiding
b.
c.
masalah
seseorang
dalam
menghadapi
yang
dihadapi.
kesulitan.
besar
merasa
memperbaiki
respon
seseorang
terhadap kesulitan.
b.
kemungkinan
bahwa
seseorang
masalah
yang
besarnya
tanggungjawab
digabungkan
sehingga
memandang
mencapai kesuksesan.
kesulitan
dan
asal
dengan
disebut
berasal
Sedangkan
origin
O2
bahwa
usul
semakin
penyebab
dari
apabila
luar.
skor
O2
kemungkinannya
seseorang
menganggap
penyebab
reach
kesulitan
(R),
dan
daya
tahan
atau
itu
bahwa
adalah
dirinya
sendiri.
c.
sebagai berikut.
a.
rendah
mengkaitkan
(C)
semakin
besar
panik,
akan
sulit
kesulitan
dalam
aspek-aspek
tidur,
lain
menjaga
176
Prosiding
d.
Lebih
lanjut
Stoltz
(2000)
mengkategorikan
seseorang
menggunakan
seseorang,
semakin
kemungkinan
seseorang
menganggap
kesulitan
besar
tingkatan
dikategori
AQ
memiliki
menggunakan
ke
AQ
aturan
itu
dan
berlangsung lama.
(2000).
Penentuan
tingkatan
AQ
a.
Kategori Quitter
komponen
(C),
yang
dan
permasalahan.
Ownership
yaitu
(O),
Control
Reach
(R),
berusaha
menjauh
Ciri-ciri
dari
anak
CORE.
yang
berani
disebut
Adversity
Response
menghadapi
masalah.
ARP C O R E 2
dengan
menjadi
menyalahkan
disekelilingnya.
menginterpretasikan
(Stoltz, 2000)
pemarah
dan
orang
Stoltz
(2000)
ciri-ciri
177
Prosiding
b.
Kategori Camper
tinggi.
saat
kerap
kemungkinan-
ini.
Ia
mengabaikan
pun
Ibarat
orang
bertekad
c.
hubungan
Mereka
beberapa
tidak
memaksimalkan
antara
penelitian
kemampuan
diperoleh
hasil
kemampuan
menghadapi
hidup.
60 94 yaitu memanfaatkan
tersebut
tantangan
tergambarkan
pada
pemecahan
kategori AQ camper.
Adversity
Kategori Climber
kemampuan
pula
masalah matematisnya.
skor
Quotient
masalah
(AQ)
pemecahan
kemampuan
dan
masalah
pemecahan
C. Kesimpulan
178
Prosiding
Berdasarkan
tentang
studi
kemampuan
literatur
pemecahan
merangsang
yang
dapat
sebelumnya;
bahwa
terdapat
didik
untuk
peserta
telah
mereka
memberikan
dapatkan
motivasi
tersebut.
pemecahan
AQ
Kemampuan
tinggi
(climber)
cenderung
kemampuan
pemecahan
berpikir,
mempunyai
AQ
tinggi
(climber)
didik
mempunyai
karakteristik
menyukai
mempunyai
mencari,
menjalankan
menemukan
dan
tahapan-tahapan
Daftar Pustaka
Untuk
melatih
kemampuan
centered).Learning
Cycle
dapat
meningkatkan
179
Prosiding
Classroom to Increase Students
Problem
Solving
Skills.
International Online Journal of
Educatinal Sciences, 5(2): 361369
180
Prosiding
Reasoning of Ninth Grade
Students Learned by &e
Learning
Cycle
and
Socioscientific
Issue-based
Learning. Australian Journal of
Basic and Applied Sciences, 5
(10): 257-564
Sadi,O. dan Carikoglu,J. 2010. Effects
of 7E Learning Cycle on
Students Human Circulatory
System Achievement. Journal
of Applied Biological Sciences, l
4 (3): 63-67
Shoenfeld, A.H. 1985. Metacognitive
and epistemological issues in
mathematical understanding. Di
dalam Silver, E.A. (ED)
Teaching
and
Learning
Mathematical Problem-Solving.
New Jersey : LEA.
Simatupang,D. 2008. Pembelajaran
Model Siklus Belajar (Learning
Cycle).
Jurnal
Kewarganegaraan, 10 (1): 62-70
Stoltz, P.G. 2000. Adversity Quotient:
Mengubah Hambatan Menjadi
Peluang.
Terjemahan:
T.
Hermaya. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Sudarman. 2012. Adversity Quotient :
Kajian
Kemungkinan
Pengintegrasiannya
dalam
Pembelajaran
Matematika.
Jurnal AKSIOMA, 1(1): 55 62
181
Prosiding
1, 2, 3
(Zevenbergen
et
al.
2004,
p.3;
matematismembantu
memiliki
sikap
siswa
positif
untuk
terhadap
182
Prosiding
matematika
dalam
memecahkan
kenyataanya,
pemecahan masalah
cara
berpikir
siswa
pemecahan
masalah
merupakaan
komponen
penting
didalamnya.
matematika
pemecahan
ditingkatkan
terlebih
kemampuan
adalah
masalah.
kognitif
seperti
tujuan
applying
dimana
Singapura,
Jepang,
2012).
menghadapi
masalah
menyatakan
bahwa
kemampuan
matematika
aspek-aspek
seperti
kesulitan
Pengalaman
Korea,
capaian
dan
siswa.
siswa
dalam
menyelesaikan
Siswa
menggunakan
mengetahui
tahapan
terbiasa
matematika,
dapat
melalui
dan
dikembangkan
kegiatan
lain-lain
lebih
pemecahan
baik
untuk
mengembangakan
masalah.
183
Prosiding
Keberhasilan
memecahkan
siswa
tidak
Dalam
rangka
meningkatkan
hanya
untuk
sebanyak-banyaknya
masalah,
memonitor
siswa
kontrol
masalah
dalam
pemikiran
diri
pada
sendiri
dan
pengetahuannya
memperoleh
melalui
berlatih
pengalaman
memecahkan
kegiatan
untuk
pengetahuannya
tersebut
membangun
sendiri
dan
menggunakan
Ozcan
melakukan
(2014)
menunjukkan
memiliki
dan
Young
bahwa
kemampuan
siswa
(2010)
yang
metakognisi
refleksi
terhadap
dan
masalah.Problem
(PBL)
masalah
pembelajaran
strategi
pemantaun
proses
berbagai
pemecahan
Based
Learning
suatu
model
diawali
dengan
siswa
berbasis
mencapai
membangun
orientasi
tujuan
tujuan
didasarkan
pada
siswa(VandeWalle,
untuk
belajar.
masalah
meningkatkan
Pembelajaran
didesain
untuk
pengetahuan,
kemandirian
belajar,
dan
belajar.
(performance goals).
Mastery goal
menumbuhkan
Berdasarkan
motivasi
latar
untuk
belakang
materi
pembelajaran
pelajaran,
sedangkan
berbasis
masalah
184
Prosiding
masalah
siswa?
dan
bagaimana
beberapa
performa?
pemecahan
kegiatan
yaitu,
masalah,
(2)
(1)
membuat
salah
satu
tujuan
dalam
masalah
sehari-hari
dan
strategi
untuk
atau
memeriksa
jawaban,
bahwa
pemecahan
proses
menerapkan
telahdiperoleh
masalah
semua
sebelumnya
adalah
yang
di
luar
matematika,
kebenaran
dan
(NCTM,
(5)
(4)
hasil
atau
menerapkan
2000),
menyatakan
berupa
solve
dari
pertanyaan
atau
penugasan
problems
appropriate
atau
diselesaikan
dengan
tidak
dapat
menggunakan
process
solving.
in
apply
(2)masalah
adapt
arise
soal,
and
that
variety
strategies
of
to
mathematical
Polya
(1973)
of
solve
problem
menyatakan
memecahkan
memahami
Orton, 2004).
masalah,
masalah,
yaitu:
merencanakan
185
Prosiding
tersebut
masalah
(2006)
langkah-langkah
Perbandingan
pemecahan
(2)
Polya,
Stenberg
mendeskripsikan
problem
definition
dan
membentuk
suatu
siklus,
langkah-langkah
masalah
dari
kedua
berikut.
Tabel 1. Perbandingan langkah-langkah
pemecahan masalah
Polya
Stenberg
6. Membuat perecanaan
(strategy formulation)
plan)
7. Melaksanakan rencana (carry
information)
8. Resource allocation
9. Memonitor proses pemecahan masalah
(monitoring problem solving)
C. Metakognisi
dan
5. Evaluation
Pemecahan
merupakan
salah
satu
karakteristik
Masalah
Metakognisi
pertama
kali
sebagaimana
dikutip
Cautinho
menyatakan
et
dikenalkan
oleh
Flavell
pada
al.(2008)
bahwa
pertengahan
tahun
1970-an
yang
186
Prosiding
kognisi
tentang
fenomena
Flavel
mendefinisikan
kognisi.
metakognisi
dikutip
Yoong
(2013)
mengidentifikasikan
tiga
metakognisi
self-awareness,
control,
cognition.
metakognisi
dan
seseorang
dalam
about
ones
ini
belief
dan
pengendalian
yaitu
aspek
mengemukakan
mencakup
dalam
bahwa
kemampuan
bertanya
dan
sehingga
tersebut
Yoong, 2013).
proses-proses
mencakup
dua
pengetahuan
hal
yaitu
metakognisi
kognitif.Lee
et
al
(2014)
proses
2008).
metakognisi
keberhasilan
Kemampuan
heuristik
didukung
dengan
yang
untuk
Pengetahuan
baik
untuk
pembelajar
dan
berpikir
menentukan
keterampilan
dan
masalah
Selanjutnya,
regulasi
tersebut.
metakognisi
pemikiran
seseorang
seperti
dan
masalah.
siswa
yang
penggunaan
masalah
strategi
yang
dan
dan
pemecahan
tepat
sehingga
belajar
merencanakan,
pemecahan
memahami
seseorang
komponen
metakognisi
membantu
Sedangkan
Schoenfeld
sebagaimana
menyelesaiakan
yang
masalah
187
Prosiding
pemantauan
dan
(3)
berkaitan/bergantung
D. Orientasi Tujuan
pada
Orientasi
tujuan
atau
goal
langkah
yang
benar?.
pertanyaan
seperti
itu
merupakah
contoh
siswa
masalah
salah
dalam
satunya
Ames
Wolters,
Yu
sebagaimana
dikutip
&
(1996)
Pintrich
beda
bahwa
pencapaian.
kelas
yang
menggunakan
dalam
menanggapai
Orientasi
tujuan
dan
menentukan
masalah
yang
mencapai
Orientasi
pemecahan
masalah
siswa
membutuhkan
metakognisi
untuk
et
2014;
bahwa
daripada
Young
siswa
siswa
2010)
yang
menunjukkan
memiliki
hasil
yang
tujuan
diinginkan.
mempengaruhi
konstruk
bagaimana
memberikan
yang
menggambarkan
individu
menginterpretasikan
(1999)
merespon,
reaksi
situasi
dan
untuk
188
Prosiding
tertentu.
(2000)
Midgley
performance
approach,
performance
avoid.
Sedangkan
Stipek
mendeskripisikan
dan
orientasi
dalam
dua
orientation
learning
Penjelasan
performance
orientation
orientation,
dan
Nicholss
Colleagus
dan
kelompok
dan
ego
terhadap
yaitu
task
orientation.
masing-masing
sedangkan
Dweck dan
Legget; Elliot dan
Dweck
keterampilan
baru,
meningkatkan
atau
189
Prosiding
Ahli
Maehr dan
Midgely
190
Prosiding
Ahli
Nicholis
Saya merasa sukses ketika saya tahu lebih banyak dari yang
lain
Berdasarkan
dari
tujuan,
dapat
deskripsi
disimpulkan
bahwa
Siswa
focused/task
menantang
involved
goals
dan
dengan
dan
orientasi
tujuan
mengganggap
191
Prosiding
sedangkan
apapun.
kegagalan.Siswa
dengan
siswa
dengan
orientasi
orientasi
sederhana
mungkin
untuk
yang
lebih
menunjukkan
kompetensinya
(Lindsay, 2010).
E. Orientasi
Tujuan,
Metakognisi,
siswa
dengan
tujuan
performa
Perbedaan
akan
usaha
orientasi
untuk
tujuan
memahami
mengindetifikasi
masalah,
masalah
dan
mengatakan
bahwa
siswa
orientasi
memecahkan
yang
menggunakan
masalah.
Siswa
Lindsay
penguasaan
dengan
strategi
(2010)
lebih
yang
lebih
menyatakan
baik
kemampuan
mereka
melakukan
berbagai
usaha
karena
mereka
menggunakan
metakognisinya
yang
192
Prosiding
pemebelajaran
diawali
kebutuhan
dimana
masalah
menyatakan
pengetahuan
siswa
dengan
tujuan
berbasis
dengan
masalah
menciptakan
memecahkan
selama
masalah
proses
siswa
dan
suatu
pemcahan
membangun
mengembangkan
lebih
memonitor/memantau
kembali
pendekatan
untuk
ketika
menghadapi
hasil
pembelajaran
dengan
pembelajaran
metakognisi
tujuan
dibandingan
memiliki
orientasi
Savery, 2006).
tujuan
dimana
sisiwa
belajar
jawab
melalui
terhadap
193
Prosiding
belajar,
kreatif
dan
reflektif
serta
&
masalah
terintegrasi
dari
Serve
ciri-ciri
(3) Pembejaran
(2006)
pembelajaran
antara
lain:
(1)
pelajaran
(4) Kolaboratif
(5) Apa
yang
siswapelajari
selamabelajarmandiriharus mereka
diterapkankembali
kemasalah
siswa
mengidentifikasi,
menemukan
aktif,
terintegrasi,
pembelajaran
berbasis
penting.
(7) Penilaian diri dan teman sejawat
harus
dilakukan
sebagai
dalam
pembelajaran
(1) Siswa
memiliki
rasa
jawab
terhadap
dengan
berpasrtisipasi
tanggung
pembelajaran
mencari
nyata.
(9) Tes
siswa
harus
mengukur
berbasis
masalah
kurikulum
Karakter
masalah
harus
jelas
Arends
bukan
sebagaimana
Sastrawati
et
tujuan
Kemdikbud
(2013)
pembelajaran,
luas
merupakan
langkah-langkah
al.,
(2011)
dikutip
dan
mendeskripsikan
pelaksanaan
model
194
Prosiding
Tabel 3.
Langkah-langkah Pembelajaran
menjelaskan
logistik/materi
yang
dibutuhkan,
beberapa
kelompok
membantu
siswa
belajar.
Guru
mendefinisikan
dan
yang
Guru
mendorong
siswa
untuk
dan
menyajikan Guru
hasil karya
membantu
siswa
dalam
5 Menganalisa
.
dan
refleksi
atau
evaluasi
terhadap
mempersiapkan
mungkin
dengan
mempersiapkan
tujuan
pembelajaran
yang
sesuai
memunculkan
kurikulum,
masalah,
diperlukan,
penilaian
yang
(4)
yang
peralatan
Pada
proses
pembelajaran
(2)
(3)
fokus
utama
sebagai
alat
untuk
195
Prosiding
metakognisi.
berbasis
menurut
Davis
Mason
dan
Pada
masalah,
pembelajaran
mengembangkan
termotivasi
dan
tertantang
untuk
Masalah
harus
menyelesaikannya.
adanya
pemecahan
usaha
dan
untuk
sebagai
2006)
pengetahuan baru.
untk
memecahkannya
peningkatan
kemampuan
masalah
mengkontruk
upaya
siswa.
Pada
pengetahuannya
untuk
memperoleh
untuk
memecahkan
membantu
masalah,
pengetahuan,
siswa
membangun
meningkatkan
kemandirian
belajar,
kelompok
dengan
dapat
pemecahan
metakognisi,
orientasi
masalah,
tujuan
dan
dan
tersebut.Adanya
penggunaan
berbasis
keberhasilan
masalah
baik
bekerja
G. Kesimpulan
secara
alamiah
hubungan
antara
metakognisi
dan
memecahkan
Adanya
tersebut
fungsional
merupakan
yang
pengetahuan
mencakup
proses
Perbedaan
hubungan
antara
orientasi
orientasi
tujuan
196
Prosiding
First-Year
Law
Associations
with
orientasi
tujuan
pemecahan
dan
keberhasilan
masalah.
Keberhasilan
didukung
pembelajaran
yang
pengalaman
pemecahan
untuk
melalui
masalah.
berbasis
memfasilatisi
kontruktivis
siswa
pengetahuan
Pembelajaran
suatu
memberikan
kepada
membangun
kegiatan
oleh
masalah
kegiatan-kegiatan
tersebut.
Siswa
diajak
Students:
Mood
The
Development
57: 609-621.
Dweck, C. S. & Sorich, L. A. 1999.
Mastery-oriented
dalam
C.
R.
thinking.
Snyder
guru ke siswa.
(Ed.),
of
and
Dwijanto.
New
York:
2007.
Oxford
Pengaruh
Terhadap
Kemampuan
of
metacognition,
achievement
goal
Disertasi.
Bandung:
StudiPendidikan
Program
Program
Matematika
Pascasarjana
UPI
Bandung.
Edward, O. V. 2010. The Effect of
Goal Orientation of Attention,
Learning,
and
Metacognitive
197
Prosiding
Retrieved.
http://www.edpsycinteractive.org/
Tersedia
http://tip.psychology.org/gagne.ht
F.
&
Shehzad,
S.
Relationship
2012.
between
akses 23-06-2015].
Hung, W., David H. J., & Rude Liu.
Handbook
of
research
on
academicachievement.
47(2012): 1864-1868.
Improve
Problem
untuk
Based
Meningkatkan
Siswa
Kelas
V.
Ganesha
Jurusan
PGSD, 2(1).
Hmelo.
S.
Student
2004.
Problem-Based
Learn?
Educational
(1997).
Educational
Valdosta
Mathematics:
Solving
in
Guided
Metacognitive
Groningen:
Interuniversity
Center
for
Guru
Metacognition.
Psychology
Valdosta,
State
GA:
University.
Matematika
SMP/MTs
Interactive.
Problem
Huitt,
topics/cognition/metacogn.html[di
ml [diakes 19-11-2015].
Gul,
Tersedia
Seek
E.
2014.
Metacognitive-based
Instruction
Non-Routine
Word
Problems.
198
Prosiding
doi:10.1007/s11858-
014-0599-6.
Metacognition in Mathematics:
Which One of Two Methods is a
Among
Goal
Metacognition,
And
International
Journal
of
Education
2012.
PISA
2012
Result.
Tersedia
Psychology
http://www.oecd.org/pisa/keyfindi
Northern
Illinois
University.
ngs/pisa-2012-results-
orientations
achievement.
and
overview.pdf
[diakses 18-11-
2015].
International
in
Higher
Education.
USA:
Press.
27-32.
Samford.edu.
Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P., &
2003.
Learning.
Problem-Based
[online].
Tersedia
http://www.
International
Process_coursemapping.html.
Results
in
[diakses 15-11-2015].
Sastrawati,
E.,
Rusdi,
Syamsurizal.
and
Based
Standards
for
School
samford.edu/pbl/
M.,
&
2011.
Problem
Learning,
Strategi
NCTM.
Tekno-Pedagogi,1:1-19.
Savery, J. R. 2006. Overview of
Problem-based
Learning:
199
Prosiding
Definitions
and
Interdisciplinary
Distinctions.
Journal
of
Matematika
20.
Bandung:
Schoenfeld, A. H.
Methods
2002. Research
in
(Mathematics)
Sumarmo.
U.
Disposisi
Handbook
Mengapa
international
JICA,
Universitas
Pendidikan Indonesia.
Kontemporer.
2010.
Berpikir
Matematik:
,
dan
dan
Apa,
Bagimana
research in mathematics.English:
hlm. 435-487.
Jakarta.
TIMSS
Academic Press.
Achievemet.
2008.
Motivational
In
and
PIRLS
20111
Tersedia
between
metacognition
us:
during
Group
problem
Journal of Science
R.
J.
2006.
Cognitive
325-341.
Sternberg,
200
Prosiding
Paper
182.
Tersedia
http://digitalrepository.smu.edu/b
usiness_workingpapers/182[diaks
es 30-11-2015].
Metacognition and
conceptual
methodological
and
considerations.
Tersedia
http://www.udel.edu/pbl/deu-
june2006/presentations/06-26-
3-14.
Introduction-to-PBL.ppt [diakses
11-10-2015].
Orientations, Metacognition,Self-
Handbook
of
Mathematics
Achievement.
Disertasi.
201
Prosiding
Nurdiyah1
Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri
Semarang, Indonesia
nurdiyah_fkip@yahoo.com
Abstrak
Matematika sebagai ilmu yang terstruktur dan sistimatik mengandung arti bahwa
konsep dan prinsip dalam matematika adalah saling berkaitan antara satu dengan lainnya.
Konsep pada matematika saling terkait dan memiliki hubungan yang erat bukan saja dari segi
isi namun juga dari segi rumus yang digunakan. Sebagai implikasinya, maka dalam belajar
matematika untuk mencapai pemahaman yang bermakna siswa harus memiliki kemampuan
koneksi matematik yang memadai. Kemampuan koneksi matematik adalah kemampuan siswa
dalam mencari hubungan suatu representasi konsep dan prosedur, memahami antar topik
matematika, dan kemampuan siswa mengaplikasikan konsep matematika dalam bidang lain
atau dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan siswa dalam koneksi matematik juga
dipengaruhi tipe kepribadian siswa. Tipe kepribadian digolongkan menjadi 4 tipe yaitu
guardian, artisan, rational danidealist. Salah satu model pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan koneksi matematik siswa adalah pembelajaran model
conseptual understanding prosedure. Pada model ini siswa mengkonstruksi pemahaman
konsep dengan memperluas atau memodifikasi pengetahuan yang sudah ada sehingga dapat
meningkatkan kemampuan koneksi matematik.
A. PENDAHULUAN
Pendidikan
matematika
di
Pembagian
matematika
menjadi
202
Prosiding
sebagai
bagian
matematika
yang
kebiasaan
domaindan
(NCTM,
kesulitan
memahami
untuk
menggunakannya
2000).
Adapun
standard
(2000)
dan
sebagai
adalah
1)
siswa
mampu
bagian
yang
tidak
dapat
mereka
berkoneksi
itu
mengenal
matematika
sering
dipandang
matematika
matematika.
hari.
Topik
topik
dalam
berhubungan
dan
sehari
dan
Hasil
satu
menggunakan
pada
kontek
studi
di
Ruspiani
luar
(2000)
secara
kemampuan
terpisah,
tetapi
harus
koneksi
Rendahnya
lain
matematik
(Suherman
et
al.
2013).
peserta
didik
matematik
dalam
masih
rendah.
kemampuan
peserta
koneksi
didik
akan
prestasi
Penelitian
(2015)
yang
peserta
didik
Saminanto
di
sekolah.
dan
Kartono
menunjukkan
laia
Sedangkan
adalah
kemampuan
sebanyak
kemampuan
55%.
koneksi
203
Prosiding
hanya
koneksi
kemampuan
2%.
terendah
40%.
Kemampuan
adalah
pada
bahwa
matematik
kemampuan
siswa
matematika,
dan
filsafat,
masih
Berpedoman
pada
perbedaan
untuk
menyatakan
kepribadian
adalah
pembelajaran
karakteristik
seseorang
yang
Keirsey
menggolongkan
dan
Bates
tipe
(1984)
untuk
meningkatkan
kemampuan
tersebut
membantu
adalah
meningkatkan
kepribadian
204
Prosiding
dimiliki
hasil
oleh
siswa
adalah
mendorong
siswa
untuk
melihat
sebagai
bagaimana
Conseptual
berikut:
1)
pembelajaran
Understanding
Prosedures
(CUPs)
meningkatkan
kemampuan
koneksi
Bagaimana
matematik
siswa?;
2)
siswa
konsep
matematika
matematika
yang
memiliki
mengerti
bagaimana
berkoneksi
ide-ide
dan
akan
lebih
berhasil
jika
proses
pada
pokok
di luar matematika.
Koneksi
menurut
Zevenbergen
terkait.Ketika
dapat
pemahaman
topik,
siswa
yang
dimiliki
akan
contohnya
perkalian
adalah
205
Prosiding
bagaimana
koneksi
dengan
sains,
kesehatan,
gaya
dasar
Siswa
dengan
menyukai
pengajar
gamblang
menjelaskan
hidupnya
tipe
Guardian
yang
dengan
materi
dan
tipe
Artisan
al.(2000)
sains,
menyatakan
kepribadian
matematika,
dan
filsafat,
Siswa
Keirsey
dan
menggolongkan
Bates
Rational
menggunakan
mampu
logika
dengan
baik,
sesuatu
yang
kepribadian
mampu
mengungkap
abstrak
dan
disukai
Terdapat
eksperimen,
tipe
(1984)
tipe
hal
yang
pertimbangan
menjadi
memiliki
tipe
Rational
penemuan
penalaran
adalah
melalui
penggolongan
penggolongan
bagaimana
tersebuat
seseorang
adalah:
1)
memperoleh
seseorang
seseorang
pribadi
dan
dapat
melihat
mengambil
secara
membuat
D. Model
Conseptual
Understanding
Prosedures (CUPs)
Strategi
pembelajaran
berperan
206
Prosiding
mengajar.
Pemilihan
strategi
pembelajaran
hendaknya
dilandasi
pembelajaran
CUPs
kelompok
adalah
pembelajaran
menggunakan
yang
diorganisasikan
model
kecil.
Kelompok
pendekatan
triplet.Gunstone
menggambarkan
menjelaskan
pada
pembelajaran
diwujudkan
masalah,
kerja
dengan
et
kecil
al.
bagan
(2003)
penempatan
Keterangan:
melalui
Siswa
dalam
Guru
model
pembelajaran
menggunakan
yang
pendekatan
konstuktivisme
adalah
model
Understanding
Prosedures
(CUPs)
suatu
prosedur
pembelajaran
untuk
siswa
sains
merupakan
Fase
mengembangkan
memahami
adalah
kemampuan
konsep-konsep
salah
satu
model
pertama
diawali
sederhana
dengan
demonstrasi
kemudian
secara
siswa
kelompok,
oleh
guru,
bekerja
secara
berdiskusi
dan
207
Prosiding
Fase
ketiga
setiap
mempresentasikan
kelompok.
Guru
kelompok
kerja
hasil
bertindak
sebagai
Aktivitas guru
Aktivitas siswa
Melakukan demonstrasi
Memperhatikan
demonstrasi yang
Mengerjakan lembar
individu
Fase 2
kerja individu
Berkelompok untuk
kelompok-kelompok kecil
melakukan
eksperimen
Membuat Laporan
kelompok
Memfasilitasi siswa untuk
bereksperimen
Fase 3
Mempresentasikan
kelompok
Kepribadian
dan
Model
mempelajari
dan
Kemampuan
saling
menunjang.
koneksi
matematik
CUPs
dihindari
terkait
disaat
seseorang
matematika,
NCTM
(2000).
Kenyataan
dilapangan
menunjukkan
bahwa
kemampuan
kemampuan
koneksi
208
Prosiding
pada
matematika
mengambil
penelitian
hanya 2%.
Hasil
koneksi
subjek
matematis
antar
topik
kemampuan
koneksi
dengan
kehidupan
penelitian
dijadikan
bahan
ini
dapat
acuan
dalam
rendah.
melalukan
Pertiwi,
memiliki
disebabkan
Kemampuan
kemampuan
tinggi,
et
al.
2015).
karena
setiap
siswa
adalah
kemampuan
beda.
Kemampuan
Salah
yang
ini
rendah.
pribadi
Hal
satu
unik
dan
karakteristik
Idealist.Menurut
2013)Tipe
Guardian
lebih
suka
mengikuti
prosedur
yang
rutin
(2015)
kemampuan
kelas
55%.
kemampuan
dengan
koneksi
menunjukkan
Sedangkan
matematika
dengan
Keirsey
model
(MBTI,
tradisional
209
Prosiding
Gugus
kemampuannya,
Denpasar
serta
menyukai
VII
Kompiang
Barat
Sujana,
tahun
2012/2013.
kestabilan.
Tipe
lebih
menyukai
menyelesaikan
tugas
CUPs
Idealist
Hasil
ajaran
adalah
penelian
suatu
pembelajaran
meningkatkan
menyukai
dengan
dan
memerlukan
kemampuan
akan
dengan
cara
materi
belajar
yang
mempengaruhi
kemampuan
koneksi matematiknya.
Berpedoman
perbedaan
baik
efektif
pemahaman
dan
yang
koneksi
matematika
pembelajaran
Conceptual
Understanding
pada
yang
model
Procedures
dibandingkan
dengan
kemampuan
yang
untuk
kemampuan
pembelajaran
Conceptual
meningkatkan
Conseptual
tersebut
adalah
Understanding
mendapat
siswa
koneksi
model
disimpulkan
CUPs
matematika
pembelajaran
Understanding
pembelajaran
koneksi
lebih
pada
aspek
matematika.
pembelajaran
bahwa
kemampuan
Jadi
dapat
penerapan
Conceptual
210
Prosiding
terhadap
kemampuan
koneksi
matematika siswa.
artinya
Conseptual
Understanding
model
penerapan
CUPs
pembelajaran
diharapkan
dapat
prosedur
matematik.
pembelajaran
untuk
konsep-konsep
sains
Adanya
tipe
merupakan
masing
satu
model
kepribadian
tipe
Rational,
membantu
karakteristik
meningkatkan
siswa.
Masing
Guardian,
Artisan,
Idealist
memiliki
dan
yang
dengan
sulit
Artisanmenggunakan
oleh
siswa.
Pemahaman
antara
hubungan
tipe
unik.
Siswa
Guardian
panca
indranya.
penguasaan
koneksi
matematik.
Siswa
dan
dengan
Pembelajaran
tipe
model
CUPsadalah
saling
lain.
dapat
tersebut
terkait
satu
digunakan
sama
adalah
Conseptual
model
Understanding
Prosedures (CUPs).
suatu
model
memfasilitasi
setiap
F. Kesimpulan
Berdasarkan
siswa
tipe
literatur
koneksi
hubungan
komponen-
Adanya
tentang
komponen
studi
kepada
kemampuan
antara
tersebut.
211
Prosiding
tipeArtisan.
Selain
kesempatan
siswa
memperluas
memodifikasi
sudah
atau
pengetahuan
yang
sehingga
dapat
ada
kepada
M.Pd.
dan
Prof.
Hardi
Dr.
Iwan
212
Prosiding
search/groups/smte/projects/cups/
[diakses 5-12-2015].
Pertiwi, A.D., Masrukan, & Susilo, B.E.
2015. Analysis of Mathematical
Communication Ability Through
4K Model Based On 7 th Graders
Personality Types. International
Journal of Education and
Research. 3 (7): 343-352
Pervin, L.A., D. Cervovne, & O.P.
John.
2010.
Psikologi
Kepribadian:
Teori
dan
Penelitian (Edisi 9). Translated by
Anwar, A.K. Jakarta: Prenada
Media Group.
Bandung:
JICA,
Universitas
Pendidikan Indonesia.
Uno, H.B. 2008. Model Pembelajaran
Menciptakan
Proses
Belajar
Mengajar yang Kreatif dan
Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Wijaya,
A.
2012.
Pendidikan
Matematika
Realistik
Suatu
Alternatif
Pendekatan
Pembelajaran
Matematika.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Zevenbergen, R., Dole, S., Wright, R. J,
2004
213
Prosiding
Abstrak
Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang memerlukan penguasaan
konsep dan penalaran yang tinggi. Geometri erat kaitannya dengan kemampuan spasial.
Kemampuan spasial merupakan salah satu aspek kognisi dan merupakan salah satu kecerdasan
dari delapan kecerdasan majemuk (multiple intelegences) yang dikemukakan oleh Howard
Gardner. Kemampuan spasial mengacu pada kemampuan untuk memvisualisasikan, menduga,
membandingkan, mengkonstruksi, merepresentasikan dan menemukan informasi dari stimulus
visual dalam obyek geometri ruang. Untuk memperoleh kemampuan spasial, siswa dituntut
memiliki kemampuan berpikir abstrak yang baik.Kemandirian belajar adalah sikap mental yang
ada pada diri siswa untuk melakukan sesuatu tanpa bergantung pada orang lain. Pembelajaran
berbasis masalah berbantuan geogebra merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
melibatkan siswa aktif secara optimal sehingga menjadikan siswa mandiri dalam belajar serta
memungkinkan siswa di berbagai tingkat kemampuan visualisasi untuk mempelajari konsep
geometri sehingga dapat mengeksplorasi prinsip prinsip geometri dengan mudah.
A. Pendahuluan
Matematika merupakan ilmu universal
yang
mendasari
pengetahuan
dan
perkembangan
teknologi
ilmu
modern,
Geometrimerupakan
darimatematikayangdiajarkan
cabangpenting
kepadaanak-
anak
Rajagopal,
S.
et.
al,(2015)
menyatakan
daritahun-tahunawaldanhadirdalam
2015).Geometrimemberikankontribusi
yang
signifikan
kritis
untukpenalaranberpikir
214
Prosiding
matematis,
pembuktian,
interaktivitasdan
berhubungan,
komunikasisambil
Kemampuan
spasialmerupakan
faktor
pentingdalam
prestasi
membantumeningkatkankemampuan
matematikaterutamauntuk
sukses
dalam
Geometri
erat
kaitannya
dengan
3)
Aplikasi
menggunakannya
menganalisis
&
mengungkapkan
Uygan,
(2010)
bahwa
berpikir
spasialmemungkinkanindividu
untukmenggambar
bentukketika
memecahkanmasalahdalam
pemikiranmatematika,
untuk
memvisualisasikanmasalahverbal
dalampikirandanuntuk
mengkategorikandatayang
diberikan
dalamtabel.
koordinat geometri
transformasi
secara
situasi
simetris
matematika;
dan
untuk
4)
geometri
rendah.Berdasarkan
siswa
surveiyang
Departemen
masih
dilakukan
Pendidikan
Perancismenunjukkanbahwa
masalah.
pelajaran
yang
siswa
yang
palingmenjijikkandalam
matematikaadalahgeometrispasialdan
National Academy of Science (2006)
menyatakan bahwa setiap siswa harus berusaha
mengembangkan kemampuan dan penginderaan
spasialnya
yang
sangat
berguna
dalam
statistik
215
Prosiding
merumuskan
stimulus-stimulus
dalam
menggunakan
dan
mengeksplorasi konjektur-
yang direalisasikan
program
ke
komputerdengan
perangkat
lunak (software)
dari
Piaget,
tahap
siswa
perkembangan
sekolah
menengah
Untuk
mencapai
pembelajaran
yang
pembelajaran
menggunakan strategi
melakukan
abstraksi.
sudah mampu
Tetapi,
pada
dapat
tujuan
dalam
meningkatkan
kemahiran
matematika
diperlukan
pembelajaran
proses
yang
pembelajaran.Dengan
mengkombinasikan
abstraksi
dengan
baik
dikarenakan
sebuah
berbasis
model
pembelajaran
pembelajaran
teknologi
berbasis
matematika
komputer
dengan
yang
adalah
sebuah
fasilitas
dapat
membantu
manusia
siswa
dapat membuat
hipotesis-hipotesis,
dugaan,
menguji
mengkonstruksi
dan
optimal
pembelajaran yang
bersifat
(Prabowo&
Ristiani,
2011).
Pembelajaran
model
berbasis masalah
pembelajaran
yang
sebagai
langkah
masalah
adalah
menggunakan
awal
untuk
berbasis
masalah
sangat
keaktifan
dan
potensial
dimanfaatkan
untuk
melalui komputer
lebih banyak
lagi
siswa
contoh
dapat
kemandirian
menumbuhkan
siswa
dalam
proses pembelajaran.
dapat
atau
216
Prosiding
mengomentari
hasil
belajar
yang
optimaldiperlukan
informasi
yang
Herbert
Maier
membedakanlima
Berdasarkan latar belakang masalah yang
unsurkecerdasan
spasialyangdidasarkan
teorikecerdasan,
dituliskan
bagaimana
studikemampuanspasial.
berbantuan
tersebut, yaitu :
sebagai
pembelajaran
berikut.
berbasis
masalah
berbasis
masalah
berbantuan
meta
mengamati
suatu
bagian-bagian
Standar
geometri
meminta
analisisdansejumlah
Kelima
bangun
bangun
posisi
vertikal.Hal tersebut
B. Kemampuan Spasial
padabeberapa
unsur
diletakkan
geogebra?
(1998)
ruang
atau
ruang
yang
horizontal
atau
memerlukanproses
untuk
spasial,
atauspasialitas)
kemampuanuntuk
kecerdasan
mengacu
mengenali
spasial,
pada
dan(mental)
memanipulasisifatspasialdariobjek
danhubunganspasialantara objek-objek.
Guzel, N
(berpikir
Contoh :
tiga
dimensi)
meningkatkan
217
Prosiding
atau
mental
di
dalam
ruang,
atau
Contoh:
beberapavariabeldalam
dan
mengajar
yang
proses
dapat
mempengaruhisiswakemampuanmatematika;
salah
satunya
adalahkemandirian
belajar
kebutuhan
belajar,
menentukan
tujuan
kognisi,
motivasi
dan
perilaku,
melihat
(Tandililing,
2011).MenurutZimmerman(2008),
kemandirian
belajardidefinisikan
sebagai
memfasilitasiperubahansiswadarikemampuan
solusinya
218
Prosiding
atau
tujuan
masalah
keaktifan
dan
dan
proses
rancangan
yang
garis
berbasis
melaksanakan
individu
Secara
belajarnya:
besar
pembelajaran
dapat
menumbuhkan
kemandirian
pembelajaran
siswa
dalam
terutama
dalam
belajarnya
kegiatan
sendiri,
mengevaluasi
hasil
pembelajaran
karena
yang
dalam
sedang
berlangsung
PBL
siswa
tertentu.
Kemandirian
belajar
atau
Self-
tanggung
jawab
dalam
dalam
mengembangkan
kemampuan
pemecahan masalah
sendiri (Fitriana, L :
2010).
1. Pembelajaran
dengan
berpusat
masalah,
atau
bermula
pengetahuan
yang
masalahatau
masalah.
metodepedagogisyang
3. Pembelajaran
diimplementasikan
paling
dalam
inovatifyang
pendidikan
bertanggung
mandiri,
jawab
Para
siswa
terhadap
proses
pembelajaran
mengaksesmateripembelajaranmereka
ilmudalam
sendiri.
pendidikan
tinggidanpengaturanpendidikan(Hmelo-Silver,
2004). Menurut Sastrawati et al. (2011) PBL
adalah sebuah model pembelajaran yang
didasarkan
pada
prinsip
bahwa masalah
untuk
mendapatkan
atau
4. Pembelajaran
mereka
sendiriserta
reflektif,
memantaupemahaman
siswa
merekadan
pembelajaran
sertamenyelidikipengetahuan
siswadan
219
Prosiding
Problem
Based
Learning
menurut
Langkah-langkah pembelajaran
Guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisir tugastugas belajar yang berhubungan dengan masalah
3. Membimbing penyelidikan individu maupu Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
kelompok
5. Menganalisis
dan
mengevaluasi
proses Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
pemecahan masalah
Secara
garis
berbasis
masalah
keaktifan
dan
proses
besar
pembelajaran
dapat
menumbuhkan
kemandirian
pembelajaran
siswa
terutama
dalam
dalam
pembelajaran
karena
yang
dalam
PBL
sedang
siswa
E. Geogebra
Teknologi merupakan alat bantu untuk
berpikir kritis dan pembelajaran lanjutan
(Tuluk, G,2013).Saha, R. A dkk. (2010)
menyatakan bahwa di kelas matematika,ICT
dapat membantu siswa dan guru untuk
melakukan
perhitungan,
analisis
data,
dapat
digunakan
memvisualisasikan objek-objek
untuk
geometri
220
Prosiding
komputer
&Rudhito, 2012).
di rumah.
lingkungan
dimana
siswa
dapat
F. Kesimpulan
Berdasarkan
kemampuan
studi
spasial,
literatur
tentang
kemandirian
belajar,
untuk
memvisualisasikan,
Geogebramemberikan
siswadiberbagai
tingkatkemampuanvisualisasiuntuk
mempelajari
konsep
mengeksplorasi
hubungan
geometri
dan
dengan
mudah
orang lain.
berbantuan
geogebra
suatu
merupakan
aktif
secara
optimal
sehingga
geogebra
geometri
dalam
juga
akan
konsep.
mengungkapkan
Andraphanova
bahwa
DGS
(2015)
pendidikan
yang
geometri
sehingga
dapat
memiliki
tradisional,
DAFTAR PUSTAKA
Andraphanova. N. 2015.Geometrical similarity
transformations in Dynamic Geometry
Environment
GeoGebra.
European
221
Prosiding
Journal
of
Education,
12(2):116-128
H.
1988.
Mengajar
Belajar
years:
Hudojo,
commentary.
ZDM
Kebudayaan Jakarta.
Hung, W., David H. J., & Rude Liu. 2008.
Problem-based learning. Handbook of
research
on
educational
model pembelajaran
Sketchup
activities
Program
visualization
pascasarjana
Universitas Sebelas
projects
ability
geometry
on
of
spatial
student
Maret
and
based
teachers
spatial
: 1-8
147
Maier,
Peter
Herbert.
1998.
Spatial
geometry.
to Make
Procedia
Social
and
Selected
Solid Geometry
Papers
from
the
Solid?.
Annual
the
geometry
curriculum:
222
Prosiding
connecting
mathematics
to
ZDM
reasoning
learning.
for
2000.
Principles
School
and
Mathematics.
siswa
dengan
pemanfaatan
Jetis
Bantul.
seminar
Nasional
Keruangan
Tes
et
Learning,
al.
2011.
strategi
keterampilan
Problem-Based
metakognisi,
berpikir
tingkat
dan
tinggi
Bangun
Sastrawati
Kemampuan
Pengembangan
Tes
Coordinate
Procedia
Geometry
Social
and
Apa,
Mengapa
dan
223
Prosiding
Bagimana
pada
by
Refutation
Text
and
the
Fourth
National
G.
2013.
Meaningful
learning
environment:
plan
for
International
Journal
Of
Surakarta
tahun
ajaran
methodological
224
Prosiding
kunci:
proses
berfikir,
pemecahan
masalah,
gaya
kognitif
225
Prosiding
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu proses
manusia
manusia,
dimensinya,
karena
pendidikan
dapat
yang
baik
baik
dalam
dimensi
seluruh
intelektual,
mampu
masyarakat.
mengisi
kehidupannya
Matematika
memegang
secara
peranan
terencana
berpikir
untuk
suasana
mewujudkan
belajar
dan
proses
yang
menyikapi
baik,
berbagai
seseorang
bisa
fenomena
dan
secara
aktif
mengem-bangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
ngendalian
diri,
kecerdasan,
akhlak
keterampilan
yang
kepribadian,
mulia
serta
diperlukan
negara.
Berdasarkan definisi tersebut dapat
Kemampuan
untuk
memecahkan
matematika
suatu
proses
pembelajaran
untuk
tetapi
juga
dapat
sehari-hari.
merupakan
Hal
saja
Pemecahan
cara
yang
masalah
tepat
dalam
226
Prosiding
(menyusun
(2000)
menyatakan
problem
bahwa
rencana
(menyelesaikan
pemecahan
masalah
sesuai
perencanaan),
diperolehnya).
Dalam
dan
atau
looking
memecahkan
back
masalah
dalam
bahwa
problem
solving
plays
an
benak
menemukan
siswa
sehingga
jawaban
dapat
masalah
permasalahan
dapat
kemampuan
dikatakan
bahwa
dalam
memecahkan
masalah
siswa
masalah
dalam
matematika.
langkah-langkah
memecahkan
masalah
menurut
dalam
Polya
understanding
the
problem
yang
ada,
kemudian
kemampuan
kognitifnya
dan
informasi
tersebut
mengomunikasikan
pada
saat
menyelesaikan tugas.
Ada banyak tipe gaya kognitif, salah
satu tipe yang sering digunakan adalah
gaya kognitif menurut Witkin, Oltman,
227
Prosiding
(FD)
pengaruhnya
dan
Field
Independence
(FI).
terhadap
komunikasi
kreatif,
kreativitas
berkembang
dan
kemampuan
dan
Meskipun
kognitif
lebih
mampu
masing
masalah,
cenderung
kelebihan.
berpikir,
lebih
berkembang
kreatif,
dalam
kreativitas
berdasarkan
rasional,
tersebut
yaitu
dalam
hal
psikologi,
ditemukan
bahwa
(2009)
tentang
implementasi
matematika.
demikian,
masalah
masalah
FI
pemecahan
pemecahan
mempunyai
berdasarkan
kekurangan
dan
Matematika
Ditinjau
Dari
Materi
Gaya
Turunan
Kognitif
Field
dan
Field
mempengaruhi
Dependence
proses
berpikir
dasar
dari
kedua
gaya
dalam
penelitian
yang
melibatkan
proses
berpikir
dalam
228
Prosiding
sebelumnya.
Dependence
fokus
dan
siswa
gaya
kognitif
memilih
strategi
penelitian.
untuk
Dengan
memperhatikan
berdasarkan
siswa,
menjadi
mengetahui
proses
berpikir
perbedaan
guru
dapat
B. Pembahasan
belajar
melakukan
matematika
kegiatan
itu
mental.
pasti
Dalam
bagian-bagian
sebagai
informasi
yang
pengertian-pengertian
suatu
proses
Menurut
Goldberg
dalam
Hines
and
situations.
solve
mathematical
Pemecahan
masalah
masalah,
proses,
situasi
dan
matematika.
masalah
untuk
dengan
persoalan
229
Prosiding
cara
adanya
ditentukan
langsung
bisa
mudah
dan
memerlukan
ide
kemampuan
dengan
penyelesaiannya
matematika.
dalam
pembelajaran
berhasil
memecahkan
masalah
berpikir.
bernalar
sehingga
hanya
dalam
Dalam
pemecahan
Setiap
siswa
kognitif
yang
mempunyai
berbeda
gaya
dalam
pemahaman,
pengolahan
pertimbangan,
informasi,
pemecahan
menggambarkan
cara
Thomas
(dalam
Hamzah,
Pendapat
tersebut
karakteristik
pendekatan
yang
mengorganisasi
individual
konsisten
dan
dan
dalam
memproses
230
Prosiding
lingkungan
146),
cognitive
style
refer
to
the
sekitarnya,
sedangkan
kognitif
FD
lebih
suka
yang
yang
148-149) individu FD
lebih
dominan
dan
khusus
cenderung
berpikir,
kurang
impulsive
dalam
kreatif,
kreativitas
berdasarkan
imajinasi,
berkembang
memproses,
maupun
untuk
menyimpan
menggunakan
informasi
Atasoy,
bentuk-bentuk
yang
persepsi
informasi
gaya
siswa
yang
kognitif
untuk
memperoleh
dipengaruhi
oleh
Guyer
Tolga,
dan
Sibel
231
Prosiding
gaya
kognitif
lebih
mampu
Witkin,
H.
A.,
Moore,
C.
A.,
memecahkan
kognitif
masalah,
cenderung
kreativitas
berikut.
berkembang
berdasarkan
abstrak,
impersonal,
analitis,
Tabel 2.1 Perbedaan Gaya Kognitif Field Dependence Dan Field Independence
Field Independence
Field Dependence
1. Berorientasi social
1. Berorientasi impersonal
dan humaniora
menganalisis
mengorganisasi kembali
232
Prosiding
8. Sulit
fokus
pada
satu
aspek,
kreatif,
imaginasi
berdasarkan rasional
kreativitas
berkembang
dengan baik
(1997:
Menurut Thomas (Ardhana, 2008),
implikasi
gaya
kognitif
berdasarkan
13)
mengungkapkan
bahwa
untuk
mengukur
gaya
pembelajaran adalah:
Beberapa
sebagai berikut:
instrument
tersebut
adalah
Mereka
mencapai
tujuan
dengan
motivasi intrinsik.
2) Siswa yang memiliki gaya kognitif FD
dalam
sebuah
ruangan
gelap
yang
233
Prosiding
dependent.
B. Simpulan
RFT,
yang
membedakan
Simpulan
Dengan
mengetahui
memperhatikan
berdasarkan
siswa,
dapat
berdiri
tegak
dan
(EFT)
figure
ini,
guru
dapat
gaya
kognitif
memilih
strategi
Daftar Pustaka
Darma Andreas Ngilawajan. 2013. Proses
menggunakan
Pada
perbedaan
siswa
EFT
berpikir
terpengaruh
Instrumen
proses
dan
subjek
diminta
untuk
sederhana dalam
234
Prosiding
Desmita. 2009. Psikologi perkembangan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Desti Haryani. 2012. Profil Proses
Berpikir Siswa Dengan Gaya
Kognitif Field Dependence Dan
SNMPM UNS.
dipublikasikan.
NCTM. 2010. Why Is Teaching With
Student Learnig?
Widya Warta.
www.nctm.org/.../Research_brief_14
_-_Problem_Solving.pdf. diakses
Diunduh dari
dipublikasikan.
http://penerbit.uthm.edu.my/ojs/inde
x.php/JTET/article/viewFile/259/138
WIB
: Bumi Aksara.
Hines, M. T. 2008. African American
Children And Mathematical Problem
Solving In Texas An Analysis Of
235
Prosiding
Rome2008/WG2/
IKIP Bandung.
236
Prosiding
RUSMINING
Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Ahmad Dahlan
rusmining.math@gmail.com
Abstrak
A. Pendahuluan
Salah satu masalah yang dihadapi
siswa
khususnya
mata
pelajaran
Salah
satu
indikator
yang
siswa.
Programme
for
International
237
Prosiding
Kaum konstruktivis
berpendapat
prestasi
siswa
siswa.
Soal-soal
matematika
harus
mengkonstruksi
pengetahuan
literasi
kemampuan
memberi
makna
tersebut.
Menurut
konstruktivisme
adalah
kepercayaan
bahwa
mengkreasi
pengetahuan
mereka
berdasarkan
interaksi
dengan
rata-rata 375.
matematika
yaitu
orang
pada
dirinya,
sendiri
pada
lain.
kemudian
pengetahuan
Draper
(2002),
filosofi
atau
pembelajar
Suparno
(1997)
mengemukakan
pengetahuan
dan
dalam
menerapkan
untuk
mengetahui
metematika
dasar
bahwa
prinsip-prinsip
menunjukkan
matematika
menggunakan
mengetahui
konstruktivis
efektif
dan
mengaplikasikan
bahwa
pembelajaran
pendekatan
meningkatkan
Berdasarkan
latar
belakang
238
Prosiding
B. Metode Penelitian
Roudlotus
Kalialang
pembelajaran konstruktivisme?
akademik
lain
(1)
mendeskripsikan
Saidiyyah
Baru,
Semarang
Kelurahan
siswa
sangat
Jl.
Sukorejo,
heterogen.
pada
(2)
karakteristik
mendeskripsikan
Semarang.
Sumber
data
utama
dalam
serta
atas
pembelajaran
menghasilkan
implementasi
teori
konstruktivis.
Secara
temuan
praktis,
hasil
kepala
pembelajaran
menganalisis
konstruktivisme
dalam
SMK
Roudlotus
Saidiyyah
kemampuan
literasi
perangkat
pembelajaran
239
Prosiding
Saidiyyah Semarang.
Teknik
pengumpulan
data
meliputi
perangkat
pembelajaran
dan
yang
memvalidasi
instrumen
sumber dokumentasi.
dan
Temuan
data
pada
penelitian
deret
diperoleh
hasil
sebagai
berikut.
ini,
prosedur
dengan
triangulasi
prosedur
yang
Menurut
teknik
pengumpulan
Sugiyono
(2010,
data.
p.274),
siswa
dapat
melaksanakan
baik
termasuk
memerlukan
dapat
sederhana.
yang
berbeda.
Peneliti
menggunakan
memilih
dan
menerapkan
Kemampuan
devising
strategis
for
solving
dokumentasi.
ini
bertujuan
kemampuan
siswa,
untuk
literasi
mendeskripsikan
Pada
level
2,
siswa
dapat
240
Prosiding
mengerjakan
algoritma
dasar,
melakukan
dengan
benar.
mereka
tidak
secara
menggunakan
langsung
penafsiran
dan
harfiah.
representation,
using
symbolic,
melakukan
operasi
matematika
Bagaimanapun,
mampu
untuk
keterampilan
Kemampuan
communication,
and
mampu
membuat
formal,
strategi
penyelesaian
masalah.
hal
yang
menuliskan
penelitian
komponen
ini
konten
proses.
a) Kemampuan
ditinjau
dan
dari
komponen
literasi
matematika
yang
dengan
mengidentifikasi
sedikit
relevan
menyelesaikan
tersedia
informasi
prosedur
dan
rutin
siswa
materi/bahan
yang
ajar
memiliki
yang
lengkap
sesuai
yang
yang
diberikan.
dengan
stimuli
Kemampuan
di
mathematising.
menunjukkan
buku
konten
catatan.
Hal
bahwa
dalam
ini
komponen
pembelajaran
241
Prosiding
b) Kemampuan
literasi
matematika
skor
rata-rata
kemampuan
representation
artinya
Skor
mempergunakan
rata-rata
kemampuan
presentasi
hanya
siswa
cukup
mampu
rumus
dengan
benar.
e) Kemampuan
reasoning
and
2,54,
dalam
pertanyaan
artinya
secara
menjawab
siswa
komunikatif
masih
dalam
kurang
menjawab
artinya
kemampuan
logis
untuk
siswa
melakukan
menghasilkan
kemampuan
komunikasi
dalam
beralasan.
mengajukan
pertanyaan
adalah
kurang
komunikatif
dalam
kesimpulan
mampu
pemecahan
pandai di kelas.
siswa
belum
mampu
belum
menuliskan
yang
masalah
mampu
strategi
atas
menyelesaikan
technical
language
and
menuliskan
dan
menggunakan
242
Prosiding
sudah
konstruktivisme
menyelesaikan
masalah
yang
using
mathematics
menjalankan
prinsip
yaitu
dasar
pemberian
tercermin
dalam
siswa
seperti
melakukan
matematika
operasi
(penjumlahan,
tidak
belum
aktif
mampu
membangun
mengkonstruk
permasalahan.
belajar,
bukan
proses
Pembelajaran
dalam Gambar 1.
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
tidak
belajar.
tercermin
memanfaatkan
dalam
kegiatan
Guru
mengajar
dengan
Perbandingan
Indikator
Literasi Matematika
Simpulan
3) Pembelajaran matematika kelas XI di
SMK Roudlotus Saidiyyah Semarang
Seminar Nasional Pendidikan Matematika Ahmad Dahlan (SENDIKMAD 2015)
Yogyakarta, 27 Desember 2015
243
Prosiding
berikut.
berikut.
1) Pada
komponen
proses
matematika,
literasi
kemampuan
mathematising,
reasoning
1) Guru
sebaiknya
mengintegrasikan
and
rendah
daripada
aspek
komponen
pembelajaran
siswa
model
argumentasi,
dalam
membuat
serta
kemampuan
kooperatif
hendaknya
semua
konstruktivisme
prinsip-prinsip
dalam
banyak
Semarang.
aktif
membangun
secara
matematika
mampu
maksimal.
mandiri.
tercermin
Guru
masih
pengetahuan
Siswa
mengkonstruk
belum
pengetahuan
memberi
penalaran,
mencapai
level
mereka
Daftar Pustaka
Brewley,
belajar.
siswa
soal
D.
S.
(2012).
College
Young
Peoples
Project
Journal
of
Urban
Mathematics
244
Prosiding
Constructivism,
Literacy:
Case
for
and
Literacy
Classroom.
Journal
of
Mathematics
Everiday
We
Learn
Use?.
Into
Journal
of
Scientific
No. 6.
Lasati,
Dwi.
(2007).
Penerapan
Literacy
Around
The
(2010).
Metode
Penelitian
Kualitatif,
Nizarwati.
(2009).
Pengembangan
Kanisius.
SMA.
Jurnal
Programme for
Student
Assessment
(PISA).
http://www.oecd.org/dataoecd/61/15
/46241909.pdf (diunduh 5 Oktober
2013).
Ojose, B. (2011). Mathematics Literacy:
Are
We
Able
To
Put
Bandung:
Kelas
R&D.
Alfabeta.
dan
Pendidikan.
Yogyakarta:
Melalui
The
245
Prosiding
A. Pendahuluan
dengan
kemampuan
mengaplikasikan
konsep-konsep
matematika
sehari-hari
perkembangan
karena
teknologi.
itu,
matematika
di
Oleh
pembelajaran
setiap
jenjang
kehidupan
ataupun
pembelajaran
hanya
dalam
matematika
sekedar
dalam
bukan
memberikan
untuk
matematika
membekali
peserta
didik
dan
penerapannya
246
Prosiding
dalam
dilaksanakan
yang
rutin
siswa,
namun
sangat
penting
dalam
siswa
Siswa
untuk
permasalahan
kehidupan
menghadapi
matematis
nyata.
dapat
di
pengetahuan
Permasalahan
memecahkan
menggunakan
dan
kemampuan
masalah
dalam
bentuknya.
Namun
dengan
kemampuan
pemecahan
masalah
matematis
yang
dimiliki
pada
umumnya
(Pimta,S,
oleh
Tayruakham, S, Nuangchalerm, P;
mampu
kemampuan
menghadapi
masalah-
pemecahan
masalah
siswa.
Oleh
karena
itu,
adalah
seharusnya
dengan
kemampuan
kemampuan
pemecahan
meliputi
memperhatikan
pemecahan
masalah
prinsip-prinsip
dan
kemampuan
bahwa
pembelajaran
Pemecahan
masalah
kemampuan
dasar
merupakan
(Branca,N.A
siswa
pemecahan
masalah
matematika
harus
di
membangun
matematika
karena
kemampuan
bahwa
pemecahan
masalah
Prosiding
merupakan
sarana
digunakan
oleh
yang
siswa
mengembangkan
dapat
untuk
masalah.
ide-ide
dengan
pemecahan
siswa,
yang
strategi
mengharuskan
menggunakan
matematika
siswa
semua
yang
telah
masalah
matematis
dapat
merancang
guru
pembelajaran
yang
mereka
kemampuan
ide-ide
memecahkan
mengetahui
pemecahan
hal
tersebut,
kemampuan
matematis
berdasarkan
empat
pemecahan
masalah
masalah.
yang
Sebagaimana
pemecahan
siswa
masalah
SMP
yang
indikator
yaitu
kelompok
yang
menyelesaikannya
ingin
belum
B. Metode penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif
mendeskripsikan
pemecahan
Dengan
kata
memecahkan
lain,
masalah
untuk
matematis
yang
pemecahan
bertujuan
untuk
kemampuan
masalah
matematis
masalah.
Subyek
VIII.3
namun
bagaimana
menggunakan
SMP
Negeri
14
kota
248
Prosiding
Data
dikumpulan
dengan
cara
Tes
yang
Tes
kemampuan
pemecahan
diberikan
pernah
siswa
Setelah
diberikan
data
kepada
diperoleh,
data
indikator
memperhatikan
masing-masing
pembelajaran.
Adapun
berikut:
Nomor
Ketercapaian
Soal
Pertanyaan
Kompetensi
Menentukan
ukuran
luas
permukaan
dan
volume
prisma
Sebuah
pengki
(alat
pengumpul
sampah)
luas
permukaan
Prosiding
dan
volume
T dan volume V
Limas II memiliki luas alas 2L dan tinggi 3T
limas
(ii)
(i)
(iii)
Memahami
Merencanakan
Melaksanakan
Melihat kembali
Masalah
Cara Penyelesaian
rencana
solusi yang
ditemukan ke
masalah awal
Prosiding
(i)
Siswa
sudah siswa
sudah langkah-langkah
siswa
sudah
mampu
mampu
mengidentifikasi
merencanakan
siswa
ukuran-ukuran
toples,
dan menemukan
memahami
yaitu tersebut,
mengenai
benar dengan
siswa
kembali
mereka
yang benar.
menyimpulkan hal
toples
tersebut.
sama
tidak dengan
volume
prisma
belah
menuliskan
menjelaskan
dengan baik alasan
cara perhitungan
namun yang
awal,
yaitu hasil
dengan
siswa masalah
memperoleh
toples,
tepat, diperoleh
dari sudah
namun
solusi
hasil
pendapat ketupat,
Ani tersebut.
kemudian
mengaitkan hasil
perhitungan
tersebut
dengan
pendapat Ani
(ii)
Siswa
belum Siswa
sudah Siswa
tepat Siswa
tidak
melakukan
mengaitkan
tepat
perhitungan,
perhitungan
hasil merencanakan
mengidentifikasi
dengan
cukup namun
keliru dengan
yaitu dalam
awal
menyatakan
memahami
hasil
permasalahan
masalah
yang
diberikan
rumus perhitungan
menghitung
volume
hasil
yang diperoleh.
prisma Rumus
belah ketupat.
yang
digunakan
adalah
rumus
251
Prosiding
langkah
penyelesaian
siswa membuat
luas
belah
ketupat.
(iii)
Siswa sudah
Siswa sudah
Siswa tepat
Siswa tepat
mampu
mampu
melakukan
mengaitkan solusi
mengidentifikasi
mengidentifikasi
langkah-langkah
yang ditemukan
ukuran-ukuran
ukuran-ukuran
perhitungan,
dengan masalah
toples, dan
toples, dan
namun keliru
awal yang
memahami
memahami
dalam
diberikan
permasalahan yang
permasalahan
menggunakan
diberikan yaitu
yang diberikan
satuan.
mengenai benar
yaitu mengenai
tentang volume
siswa tidak
toples, namun
menuliskan
siswa tidak
kembali pendapat
menuliskan
Ani tersebut.
kembali pendapat
Ani tersebut.
Prosiding
(i)
(ii)
(iii)
Memahami
Merencanakan
Melaksanakan
Melihat kembali
Masalah
Cara Penyelesaian
rencana
solusi yang
ditemukan ke
masalah awal
(i)
Siswa
belum Siswa
mengidentifikasi
sudah Siswa
mampu
kurang Siswa
tepat
tidak
dalam mengaitkan
hasil
melakukan
perhitungan yang
diperlukan
perhitungan
diperoleh
sehingga
memperoleh
diberikan
untuk penyelesaian
menyelesaikan
dengan
permasalahan
dan memodelkan
belum
memahami permasalahan
dengan
baik dalam
hasil
model perhitungan
dengan
permukaan
prisma segitiga
(ii)
Siswa
belum Siswa
mengidentifikasi
sudah Siswa
mampu
melakukan
Siswa mengaitkan
hasil
diperlukan
perhitungan,
untuk penyelesaian
menyelesaikan
dengan
satuan,
permasalahan
dan memodelkan
memahami permasalahan
dengan
baik dalam
dan diberikan
yang
namun
memperoleh
luas perhitungan
permukaan
yang salah
prisma
segitiga,
namun
rencana
sesuai
awal
model hasil
tersebut
masalah
belum
diberikan
perhitungan
tidak
dengan
Prosiding
(iii)
Siswa
mengidentifikasi
merencanakan
untuk karena
matematis
permasalahan
memahami
dengan
baik
tidak
melakukan
mengaitkan
hasil
perhitungan
perhitungan
model yang
menyelesaikan
belum
Siswa
yang sesuai
tidak dengan
dengan awal
model
masalah
yang
diberikan.
matematis yang
dipilih
permasalahan yang
diberikan
Merencanakan
Melaksanakan
Melihat kembali
Masalah
Cara Penyelesaian
rencana
solusi yang
ditemukan ke
masalah awal
336
254
Prosiding
Siswa tidak
Siswa
Siswa
Siswa tidak
memahami
menentukan
melakukan
mengaitkan
permasalahan yang
model matematis
operasi
kembali solusi
diberikan
yaitu dengan
perhitungan
yang diperoleh
menggunakan
dengan tepat
dengan masalah
volume limas.
namun belum
awal yang
memperoleh
diberikan
perhitungan
yang
menggambarkan
jawaban dari
permasalahan
yang diberikan
(ii)
(i)
Memahami
Merencanakan
Melaksanakan
Melihat kembali
Masalah
Cara Penyelesaian
rencana
solusi yang
ditemukan ke
masalah awal
Prosiding
(i)
Siswa
belum Siswa
mengidentifikasi
salah Siswa
merencanakan
melakukan
untuk yang
menyelesaikan
permasalahan
belum
digunakan yang
untuk
memahami permsalahan
dengan
perhitungan
yang
diperoleh
sesuai dengan
dengan
dan menyelesaikan
hasil
masalah
model awal
yang
salah.
sudah Siswa
salah Siswa
baik
permasalahan yang
diberikan
(ii)
Siswa
sudah Siswa
mengidentifikasi
mampu
menggunakan
mengaitkan
tidak
hasil
ukuran
diperlukan
perhitungan,
diperoleh
untuk penyelesaian
menyelesaikan
dengan
seharusnya
permasalahan
memodelkan
tinggi
permasalahan
tegak
dalam
matematis
model namun
dengan
rusuk diberikan.
25
cm,
siswa
luas menggunakan
Dari
siswa
menyelesaikan
masalah,
perencanaan
hasil
yang
diberikan,
tahap
penyelesaian
dan
jawaban-jawaban
melaksanakan
melihat
kembali
sedangkan
merencanakan
cara
pada
permasalahan.
Pada
Prosiding
E. Referensi
Kaur,B, Har,Y.B, Kapur,M. 2009.
Mathematical Problem
Scientific Publishing
dari
langkah-langkah
penyelesaian
masalah
yang
telah
dilakukan siswa.
Nuangchalerm, P. 2009.
Factors Influencing
hasil
dapat
kemampuan
dan
disimpulkan
pemecahan
perencanaan,
kembali
Mathematic Problem-Solving
hasil
dan
: 381-385
Polya, G. 1988 . How to Solve It.
USA: Princeton University
Press
yang
guru
Pengembangan dan