PBL BBLR
PBL BBLR
Patofisiologi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada
sentral pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus
sewaktu mencapaib ro wn fat memacu pelepasan noradrenalin lokal
sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak. Blood
gliserol level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk
menghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi panas, kemudian
didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah. Ini
menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa
untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap
hangat.Methabolicthermogenesis yang efektif memerlukan integritas dari
sistem syaraf sentral, kecukupan darib r own fat, dan tersedianya glukosa
serta oksigen. Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada
sistem syaraf pusat antara lain antara lain: depresi linier dari metabolisme
otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang
salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil,
dan halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi
otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan
penurunan yang progressif dari aktivitas EEG.
Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang
progressif, kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiacout put, dan
tekanan darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan ventrikel,
perubahan EKG dan sistole yang memanjang; penurunan tekanan darah
yang progressif, denyut jantung, dan cardiacout put disritmia serta asistole.
Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea, bronkhospasma,
hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti paru
dan edema, konsumsi oksigen yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada
ginjal dan sistem endokrin, dapat terjadicold diuresis, peningkatan
katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan menggigil; peningkatan aliran
darah ginjal sampai 50%, autoregulasi ginjal yang intak, dan hilangnya
aktivitas insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi oliguri yang berat,
poikilotermia, dan penurunan metabolisma basal sampai 80%. Pada otot
syaraf, dapat terjadi penurunan tonus otot sebelum menggigil, termogenesis,
ataksia, hiporefleksia, dan rigiditi. Pada keadaan berat, dapat terjadi
arefleksia daerah perifer.
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis tergantung pada keparahan dan pengaruh suhu
terhadap tubuh. Transient respirasi distress bisa terlihat pada waktu di kamar
bersalin. Stern (1980) memperlihatkan adanya peningkatan risiko Kern
icterus pada bayi kecil yang preterm.
Jika hipotermia terus berlanjut, apnea, bradikardia, dan sianotik
sentralis bisa terjadi. Bayi hipotermia mula-mula dapat terlihat gelisah,
kemudian letargi. Perubahan lainnya yang bisa terjadi antara lain hipotonia,
nangis yang lemah, malas mengisap, distensia atau muntah. Umumnya, bayi
tidak menggigil akibat kedinginan, namun dapat jatuh pada hipotermia yang
lebih berat. Hipotermia kronik dapat menyebabkan berat badan yang
menurun. Pada kasus yang berat (< 28C), terlihat pasien pucat atau
sianosis, pupil mata dapat dilatasi, otot-otot kaku, dan denyut nadi bisa
rendah, 4-6 kali/menit
II.
Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot
respirasi yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu
lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko
terjadinya aspirasi.
III.
Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui
plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi
kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan.
Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain
itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi
cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.
IV.
Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan
timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi
perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi
bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan
dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
VI.
Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah
ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan
terhentinya pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat
mempertahankan kadar gula darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40
mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.
Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena stress
dingin akan direspon bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang
menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru menurun
sehingga kadar oksigen darah berkurang. Hal ini menghambat metabolisme
glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat pada
penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi
yang tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga
dapat memicu timbulnya hipoglikemi.