Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULAN

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, baik dari


aspek jasmaniah maupun ruhaniahnya. Untuk dapat memahami serta
mengenal secara mendalam dan total dibutuhkan keahlian yang spesifik.
Hal itu tidak mungkin dapat dilakukan tanpa melalui studi dan aplikasi
yang panjang. Untuk mengungkap hakikat diri manusia, dapat dilakukan
melalui al-Quran dan sudah tentu harus di bawah bimbingan dan petunjuk
Allah Taala, serta menggunakan teladan proses pertumbuhan dan
perkembangan eksistensi diri yang terdapat pada para nabi dan rasul,
khususnya Nabi Muhammad Saw.1
Manusia yang satu dengan manusia yang lain memiliki karakter dan
watak yang berbeda-beda. Ada manusia yang berkepribadian baik dan ada
pula berkepribadian yang buruk. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan
tentang kepribadian manusia itu sendiri agar orang mengetahui sedikit
atau banyaknya manusia yang ada di sekelilingnya. Manusia tidak hanya
diukur dari tinggi tubuhnya, besar tubuhnya, kekuatan tubuhnya dan
cantik atau tampannya dari wajah karena semua itu merupakan hal-hal
yang berada di luar dari konteks inti dan hakikat kemanusiaan. Tubuh
manusia tidak lain hanyalah sebuah bungkus kosong dan selongsong,
sedangkan hakikatnya adalah ruh, jiwa, hati dan akalnya.
Manusia adalah makhluk yang paling kompleks susunannya, baik
dari aspek luar maupun aspek dalamnya. Bahkan manusia itu sendiri
merupakan satu-satunya prototype (model asli) makhluk yang mampu
mempermasalahkan dirinya sendiri. Kenyataan bahwa manusia adalah
subjek yang sadar, baik sadar akan dirinya maupun sadar akan objek yang
dihadapi.
Di dalam al-Quran banyak sekali tersebar tentang pribadi manusia,
baik, pribadi yang baik maupun pribadi yang buruk. Al-Qur'an merupakan

1 1Rachmat Ramadhana al-Banjari, Membaca Kepribadian Muslim Seperti


Membaca Al Quran, (Yogyakarta: Diva Press, 2008) hal. 37
1

kitab suci yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw,

untuk

menjadi mukjizat abadi sekaligus pembimbing ke arah keselamatan.


Pada makalah ini pemakalah akan mepaparkan tentang kepribadian
manusia yanga ada dalam Al Quran Surat Al Hujrat menurut tafsir Ibnu
katsir. Yang di dalamnya meliputi pembahasan Biografi Ibnu katsir,
Pengertian Kepribadian, dan kepribadian yang baik atau buruk dalam
Surat Al Hujrat.
KEPRIBADIAN MANUSIA DALAM SURAT AL HUJRAT (TAFSIR IBNU
KATSIR)
PEMBAHASAN
A. Ibnu Katsir
1. Riwayat Hidup Ibnu Katsir
Ibnu katsir adalah Imam utama al-Hafizh Imadudin Abul-Fida
Ismail bin Amr bin Katsir bin Dhau bin Katsir bin Zar al-Basri
adDimasyqi, ahli fiqih pengikut Syafii. Datang ke kota Damaskus
pada usia 7 tahun bersama saudaranya setelah ayahnya meninggal.
Belajar pada Ibnu Syahnah, Al-Amidi, Ibnu Asakir dan Imam lainnya.
Ibnu Katsir mendampingi Al-Mizzi dan membaca padanya kitab
Tahdzib al-Kamal lalu dinikahkan dengan putrinya. Ibnu Katsir
menimbah ilmu dari Ibnu Taimiyah dan mendapat ujian karena
kecintaannya kepadanya. Ibnu Qadhi Syuhbah bercerita dalam kitab
Thabaqatnya, Ibnu Katsir memiliki khususan dengan Ibnu Taimiyah.
Ia membelanya dan mengikuti banyak pendapatnya. Ia bahkan
berfatwa dengan pandangannya tentang thalak yang karenanya ia
mendapatkan siksaan dan ujian. (Eksiklopedia Tafsir, 2010: 229).
Ilmu Ibnu Katsir rahimahullah punya ilmu melimpah para
ulama menjadi saksi atasnya, utamanya dalam bidang tafsir, hadits
dan sejarah. Karya-karyanya beredar di banyak negri saat hidupnya
yang diambil manfaatnya oleh umat manusia setelah kematiannya.
Ia tidak menempuh cara ahli hadits dalam mendapatkan perawiperawi lebih tinggi dan halsejenis dari bidang mereka. Ia tidak lain
ahli hadits para fuqaha. Ia
2

meringkas kitab Ibnus-Salah yang banyak memberi faedah. Ibnu


Katsir ilmunya nampak begitu jelas bagi orang yang membaca tafsir
atau sejarahnya. Keduanya merupakan karya terbaik yang dipersembahkan untuk umat manusia. (Eksiklopedia Tafsir, 2010: 229230).
Ibnu Katsir lahir pada tahun 700 H dan kembali ke hadirat Ilahi
pada bulan syaban tahun 774 H, dimakamkan di pekuburan Sufiah
disisi kuburan gurunya Ibnu Taimiyah. Pada akhir hayatnya matanya
buta. Semoga Allah mengucurinya rahmat. (Eksiklopedia Tafsir,
2010: 229).
2. Metode Tafsir Ibnu Katsir
Ibnu Katsir menulis tafsir Qur'an yang terkenal yang bernama
Tafsir Ibnu Katsir. Hingga kini, tafsir Alquran al-Karim sebanyak 10
jilid ini masih menjadi bahan rujukan sampai sekarang dalam dunia
Islam. Di samping itu, ia juga menulis buku Fada'il Alquran
(Keutamaan Alquran), berisi ringkasan sejarah Alquran.
Ibnu Katsir memiliki metode sendiri dalam bidang ini, yakni:
a. Tafsir yang paling benar adalah tafsir Alquran dengan Alquran
sendiri.
b. Selanjutnya

bila

penafsiran

Alquran

dengan

Alquran

tidak

didapatkan, maka Alquran harus ditafsirkan dengan hadits Nabi


Muhammad, sebab menurut Alquran sendiri Nabi Muhammad
memang diperintahkan untuk menerangkan isi Alquran.
c. Jika yang kedua tidak didapatkan, maka Alquran harus ditafsirkan
oleh pendapat para sahabat karena merekalah orang yang paling
mengetahui konteks sosial turunnya Alquran.
d. Jika yang ketiga juga tidak didapatkan, maka pendapat dari para
tabiin dapat diambil.
3. Karya-karya Ibnu Katsir
Ibnu Katsir adalah sosok ulama yang terkenal. Kontribusi
beliau dalam disiplin ilmu begitu besar, sehingga beliau di juluki alhafiz,

hujjah

al-muhaddist,

al-muarrikh,

al-mufassir

dan

lain

sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari begitu banyaknya karya-karya


beliau

yang

dijadikan

referensi

pengetahuan.
Dalam bidang tafsir antara lain :

bagi

perkembangan

ilmu

a. Tafsir al-Quran al-Azim, lebih dikenal dengan tafsir Ibnu


Katsir yang diterbitkan pertama kalinya di Kairo pada 1342
H / 1923 M.
b. Fadail al-Quran, yang berisikan ringkasan sejarah al-Quran,
kitab ini diterbitkan pada halaman akhir tafsir Ibnu Katsir
sebagai penyempurnaan
c. Kitab Jami al-masanid wa al-sunnah,(kitab menghimpun
musnad dan as-sunnah).
d. Takhrij al-hadis Adillah al-Tanbih li Ulum al-Hadits, dikenal
dengan al-Bait al-hadits.
e. Al-Kutub al-Sittah.
f. Al-Takmilah fi Marifat al-Sighod wa al-Duafa wa al-Mujahil,
merupakan perpaduan dari kitab Tahdzib al-Kamal karya alMizzi dan Mizan al-Itidal.
B. Pengertian Kepribadian
Pembahasan mengenai konsep

dan

teori

kepribadian,

akan

membawa kita kepada beberapa disiplin ilmu yang banyak berbicara


tentang

persoalan

manusia,

seperti

psikologi

dan

pendidikan.

Berdasarkan tinjauan psikologi, term kepribadian dalam beberapa


bahasa disebut dengan personality (Inggris); persoonlijikheid (Belanda);
personalita

(Prancis

personlichkeit

dan

(Jerman).

Italia);

Adapun

personalidad
akar

kata

(Spanyol);

dari

dan

masing-masing

penyebutan itu berasal dari kata Latin persona, yang berarti topeng,
yakni topeng yang dipakai oleh aktor drama atau sandiwara.2
Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata kepribadian diartikan
sebagai sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu
bangsa yang membedakan dirinya dan orang atau bangsa lain.3
Istilah kepribadian pada dasarnya sering dijumpai dalam beberapa
literatur dengan berbagai ragam makna dan pendekatan. Menurut
Jalaludin, makna kepribadian di antaranya adalah: 1) Mentality, yakni
situasi

mental

yang

dihubungkan dengan kegiatan

mental

atau

2 Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis,


(Jakarta: Darul Falah, 1999), h. 72
3 Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian (Menghidupkan Potensi dan
Kepribadian kenabian dalam Diri) (Yogyakarta: Beranda Publishing, 2007), h. 605
4

intelektual; 2) Personality, Adalah keseluruhan karakteristik kepribadian;


3) Individuality, maksudnya sifat khas seseorang yang menyebabkan
seseorang mempunyai sifat berbeda dari orang lain; 4) Identity, yaitu
sifat kedirian sebagai suatu kesatuan dari sifat-sifat mempertahankan
dirinya

terhadap

sesuatu

dari

luar

(unity

and

persistance

of

personality).4
C. Tafsir Surat Al Hujrat









Artinya:
(1)Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah
dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui. 2. Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi,
dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras,
sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian
yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu
tidak

menyadari.

3.

Sesungguhnya

orang

yang

merendahkan

suaranya di sisi Rasulullah mereka Itulah orang-orang yang telah diuji


hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. bagi mereka ampunan dan
pahala yang besar.
Tafsirnya:
Dalam ayat-ayat ini Allah swt. mengajarkan beberapa tata cara
bersopan santun kepada orang-orang mukmin, dalam mereka bergaul
dengan saw. maka mendahului Allah dan R dalam segala sesuatu
terutama dalam menetapkan suatu hukum sebelum ketetapan dari dan
4 Jalaludin, Psikologi Agama (Memahami Perilaku Keagamaan dengan
Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi) (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996),
h. 191-192.
5

Rasul-Nya serta

kepada Allah dalam segala hal yang diperintahkan

kepadamu, sesungguhnya Allah Maha lagi Maha Mengetahui.


Kedua, Allah melarang orang-orang mukmin meninggikan suaranya
melebihi suara Nabi ataupun berbicara keras kepada Nabi sebagaimana
mereka berbicara antara satu kepada yang lain. Perbuatan yang kurang
sopan terhadap Rasulullah itu dapat menghapus pahala amal baik
seseorang tanpa disadari.
Ketiga,

Allah

berfirman,

"Bahwa

orang-orang

yang

merendahkan

suaranya di sisi Rasulullah itulah yang telah diuji oleh Allah untuk
bertakwa. Dan bagi mereka Allah memberi ampunan dan pahala yang
besar.



Artinya:
(4) Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar
kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti. 5. dan kalau Sekiranya
mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka Sesungguhnya
itu lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Tafsirnya:
Dalam ayat ini Allah swt mencela sikap orang-orang yang kurang sopan,
yang memanggil manggil Rasulullah luar kamarnya dengan menyebut
nama beliau secara polos "Ya Muhammad, ya Muhammad." Mereka itu
adalah orang-orang yang tidak mengerti. Allah berfirman, karena orang
yang berbuat demikian itu kebanyakan orang orang Badui yang datang
dari

dusun-dusun

dan

daerah-daerah

pegunungan.

Allah

swt.

mengajarkan mereka, sekiranya mereka bersabar menanti sampai


engkau, hai Muhammad, keluar. Maka sikap yang demikian itu adalah
lebih baik dan lebih sesuai dengan kedu sebagai rasul dan pemimpin
mereka. Dan adalah Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
6




Artinya:
(6) Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik
membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
7. dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia
menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu
mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada
keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta
menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.
mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, 8. sebagai
karunia dan nikmat dari Allah. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Tafsirnya:
Allah swt berfirman dalam ayat ini memperingatkan orang-orang
mukmin agar berhati-hati, jika seorangfasik datang membawa berita
tetapi hendaklah diteliti dan diselidiki memper kebenarannya supaya
tidak ada pihak atau dirugikan, ditimpa musibah atau bencana yang
disebabkan

berita

yang

belum

pasti

kebenarannya,

sehingga

menyebabkan penyesalan yang semestinya terjadi. Dan ketahuilah


bahwa ada Rasulullah di tengah-tengah kamu yang sepatutnya kamu
hormati

muliakan,

larangan-larangannya

menaati
karena

perintah-perintahnya
beliau

lebih

dan

mengetahui

menjauhi
tentang

kepentingan dan maslahatanmu daripada lebih sayang kepadamu


daripada siapa pun dan andaikan ia menuruti kemauanmu dalam
berbagai urusan dan mengikuti pendapatmu dalam banyak hal, niscaya

kamu akan kesusahan dan kerugian, Allah berfirman dalam surat AlMukminun.



Artinya:
(9). dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu
berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang
satu

melanggar

Perjanjian

terhadap

yang

lain,

hendaklah

yang

melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada


perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya
menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil. 10. orang-orang beriman
itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.
Tafsirnya:
Allah swt. berfirman, bahwa jika ada dua golongan orang mukmin
berperang, hendaklah didamaikan.

salah satu di antara golongan itu

berbuat aniaya dan menzalimi golongan yang lain, maka perangilah


golongan yang zalim dan berbuat aniaya itu sampai mereka kembali
kepada

perintah

Allah

dan

menghentikan

kezaliman

dan

penganiayaannya. Dan jika mereka telah menyadari akan kesalahannya


dan kembali kepada perintah Allah, maka damaikanlah kedua golongan
itu dengan adil, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil. Dan sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah
sesaudara, maka hendaklah didamaikan antara dua saudara sesama
mukmin itu jika mereka berselisih bertengkar, atau berkelahi. Dan
bertakwalah kepada Allah, agar dengan takwa itu kamu memperoleh
rahmat-Nya.


8





Artinya:
(11). Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang lakilaki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu
lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang
tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Tafsirnya:
Allah swt. berfirman melarang hamba-hamba-Nya orang- orang mukmin
saling berolok-olokkan, hina menghina dan cela mencela. Janganlah
suatu

kaum

di

antaramu

mengolok-olokkan,

menghina

dan

menganggap rendah kaum yang lain, karena kemungkinan kaum yang


dihina dan diperolokkan itu lebih baik daripada kaum yang mengolokolok, dan belum tentu bahwa yang mengolok-olok itu lebih baik
daripada yang Demikian pula di antara wanita-wanita yang beriman,
janganlah sekali-kali berolok-olok dan saling menghina di antara sesama
wanita mukmin. Allah swt. Melarang juga dalam ayat ini mencela diri
sendiri dengan mencela sesama saudara mukmin. Dan juga janganlah
kamu saling memanggil dengan gelar-gelar buruk yang tidak disukai
oleh yang dipanggil. Dan seburuk-buruk gelar yang digunakan dalam
panggilan-panggilan di waktu Jahilian yang masih digunakan juga
sesudah orang beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka ia
termasuk orang-orang yang zalim.





Artinya:

(12). Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka


(kecurigaan),

karena

sebagian

dari

purba-sangka

itu

dosa.

dan

janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan


satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Tafsirnya:
Allah swt berfirman melarang hamba-hamba-Nya yang berprasangka
yang bukan pada tempatnya. terhadap keluarganya, familinya dan
terhadap orang lain pun, karena sebagian dari prasangka itu merupakan
perbuatan yang membawa dosa dan janganlah kamu mengintai dan
mencari-cari kesalahan orang lain. Allah orang yang menggunjing
sesama saudaranya yang mukmin, seperti seorang yang memakan
daging saudara yang telah mati. Tentu tak seorang pun di antara kamu
suka berbuat demikian. Maka kamu kepada Allah, sesungguhnya Dia
Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.


Artinya:
(13). Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa

dan

bersuku-suku

supaya

kamu

saling

kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.
Tafsirnya:
Allah swt. berfirman bahwasanya dia telah menciptakan manusia dari
seorang laki-laki, ialah Adam dan seorang perempuan ialah Hawa,
kemudian menjadikan umat manusia berpecah-pecah menjadi bangsabangsa dan dari bangsa berpecah menjadi suku-suku, dengan demikian
supaya mereka saling mengenal. Dan sesungguhnya umat manusia itu
10

adalah sama di hadapan Allah, tiada suatu bangsa mempunyai


kelebihan dengan yang lain, semuanya adalah sama-sama anak cucu
Adam. Dan yang paling mulia di sisi Tuhan adalah yang paling bertakwa










Artinya:
(14). orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman".
Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk',
karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun
pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." 15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah
orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orangorang yang benar. 16. Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan
kepada Allah tentang agamamu, Padahal Allah mengetahui apa yang di
langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu?" 17. mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan
keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi
nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang
melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada
keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar." 18. Sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. dan Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan.
11

Tafsirnya:
Allah berfirman tentang orang-orang Arab Badui yang baru masuk Islam
dan merasa bahwa diri mereka sudah mencapai tingkat keimanan.
Mereka telah berjasa dan keislamannya, seakan-akan mereka

telah

memberikan sesuatu kepada Rasulullah dengan keislaman mereka.


Mereka berkata dengan bangga, "Kami telah beriman Allah menyuruh
Rasulullah

menjawab

kata-kata

mereka

itu

dengan

bersabda,

"Katakanlah, "Kami telah tunduk dan berislam." Kamu sebenarnya


belum beriman, keimananmu belum masuk dan mantap di dalam
hatimu. Dan jika taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah tidak
akan mengurangi sedikit pun amalmu karena Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya para mukmin yang
sebenarnya ialah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dalam keykinannya dari rela berjihad
di jalan Allah dengan harta dan nyawa. Katakanlah wahai Muhammad
kepada orang-orang Badui itu,"Apakah kamu, hai orang-orang Arab
Badui hendak memberitahukan kepada Allah tentang agamamu padahal
Alla mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
termasuk apa yang ada di dalam hati hamba-hamba-Nya. Orang-orang
Arab Badui itu merasa bangga dan seolah-olah telah memberimu
sesuatu dengan keislaman mereka itu, katakanlah kepada mereka,
"Janganlah kamu tonjol-tonjolkan keislamanmu seakan-akan kamu
berjasa dan telah memberi apa-apa dengan keislamanmu itu, bahkan
sebenamya Allah-lah yang melimpahkan karunia dan jasanya kepadamu
dengan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus yang membawa
beriman. Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang mengetahui hal yang gaib
di langit dan apa yang gaib di bumi. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.5
D. Kepribadian Manusia dalam Surat Al Hujrat
Dalam keseluruhan surat Al hujrat yang berjumlah 18 ayat dapat di
temukan tipologi kepribadian manusian dan bisa dikelompokan dalam
5 Ibnu Katsir, Ringkasan tafsir ibnu katsir. (jakarta: gema insani, 2012)
12

dua kelompok yaitu kepribadian manusia yang positif (baik, mahmudah)


dan kepribadian manusia yang negatif (buruk, mazmuhah.
1. Kepribadian Manusia yang Positif
a. Sopan Santun
b. Sabar
c. Ketelitian
d. Cinta Keimanan
e. Syukur
f. Adil
g. Rasa Persaudaraan
h. Damai
i. Saling Mengenal
j. Taat
k. Jujur
l. Jihad
2. Kepribadian Manusia yang Negatif
a. Fasik
b. Kufur
c. Durhaka
d. mencela
e. Suuzhan
f. Mengolok-ngolok
g. Menggunjing (ghibah)
PENUTUP
Kepribadian manusia tidaklah sama antar manusia yang satu
dengan manusia yang lain, karena dapat dilihat dari karakter dan
kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing orang. Sehingga dari
tipologi kepribadian yang dimiliki oleh manusia bisa menimbulkan dan
dapat dibedakan mana yang memiliki kepribadian yang baik dan mana
yang memiliki kepribadian yang buruk.
Jadi konsep kepribadian manusia yang terdapat dalam surah alHujurat mencerminkan akhlak mahmudah dan mazmumah seperti yang
berhubungan dengan masalah ibadah, aqidah, dan sejarah. Termasuk di
dalamnya dengan sesama makhluk di antaranya, saling mencintai, saling
mengenal, dan menjaga kelestarian alam.
Tipe kepribadian manusia yang terdapat di dalam surah al-Hujurat
terbagi dua yaitu; 1) Kepribadian manusia yang positif, yaitu: (a) sopan
santun, (b) sabar, (c) ketelitian, (d) cinta keimanan, (e) bersyukur, (f) adil,
13

(g) damai (perdamaian), (h) saling mengenal (tidak sombong), (i) taat, (j)
jihad. 2) Kepribadian manusia yang negatif yaitu: (a) fasik, (b) kafir, (c)
durhaka, (d) mencela, (e) Suudzan, (f) mengolok-ngolok, (g) menggunjing.

DAFTAR PUSTAKA
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Membaca Kepribadian Muslim Seperti
Membaca Al Quran, (Yogyakarta: Diva Press, 2008)
Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis,
(Jakarta: Darul Falah, 1999)
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian (Menghidupkan Potensi
dan Kepribadian kenabian dalam Diri) (Yogyakarta: Beranda Publishing,
2007)
Jalaludin, Psikologi Agama (Memahami Perilaku Keagamaan dengan
Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi) (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1996)
Ibnu Katsir, Ringkasan tafsir ibnu katsir. (jakarta: gema insani, 2012)

14

Anda mungkin juga menyukai