Anda di halaman 1dari 14

Pokok-pokok materi kuliah umum

PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
Sutarno
Prodi BK FKIP UNS

I.
PENGANTAR
1. Bimbingan dan Konseling yang

berkembang dan

dikembangkan di Indonesia berasal dari dunia barat,


yaitu Amerika Serikat. Sehingga di negara asalnya
bimbingan

dan

konseling

dikembangkan

dalam

lingkungan berdasarkan nilai-nilai budaya barat yang


berbeda dengan lingkungan Indonesia dengan nilai-nilai
budaya timur, lebih khusus nilai-nilai budaya Indonesia.
2. Bimbingan dan konseling yang di negara asalnya pada
awalnya adalah bimbingan dan konseling di setting
pekerjaan (vocational guidance) diadop-si di Indonesia
di setting pendidikan (educational guidance) di sekolah.
3. Bimbingan dan konseling pada awalnya dipahami
sebagai bimbingan dan penyuluhan, dan kegiatan
kepenasehatan yang berimplikasi pada pelaksana
(pembimbing/penyuluh)---guru senior, isi bimbingan--nasehat,

dan

pelaksanaan-nya---gerakan

(bukan

keharusan, tidak ada landasan hukum), sasaran siswa


yang bermasalah, dan satu arah dari guru. Secara run
temurun

terlaksana

sampai

sekarang.

Akibatnya?...belum mendapat pengakuan sebagaimana


1

pengajaran/ pembelajaran, belum terlaksana secara


profesional

(apalagi

kalau

Guru

Bimbingan

dan

Konseling tidak profesional dan tidak kreatif).


4. Bimbingan dan konseling di setting pendidikan
memperoleh legalitas sejak berlakunya Kurikulum
1975---untuk SD, SMP, SMA, dan kurikulum 1976 untuk
SMK, sebagai bagian integral kurikulum (Buku III/c
Pedoman

Pelaksanaan

Kurikulum

1975/1976:

Bimbingan dan Penyuluhan). Undang-undang Nomor 2


tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan NasionalBab I,
pasal 1, ayat 1 mengenai pendidikan memberi landasan
hukum yang kuat, bimbingan sebagai bagian sistem
pendidikan nasional, salah satu bentuk pelaksanaan
pendidikan

disamping

pengajaran

dan

latihan.

Selanjutnya disusul dengan (antara lain): (1) SK Men


PAN Nomor 026 tahun 1989---bhw pekerjaan bimbingan
dan penyuluhan berkedudukan seimbang dan sejajar
dengan

kegiatan

membedakan

mengajar,

pekerjaan

dan

layanan

dengan

tegas

bimbingan

dan

pekerjaan mengajar; (2) Peraturan Pemerintah Nomor


28 dan 29 tahun 1990---Bab X, pasal 25 ayat 1 dan 2;
(3) Kep Men PAN Nomor 84 tahun 1993 tentang tugas
pokok Guru Pembimbing, diikuti Petunjuk Teknisnya
dengan SK Mendkbud Nomor 025/U/1995; (4) Undangundang

Nomor

20

tahun

2003

tentang

Sistem
2

Pendidikan Nasional---Bab I, pasal 1, ayat 6, bahwa


konselor (bentuk pengakuan profesi) sebagai salah
satu jenis pendidik disamping guru, dosen, widyaiswara,
pamong

belajar,

fasilitator,

dan

instruktur;

(5)

Permendiknas Nomor 23/2006 rumusan tentang SKL


dicapai

melalui

pengajaran

bidang

studi,

maka

kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan


melalui pelayanan bimbingan dan koseling adalah
kemandirian untuk mewujudkan diri dan pengembangan
kapasitasnya

yang

dapat

mendukung

pencapaian

kompetesi lulusan; (6) Rambu-rambu Penyelenggaraan


Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan
Formal oleh Ditjen PMPTK tahun 2007; (7) PP Nomor 74
tahun 2008 tentang Guru---Bab III, pasal 15 butir 3-f dan
pasal 24 butir 7-g : ...Guru Bimbingan dan Konseling
atau Konselor; dan (8) Permendiknas Nomor 27 tahun
2008

tentang

Standar

Kualifikasi

Akademik

dan

Kompetensi Konselor.
II. PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN & KONSELING
1. Pendidikan dan Mendidik:
a. Paedagogie,
berarti
membimbing
atau
memimpin anak.
b. Pendidikan sebagai

proses

memperoleh

kecakapan-kecakapan.
c. Pendidikan adalah proses dimana seseorang
mengembangkan

kemampuan,

sikap,

dan
3

bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam


masyarakat dimana dia hidup.
adalah

proses

sosial

dimana

Pendidikan
seseorang

dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang


terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang
dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh
atau mengalami perkem-bangan kemampuan
sosial dan kemampuan individu secara optimum
(Dictionary of Education dalam Sudharto dkk,
2009).
d. Pendidikan adalah: (1) Usaha sadar dan
terencana

untuk

menyiapkan

peserta

didik

melalui bimbingan, pengajaran, dan atau latihan


bagi peranannya yang akan datang (UU Nomor
2/1989); (2) Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan

suasana

belajar

dan

proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif


mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepri-badian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan

yang

diperlukan

dirinya

masyarakat bangsa dan negara (UU Nomor


20/2003).

e. Pendidikan adalah: (1) pemanusiaan manusia,


(2) pembuda-yaan anak, (3) pelaksanaan nilainilai (Driyarkoro, 1980).
f. Mendidik: (1) Langeveld, mempengaruhi anak
dalam

usahanya

membimbing

anak

agar

menjadi dewasa, (2) Hoogveld, membantu anak


supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan
tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri,
(3) Sis Heyster, membantu manusia dalam
pertumbuhan, agar ia kelak mendapat kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya yang dapat
tercapai olehnya dengan tidak mengganggu
orang lain, (4) S. Brojonegoro, memberi tuntunan
kepada manusia yang belum dewasa dalam
pertumbuhan

dan

perkembangan,

sampai

dengan terca-painya kedewasaan dalam arti


rohani dan jasmani (Soedo-mohadi, A., 2005).
g. Kesimpulan: Bimbingan dan membimbing
merupakan aktifitas pendidikan.
2. Bimbingan dan Konseling
a. Bimbingan
1) Kesamaan pengertian

bimbingan

yang

dikemukakan oleh para ahli, antara lain: (1)


Bimbingan

merupakan

proses

pemberian

bantuan dengan syarat-syarat tertentu, yaitu


prinsip, tujuan, dan metode tertentu---tidak
5

setiap pemberian bantuan adalah bimbingan,


(2) Bimbingan diberikan kepada individu yang
membutuhkannya, baik pria maupun wanita,
baik anak-anak maupun orang dewasa, (3)
Bimbingan diberi-kan kepeda individu agar
mandiri dalam menetapkan pilihan-pilihan dan
membuat keputusan-keputusan, dapat mengembangkan

kemampuan

untuk

dapat

mengatasi masalahnya sendiri, dapat memahami

dirinya

mengatur

dan

aktivitas

lingkiungannya,
hidupmya

dapat

sendiri,

(4)

Bimbingan diberikan dalam interaksi antara


pembimbing dan individu yang dibimbing.
Dalam interaksi ini terjadi proses yang akhirnya bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi individu yang dibimbing, (5) Bimbingan diberikan dalam suasana sadar. Kesadaran
itu disertai dengan proses pena-laran yang
penuh, (6) Bimbingan itu diberikan dengan
jalan asah, dan asih. Artinya bimbingan itu
selalu dilakukan atas dasar kasih sayang dan
kecintaan demi kebaha-giaan, (7) Bimbingan
itu diberikan dengan memedomani normanorma atau nilai-nilai yang dianut. Pelayanan
bimbingan tidak menyimpang atau melanggar
6

norma-norma atau nilai-nilai yang belaku


dimasyarakat sekitarnya, dan (8) Bimbingan
dilakukan oleh tenaga ahli, yaitu oleh otangorang yang memiliki pengetahuan,

terlatih

secara baik dalam bidang bimbingan dan


konseling (Erman Amti, dkk, 1992).
2) Bimbingan adalah bantuan kepada peserta
didik untuk memahami diri, megenal lingkungan dan merencanakan masa depan (PP. Nomr
28 dan 29 tahun 1990, Bab X, ps 25 ayat 1).
3) Kesimpulan: Bimbingan adalah proses
bantuan kepada individu agar ia dapat mandiri
berdasarkan atas pemahaman diri dan pengenalan

lingkungannya

dengan

cara

berinteraksi, pemberian gagasan, asuhan dan


arahan yang didasarkan pada norma-norma
yang berlaku.
b. Konseling
1) Kesamaan

diantara

rumusan

pengertian

konseling yang dikemukakan oleh para ahli


antara lain (1) Konseling itu melibatkan dua
orang yang saling berinteraksi dengan jalan
mangadakan komunikasi langsung, mengemukakan dan memperhatikan dengan saksama isi pembicaraan, gerakan-gerakan isyarat,
7

pandangan mata, dan gerakan-gerakan lain;


dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman kedua belah pihak yang terlibat di
dalam interaksi, (2) Model interaksi di dalam
konseling itu terbatas pada dimensi verbal,
yaitu konselor dan klien saling berbicara. Klien
berbicara tentang pikiran-pikirannya, perasaan
-perasaannya, perilaku-nya, dan banyak lagi
tentang dirinya. Di pihak lain Konselor mendengarkan dan menanggapi hal-hal yang dikemukakan klien dengan maksud agar klien
memberikan reaksinya dan berbicara lebih
lanjut. Keduanya terlibat dalam memikirkan,
berbicara,

dan

mengemukakan

gagasan-

gagasannya yang akhirnya bermuara pada


teratasinya masalah yang dihadapi klien, (3)
Tujuan dari hubungan konseling ialah terjadinya

perubahan

pada

pikiran/perasaan/

tingkah laku atau pikiran, perasaan, tingkah


laku klien. Konselor memusatkan perhatiannya kepada klien dengan mencurahkan
segala daya dan uoayanya demi perubahan
pada diri klien, yaitu perubahan ke arah yang
lebih baik, teratasinya masalah yang dihadapi
klien, (4) Konseling didasari atas penerimaan
8

konselor secara wajar tentang diri klien, yaitu


atas dasar penghargaan akan harkat dan
martabat klien (Prayitno, 1994).
2) Kesimpulan: Konseling (konseling individual) adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui komunikasi antara seorang
ahli (konselor) dengan individu yang sedang
mengalami masalah (klien) yang bermuara
pada

teratasinya

masalah-masalah

yang

dihadapi oleh klien---klien mampu mengatasi


sendiri masalahnya.
Sedang konseling kelompok dari definisi
yang

dikemukakan

disimpulkan
adalah

sbb.:

proses

beberapa
Konseling

pemberian

ahli

dapat

kelompok

bantuan

yang

dilakukan oleh seorang konselor kepada


beberapa klien melalui teknik-teknik yang
sesuai, yang bermuara pada teratasinya
masalah yang sedang dihadapi oleh klienklien---setiap klien mampu mengatasi sendiri
masalahnya.
c. Bimbingan dan Konseling
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal oleh

Ditjen PMPTK tahun 2007 menjelaskan tentang


Bimbingan dan Konseling sbb.:
1) Bimbingan dan Konseling merupakan salah
satu bagian wilayah layanan pendidikan dalam
jalur pendidikan formal disamping manajemen
dan

supervisi,

serta

pembelajaran

yang

mendidik.
2) Pengertian
Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan
bantuan

psiko-pendidikan

dalam

bingkai

budaya, artinya pelayanan B & K berdasarkan


kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji
terapan pelayanan B & K yang diwarnai oleh
lingkungan budaya peserta didik.
Bimbingan dan Konseling

merupakan

pelayanan bantuan untuk peserta didik baik


secara perorangan maupun kelompok agar
mampu mandiri dan berkembang secara
optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi dan sosial, kemampuan belajar,
dan perencanaan karier melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendudkung berdasarkan norma-norma yang belaku---BK perkembangan.
3) Hakekat
10

Bimbingan dan Konseling pada hakekanya


adalah upaya memfasilitasi peserta didik yang
selanjutnya disebut konseli, agar mampu
mengembangkan

potensi

dirinya

atau

mencapai tugas-tugas perkembangannya--menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual,


sosial dan moral spiritual.
4) Misi kegiatan Bimbingan dan Konseling
a) Misi Pendidikan: memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui pembentukan
peri laku efektif-normatif dalam kehidupan
keseharian dan masa depan.
b) Misi Pengembangan: memfasiitasi pengembangan potensi dan kompetensi peserta
didik

di

dalam

lingkungan

sekolah

/madrasah, keluarga dan masyarakat.


c) Misi pengentasan: memfasilitasi pengentasan masalah peserta didik mengacu
kepada kehidupan efektif sehari-hari.

5) Tujuan Bimbingan dan Konseling


Tujuan dilaksanakannya Bimbingan

dan

Konseling pada jalur pendidikan formal adalah


membantu peserta didik mencapai perkembangan potensinya secara optimal, sehingga
mampu mencapai tugas-tugas perkembang11

annya, meliputi aspek pribadi sosial, belajar,


dan karier peserta didik yang matang dan
mandiri (memandirikan peserta didk).
6) Bidang
Pelayanan
Bimbingan
Konseling
a. Pengembangan

kehidupan

dan
pribadi:

membantu pesdik memahami, menilai,


dan

mengembangkan

potensi

dan

kecakapan, bakat dan minat serta kondisi


sesuai dengan karakteristik kepribadian
b.

dan kebutuhan dirinya secara realistik.


Pengembangan
kehidupan
sosial:
membantu pesdik memahami, menilai,
dan

mengembangkan

kemampu-an

hubungan sosial yang sehat dan efektif


dengan teman sebaya, anggota keluarga,
dan warga lingkung-an sosial yang lebih
c.

luas.
Pengembangan
membantu
kemampuan

kemampuan

pesdik
belajar

belajar:

mengembangkan
dalam

rangka

mengikuti pendidikan sekolah/madrasah


d.

dan belajar secara mandiri.


Pengembangan karier: membantu pesdik
memahami dan menilai informasi serta
memilih dan mengambil keputusan karier.
12

III.

BIMBINGAN & KONSELING DALAM PENDIDIKAN


KARAKTER
Mengacu pada keterkaitan Bimbingan & Konseling
dan Pendidikan, serta dengan pendidikan nasional
berdasarkan atas konsep pendidikan, bimbingan,
konseling dan bimbingan & konseling maka peranan
Bimbingan dan Konseling dalam pendidikan karakter
pada dasarnya:
1. Marupakan bagian integral dari sistem pendidikan
nasional,

sehingga

orientasi,

tujuan

dan

pelaksanaan BK sebagai bagian dari orientasi,


tujuan dan pelaksanaan pendidikan karakter.
2. Bimbingan dan Konseling merupakan aktifitas
pendidikan, yaitu sebagai
melaksanakan

pendidikan

salah satu cara


karakter

men-capai

tujuan pendidikan karakter.


3. Bimbingan dan Konseling merupakan katalisator
dalam proses pendidikan karakter, artinya bahwa
BK mempercepat proses pelak-sanaan pendidikan
karakter dalam mencapai tujuannya.
4. Program Bimbingan dan Konseling di sekolah
merupakan bagian inti pendidikan karakter yang
dilaksanakan dengan berbagai strategi pelayanan
dalam upaya mengembangkan potensi peserta
didik mencapai

kemandirian yang diharapkan

13

sebagai

karakter

bangsa

Indonesia

yang

dibutuhkan saat ini dan masa depan.


RUJUKAN:
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Depdiknas. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.
Djatun, R., Sutijan, Sukirno. 2009. Pengantar Ilmu Pndidikan. Surakarta: Learning
Resources FKIP UNS.
Soedomo Hadi, A. 2005. Pendidikan (Suatu Pengantar). Surakarta: Kerjasama
Lembaga Pengem-bangan Pendidikan UNS dan UPT Penerbitan dan
Pencetakan UNS.
Soeharto dan Sutarno. 2009. Bimbingan dan Konseling. Surakarta: Learning
Resources FKIP UNS.
Sudarto, dkk. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP PGRI.

14

Anda mungkin juga menyukai