Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Prinsip-prinsip koperasi
merupakan landasan pokok koperasi dalam menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan
gerakan ekonomi rakyat. Prinsip prinsip tersebut adalah : kemandirian, keanggotaan bersifat
terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara
adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing masing anggotanya, pemberian balas jasa
yang terbatas terhadap modal, pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar koperasi.
Sedangkan menurut Drs. A. Chaniago koperasi didefinisikan sebagai suatu perkumpulan
yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang memberi kebebasan masuk dan keluar
sebagai anggota dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.
Karakteristik koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota
koperasi memiliki identitas ganda, yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai
pengguna jasa koperasi. Dengan semakin berkembangnya kegiatan usaha koperasi, tuntutan agar
pengelolaan koperasi dilaksanakan secara profesional akan semakin besar. Pengelolaan yang
profesional memerlukan adanya sistem pertanggungjawaban yang baik dan informasi yang
relevan serta dapat diandalkan, untuk pengambilan keputusan perencanaan dan pengendalian
koperasi.
1.2 Rumusan Masalah
Salah satu upayanya adalah pengembangan dari sistem informasi yang diperlukan untuk
menumbuhkan koperasi melalui akuntansi, khususnya merumuskan standar akuntansi keuangan
untuk koperasi dalam penyusunan laporan keuangannya. Sesuai dengan perkembangan koperasi
di dalam melaporkan laporan keuangannya, kini dalam penyusunannya telah dikeluarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 tentang akuntansi perkoperasian yang telah
mendapat revisi pada tahun 1998.
PSAK No. 27 ini berisikan tentang karakteristik koperasi, struktur pengorganisasian
koperasi, usaha dan jenis koperasi, tujuan koperasi, ruang lingkup koperasi, definisidefinisi
koperasi, standar penyajian laporan keuangan koperasi. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 27 ini, laporan keuangan koperasi itu terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha
(PHU), laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas laporan keuangan.
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditarik judul makalah tentang Akuntansi
Koperasi.
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis mencoba merumuskan beberapa tujuan, yaitu sebagai
berikut :
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum yang
berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Kegiatan usaha koperasi
merupakan penjabaran dari UUD 1945 pasal 33 ayat (1). Dengan adanya penjelasan UUD 1945
Pasal 33 ayat (1) koperasi berkedudukan sebagai soko guru perekonomian nasional dan sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem perekonomian nasional.
Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan organisasi ekonomi yang
berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi demi memajukan kesejahteraan anggota.
Karena sumber daya ekonomi tersebut terbatas, dan dalam mengembangkan koperasi harus
mengutamakan kepentingan anggota, maka koperasi harus mampu bekerja seefisien mungkin
dan mengikuti prinsip-prinsip koperasi dan kaidah-kaidah ekonomi.
Menurut Calvert, memberi definisi tentang koperasi sebagai organisasi orang-orang yang
hasratnya dilakukan sebagai manusia atas dasar kesamaan untuk mencapai tujuan ekonomi
masing-masing. Sedangkan Drs. A. Chaniago memberi definisi koperasi sebagai suatu
perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang memberi kebebasan
masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha,
untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.
2.1.1 Ciri ciri koperasi
Koperasi merupakan badan usaha yang memilki perbedaan yang sangat mendasar dengan
badan usaha lainnya karena dasar-dasar kerja koperasi merupakan organisasi ekonomi yang
berwatak social. Ada pun yang menjadi ciri-ciri koperasi itu adalah sebagai berikut:
a. Sifat Suka Rela pada Keanggotaannya
Sifat Suka Rela pada Keanggotaan koperasi mengandung pengertian bahwa setiap orang yang
masuk menjadi anggota koperasi haruslah berdasarkan kesadaran dan keyakinan untuk turut
aktif di dalam koperasi dengan maksud memperbaiki kehidupan dirinya dan kehidupan
masyarakat pada umumnya.
b. Rapat Anggota Merupakan kekuasaan Tertinggi dalam Koperasi
Hal ini berarti bahwa segala sesuatu yang akan dikerjakan oleh koperasi ditentukan oleh Rapat
Anggota Tahunan(RAT)
c. Koperasi Bersifat Nonkapitalis
Sifat nonkapitalis didalam koperasi mengandung arti bahwa koperasi bukan merupakan
modal.artinya, pembagian sisa hasil usaha(SHU) ditentukan bukan berdasarkan besarnya modal
seseorang anggota, melainkan berdasarkan jasa atau usaha yang dilakukannya terhadap koperasi.
d. Kegiatannya Berdasarkan pada Prinsip Swadaya,Swakerta, dan Swasembada
Swadaya berarti kegiatan yang didasarkan pada kekuataan untuk usaha sendiri. Swakerta berarti
kegiataan yang didasarkan pada buatan sendiri. Swasembada berarti kegiatan yang didasarkan
pada kemampuan sendiri.
2.1.2 Fungsi Dan Peran Koperasi
Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992, fungsi dan peran
koperasi di Indonesia seperti berikut ini :
1. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
2. Turut serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional.
3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Proses Penyusunan Laporan Keuangan Koperasi
Proses akuntansi koperasi adalah sama dengan proses akuntansi bukan koperasi, yaitu
suatu langkah atau tahapan yang harus dilakukan dalam menyusun laporan keuangan koperasi.
Tahapan tersebut dimulai dari adanya bukti transaksi berupa nota, kuitansi, faktur jual, faktur
beli dan sebagainya, kemudian dimasukkan pada jurnal.
Cara pengisian jurnal tersebut adalah memasukan transaksi-transaksi beserta nilai
transaksinya dari bukti transaksi dengan cara mendebet atau mengkredit perkiraan-perkiraan
tertentu. Ketentuan normal yang berlaku untuk mendebet atau mengkredit suatu perkiraan
adalah :
Nama Perkiraan
Harta
Hutang
Kekayaan
Pendapatan
Biaya
Bertambah
Debet
Kredit
Kredit
Kredit
Debet
Berkurang
Kredit
Debet
Debet
-
Saldo Normal
Debet
Kredit
Kredit
Kredit
Debet
Setelah tahun buku berakhir, pengurus koperasi wajib menyusun laporan keuangan
tahunan yang memuat sekurang-kurangnya:
1. Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha serta penjelasan atas
dokumen tersebut.
2. Keadaan dan usaha koperasi serta hasil usaha yang dapat dicapai.
Neraca, perhitungan hasil usaha serta penjelasannya merupakan laporan pokok keuangan
koperasi. Laporan keuangan koperasi tidak jauh berbeda dengan laporan keuangan untuk
perusahaan lain. Perbedaan utama terletak pada penyajian modal dan perhitungan laba rugi.
Proses penyusunan laporan keuangan koperasi dimulai dari proses akuntansi berupa :
1.
2.
3.
4.
5.
Pencatatan.
Penggolongan.
Peringkasan.
Pelaporan.
Analisis data keuangan.
Kegiatan pencatatan dan penggolongan merupakan proses yang dilakukan secara rutin
dan berulang-ulang setiap kali terjadi transaksi keuangan.
Buku-buku dokumen pendukung (source of documents) yang digunakan antara lain :
2. Biaya, adalah sejumlah dana yang dikeluarkan koperasi untuk membiayai kegiatan
operasionalnya.
2) Neraca
Adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi harta, hutang, dan modal koperasi
pada suatu periode pembukuan tertentu, pada umumnya satu tahun. Neraca bisa disajikan dalam
bentuk skontro maupun dalam bentuk stafel, tergantung kebiasaan pembuat laporan. Namun
pada umumnya neraca disusun dalam bentuk skontro, karena dapat ditampilkan dua periode
berturut-turut untuk mengetahui perkembangan perusahaan (koperasi) yang bersangkutan.
Dalam neraca dicantumkan jumlah dan sumber dana serta pos-pos alokasi sumber dana untuk
memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan
persusahan (koperasi) tersebut.
Ada tiga komponen penting dalam neraca koperasi antara lain sebagai berikut:
1. Harta, adalah pos-pos yang memuat pengalokasian dana yang dikuasai oleh koperasi yang
meliputi pos harta lancar, harta tetap, investasi jangka pendek, dan investasi jangka panjang.
2. Hutang, adalah sejumlah dana yang dikuasai koperasi yang bersumber dari pihak luar dan harus
dikembalikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Dalam kelompok ini juga termasuk
dana yang berasal dari anggota seperti tabungan anggota.
3. Ekuitas/Kekayaan Bersih, yaitu sejumlah uang atau yang dapat disamakan dengan itu yang
benar-benar milik koperasi. Modal dipupuk dan diperoleh dari simpanan pokok, simpanan wajib,
cadangan, donasi, dan modal penyertaan dari pihak luar.
3) Laporan Arus Kas
Adalah laporan yang menyajikan informasi arus kas yaitu mengenai perubahan kas yang
meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas, dan saldo akhir kas pada
periode tertentu.
PSAK No. 2 menyatakan bahwa perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai
dengan pernyataan dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari laporan keuangan untuk periode penyajian laporan keuangan. Pernyataan tersebut
mengisyaratkan bahwa perusahaan termasuk koperasi harus menyajikan laporan arus kas
sebagai bagian laporan keuangan yang tak terpisahkan.
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan
menurut aktivitas koperasi, investasi dan pendanaan.
Ada beberapa istilah penting yang biasa digunakan untuk menyusun arus kas, antara lain:
1. Kas, terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.
2. Setara kas (cash equivalent), adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan
cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang
signifikan.
3. Arus kas, adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.
4. Aktivitas Operasi, adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain
yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
5. Aktivitas Investasi, adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain
yang tidak termasuk setara kas.
6. Aktivitas Pendanaan (financing), adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah
serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.
Sesuai dengan pernyataan PSAK No. 27 yang menunjukkan bahwa aktivitas koperasi
berbeda dengan bentuk perusahaan lain, tentu hal ini akan berdampak pada laporan arus kas
koperasi tanpa merubah hakikat dari laporan arus kas.
4)
koperasi ditempatkan pada posisi yang tepat dan tidak disalah-tafsirkan di dalam mengevaluasi
kinerjanya.
SHU terdiri dari sisa partisipasi anggota dan laba koperasi. Bila partisipasi neto anggota
lebih besar dari beban usaha dan beban perkoperasian, maka terdapat sisa partisipasi anggota
bernilai positif. Sisa positif dibagikan kepada anggota menurut jasa usaha masing-masing
anggota. Dalam hal anggota menerima manfaat ekonomi tambahan (di luar manfaat ekonomi
langsung dari pelayanan koperasi), berupa pengembalian sisa partisipasinya.
Tetapi dalam hal sisa partisipasi anggota bernilai negatif, mengandung arti bahwa jumlah
partisipasi anggota terlalu kecil dan tidak mencukupi untuk menutup beban usaha dan beban
perkoperasian. Sisa partisipasi minus ditutup oleh dana cadangan dan atau tanggung renteng dari
anggota. Dalam hal ini berarti tidak ada manfaat ekonomis dari pembagian SHU. Karena itu
pengertian pembagian SHU dianggap sebagai manfaat ekonomis harus ditafsirkan secara hatihati.
Laporan promosi ekonomi anggota mencakup empat unsur, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama.
2. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengelolaan bersama.
3. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam melalui koperasi.
4. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha.
5. Manfaat ekonomi langsung bagi anggota berupa manfaat harga, yaitu harga barang jasa (dalam
pembelian dan penjualan) dan harga uang (bunga uang dalam simpan pinjam).
Di dalam pembelian (koperasi konsumen), manfaat harga berupa selisih harga antara
koperasi dengan di luar koperasi. Harga di koperasi lebih murah dari harga di luar koperasi maka
akan terjadi manfaat efisiensi pembelian. Di dalam pemasaran (koperasi produsen/pemasaran)
manfaat harga berupa selisih harga antara harga yang dibayar oleh koperasi kepada anggota
dengan harga yang dibayar oleh non koperasi kepada anggota. Seharusnya harga koperasi lebih
tinggi dari harga non koperasi maka akan terjadi manfaat efektivitas penjualan.
Di dalam simpan pinjam, maka:
1. Bunga tabungan yang diterima anggota dari koperasi lebih tinggi dari bunga yang diterima
anggota dari non koperasi maka akan timbul manfaat efektivitas tabungan.
2. Bunga kredit yang dibayarkan anggota kepada koperasi lebih rendah dari bunga kredit di luar
koperasi, maka akan timbul manfaat efisiensi penarikan kredit.
3. Dan manfaat lain, misalnya bentuk biaya transaksi murah, dan persyaratan yang ringan.
4. Manfaat pengelolaan bersama dapat berupa penghematan biaya produksi atau peningkatan
produktivitas. Manfaat ekonomi yang diperoleh anggota melalui penggunaan jasa pelayanan
koperasi, sangat tergantung kepada jenis koperasi dan usaha yang dijalankan oleh koperasi. Jadi,
setiap koperasi harus dapat menerjemahkan arti dari manfaat koperasi ke dalam satuan-satuan
yang terukur menurut keperluannya masing-masing.
5)
1. Perlakuan akuntansi mengenai pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan tansaksi
koperasi dengan anggota dan non-anggota, kebijakan akuntansi tentang aktiva teetap, penilaian
persediaan, piutang, dan sebagainya, dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan nonanggota.
2. Pengungkapan informasi lain seperti kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota
baik yang tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga maupun dalam praktek,
atau yang telah dicapai oleh koperasi, ikatan koperasi dalam pengembangan sumber daya dan
mempromosikan usaha ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan perkoperasian dan
sebagainya.
8
koperasi tidak jauh berbeda dengan akuntansi perusahaan lainnya. Beberapa perbedaan
mendasar diatur dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) untuk koperasi yaitu
PSAK No. 27. Berikut ini disajikan perbedaan perlakuan akuntansi untuk:
1. Aktiva
Pencatatan Aktiva koperasi sama dengan perusahaan yang lain kecuali yang dijelaskan
dalam PSAK No. 27 paragraf 63 dan 65.
a. Pada paragraf 63 menjelaskan perlakuan akuntansi untuk aktiva yang diperoleh dari sumbangan.
b. Pada paragraf 65 menjelaskan perlakuan akuntansi untuk aktiva yang dibatasi penggunaannya.
Koperasi merupakan kumpulan orang-orang dan merupakan badan usaha yang
diharapkan menjadi soko guru ekonomi di Indonesia maka pemerintah secara berkala
mengadakan pembinaan ataupun pemberian bantuan. Perlakuan akuntansinya diatur sebagai
berikut:
Paragraf 63 Aktiva yang diperoleh dari sumbangan yang terikat penggunaannya dan
tidak dapat dijual untuk menutup kerugian koperasi diakui sebagai aktiva lain-lain. Sifat
keterikatan penggunaan tersebut dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan .
Aktiva yang dicadangkan untuk kepentingan bersama para anggota merupakan aktiva
yang bukan milik koperasi. Oleh karena itu, pengurus harus mempertanggungjawabkan
penggunaan aktiva ini dan dalam pencatatannya tidak boleh diakui sebagai aktiva koperasi. Hal
ini diatur dalam paragraf 65.
Paragraf 65 Aktiva-aktiva yang dikelola oleh koperasi, tetapi bukan milik koperasi,
tidak diakui sebagai aktiva, dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
2. Kewajiban
Untuk kewajiban yang ada di koperasi sama dengan kewajiban di Badan Usaha lain
kecuali yang diatur dalam PSAK. Kewajiban yang diatur PSAK No. 27 paragraf 61 adalah
Simpanan Sukarela, Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib merupakan modal koperasi karena
simpanan ini tidak dapat diambil sewaktu-waktu. Simpanan anggota yang sifatnya sukarela
(simpanan sukarela) tidak dapat dianggap sebagai modal karena simpanan ini dapat diambil
sewaktu-waktu. Oleh karena itu, simpanan sukarela dianggap sebagai utang sebagaimana
dijelaskan dalam PSAK No. 27 paragraf 61.
Paragraf 61 Simpanan anggota yang tidak berkarakteristik sebagai ekuitas diakui
sebagai kewajiban jangka pendek atau jangka panjang sesuai dengan tanggal jatuh temponya
dan dicatat sebesar nilai nominalnya.
3. Ekuitas
Koperasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang memenuhi syarat sebagai anggota.
Oleh karena itu, ekuitas koperasi merupakan kumpulan dari setoran para anggota baik berupa
simpanan pokok maupun simpanan wajib yang tidak dapat diambil selama yang bersangkutan
masih tercatat sebagai anggota. Selain itu, ekuitas koperasi berasal dari modal sumbangan,
modal penyertaan, cadangan dan SHU (Sisa Hasil Usaha) yang belum dibagi.
4. Pendapatan
Pendapatan diatur dalam PSAK No. 27 paragraf 67 dan 69. Paragraf 67 Pendapatan
yang timbul dari transaksi koperasi dengan anggota diakui sebesar pendapatan bruto. Sedangkan
di paragraf 69 dinyatakan Pendapatan koperasi yang berasal dari transaksi dengan non anggota
diakui sebagai pendapatan (penjualan) yang dilaporkan terpisah dari partisipasi anggota dalam
laporan perhitungan hasil usaha sebesar nilai transaksi. Selisih antara pendapatan dan beban
pokok transaksi dengan non-anggota diakui sebagai laba atau rugi kotor dengan non-anggota.
5. Beban
10
Beban diatur dalam PSAK No. 27 paragraf 72 Beban Usaha dan beban-beban
perkoperasian harus disajikan terpisah dalam laporan perhitungan hasil usaha. Beban Usaha
sama dengan beban usaha umum, sedangkan beban koperasi adalah biaya pengembangan
anggota, pelatihan, iuran anggota koperasi.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kritik
Contoh Kasus Sisa Hasil Usaha :
Di lingkungan suatu daerah, terdapat Koperasi Simpan Pinjam di mana Ibu Voni merupakan
salah satu anggota koperasi. Berdasarkan informasi, simpanan wajib yang harus dibayarkan oleh
Ibu Voni setiap bulannya sebesar Rp. 6000. Dalam koperasi simpan pinjam ini apabila
meminjam, bunga yang harus dibayarkan sebesar 1,5 %. Menurut kesepakatan setiap akhir tahun
anggota koperasi akan mendapat bingkisan Hari Raya dari SHU masing-masing anggota.
Yang menjadi masalah di sini, bukan hanya anggota koperasi saja yang mendapat bingkisan dari
SHU masing-masing, namun semua warga di lingkungan itu mendapatkannya termasuk yang
bukan anggota koperasi. Dengan kata lain SHU anggota dibagi sama rata ke semua warga
masyarakat dan tidak berdasarkan besarnya masing-masing SHU anggota.
4.2 Saran
Dari kasus diatas dapat kita lihat adanya penyimpangan dari pembagian SHU koperasi yakni
dengan cara membagi rata bingkisan Hari Raya kepada seluruh warga baik yang merupakan
anggota koperasi maupun yang bukan anggota koperasi, dimana dana yang digunakan untuk
membeli bingkisan tersebut merupakan hasil dari SHU anggota. Jelas hal ini sangat tidak sesuai
dengan prinsip pembagian SHU. Seperti kita ketahui seharusnya SHU yang diterima tiap
anggota berbeda-beda tergantung dari banyaknya transaksi pinjaman dan jasa modal yang
diberikan oleh individu anggota tersebut.
Menurut saya, sebaiknya pihak pengurus koperasi membagikan SHU dalam bentuk
tunai, agar lebih mudah dan lebih jelas dalam pembagiannya, dan jangan lupa untuk
membaginya sesuai dengan banyaknya transaksi yang telah dilakukan oleh tiap individu. Dan
jika memang pihak pengurus ingin membagikan bingkisan hari raya kepada seluruh warganya,
sebaiknya dana yang digunakan untuk membeli bingkisan tersebut adalah dana kas SHU bukan
anggota.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sudiyarso, Gervasius. 2011. Akuntansi Koperasi. Indonesia: Caps Publishing
13