Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Candi Mendut merupakan candi kedua terbesar di daerah Kedu setelah
Borobudur. Candi ini terletak di desa Mendut, Kecamatan Mungkid,
Magelang, berjarak sekitar 38 km ke arah barat laut kota Yogyakarta dan 3 km
dari Candi Barabudur. Candi Mendut merupakan pintu masuk ke tiga
serangkai candi ini, terletak di pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai
Progo dan Sungai Elo. Berlawanan dengan candi-candi lain yang umumnya
menghadap ke timur, jalan masuk Candi Mendut menghadap ke arah barat.
Mungkin berhubungan dengan harapan pembangun candi agar menerima
wahyu sebagaimana sang Buddha di arah barat di Taman Rusa di Benares.
Candi Mendut, menurut ahli prasasti, disebutkan dalam prasasti-Karangtengah
(dekat Temanggung) dengan nama Venu Vana Mandira yang artinya candi di
tengah rumpun bambu. Candi Mendut memiliki panjang 13,7 meter dan lebar
13,7 meter, sedangkan tingginya 26,5 meter. Candi ini ditemukan pada tahun
1834 oleh para seradu Belanda, dan direstorasi pada tahun 1897-1904. Para
ahli menduga Candi Mendut didirikan pada tahun 784-792 Masehi oleh Raja
Indra, ayah Raja Samaratungga. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa
Candi Mendut didirikan oleh Raja Samaratungga sendiri yang beragama
Buddha dibantu oleh bawahannya Rakai Garut yang beragama Hindu sebagai
perlambang bagus dan harmonisnya hubungan antar agama pada masa itu di
kalangan masyarakat Jawa Kuno.
Sewaktu candi ini dipugar, ditemukan bahwa Candi Mendut dibangun di
atas candi lain peninggalan agama Hindu. Casparis menduga Candi Mendut
dibangun untuk memuliakan leluhur raja-raja Syailendra. Pendapat lain
mengatakan bahwa Candi Mendut dibangun untuk mengenang kotbah pertama
Sang Buddha di Taman Rusa di Benares.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Setruktur Bangunan Dari Candi Mendut ?
2. Arti Ukiran Atau Relief Candi Mendut?
3. Tiga Penemuan Arca Di Candi Mendut?
BAB II
PEMBAHASAN
yang dilaksakan di Candi Borobudur tepat pada Purnama Sidhi atau bulan
purnama pertama di bulan Mei. Perayaan atau ritual Waisak dapat disaksikan
oleh masyarakat luas.
Pada tahun 1834 Candi Mendut mulai mendapat perhatian meskipun
mengalami nasib yang sama dengan candi-candi lainnya, yaitu dalam kondisi
runtuh dan hancur. Hartman, seorang presiden Kedu saat itu mulai
memperhatikan Candi Mendut. Dalam tahun 1897 dilakukan persiapanpersiapan untuk pemugaran. Dari tahun 1901-1907 J.L.A. Brandes melangkah
lebih maju dan berusaha merestorasi Candi Mendut dan kemudian tahun 1908
dilanjutkan oleh Van Erp meskipun tidak berhasil merekonstruksi secara
lengkap.
J.G. de Casparis berpendapat bahwa Candi Mendutdibangun untuk
memuliakan leluhur-leluhur Sailendra. Di bilik utama candi ini terdapat 3
buah arca yang menurut para ahli arca-arca tersebut diidentifikasi sebagai
Cakyamuni yang diapit oleh Bodhisatwa, Lokeswara dan Bajrapani. Dalam
kitab Sang Hyang Kamahayanikan disebutkan bahwa realitas yang tertinggi
(advaya) memanifestasikan dirinya dalam 3 dewa (Jina) yaitu : Cakyamuni,
Lokesvara, dan Bajrapani.
Sebagai candi yang bersifat Budhistist, relief-relief di Candi mendut juga
berisi cerita-cerita ajaran moral yang biasanya berupa cerita-cerita binatang
yang bersumber dari Pancatantra dari India. Cerita tersebut antara lain adalah
seekor kura-kura yang diterbangkan oleh dua ekor angsa dan di bawahnya
dilukiskan beberpa anal gembala yang seolah-olah mengejek kura-kura
tersebut. Oleh karena kura-kura tersebut emosional dalam menanggapi ejekan,
maka terlepaslah gigitannya dari tangkai kayu yang dipegang sehingga
terjatuh dan mati. Inti ceritanya adalah ajaran tentang sifat kesombongan yang
akan mencelakakan diri sendiri.
Relief Hariti
Kaplataru
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa candi Mendut merupakan salah satu candi yang bercorak Agama
Buddha yang mengisahkan tentanga cerita-cerita tenta kehidupan hewan yang
memberi contoh terhadap manusia di bumi dan juga membuka hati kepada
manusia akan pentingnya melestarikan alam dan lingkungan sekitar, agar
terciptanya perdamaian, kerukuan antara makluk hidup dengan manusia.
Selain relief dalam candi mendut juga ada tiga patung Buddha yang
memberikan cerminan bagi manusia yaitu salah satunya adalah : yaitu Buddha
yang pernah hidup di dunia, dengan posisi tangan (mudra) memutar roda
dharma, sebagai perlambang kotbah Buddha yang pertama kalinya di Taman
Rusa di Benares, dengan posisi kaki menggantung, tidak bersila seperti
biasanya. Di sebelah kirinya adalah patung Mansjuri atau Vajrapani sebagai
Buddha pembebas manusia di kelak kemudian hari.
Menurut Jacques Dumaray patung tersebut menggambarkan Lokesvara,
Boddhisatva yang menolak menjadi Buddha bila tidak semua manusia
diselamatkan. Sedangkan di sebelah kanannya adalah Avalokiteswara, Buddha
penolong manusia, dengan tanda patung Amithaba di keningnya.
Dekat Candi Mendut ini sekarang didirikan sebuah Vihara Buddha yang
megah yang menjadi salah satu tempat ibadah penting bagi umat Buddha
terlebih saat dirayakannya Hari Raya Waisak setiap tahunnya untuk
memperingati tiga peristiwa paling penting dalam hidup Buddha Siddharta
Gautama yaitu kelahirannya, saat Beliau mencapai pencerahan yaitu menjadi
Buddha, dan saat wafatnya.
11
B. Saran
1. Kita sebagai generasi muda harus menadi generasi penerus bangsa dengan
cara giat belajar dan berlatih supaya menjadi siswa siswi yang terampil
dan bertaqwa
2. Kita sebagai warga negara harus menjaga dan melestarikan bdaya bangsa
dengan memelihara tempat tempat bersejarah sebagai peninggalan nenek
moyang kita
3. Penulis berharap dengan berkembangnya kebudayaan barat di harapkan
pada rekan generasi muda mampu memilih dan menilia budaya yang
masuk dan berusaha mempertahankan kebudayaan bangsa sendiri.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. http://note-why.blogspot.co.id/2013/04/sejarah-candi-mendut.html
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Mendut
3. http://candi1001.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-candi-mendut.html
13