Anda di halaman 1dari 8

Kaidah Dasar Bioetika dan Teori Etika

Silvia Gunawan
102014043
Kelompok A6
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi : Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Email : SILVIA.2014fk043@civitas.ukrida.ac.id

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan semakin berkembang dan terus
mengalami pembaruan. Perkembangan yang pesat tersebut membuat etika kedokteran secara
mau tidak mau juga mengalami perkembangan. Terlebih dengan sikap kritis dan rasa haus
masyarakat tentang informasi-informasi kesehatan. Kemajuan teknologi di era modern ini
membuat akses informasi lebih mudah diperoleh, sehingga pengetahuan masyarakat di
bidang kesehatan semakin dalam dan luas. Untuk mengimbangi kemajuan perkembangan
tersebut, maka telah dikembangkan bioetika. Bioetika merupakan pandangan yang lebih luas
dari etika kedokteran karena saling mempengaruhi antara manusia dan lingkungan hidup.
Bioetika merupakan etik yang berhubungan dengan praktek kedokteran dan penelitian di
bidang biomedis. Di dalam bioetik terdapat prinsip-prinsip dasar yang disebut dengan Kaidah
Dasar Bioetika (KDB).
Kaidah Dasar Bioetika merupakan metode yang relevan untuk membangun pemikiran
kritis seorang dokter bagaimana berperilaku sesuai dengan etika kedokteran. Seorang dokter
harus lebih memperhatikan cara kerja dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Kaidah
Dasar Bioetika harus dipegang teguh oleh seorang dokter dalam proses pengobatan pasien,
sampai pada tahap pasien tersebut tidak mempunyai ikatan lagi dengan dokter yang
bersangkutan. Dengan menerapkan Kaidah Dasar Bioetika secara benar, masyarakat akan

lebih percaya terhadap dokter dan terhadap segala kinerja medis yang dilakukan oleh seorang
dokter.
Rumusan Masalah
Laki-laki berusia 10 tahun dirawat di sebuah rumah sakit dengan keadaaan penyakit
kanker stadium lanjut. Kondisi orangtuanya kurang mampu, tetapi mereka ingin terapi
berlanjut. Dokter menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa kondisinya kurang baik dan
kemungkinan untuk sembuh sangat kecil walau diterapi dengan obat-obatan.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu agar mahasiswa kedokteran dapat mengerti dan
memahami Kaidah Dasar Bioetika (Beneficence, Non-maleficence, Auotonomy, dan Justice)
dengan tepat serta mampu menerapkannya secara maksimal apabila sudah terjun ke dunia
kerja yang sesungguhnya, sehingga dapat menentukan keputusan klinis dengan tepat sesuai
konteks pasien.

PEMBAHASAN
Definisi
Bioetika berasal dari bahasa Yunani, bios yang berati hidup dan ethos yang berarti
norma-norma atau nilai-nilai moral, yang secara harfiah berarti etika hidup. Dalam arti yang
lebih luas, bioetika adalah penerapan etika dalam ilmu-ilmu biologis, obat, pemeliharaan
kesehatan dan bidang-bidang terkait. Menurut F. Abel, bioetika merupakan studi
interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan
ilmu kedokteran pada skala mikro maupun makro, termasuk dampaknya terhadap masyarakat
luas serta sistem nilainya, masa kini dan masa mendatang.
Kaidah Dasar Bioetika
Kaidah Dasar Bioetika merupakan suatu standar dan panduan dasar yang penting
tentang bagaimana seorang dokter harus bersikap dan bertindak terhadap suatu persoalan atau
kasus yang dihadapi. Di dalam Kaidah Dasar Bioetika, terdapat empat prinsip dasar bioetik
yang harus diingat dan diperhatikan seorang dokter yang terjun di dalam dunia medis,
sehingga dapat menentukan keputusan klinis dengan tepat sesuai konteks pasien. Empat
prinsip bioetik tersebut yaitu beneficence, non-maleficence, auotonomy, dan justice.

Beneficence
Beneficence adalah prinsip dasar bioetik dimana seorang dokter harus berbuat baik

kepada pasien, melakukan suatu tindakan untuk kepentingan pasien, mengutamakan


altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain), dan
memandang pasien tidak hanya sejauh menguntungkan dokter. Dokter telah melakukan
kalkulasi dimana kebaikan pasien akan lebih banyak daripada kerugiannya.
Prinsip beneficence dapat diterapkan ketika kondisi atau konteks pasien merupakan
kondisi yang wajar dan berlaku pada banyak pasien lainnya, sehingga dokter akan melakukan
yang terbaik untuk kepentingan pasien.

Non-maleficence
Non-malficence adalah suatu prinsip dimana seorang dokter tidak melakukan suatu

tindakan yang dapat merugikan dan memperburuk pasien. Manfaat bagi pasien harus lebih
besar dari kerugian dokter. Kewajiban non-maleficence yaitu primum non nocere (pertama
jangan menyakiti).
Prinsip non-maleficence dapat diterapkan pada kasus-kasus yang bersifat gawat
darurat dimana diperlukan suatu intervensi medik dalam rangka penyelamatan nyawa pasien.

Autonomy
Dalam prinsip ini, seorang dokter wajib menghormati hak pasien untuk menentukan

nasibnya sendiri. Dokter menghargai martabat pasien dan tidak mengintervensi pasien dalam
membuat keputusan. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dibutuhkan pasien yang dewasa
dan berkompeten untuk menolak atau menyetujui tindakan medis yang akan diberikan.
Informed consent merupakan dasar yang sangat penting dalam prinsip autonomy.
Tindakan medis terhadap pasien harus mendapat persetujuan dari pasien setelah pasien
tersebut mendapat informasi yang jelas dari dokter dan benar-benar memahami tindakan
medis yang akan diambil, resiko, dan manfaat dari tindakan medis tersebut.

Justice
Treat similar cases in a similar way merupakan hal dasar dalam prinsip justice.

Justice atau keadilan adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan

perlakuan yang adil dan sama untuk semua pasiennya. Dalam prinsip ini, dokter
memberlakukan segala sesuatu secara universal, mengambil porsi terakhir, memberi
kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama, dilarang membedakan
pelayanan kepada pasien atas dasar SARA, tingkat ekonomi, status sosial, dll.
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
KODEKI merupakan pedoman bagi dokter Indonesia anggota IDI dalam
melaksanakan praktek kedokteran. Tertuang dalam SK PB IDI no 221/PB/A.4/04/2002
tanggal 19 April 2002 tentang penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Kode Etik
Kedokteran Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dalam Musyawarah Kerja Susila
Kedokteran Indonesia. Dan sebagai bahan rujukan yang dipergunakan pada saat itu adalah
Kode Etik Kedokteran Internadional yang telahdisempurnakan pada tahun 1968 melalui
Muktamar Ikatan Dokter Sedunia ke 22, yang kemudian disempurnakan lagi pada MuKerNas
IDI XIII, tahun 1983.
I. KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standard
profesi yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan
pasien.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan tehnik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.
Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiappraktek medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam
karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam
menangani pasien.
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahluk insani.

Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
II.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN


Pasal 10

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada
dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah
lainnya.
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

III.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT


Pasal 14

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.


Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
IV.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI


Pasal 16

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan.
Pembahasan Skenario
Skenario D
Seorang laki-laki berusia 10 tahun dirawat di sebuah rumah sakit. Pasien dirawat
dengan keadaan penyakit kanker stadium lanjut. Setelah dilakukan pembedahan, pasien
tersebut dirawat untuk pengobatan selanjutnya. Orangtuanya bukanlah orang kaya dan tak
mampu membeli obat-obatan kemoterapeutik yang mahal. Kondisi orangtuanya tidak bisa
diharapkan. Tetapi orangtuanya ingin terapi berlanjut. Dokter telah menjelaskan bahwa
kondisi anaknya tidak bisa ditingkatkan dan sangat sulit bagi mereka untuk membeli obatobatan mahal tersebut. Dokter tidak yakin apakah ia harus mengatakan pada mereka untuk
tidak usah membeli obat itu. Karena berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya pada
penyakit ini, beberapa pasien meninggal walaupun telah diterapi dengan kemoterapi. Tetapi
pada kasus yang jarang, mereka dapat juga sembuh. Pada kasus ini, kondisi pasien semakin
parah. Akhirnya dokter menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa kondisinya kurang baik
dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil walau diterapi dengan obat-obatan, tetapi dokter
tidak mengatakan kepada orang tua pasien untuk tidak membeli obat-obatan tersebut.

Prinsip bioetik yang terkandung dalam kasus ini, yaitu :


Justice
-

Memberlakukan segala sesuatu secara universal


Membagi porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
Menghargai hak pasien
Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, tingkat
ekonomi, dll.

PENUTUP
Kesimpulan
Dokter tersebut memberlakukan segala sesuatu secara universal, mengambil porsi
terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan, memberi kesempatan yang sama
terhadap pribadi dalam posisi yang sama, dan menghargai hak pasien serta tidak
membedakan status sosial. Jadi dokter tersebut melakukan tindakan sesuai dengan Kaidah
Dasar Bioetik, khususnya Justice. Dokter tersebut melakukan tindakan secara profesional dan
juga tidak melakukan hal-hal yang melanggar Kode Etik Kedokteran dan Sumpah Dokter.
Daftar Pustaka
1. Diunduh dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bioetika pada tanggal 25 September 2014
2. Diunduh
dari
http://yusufalamromadhon.blogspot.com/2007/11/kaidah-dasaretikabioetika-kedokteran.html pada tanggal 25 September 2014
3. Diunduh dari http://worldmeister.wordpress.com/2011/05/27/euthanasia-dan-bioetikakedokteran/ pada tanggal 26 September 2014
4. Diunduh dari http://bolehtahusemua.blogspot.com/2012/10/kaidah-kaidah-dasarbioetik.html pada tanggal 26 September 2014
5. Diunduh
dari
http://idicabangkotabaru.wordpress.com/kode-etik-kedokteranindonesia/ pada tanggal 28 September 2014

Anda mungkin juga menyukai