PRICCILLIA FAZHA
201532080
Seorang
olahragawan
memiliki
1 | Page
Latihan memiliki efek mendalam pada pertumbuhan otot, yang dapat terjadi hanya jika
sintesis protein otot melebihi pemecahan protein otot harus ada keseimbangan protein otot
positif. Perlawanan latihan meningkatkan keseimbangan protein otot, tetapi, dengan tidak
adanya asupan makanan, keseimbangan tetap negatif (katabolik). Respon metabolisme
protein otot untuk pertarungan latihan resistensi berlangsung selama 24-48 jam. Dengan
demikian, interaksi antara metabolisme protein dan setiap makanan yang dikonsumsi dalam
periode ini akan menentukan dampak dari diet pada hipertrofi otot. Ketersediaan asam amino
merupakan regulator penting dari metabolisme protein otot. Interaksi proses metabolisme
pasca latihan dan meningkatkan ketersediaan asam amino memaksimalkan stimulasi sintesis
protein otot dan hasil dalam anabolisme otot yang lebih besar daripada ketika asam amino
diet yang tidak ada. Hormon, terutama insulin dan testosteron, memiliki peran penting
sebagai regulator sintesis protein otot dan hipertrofi otot. Setelah latihan, insulin hanya
memiliki peran permisif pada sintesis protein otot, tapi tampaknya menghambat peningkatan
pemecahan protein otot.
APA PERAN ZAT GIZI PROTEIN PADA SEORANG ATLET?
Protein merupakan jenis zat gizi yang mempunyai fungsi penting sebagai bahan dasar bagi
pembentukan jaringan tubuh/bahan dasar untuk memperbaiki jaringan-jaringan tubuh yang
telah rusak. Protein juga akan mempunyai fungsi sebagai bahan pembentuk hormon dan
pembentuk enzim yang akan kemudian juga akan terlibat dalam berbagai proses metabolisme
tubuh. Protein tidak memiliki dampak besar terhadap energi, tetapi diet atlet harus cukup
protein yang diperlukan untuk penyembuhan dan pertumbuhan otot, jika kurang akan
merugikan kegiatan otot.
Pada olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) dengan durasi panjang sebagian kecil
asam amino dari protein juga akan digunakan sebagai sumber energi terutama saat simpanan
2 | Page
glikogen sudah semakin berkurang. Pengunaan protein sebagai sumber energi tubuh saat
berolahraga biasanya akan dicegah karena hal tersebut akan menganggu fungsi utamanya
sebagai bahan pembangun tubuh dan fungsinya untuk memperbaiki jaringan-jaringan tubuh
yang rusak. Dan dalam hubungannya dengan laju produksi energi di dalam tubuh, pemecahan
protein jika dibandingkan dengan pembakaran karbohidrat maupun lemak juga hanya akan
memberikan kontribusi yang relatif kecil. Dalam hal ini, protein berkontribusi sebesar 3-5%
dalam produksi energi tubuh dan dapat mengalami peningkatan melebihi 5% apabila
simpanan glikogen dan glukosa darah sudah semakin berkurang sehingga tidak lagi mampu
untuk mendukung kerja otot.
Peranan protein sendiri bagi atlet sangatlah penting, protein diperlukan untuk membesarkan
otot, mengatur keseimbangan asam basa tubuh, selain itu untuk olahraga yang berdurasi
lama, protein otot mudah dikonversi pada saat dibutuhkan. Pemberian protein yang cukup
tinggi dianjurkan terutama pada musim awal latihan, misalnya 1-2 bulan. Apalagi mengingat
keadaan gizi atlet sering belum memuaskan pada waktu masuk pusat latihan. Dalam waktu
permulaan ini memang banyak protein dibutuhkan selain untuk aktivitas enzim yang optimal
juga untuk membangun otot. Apalagi bagi mereka dengan olahraga yang memerlukan
pertumbuhan otot yang banyak, diperlukan keseimbangan nitrogen yang selalu positif, Asam
amino di otot akan diubah menjadi alanin kemudian diangkut dari otot yang aktif ke hati
untuk dideaminasi. Energi yang berasal dari siklus alanin-glukosa akan mensuplai 10%-15%
energi total yang diperlukan olahragawan atau 60% berasal dari glukosa hati.
Beberapa studi baru-baru ini menyatakan bahwa mengonsumsi asam amino esensial sebanyak
3-6 gram sebelum dan atau setelah latihan dapat merangsang pembentukan protein.
Mengkonsumsi asam amino esensial bersamaan dengan karbohidrat segera setelah latihan
ketahanan dapat meningkatkan adaptasi terhadap latihan pada pria non-atlet. Secara teoritis,
hal ini dijelaskan sebagai efek asam amino esensial yang dapat meningkatkan pembentukan
protein dan adaptasi terhadap latihan. Karena asam amino esensial juga mengandung BCAA
(branched chain amino acid) maka efek biologis yang disebabkan oleh asam amino esensial
terkait dengan fungsi BCAA. International Society of Sports Nutrition menyebutkan bahwa
BCAA merupakan kelompok asam amino yang dapat merangsang pembentukan protein,
membantu pembentukan glikogen kembali, mencegah kelelahan, dan menjaga fungsi
metabolisme aerobik. Sehingga pemberian asam amino esensial bersama dengan karbohidrat
dapat dikatakan aman dan efektif.
3 | Page
1.21.7
g/kg
BB/hari,
untuk
yang
membentuk/membesarkan
ingin
ototnya
seperti
yang
berlebihan
seperti
yang
5 | Page
Daftar Pustaka
Huriyati, M. H. (2007). GAYA HIDUP, STATUS GIZI DAN STAMINA ATLET. Berita
Kedokteran Masyarakat Vo. 23 No. 4 , 192 - 199.
Irawan, M. A. (2007). Polton Sports Science & Performance Lab. Retrieved Maret
Minggu, 2016, from www.pssplab.com:
http://andriarto.blog.uns.ac.id/files/2016/01/tmp_15815-49-Nutrisi-EnergiPerforma-Olahraga1207621602.pdf
Surbakti, S. (2010). ASUPAN BAHAN MAKANAN DAN GIZI BAGI ATLET RENANG.
Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 8 (2) , 108 - 122.
Tipton KD, W. R. (2001). Exercise, Protein Metabolism, and Muscle Growth . Int J
Sport Nutr Exerc Metab 11(1) , 109-32.
Toto Sudargo, R. A. (2012). PENGARUH SUPLEMENTASI KARBOHIDRAT, LEMAK,
DAN PROTEIN TERHADAP KADAR. Gizi Indon Vol 35 No. 1 , 10 - 21.
6 | Page