Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmiah AgrIBA No2 Edisi September Tahun 2014

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI


PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
Oleh :
Siska Alfiati
Dosen PNSD dpk STIPER Sriwigama Palembang
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menghitung tingkat penggunaan faktor produksi pada
usahatani padi. 2) Menghitung tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani
padi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yang
digunakan untuk menjangkau fakta yang terjadi di lapangan melalui kunjungan dan wawancara
langsung. Sampel yang disurvey adalah bagian dari populasi petani padi. Total petani contoh
sebanyak 75 orang, yang diambil dengan metode sampel acak tidak proporsional. Hasil dari
penelitian ini adalah: tingkat penggunaan faktor produksi benih, pupuk urea, pupuk phonska,
pupuk lain, tenaga kerja, dan pestisida berturut-turut adalah: 60,87 kg/ha/mt, 244,16 kg/ha/mt,
151,85 kg/ha/mt, 118,84 kg/ha/mt, 128,69 HOK, dan 2,26 lt/ha/mt. Penggunaan benih, pupuk
urea, dan pupuk phonska lebih besar dari dosis anjuran penyuluh pertanian. Faktor produksi
yang belum efisien penggunaannya adalah : benih, pupuk lain, dan tenaga kerja, faktor
produksi yang tidak efisien adalah pupuk urea dan pupuk phonska, sedangkan pestisida sudah
efisien penggunannya.
Kata kunci: tingkat penggunaan faktor produksi, efisiensi

I.

.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laju pertumbuhan padi yang belum
stabil, apabila ditelaah lebih lanjut ternyata
disebabkan oleh masih tergantungnya
sumber pertumbuhan produksi yang berasal
dari peningkatan produktivitas, sementara
luas panen padi cenderung turun. Luas
panen padi tumbuh negatif sebesar 1,06
persen per tahun selama kurun waktu 20002003. Penurunan pertumbuhan luas panen
diduga disebabkan oleh adanya konversi
lahan sawah ke penggunaan non pertanian,
serangan hama penyakit, banjir dan
kekeringan serta adanya respon petani
terhadap perubahan rasio harga padi

terhadap komoditas pangan lainnya yang


lebih menguntungkan, pembangunan dan
rehabilitasi irigasi yang semakin lambat
akibat terbatasnya anggaran pembangunan
pemerintah (Syafaat et al, 2004).
Secara nasional, kebutuhan untuk
memenuhi konsumsi beras di Indonesia
setiap tahun selalu meningkat, sejalan
dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Dipihak lain, kemampuan penyediaannya
tumbuh lebih rendah daripada pertumbuhan
permintaannya.
Untuk
mengurangi
kesenjangan ini, diperlukan berbagai upaya
yang mampu meningkatkan produktivitas
usahatani padi dalam negeri, antara lain
dengan cara melaksanakan program
intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian.
157
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014

Menurut Suryadi dan Hapsari


(2002), program intensifikasi pertanian
dilakukan dengan pengolahan lahan padi
secara intensif, seperti penggunaan varietas
unggul, pengenalan teknologi baru, dan
penggunaan faktor-faktor produksi yang
efisien. Program ekstensifikasi pertanian
dilakukan dengan cara memperluas areal
tanam padi dengan tujuan meningkatkan
produksi padi. Tantangan utama dari
program
peningkatan
produktivitas/intensifikasi dan produksi
padi/ekstensifikasi
adalah
bagaimana
membuat usahatani padi lebih efisien
sehingga memiliki daya saing dan mampu
sebagai sumber pendapatan yang layak
serta berkelanjutan.

2.

Selanjutnya
Irawan
(2004)
mengemukakan bahwa secara agronomis
peningkatan produktivitas padi dapat terjadi
akibat dua faktor yaitu : (1) meningkatnya
penggunaan varietas padi yang berdaya
produksi lebih tinggi, dan (2) meningkatnya
mutu usahatani yang dilakukan petani
seperti cara pengolahan tanah, cara
penanaman,
cara
pemupukan
dan
sebagainya.

Model pendekatan yang digunakan


dalam penelitian ini adalah model
pendekatan diagramatik sebagai berikut:

Bagaimana
tingkat
efisiensi
penggunaan faktor produksi pada
usahatani padi?

C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas,
tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Menghitung tingkat penggunaan faktor
produksi pada usahatani padi.
2. Menghitung
tingkat
efisiensi
penggunaan faktor produksi pada
usahatani padi
II. KERANGKA PEMIKIRAN
A. Model Pendekatan

Usahatani Padi

Penggunaan Faktor
Produksi

Sumatera
Selatan
merupakan
provinsi penghasil padi terbesar keenam
nasional dan terbesar kedua di Sumatera.
Daerah yang memproduksi padi Sumatera
Selatan tersebar di semua kabupaten/kota
dengan tiga daerah penghasil terbesar yaitu
Kabupaten Banyuasin, OKI, dan OKUT.

Harga benih
Harga pupuk
Harga
pestisida
Upah tenaga
kerja
Luas Lahan

Produksi Padi

Harga Beras

Penerimaan

Biaya Produksi

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini
adalah :
1.

Pendapatan
Usahatani Padi

Bagaimana tingkat penggunaan faktor


produksi pada usahatani padi? Apakah
sudah sesuai dengan dosis anjuran?

Efisiensi
Pengguna
an
Faktor

Gambar 1. Model Pendekatan secara


Diagramatik
158
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014

B. Hipotesis
Hartini (2006), dalam penelitiannya
di Kecamatan Kota Agung Kabupaten
Lahat menyatakan bahwa faktor produksi
yang belum efisien penggunaannya dalam
kegiatan usahatani padi sawah yaitu luas
lahan, pupuk urea dan SP 36 sedangkan
penggunaan pestisida tidak efisien. Syafitri
(2006), dalam penelitiannya di OKU Timur
menyatakan
bahwa
nilai
elastisitas
permintaan pupuk terhadap harga pupuk
pada sawah tadah hujan adalah 0,979 yang
elastisitas permintaannya inelastis.
Berdasarkan uraian ini maka dapat
diajukan beberapa hipotesis, yaitu :
1. Tingkat penggunaan faktor produksi
tidak sesuai dengan dosis anjuran
2. Secara ekonomis efisiensi penggunaan
faktor produksi dalam usahatani padi
belum optimal.
III. Metodologi Penelitian
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Tebing Suluh dan Bumi Agung Kecamatan
Lempuing, serta Desa Lubuk Seberuk
Kecamatan Lempuing Jaya Kabupaten
Ogan Komering Ilir. Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja (Purposive)
dengan
pertimbangan
bahwa
dua
kecamatan tersebut merupakan daerah
penghasil padi terbesar di Kabupaten Ogan
Komering Ilir, dan ketiga desa tersebut
termasuk daerah penghasil padi terbesar di
Kecamatan Lempuing dan Lempuing Jaya.

yang terjadi di lapangan melalui kunjungan


dan wawancara langsung. Sampel yang
disurvey adalah bagian dari populasi petani
padi.
C. Metode Pengumpulan Data dan
Penarikan Contoh
Data yang dikumpulkan pada
penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer didapat melalui
observasi dan wawancara langsung dengan
petani contoh di lapangan berdasarkan
tuntunan daftar pertanyaan yang diajukan.
Data sekunder merupakan data-data
yang mendukung penelitian yang akan
melengkapi data primer. Data sekunder ini
diperoleh dari berbagai dinas atau instansi.
Metode penarikan contoh petani
yaitu disproportioned random sampling
atau metode penarikan contoh acak tak
berimbang terhadap 2993 anggota populasi
petani padi. Jumlah sampel yang diambil
adalah sebanyak 75 orang sampel.
D. Metode Pengolahan dan Analisis
Data
Data yang diperoleh dari lapangan
disajikan secara tabulasi dan dianalisa
secara deskriptif. Untuk menjawab rumusan
masalah yang pertama yaitu apakah tingkat
penggunaan faktor produksi sudah sesuai
dengan dosis anjuran, akan dianalisis
dengan uji Z, dengan hipotesis sebagai
berikut :

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode survey
yang digunakan untuk menjangkau fakta
159
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014

H0 :

= (tingkat penggunaan factor


produksi sesuai dengan dosis
anjuran)

H1

Untuk mengetahui tingkat efisiensi


penggunaan faktor produksi dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
NPMxi

(tingkat penggunaan sarana

produksi tidak sama dengan


dosis anjuran)

= i

= Pxi

Dengan ketentuan :
NPMxi : i

= Pxi,

Z =
artinya penggunaan faktor produksi efisien.
Keterangan :
= rata-rata penggunaan faktor produksi
= dosis faktor produksi yang dianjurkan
Rumusan masalah yang kedua yaitu
menganalisis efisiensi produksi maka
terlebih dahulu dilakukan analisis faktor
produksi yang mengikuti model fungsi
produksi Cobb-Douglas. Bentuk matematis
fungsi produksi padi dinyatakan sebagai
berikut :

NPMxi : i

< Pxi,

artinya penggunaan faktor produksi tidak


efisien sehingga jumlahnya perlu dikurangi.
NPMxi : i

> Pxi,

artinya penggunaan faktor produksi belum


efisien sehingga jumlahnya perlu ditambah.
Sehingga hipotesisnya adalah :

Ln Y = ln A + 1 ln X1 + 2 ln X2+
3 ln X3+ 4 ln X4 + 5 ln X5
+ 6 ln X6 + 7 ln X7
Keterangan :
Y = produksi beras (kg)
X1 = jumlah benih (kg)
X2 = jumlah pupuk urea (kg)
X3 = jumlah pupuk phonska (kg)
X4 = jumlah pupuk lain (kg)
X5 = curahan tenaga kerja (HOK)
X6 = jumlah pestisida (liter)
X7 = luas lahan (ha)

H0 : k = 1
H1 : k 1
dimana k = indeks efisiensi (NPMxi/Pxi)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Tingkat Penggunaan Benih dan
Perbandingannya dengan Dosis
Anjuran
Benih yang digunakan oleh petani
contoh adalah varietas Ciherang, Ciliwung,
dan sebagian kecil menggunakan IR42.
Rata-rata tingkat penggunaan benih, harga
rata-rata pada petani, dan dosis anjuran
dapat dilihat dalam Tabel 1.
160
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014

Tabel 1. Tingkat Penggunaan, Harga, dan


Dosis Anjuran Penggunaan Benih
No.
1.
2.

Keterangan

Rata-rata

Tingkat
Penggunaan
(kg/ha)
Harga (Rp/kg)

60,87
6.242,00

Tabel 2. Tingkat Penggunaan, Harga, dan


Dosis Anjuran Penggunaan Pupuk
Urea

Dosis
Anjuran
40

No.
1.
2.

Keterangan
Tingkat
Penggunaan
(kg/ha)

Rata-rata
244,16

Dosis
Anjuran
200

1.317,33

Harga (Rp/kg)

Berdasarkan tabel di atas, terlihat


bahwa rata-rata tingkat penggunaan benih
adalah sebesar 60,87 kg/ha dengan harga
Rp 6.242,00/kg, yang berbeda nyata dengan
dosis penggunaan yang dianjurkan yaitu
sebesar 40 kg/ha. Hal ini dapat dilihat dari
hasil uji statistik t satu sampel. Nilai t
hitung adalah 10,52 dan signifikan pada =
0,01, maka kesimpulannya adalah tolak
hipotesis nol. Hal tersebut berarti rata-rata
penggunaan benih oleh petani lebih besar
dibandingkan dengan dosis yang dianjurkan
oleh penyuluh pertanian yaitu 40 kg/ha.
Perbedaan tingkat penggunaan benih oleh
petani antara lain disebabkan oleh
perbedaan varietas, kualitas, dan harga
benih yang digunakan.
2. Tingkat Penggunaan Pupuk Urea
dan Perbandingannya dengan Dosis
Anjuran
Pupuk urea digunakan oleh semua
petani padi di daerah penelitian, akan tetapi
dengan tingkat penggunaan dan harga yang
cukup
bervariasi.
Rata-rata
tingkat
penggunaan, harga rata-rata, dan dosis
anjuran pupuk urea dapat dilihat pada
Tabel.2.

Berdasarkan tabel di atas, terlihat


bahwa rata-rata tingkat penggunaan pupuk
urea adalah sebesar 244,16 kg/ha dengan
harga Rp 1.317,33/kg, yang berbeda nyata
dengan dosis penggunaan yang dianjurkan
yaitu sebesar 200 kg/ha. Hal ini dapat
dilihat dari hasil uji statistik t satu sampel.
Nilai t hitung adalah 3,70 dan signifikan
pada = 0,01, maka kesimpulannya adalah
tolak hipotesis nol. Hal tersebut berarti ratarata penggunaan pupuk urea oleh petani
lebih besar dibandingkan dengan dosis yang
dianjurkan oleh penyuluh pertanian yaitu
200 kg/ha.
3. Tingkat Penggunaan Pupuk Phonska
dan Perbandingannya dengan Dosis
Anjuran
Berbeda halnya dengan pupuk urea
yang digunakan oleh semua petani, pupuk
Phonska tidak digunakan oleh semua
petani. Beberapa petani sampel tidak
menggunakan pupuk Phonska melainkan
menggantinya dengan pupuk lain. Pupuk
Phonska digunakan petani pada tingkat
penggunaan dan harga beli yang cukup
bervariasi. Rata-rata tingkat penggunaan,
harga rata-rata, dan dosis anjuran pupuk
Phonska dapat dilihat pada Tabel 3.

161
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014

Tabel 3. Tingkat Penggunaan, Harga, dan


Dosis Anjuran Penggunaan Pupuk
Phonska
No.
1.
2.

Keterangan

Rata-rata

Tingkat
Penggunaan
(kg/ha)
Harga (Rp/kg)

151,85
2.144,00

Dosis
Anjuran
100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat


bahwa rata-rata tingkat penggunaan pupuk
urea adalah sebesar 151,85 kg/ha dengan
harga Rp 2.144,00/kg, yang berbeda nyata
dengan dosis penggunaan yang dianjurkan
yaitu sebesar 100 kg/ha. Hal ini dapat
dilihat dari hasil uji statistik t satu sampel.
Nilai t hitung adalah 3,60 dan signifikan
pada = 0,01, maka kesimpulannya adalah
tolak hipotesis nol. Hal tersebut berarti ratarata penggunaan pupuk phonska oleh petani
lebih besar dibandingkan dengan dosis yang
dianjurkan oleh penyuluh pertanian yaitu
100 kg/ha.
4. Tingkat Penggunaan Pupuk Lain dan
Perbandingannya
dengan
Dosis
Anjuran
Selain pupuk Urea dan Phonska
sebagian petani juga menggunakan
beberapa pupuk lain seperti pupuk organik,
KCl, SP38, dan SP18. Rata-rata tingkat
penggunaan, harga rata-rata, dan dosis
anjuran pupuk lain tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.

Berdasarkan tabel di atas, terlihat


bahwa rata-rata tingkat penggunaan pupuk
urea adalah sebesar 118,84 kg/ha dengan
harga Rp 1.041,92/kg, yang berbeda nyata
dengan dosis penggunaan yang dianjurkan
yaitu sebesar 300 kg/ha. Hal ini dapat
dilihat dari hasil uji statistik t satu sampel.
Nilai t hitung adalah -11,76 dan signifikan
pada = 0,01, maka kesimpulannya adalah
tolak hipotesis nol. Hal tersebut berarti ratarata penggunaan pupuk urea oleh petani
lebih besar dibandingkan dengan dosis yang
dianjurkan oleh penyuluh pertanian yaitu
300 kg/ha.
5. Tingkat Penggunaan dan Biaya
Pestisida
Golongan pestisida yang digunakan
petani adalah herbisida, insektisida,
fungisida dan bakterisida. Herbisida yang
digunakan antara lain bermerek DMA,
Lindomin, Billy, dan Round Up. Insektisida
bermerek Decis, Bay Carb, dan Deasitrin.
Sedangkan fungisida dan bakterisida yang
digunakan antara lain bermerek Folicur,
Score, Sprint, dan Puanmur. Rata-rata
tingkat penggunaan, harga, dan biaya
pestisida dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat Penggunaan dan Biaya
Pestisida
No.

Keterangan

1.
2.
3.

Herbisida
Insektisida
Fungisida
&
Bakterisida
Total

Tabel 4. Tingkat Penggunaan, Harga, dan


Dosis Anjuran Penggunaan Pupuk
Lain
No.
1.
2.

Keterangan

Rata-rata

Tingkat
Penggunaan
(kg/ha)
Harga (Rp/kg)

118,84
1.041,92

Dosis
Anjuran
300

Rata-rata
Penggunaan
(lt/ha/mt)
1,05
0,83
0,39

Harga
(Rp/lt)

Biaya
(Rp/ha/mt)

73.615,26
87.479,39

78.677,84
71.258,76
104.694,32

287.449,92
254.630,92

Pestisida yang digunakan petani


cukup beragam jenis dan harganya. Jenis
dan dosis pestisida yang digunakan sangat
tergantung dari tingkat serangan hama,
penyakit, dan juga keadaan lahan.
Sedangkan harga pestisida yang diperoleh
162
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014

petani tergantung pada merek dan kualitas


pestisida yang digunakan.

(Rp.30.000,00/hari) dan ikatan (Rp 300/ikat


bibit).

Tidak ada dosis anjuran secara


spesifik untuk penggunaan pestisida per
hektar garapan karena sangat tergantung
pada keadaan di lahan. Penggunaan
herbisida misalnya, sangat tergantung pada
keadaan gulma di lahan. Penggunaan
insektisida, bakterisida, dan fungisida
sangat tergantung pada tingkat serangan
hama (serangga), bakteri, dan jamur.

Biaya penanaman dengan sistem


borongan di Desa Tebing Suluh dan Bumi
Agung berkisar antara Rp 700.000,00 RP
800.000,00 per hektar. Sedangkan di Desa
Lubuk Seberuk berkisar antara Rp
600.000,00 Rp 700.000,00 per hektar.
Cara yang ketiga adalah dengan upah
harian, yaitu sebesar Rp 30.000,00/HOK.
Sistem ini biasanya diterapkan pada saat
pencabutan bibit dan penanaman.

6. Tingkat Penggunaan Tenaga Kerja


dan Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan petani
dalam mengusahakan padi sawah terdiri
atas tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja
non keluarga. Pembayaran upah tenaga
kerja di tiga desa lokasi penelitian ini
dilakukan melalui tiga cara yaitu dengan
sistem bawon, sistem borongan, dan dengan
upah harian.
Cara yang pertama adalah sistem
bawon. Sistem bawon berarti bagi hasil
dengan perbandingan 1 : 7, artinya pekerja
mendapat upah satu karung untuk setiap
tujuh karung gabah basah yang dihasilkan.
Sistem ini diterapkan pada saat pemanenan.
Cara yang kedua adalah dengan
sistem borongan. Sistem borongan biasanya
diterapkan
pada
saat
pembajakan/pengolahan tanah, pencabutan
bibit dari lokasi semai, dan penanaman. Di
Desa Tebing Suluh dan Bumi Agung biaya
pembajakan tanah berkisar Rp 600.000,00
Rp 800.000,00 per hektar, sedangkan di
Desa Lubuk Seberuk Rp 600.000,00 per
hektar. Biaya pencabutan bibit berkisar Rp
300.000,00 Rp 500.000,00 untuk
penanaman satu hektar. Selain sistem
borongan, upah pencabutan bibit juga
dilakukan
dengan
sistem
harian

7. Pendapatan Usahatani Padi


a. Produksi dan Penerimaan
Produksi dan harga jual yang
diterima petani cukup bervariasi antar
petani. Harga jual berkisar antara Rp
4.200,00 Rp 4.800,00 per kg. Perbedaan
harga jual tersebut tergantung pada waktu
dan tempat jual serta kualitas produk yang
dihasilkan. Sebagian besar petani menjual
produknya pada pabrik penggilingan pada
musim panen saat terjadi over supply.
Sebagian kecil petani menyimpan GKG
untuk kemudian baru menjualnya pada saat
harga meningkat. Produksi dan harga jual
petani dapat dilihat pada Tabel 7.
b. Biaya Produksi
Biaya produksi terdiri dari biaya
variabel, biaya tetap, serta biaya giling.
Biaya variabel terdiri dari biaya untuk
membeli input variabel seperti : benih,
pupuk, pestisida, dan biaya tenaga kerja.
Biaya tetap terdiri biaya penyusutan alat.
Biaya produksi total ditampilkan pada
Tabel 6 berikut.

163
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014

Tabel 6. Biaya Produksi Total


No.
1.

2.
3.

Komponen
Biaya Variabel :
- Benih
- Pupuk
- Pestisida
- Tenaga Kerja
Biaya Tetap :
- Penyusutan Alat
Biaya Giling
Biaya Produksi Total

Biaya (Rp/ha/mt)
375.007,44
936.215,10
254.630,92
3.442.685,54
72.480,07
1.434.521,48
6.515.540,55

diestimasi. Persamaan yang digunakan


dalam penelitian ini adalah fungsi Cobb
Douglas yang dimodifikasi menjadi bentuk
logaritma natural, kemudian dari model
diduga melalui analisis regresi dari metode
jumlah kuadrat terkecil biasa (Ordinary
Least Square) dengan menggunakan data
primer cross section. Penghitungan model
penduga dilakukan dengan bantuan alat
analisis program komputer SPSS version
16.00.

c. Pendapatan
Pendapatan usahatani padi adalah
selisih antara besarnya penerimaan dengan
biaya produksi yang dikeluarkan dalam
usahatani tersebut. Produksi, penerimaan,
dan pendapatan usahatani padi dapat dilihat
pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Rata-rata Produksi, Penerimaan,
dan Pendapatan Usahatani Padi
No.

Komponen

1.
2.
3.
4.
5.

Produksi Beras
Harga Jual
Penerimaan
Biaya Produksi
Total
Pendapatan

Rata-rata (per hektar


per mt)
3.161,20
4.540,67
14.345.214,80
6.515.540,55
7.829.674,25

Hasil pendugaan melalui analisis


regresi terhadap hubungan antara produksi
usahatani padi sebagai variabel terikat dan
faktor produksi yaitu benih, pupuk urea,
pupuk phonska, pupuk-pupuk lain, tenaga
kerja, pestisida, dan luas lahan sebagai
variabel bebas diperoleh nilai koefisien
determinasi (R2) 0,877. Artinya bahwa
secara umum 87,7% variasi naik atau
turunnya produksi padi dapat dijelaskan
oleh variabel bebas yaitu benih, pupuk urea,
pupuk phonska, pupuk-pupuk lain, tenaga
kerja, pestisida, dan luas lahan, sementara
sisanya 12,3% variasi produksi tersebut
oleh variabel lain yang tidak diteliti. Untuk
melihat lebih ringkas mengenai hasil
pendugaan melalui analisis regresi terhadap
model produksi tipe Cobb Douglas pada
usahatani padi dapat dilihat pada Tabel 8.

8. Tingkat Efisiensi Penggunaan Faktor


Produksi pada Usahatani Padi
a. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi
Cobb Douglas
Produksi padi dipengaruhi oleh
beberapa faktor produksi seperti benih,
pupuk urea, pupuk phonska, pupuk-pupuk
lain, tenaga kerja, pestisida, dan luas lahan.
Analisis penggunaan faktor produksi
dilakukan dengan menggunakan estimasi
fungsi produksi secara parsial dengan
melihat pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat untuk fungsi produksi yang
164
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014

Tabel 8. Hasil Dugaan Koefisien Regresi


Produksi Padi Cobb Douglas
Usahatani Padi
No.

Variabel Bebas

Koefisien Regresi

Standar Eror

t Hitung

Ket.

1.

Konstanta

3,918

0,658

5,951

2.

Benih (X1)

0,053

0,059

0,899

3.

Urea (X2)

-0,125

0,075

-1,666

4.

Phonska (X3)

-0,048

0,042

-1,142

5.

Pupuk Lain (X4)

0,153

0,036

4,258

6.

Tenaga Kerja (X5)

0,829

0,080

10,318

7.

Pestisida (X6)

0,020

0,045

0,431

8.

Luas Lahan (X7)

-0,094

0,041

-2,302

= 0,877

F hitung = 20,339
F0,05 = 2,147
F0,01 = 2,914
Keterangan
:
A
: nyata pada taraf = 0,01
B
: nyata pada taraf = 0,05
C
: nyata pada taraf = 0,15
D
: nyata pada taraf = 0,30

Hasil analisis regresi menyatakan


bahwa nilai F statistik (F hitung) adalah
20,339. Hal ini menyatakan bahwa F hitung
lebih besar dari nilai kritis (F tabel)
sehingga hipotesis alternatif (H1) diterima
dan menolak H0. Diterimanya H1
menunjukkan bahwa secara simultan
(bersama-sama) variabel bebas berpengaruh
nyata terhadap variabel terikat pada taraf
= 1%. Berdasarkan hasil uji statistik t dapat
ditunjukkan bahwa secara parsial variabel
pupuk urea, pupuk phonska, pupuk lain,
tenaga kerja, dan luas lahan berpengaruh
nyata terhadap variabel produksi usahatani
padi. Sedangkan benih dan pestisida tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel
produksi usahatani padi.

Tidak terjadi autokorelasi pada


fungsi produksi usahatani padi bila
didasarkan pada deteksi autokorelasi
dengan menggunakan tabel Durbin Watson
pada taraf uji 1 persen sebagai berikut :
du
<
d
<
4 du
1,68 <
1,73 <
4 1,68
Terpenuhinya kriteria di atas membuktikan
tidak terjadi autokorelasi pada persamaan
fungsi produksi pada usahatani padi.
Multikolinearitas juga tidak terjadi
pada fungsi produksi usahatani padi. Ini
bila dideteksi berdasarkan nilai koefisien
determinasi (R2) yang tinggi yaitu 87,7%
dan sebagian besar variabel (pupuk urea,
pupuk phonska, pupuk lain, tenaga kerja,
dan luas lahan) berpengaruh nyata terhadap
fungsi produksi, dan hanya variabel benih
165
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014

Untuk
mengetahui
efisiensi
penggunaan faktor produksi dapat dilihat
dari nilai perbandingan antara Nilai Produk
Marginal dengan Biaya Marginal. Hasil
perhitungan rasio Nilai Produk Marginal
terhadap biaya korbanan marginal usahatani
padi untuk masing-masing variabel
disajikan pada Tabel 9 berikut.

dan pestisida yang tidak berpengaruh nyata


terhadap fungsi produksi.
Berdasarkan
nilai korelasi antar variabel penjelas juga
tidak tampak adanya nilai korelasi variabel
penjelas yang signifikan pada persamaan
fungsi produksi usahatani padi.
b. Tingkat Efisiensi Penggunaan Faktor
Produksi
Tabel 9. Indeks Efisiensi Penggunaan
Faktor Produksi pada Usahatani
Padi
No.

Faktor
Produksi

1.
2.
3.
4.
5.

Benih
Urea
Phonska
Pupuk Lain
Tenaga
Kerja
Pestisida

6.

Harga Faktor
Produksi (Px)
6.242,00
1.317,33
2.144,00
1.041,92
30.000,00

Nilai Produk
Marjinal
(NPM)
12.498,11
-7.348,65
-4.159,20
18.479,95
103.689,77

118.227,19

127.026,25

Pada analisis efisiensi penggunaan


faktor produksi dilakukan perhitungan
NPM dan biaya korbanan marjinal. Hasil
analisis penggunaan faktor produksi ini
menggunakan nilai rata-rata hitung.
Analisis model regresi terhadap hubungan
tingkat produksi usahatani padi dengan
penggunaan
input
produksi
yang
direpresentasikan dengan model fungsi
produksi bertipe Cobb Douglas. Dari hasil
analisis regresi tersebut diperoleh suatu
model persamaan penduga tipe Cobb
Douglas dari hubungan output input pada
usahatani padi adalah sebagai berikut :
Ln Y = 3,918 + 0,053 Ln X1 0,125 Ln
X2 0,048 Ln X3 + 0,153 Ln
X4 + 0,829 Ln X5 + 0,020 Ln
X6 0,094 Ln X7

Indeks
Efisiensi
(NPM/Pxi)
2,00
-5,58
-1,94
17,74
3,46
1,07

a.

Kesimp.

Keterangan

K>1
K<1
K< 1
K>1
K>1

B. Efisien
T. Efisien
T. Efisien
B. Efisien
B. Efisien

K=1

Efisien

Efisiensi Penggunaan Benih

Hasil perhitungan menunjukkan


bahwa indeks efisiensi (rasio NPM dan Px)
penggunaan variabel benih pada usahatani
padi adalah 2,00 (K>1). Dengan demikian
penggunaan benih padi sebesar 60,87
kg/ha/mt belum efisien, sehingga dalam hal
ini perlu dilakukan penambahan benih agar
dapat menambah jumlah produksi padi. Hal
ini menunjukkan bahwa penambahan
jumlah
penggunaan
benih
akan
memberikan tambahan produksi yang lebih
besar dibandingkan dengan tambahan yang
dikeluarkan untuk penambahan satu satuan
benih tersebut.

166
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014

b.

Efisiensi Penggunaan Pupuk Urea

Berdasarkan angka indeks efisiensi


dari Tabel 9, penggunaan faktor produksi
pupuk Urea adalah sebesar -5,58 (K<1).
Dengan demikian penggunaan pupuk Urea
sebesar 244,16 kg/ha/mt tidak efisien,
sehingga dalam hal ini perlu dilakukan
pengurangan penggunaan pupuk Urea agar
dapat menambah jumlah produksi padi. Hal
ini menunjukkan bahwa penambahan
jumlah penggunaan pupuk Urea akan
memberikan tambahan produksi yang lebih
kecil dibandingkan dengan tambahan biaya
yang dikeluarkan untuk penambahan satu
satuan benih tersebut.
c.

Efisiensi Penggunaan Pupuk Phonska

Berdasarkan angka indeks efisiensi


dari Tabel 9, penggunaan faktor produksi
pupuk Urea adalah sebesar -1,94 (K<1).
Dengan demikian penggunaan pupuk
Phonska sebesar 151,85 kg/ha/mt tidak
efisien, sehingga dalam hal ini perlu
dilakukan pengurangan penggunaan pupuk
Phonska agar dapat menambah jumlah
produksi padi. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan jumlah penggunaan pupuk
Phonska akan memberikan tambahan
produksi yang lebih kecil dibandingkan
dengan tambahan biaya yang dikeluarkan
untuk penambahan satu satuan benih
tersebut.
d.

Efisiensi Penggunaan Pupuk Lain

Hasil perhitungan menunjukkan


bahwa indeks efisiensi
penggunaan
variabel pupuk lain pada usahatani padi
adalah 17,74 (K>1). Dengan demikian
penggunaan pupuk lain sebesar 118,84
kg/ha/mt belum efisien, sehingga dalam hal
ini perlu dilakukan penambahan pupuk lain
agar dapat menambah jumlah produksi
padi. Hal ini menunjukkan bahwa

penambahan jumlah penggunaan pupuk lain


akan memberikan tambahan produksi yang
lebih besar dibandingkan dengan tambahan
yang dikeluarkan untuk penambahan satu
satuan pupuk lain tersebut.
e.

Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja

Hasil perhitungan menunjukkan


bahwa indeks efisiensi
penggunaan
variabel tenaga kerja pada usahatani padi
adalah 3,46 (K>1). Dengan demikian
penggunaan tenaga kerja sebesar 114,76
HOK/ha/mt belum efisien, sehingga dalam
hal ini perlu dilakukan penambahan tenaga
kerja agar dapat menambah jumlah
produksi padi. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan jumlah penggunaan tenaga
kerja akan memberikan tambahan produksi
yang lebih besar dibandingkan dengan
tambahan
yang
dikeluarkan
untuk
penambahan satu satuan tenaga kerja
tersebut.
f. Efisiensi Penggunaan Pestisida
Berdasarkan Tabel 9, diketahui
angka indeks efisiensi penggunaan faktor
produksi pestisida adalah sebesar 1,07
(K=1). Hal ini berarti penggunaan variabel
pestisida pada usahatani padi telah efisien
dalam penggunaannya yaitu sebesar 2,26
lt/ha/mt, sehingga dalam hal ini tidak perlu
dilakukan
penambahan
maupun
pengurangan pestisida. Ini menunjukkan
bahwa nilai produk marjinal variabel
pestisida relatif sama dengan biaya
marjinalnya. Pada kondisi ini, unit terakhir
penggunaan
pestisida
memberikan
tambahan penerimaan usahatani yang sama
besar dengan tambahan biaya produksi,
dimana pada titik ini keuntungan
maksimum sudah tercapai.

167
ISSN : 2303 - 1158

Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1.

2.

1.

2.

3.

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang
telah
dilakukan
dapat
diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Tingkat penggunaan faktor produksi di
Kabupaten Ogan Komering Ilir yaitu
benih, pupuk urea, pupuk phonska,
pupuk lain, tenaga kerja, dan pestisida
berturut-turut adalah: 60,87 kg/ha/mt,
244,16 kg/ha/mt, 151,85 kg/ha/mt,
118,84 kg/ha/mt, 128,69 HOK, dan
2,26 lt/ha/mt. Penggunaan benih,
pupuk urea, dan pupuk phonska lebih
besar dari dosis anjuran penyuluh
pertanian.
Faktor produksi yang belum efisien
penggunaannya adalah : benih, pupuk
lain, dan tenaga kerja, faktor produksi
yang tidak efisien adalah pupuk urea
dan pupuk phonska, sedangkan
pestisida sudah efisien penggunannya.
B. Saran
Saran yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
Untuk
meningkatkan
efisiensi
penggunaan faktor produksi, sebaiknya
petani menggunakan faktor produksi
sesuai dengan dosis yang dianjurkan,
terutama dalam penggunaan pupuk
yang juga harus disesuaikan dengan
ketersediaan unsur hara di tanah dan
kebutuhan unsur hara tanaman.
Peranan pemerintah sangat diharapkan
dalam meningkatkan produksi padi
dengan menyediakan sarana dan
prasarana yang cukup.
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan
agar dapat menganalisis permintaan
faktor produksi pada dua musim tanam
yang berbeda untuk dapat melihat
pengaruh apabila terjadi perubahan
harga faktor-faktor produksi dan harga
produksi.

DAFTAR PUSTAKA

Hartini, I.
2006.
Tingkat Efisiensi
Penggunaan Faktor Produksi dan
Kontribusi Pendapatan Usahatani Padi
Sawah Irigasi Sederhana terhadap
Pendapatan Petani di Kecamatan Kota
Agung Kabupaten Lahat. Tesis S2.
Program Pascasarjana Universitas
Sriwijaya. (tidak dipublikasikan).
Irawan, B. 2004. Produktivitas Potensial
dan Mutu Usahatani Padi Sawah di
Jawa
:
Kecenderungan
dan
Konsekuensinya terhadap Upaya
Peningkatan
Produksi
Padi.
ICASERD Working Paper No. 31.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sosial
Ekonomi
Pertanian.
Departemen Pertanian.
Suryadi., & T.D. Hapsari. 2002. Kebijakan
Produksi Padi pada DaerahSentra
Produksi di Indonesia.
Jurnal
Agribisnis, Volume VI Nomor 1:
hal 25-39.
Syafaat, N., S. Priyanto, S. Mardiyanto &
Suryadi.
2004.
Kinerja Nilai
Tambah dan Produksi Sektor
Pertanian
2000-2003.
Jurnal
Analisis Kebijakan Pertanian. 2(1) :
1-5.
Syafitri, K.
2006.
Analisis Respon
Permintaan Pupuk pada Usahatani
Padi Sawah Irigasi Teknis dan
Tadah Hujan setelah Kenaikan
Harga Pupuk di Desa Triyoso Ogan
Komering Ulu Timur. Skripsi S1.
Universitas Sriwijaya.
(tidak
dipublikasikan).

168
ISSN : 2303 - 1158

Anda mungkin juga menyukai