Pegadaian syariah sebagai lembaga keuangan alternatif bagi masyarakat guna
menetapkan pilihan dalam pembiayaan Salah satu bentuk muammalah yang mudah dipraktekkan dalam pegadaian syariah adalah rahn, dalam Fiqh muammalah, perjanjian gadai disebut rahn. Rahn secara bahasa adalah tetap, kekal, dan jaminan; sedangkan dalam pengertian istilah adalah menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai secara hak, dan dapat diambil kembali sejumlah harta yang dimaksud sesudah ditebus. Pembahasan dalam penelitian ini adalah Pertama, Prinsip gadai syariah (rahn) berdasarkan Hukum Islam, Kedua, pelaksanaan prinsip gadai syariah (rahn) pada pegadaian syariah di Lhokseumawe, Ketiga, penyelesaian sengketa gadai (rahn) pada pegadaian syariah di Lhokseumawe. Dalam penelitian ini dipergunakan metode penelitian deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah prinsip gadai syariah (rahn) berdasarkan Hukum Islam yang diberlakukan pada produk gadai syariah di Pegadaian adalah; Tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, Menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan, dan Melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa sebagai penerimaan labanya, yang dengan pengenaan bagi hasil dan biaya jasa tersebut menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan dalam operasionalnya,. Pelaksanaan prinsip gadai syariah (rahn) pada pegadaian syariah di Lhokseumawe berjalan di atas dua akad transaksi Syariah yaitu; Akad Rahn dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah; dan Akad Ijarah yaitu Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad. Pegadaian syariah di Lhokseumawe menyiapkan upaya penyelesaian sengketa apabila rahin wanprestasi yaitu dengan jalan musyawarah, bila tidak tercapai dengan musyawarah, maka penyelesaian sengketa tersebut sepakat untuk menyelesaikannya melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional. Namun sampai saat ini Pegadaian Syariah Lhokseumawe belum pernah menangani perkara wanprestasi akibat rahin. Dengan adanya pegadaian syariah hendaknya bagi umat muslim menjadikan solusi dalam membantu menyelesaikan masalah keuangan dimasa sulit, Pelaksanaan gadai syariah (rahn) di Pegadaian syariah di Lhoksumawe sebaiknya tetap melaksanakan prinsip rahn menurut Hukum Islam demi tercapainya kemaslahatan umat manusia, Cara penyelesaian sengketa di pegadaian syariah adalah dengan jalan musyawarah, namun bila tidak berhasil diselesaikan melalui Badan Arbitrase.
Kata Kunci : Rahn, Pegadaian Syariah.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Syariah pawnshop as an alternative financial institution for the community
members is used to determine their choice in payment. One of the forms of muammalah easily practice in the Syariah pawnshop is rahn, a term of pawn agreement in Fiqh muammalah. Linguistically, rahn means fixed, eternal, and guarantee; whereas rahn can also means holding a number of properties handed in under security right and can be taken back after being paid. The problems discussed in this descriptive analytical study with empirical judicial approach were, first, the principle of rahn (Islamic mortgage) based on Islamic Law; second, the implementation of the principle of rahn (Islamic mortgage) at Syariah pawnshop in Lhokseumawe; and third, the settlement of mortgage-related dispute at Syariah pawnshop in Lhokseumawe. The conclusion drawn from this study is that the principle of rahn (Islamic mortgage) based on Islamic Law and applied to the Syariah mortgage product at the pawnshop are: not to impose interest in any form because it is a usury (riba). To determine money as a means of exchange not as traded commodity and to do business to obtain a return for the services as profit revenues and the imposition of profit sharing and the cost of such services cover all of the operational expenses. The implementation of Syariah mortgage (rahn) principle at the Syariah pawnshop in Lhokseumawe are conducted under two Syariah transaction agreements, namely, Rahn Agreement permitting the pawnshop holds the movables as a collateral for the customers debt, and Ijarah Agreement allowing the pawnshop to ask the rent for keeping the movables belong to the customers who have made the contract. Syariah pawnshop in Lhokseumawe prepares the attempts of dispute settlement through deliberation and consensus in case the rahin did not keep what is agreed in the contract. If this deliberation and consensus do not work, they agree to settle this case through National Syariah Arbitrary Board. Yet, up to now, Syariah pawnshop in Lhokseumawe has not yet handled the case of default due to rahin. With the Syariah pawnshop, the muslims can have the solution to settle their financial problems in hard times. It is better for the rahn (Syariah mortgage) at Syariah pawnshop in Lhokseumawe to be consistently implemented according to the principle of rahn in accordance with Islamic law to achieve the benefit for humankind. The dispute occured at Syariah pawnshop is settled through deliberation and consensus, yet if it does not work then the dispute is settled through the Arbitrary Board.