Anda di halaman 1dari 85

GAMBARAN KEPATUHAN TENAGA TEKNISKEFARMASIAN

DALAM PEMBERIAN INFORMASI TENTANG LAMA


PENYIMPANAN ANTIBIOTIK SIRUP KERINGYANG
TELAH DIREKONSTITUSI DI APOTEK WILAYAH
BANJARMASIN TENGAH

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :
MUHAMMAD NORAIDI NAFARIN
12484011I04

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANMUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM STUDI D3 FARMASI
BANJARMASIN, 2015

GAMBARAN KEPATUHAN TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN


DALAM PEMBERIAN INFORMASI TENTANG LAMA
PENYIMPANAN ANTIBIOTIK SIRUP KERING YANG
TELAH DIREKONSTITUSI DI APOTEK WILAYAH
BANJARMASIN TENGAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Pada Program Studi D.3 Farmasi

Oleh :
MUHAMMAD NORAIDI NAFARIN
NPM. 12484011104

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM STUDI D.3 FARMASI
BANJARMASIN, 2015
1

PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dengan judul Gambaran Kepatuhan Tenaga Teknis
Kefarmasian dalam Pemberian Informasi tentang Lama Penyimpanan Antibiotik
Sirup Kering yang telah di Rekonstitusi Di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah,
oleh Muhammad Noraidi Nafarin (NPM. 12484011104), telah diperiksa dan
disetujui oleh pembimbing, dan akan dipertahankan di hadapan tim penguji pada
Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah Program Studi D.3 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.

Pembimbing 1

(Siti Nashihah, S.Far., Apt)


NIK. 104.011.011
Pembimbing 2

(Sukarlan, SKM., M.Kes)


NIK. 19640427 198803 1 012
Mengetahui
Kaprodi D.3 Farmasi

(Risya Mulyani, M.Sc., Apt)


NIK. 059.003.007

PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH


Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini berjudul Gambaran Kepatuhan Tenaga Teknis
Kefarmasian dalam Pemberian Informasi tentang Lama Penyimpanan Antibiotik
Sirup Kering yang telah diRekonstitusi Di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah,
yang dibuat oleh Muhammad Noraidi Nafarin (NPM. 12484011104), telah
diujikan di depan tim penguji pada Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah Program
Studi D.3 Farmasi pada tanggal 7 Agustus 2015.
Tim Penguji:
Penguji 1,

(Siti Nashihah, S.Far., Apt)


NIK. 104.011.011
Penguji 2,

(Sukarlan, SKM., M.Kes)


NIP. 19640427 198803 1 012
Penguji 3,

(Najwa Adjbah, S.Si., Apt)


NIP. 19690907 199903 2 003
Mengetahui
Ketua Program Studi D.3 Farmasi

(Risya Mulyani, M.Sc., Apt)


NIK. 059.003.007
Mengesahkan
Ketua Stikes Muhammadiyah Banjarmasin

(M. Syafwani, S.Kp., M.Kep., Sp.Jiwa)


NIK. 012.012.096
3

PROGRAM STUDI D.3 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
BANJARMASIN
KTI, Juli 2015
Muhammad Noraidi Nafarin
12484011104
Gambaran Kepatuhan Tenaga Teknis Kefarmasian Dalam Pemberian
Informasi Tentang Lama Penyimpanan Antibiotik Sirup Kering Yang Telah
Direkonstitusi Di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah
Abstrak
Antibiotik sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada
saat akan digunakan. Antibiotik dalam bentuk sirup kering hanya bertahan 7 hari,
jika telah habis waktu pengobatannya segera dibuang dan harap tidak disimpan
meskipun tanggal pada botol menunjukkan belum mendekati tanggal kadaluarsa.
Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun
obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu.
Akhirnya khasiat obat akan berkurang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui TingkatTenaga Tekhnis Kefarmasian
Dalam Pemberian Informasi Tentang Lama Penyimpanan Antibiotik Sirup Kering
Yang Telah Direkonstitusi Di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian ini adalah
semua tenaga teknis kefarmasian yang bekerja di apotek wilayah Banjarmasin
Tengah yang berjumlah 54 orang, sedangkan sampel penelitian adalah tenaga
teknis kefarmasian yang bekerja di apotek wilayah Banjarmasin Tengah yang
memberikan informasi tentang lama penyimpanan antibiotik sirup kering yang
telah direkonstitusi kepada pasien/masyarakat pada saat penelitian dilaksanakan.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik accidental sampling
yaitu pengambilan sampel berdasarkan siapa saja yang ditemui asalkan sesuai
persyaratan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 54 responden menunjukkan
bahwa sebanyak 41 responden (75,93%) tidak patuh dan 13 responden (24,07%)
patuh dalam pemberian informasi tentang lama penyimpanan antibiotik sirup
kering yang telah direkonstitusi
Kata Kunci: Kepatuhan TTK, Lama Penyimpanan, Antibiotik, Rekonstitusi
Daftar Rujukan :29 (1997-2014)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul Gambaran Kepatuhan Tenaga Teknis KefarmasianDalam
Pemberian Informasi Tentang LamaPenyimpanan Antibiotik Sirup KeringYang
Telah Direkonstitusi Di Apotek WilayahBanjarmasin Tengah. Penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan D.3 Farmasi Stikes Muhammadiyah Banjarmasin.
Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil. Pada
kesempatan ini pula penulis mengucapkan rasa hormat dan terimakasih sebesarbesarnya kepada:
1. M.Syafwani,S.Kp.,M.Kep.,Sp. Jiwa selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Risya Mulyani, M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi D.3 Farmasi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Siti Nashihah, S.Far, Apt selaku dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar
membimbing, memberikan banyak masukan serta meluangkan waktunya
untuk membimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Sukarlan,SKM., M.Kes selaku dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar
membimbing, memberikan banyak masukan serta meluangkan waktunya
untuk membimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh dosen pengajar STIKES Muhammadiyah Banjarmasin khususnya
yang telah memberikan ilmu bermanfaat sehingga turut membantu dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh Apoteker Pengelola Apotek di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah.

7. Seluruh Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek Wilayah Banjarmasian


Tengah.
8. Ayah dan ibu serta keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan moril
maupun materil kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan.
9. Teman-teman mahasiswa D.3 Farmasi Angkatan VII tahun 2012 seperjuangan
yang banyak memberikan masukan dan bantuan dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini.
10. Serta seluruh pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang sudah
membantu.Penulis menyadari, bahwa Penelitian ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat
memperbaiki Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak yang
berkepentingan.Amin ya Rabbalalamin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Banjarmasin, Juli 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL.................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ...........................
ABSTRAK................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................
DAFTAR SKEMA....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................

i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xi

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................
1.1 Latar belakang........................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................
1.5 Penelitian Terkait.....................................................................

1
1
3
4
4
4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................


2.1 Kepatuhan...............................................................................
2.2 Tenaga Teknis Kefarmasian....................................................
2.3 Pekerjaan Kefarmasian...........................................................
2.4 Pelayanan Kefarmasian..........................................................
2.5 Pelayanan Informasi Obat.......................................................
2.6 Antibiotik................................................................................
2.7 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Aktivitasnya..............
2.8 Kelompok Antibiotik..............................................................
2.9 Suspensi..................................................................................
2.10 Sirup Kering..........................................................................
2.11 Stabilitas Produk Farmasi......................................................
2.12 Rekonstitusi...........................................................................
2.13 Apotek...................................................................................
2.14 Kerangka Konsep..................................................................

6
6
7
9
11
12
15
17
17
18
19
20
22
23
24

BAB 3 METODE PENELITIAN..............................................................


3.1 Desain Penelitian....................................................................
3.2 Definisi Operasional................................................................
3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling.............................................
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................
3.5 AlatPengumpul Data................................................................
3.6 Teknik Pengambilan Data........................................................
3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data.............................
3.8 Etika Penelitian........................................................................

25
25
25
26
27
27
28
28
30

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................


4.1 Gambaran Umum...................................................................
4.2 Karakteristik Responden.........................................................
4.3 Analisa Univariat.....................................................................
4.4 Pembahasan.............................................................................
4.5 Keterbatasan Penelitian...........................................................

31
31
35
36
37
41

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................


5.1 Kesimpulan..............................................................................
5.2 Saran........................................................................................

42
42
42

DAFTAR RUJUKAN................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN

44

DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6

Variabel dan Definisi Operasional............................................. 26


Distribusi Frekuensi................................................................... 30
Batas-Batas Wilayah Kota Banjarmasin.................................... 32
Daftar Apotek Wilayah Banjarmasin......................................... 33
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Apotek Banjarmasin Tengah Tahun 2015.................................. 35
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden
Apotek Banjarmasin Tengah Tahun 2015.................................. 36
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden
Apotek Banjarmasin Tengah Tahun 2015.................................. 36
Distribusi Frekuensi Tentang Gambaran Kepatuhan Tenaga
Teknis Kefarmasian Dalam Pemberian Informasi Tentang Lama
Penyimpanan Antibiotik Sirup Kering Yang Telah Direkonstitus
Di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah Tahun 2015............... 37

DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2.1 Kerangka Konsep...................................................................... 24

10

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Permohonan Bimbingan KTI
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3. Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Lembar Konsultasi Pembimbing I
Lampiran 5. Lembar Konsultasi Pembimbing II
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 8. Lembar Observasi (Pengamatan)
Lampiran 9. Lembar Kuesioner (Pengamatan)
Lampiran 10.Hasil (Lembar Observasi)
Lampiran 11.Hasil (Lembar Kuisioner)
Lampiran 12.Daftar Riwayat Hidup

11

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah


Menurut Undang-Undang kesehatan No. 36 tahun 2009, obat adalah bahan
atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keaadaan patologi
dalam rangka penerapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Selain itu obat
dalam pengertian umum adalah uatu subtansi yang melalui efek kimianya
membawa perubahan dalam fungsi biologik (Katzung,1997).

Obat merupakan bahan yang sangat berpotensi bila digunakan dengan


tepat.Obat dapat membantu menyembuhkan penyakit atau mengatasi
masalah kesehatan. Dalam dunia farmasi dikenal golongan obat bebas dan
obat bebas terbatas atau dikenal dengan istilah OTC (Over The Counter)
yaitu obat yang boleh diberikan tanpa resep dokter dan Obat Ethical yaitu
obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Salah satu obat yang
menggunakan resep dokter yaitu obat antibiotik (Abu , 2003).

Sirup kering adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus bahan dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat
yang terdispesi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok
perlahan-lahan endapan harus terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat
tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi
harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dihitung sehingga pada etiket
1

harus tertera label kocok dahulu dan disimpan dalam wadah tertutup baik
dan di tempat yang sejuk (Anief, 2006). Contoh dari suspensi oral adalah
sirup kering antibiotik oral, yang umumnya mengandung 125 sampai 500
mg zat padat per 5 ml (Ansel, 2008).

Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini yang
dibuat secara semi-sintetis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula semua
senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri, para peneliti diseluruh dunia
menghasilkan banyak zat lain dengan khasiat antibiotik. Tetapi berhubung
dengan sifat toksisnya bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat
digunakan sebagai obat. Yang terpenting diantaranya adalah streptomisin,
kloramfenikol, tetrasiklin, neomisin, eritromisin, vankomisin, rifampisin,
gentamisin, bleomisin, doksurabisin, minosiklin dan tobramisin (Tjay &
Rahardja, 2007).

Kebanyakan bahan - bahan antibiotik tidak stabil bila berada dalam larutan,
untuk waktu lama yang diinginkan.Dan oleh sebab itu dilihat dari stabilitas,
bahan obat dengan bentuk tidak larut dalam suspensi berair atau sebagai
serbuk kering untuk dioplos sangat menarik bagi pabrik obat. Suspensi oral
antibiotik juga memberikan cara yang memuaskan dari pemberian sediaan
kepada bayi dan anak anak, sebagaimana juga pada orang dewasa yang
lebih senang memilih sediaan cair daripada bentuk sediaan padat. Banyak
dari suspensi oral yang dimaksudkan terutama untuk bayi dikemas dengan
penetes

yang

berukuran,

guna

membantu

pemberian

dosis

yang

telahditetapkan.(Ansel, 2005). Contoh dari suspensi oral adalah sirup kering


antibiotik oral, yang umumnya mengandung 125 sampai 500 mg zat padat
per 5 ml (Ansel, 2008).

Penyimpanan obat karena beberapa obat tertentu harus disimpan pada suhu
khusus. Obat yang disimpan khusus salah satunya adalah sediaan sirup
kering antibiotik. Penyimpanannya misalnya sirup antibiotik, maksimal 2

minggu, sebaiknya tidak lebih dari 7 hari, karena setelah 1 minggu


efektivitas anti bakterinya menurun drastis (Anief, 2005).

Peran Tenaga Teknis Kefarmasian menurut keputusan Menteri Kesehatan


No. 1027/Menkes/ SK/ IX/ 2004 pelayanan kefarmasian pada saat ini telah
bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan
kefarmasiaan yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai
komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.

Dari teori di atas saya tertarik ingin mengetahui dilapangan secara langsung
peran tenaga teknis kefarmasian. Untuk itu saya melakukan studi
pendahuluan terlebih dahulu diApotek yang ada di Banjarmasin Tengah.
Studi pendahuluan saya lakukan pada tanggal 13 April 2015. Di dapatkan
data, tenaga teknis kefarmasian di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah
bahwa 3 orang patuh 7 orang yang tidak patuh. memberikan informasi
kepada pasien tentang penyimpanan antibiotik sirup keringyang telah
direkonstitusi

Berdasarkan studi pendahuluan di atas maka peneliti tertarik untuk


meneliti Gambaran Kepatuhan Tenaga Teknis Kefarmasian Dalam
Pemberian Informasi Tentang Lama Penyimpanan Antibiotik Sirup Kering
Yang Telah Direkonstitusi di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah.

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana Gambaran Kepatuhan Tenaga Teknis

Kefarmasian Dalam Pemberian Informasi Tentang Lama Penyimpanan


Antibiotik Sirup Kering Yang Telah Direkonstitusi di Apotek Wilayah
Banjarmasin Tengah.

1.3

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Gambaran Kepatuhan Tenaga Teknis Kefarmasian Dalam
Pemberian Informasi Tentang Lama Penyimpanan Antibiotik Sirup Kering
Yang Telah Direkonstitusi di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah.

1.4

Manfaat Penelitian
1.4.1

Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan, kreatif dalam bepikir
pengalaman

dan

serta penerapan teoriyang diperoleh selama pendidikan

di bangku kuliah.
1.4.2 Bagi Institusi pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi dan referensi
penelitian selanjutnya serta dapat memfasilitasi mahasiswa dalam
mencapai kompetensi sesuai standar.
1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan

masukan

bagi

tenaga

kesehatan

dalam

rangka

meningkatkan kepatuhan tenaga teknis kefarmasian di Apotek,


khususnya tentangLama Penyimpanan Antibiotik Sirup Kering Yang
Telah Direkonstitusi.
1.4.4 Bagi Responden
Untuk memberikan informasi kepada responden, diharapkan dapat
mengetahui dan lebih meningkatkan kesadaran terutama bagi tenaga
teknis kefarmasian untuk memberikan informasi lama penyimpanan
antibiotik sirup kering yang telah direkonstitusi.

1.5 Penilitian Terkait


Penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian ini adalah, penelitian oleh
Risda Paujiah (2014) dengan judul Tingkat pengetahuan Tenaga Teknis
Kefarmasian Tentang Penyimpanan Sirup Kering Coamoxiclav Setelah
Direkonstitusi di Apotek kimia Bjm. Perbedaan penelitian saya dengan
Risda Paujiah adalah terletak pada tujuan penelitian, dimana penelitian oleh
Risda Paujiah bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan tenaga
teknis kefarmasian tentang penyimpanan sirup kering coamoxiclav setelah
direkonstitusi di Apotek Kimia Banjarmasin. Sedangkan penelitian saya
bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan tenaga teknis kefarmasian
dalam pemberian informasi tentang lama penyimpanan antibiotik sirup
kering yang telah direkonstitusi di apotek wilayah Banjarmasin Tengah.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepatuhan
2.1.1 Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan adalah taat atau tidak taat pada perintah, aturan dan
disiplin.Perubahan sikap dan perilaku individu di mulai dari tahap
kepatuhan, identitas dan internalitas.Pada umumnya kepatuhan
didasarkan karena ingin memperoleh imbalan, mengikuti pimpinannya
karena kelompoknya.Pada dasarnya kepatuhan seperti ini adalah
kepatuhan bersifat sementara.Kepatuhan dimana individu melakukan
sesuatu karena memahami makna, mengetahui pentingnya tindakan
atau keadaan adalah kepatuhan yang di harapkan (Aronson et al.,
2010).
Bahwa perubahan sikap dan perilaku individu diawali dengan proses
patuh, identifikasi, dan tahap terkhir berupa internalisasi. Pada
awalnya individu mematuhi anjuran/instruksi tanpa kerelaan untuk
melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari
hukuman/ sangsi jika dia tidak patuh, atau untuk memperoleh imbalan
yang dijanjikan jika dia mematuhi anjuran tersebut.Tahap ini disebut
tahap kepatuhan (compliance). Biasanya perubahan yang terjadi pada
tahap ini sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan ini dilakukan
selama masih ada pengawasan, tetapi begitu pengawasan itu
mengendur/ hilang, perilaku itupun ditinggalkan (Sarwono, 2009).
2.1.2 Faktor Penentu

Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah kemampuan,


kesadaran, keterampilan, tingkah emosional dan motivasi, sedangkan
faktor eksternal adalah lingkungan, sarana, prasarana, kontak dengan

pasien. Kata- kata, tindakan

atau kehadiran orang lain terhadap

pikiran, perasaan, sikap atau perilaku adalah beberapa pengaruh sosial


yang merupakan faktor pendorong dibelakang kepatuhan (Aronson et
al, 2010).

2.2 Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker)


2.2.1

Pengertian Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker)


Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian, yang dimaksud dengan tenaga teknis
kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya
farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/ asisten
apoteker.

Sedangkan asisten apoteker menurut pasal 1 keputusan Menteri


Kesehatan RI No. 679/ MENKES/SK/V/ 2003, tentang Registrasi dan
izin kerja asisten apoteker menyebutkan bahwa asisten

apoteker

adalah tenaga kesehatan yang berijazah Sekolah Menengah Farmasi,


Akademi Farmasi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi
Analisis Farmasi dan Makanan Jurusan Analisis Farmasi dan Makanan
Politeknik Kesehatan sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku.

Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun


2009 tentang Standar Kefarmasian adalah pedoman untuk melakukan
Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi, distribusi atau
penyaluran, dan pelayanan kefarmasian.

2.2.2 Standar Profesi Tenaga Teknis Kefarmasian

Kewajiban asisten apoteker menurut keputusan menteri kesehatan RI


No. 1332/MENKES/X/2002 melayani resep dokter sesuai dengan
tanggung jawab dan standar profesinya yang dilandasi pada
kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat
dibeli tanpa resep dokter, memberi informasi yang berkaitan dengan
penggunaan/ pemakaian obat yang diserahkan kepada pasien,
penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan
masyarakat.

Informasi yang diberikan harus benar, jelas dan mudah dimengerti


serta cara penyampaiannya disesuaikan dengan kebutuhan, selektif
etika, bijaksana, dan hati-hati. Informasi yang diberikan kepada pasien
sekurang-kurangnya meliputi cara penyimpanan obat, jangka waktu
pengobatan, makanan/ minuman/ aktifitas yang hendaknya dihindari
selama terapi dan informasi lain yang diperlukan. Selain itu juga
menghormati hak pasien dan menjaga kerahasian identitas serta data
kesehatan pribadi pasien, melakukan pengelolaan apotek meliputi
pembuatan,

pengelolaan,

peracikan,

pengubahan

bentuk,

pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat dan bahan obat serta


pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan sediaan farmasi
lainnya, pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi, menghormati
hak pasien dan menjaga kerahasiaan identitas serta data kesehatan
pribadi pasien, melakukan pengelolaan apotek meliputi pembuatan,
pengelolaan,

peracikan,

pengubahan

bentuk,

pencampuran,

penyimpanan dan penyerahan obat dan bahan obat, pengadaan,


penyimpanan, penyaluran dan penyerahan sediaan farmasi lainnya.

2.2.3 Lingkup tanggung jawab Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten


Apoteker) menurut undang-undang PP 51 2009 meliputi:
2.2.3.1

Ikut bertanggung jawab dalam ketersediaan dan

keterjangkauan

sediaan

farmasi

dan

perbekalan

kesehatanyang diperlukan masyarakat sesuai kewenangan


dan peraturan yang berlaku.
2.2.3.2

Ikut bertanggung jawab atas mutu, keamanan dan

efektivitas sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang


diberikan.
2.2.3.3

Ikut

bertanggung

jawab

dalam

memberikan

informasi kepada masyarakat sesuai dengan kewenangan dan


peraturan yang berlaku tentang penggunaan sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan yang diterimanya demi tercapainya
kepatuhan penggunaan.
2.2.3.4

Memiliki tanggung jawab bersama dengan tenaga

kesehatan lain dan pasien dalam menghasilkan terapi yang


optimal.

2.2.4 Lingkup hak dari pekerjaan kefarmasian menurut undang-undang


PP 51 tahun 2009, meliputi :
2.2.4.1 Hak untuk mendapatkan posisi kemitraan dengan profesi
tenaga kesehatan lain.
2.2.4.2 Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum pada saat
melaksanakan praktek sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2.2.4.3 Hak untuk mendapatkan jasa profesi sesuai dengan
kewajibanjasa profesional kesehatan.
2.2.4.4 Hak untuk bicara dalam rangka menegakkan keamanan
masyarakat dalam aspek sediaan kefarmasian dan perbekalan
kesehatan.
2.2.4.5 Hak

untuk

menambah/meningkatkan

mendapatkan
pengetahuan

kesempatan
baik

melalui

pendidikan berkelanjutan (Sl), spesialisasi pelatihan maupun


seminar.

10

2.2.4.6 Hak untuk memperoleh pengurangan beban Studi bagi yang


melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 farmasi.

2.3 Pekerjaan Kefarmasian


Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.
Pekerjaan Kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan,
kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan serta keselamatan pasien atau
masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar
dan persyaratan keamanan, mutu dan kemanfaatan.
2.3.1 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 yang
dimaksud dengan:
2.3.1.1

Nilai ilmiah adalah pekerjaan kefarmasian harus

didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang


diperoleh

dalam

pendidikan

termasuk

pendidikan

berkelanjutan maupun pengalaman serta etika profesi.


2.3.1.2

Keadilan

adalah

penyelenggaraan

pekerjaan

kefarmasian harus mampu memberikan pelayanan yang adil


dan merata kepada setiap orang dengan biaya yang
terjangkau serta pelayanan yang bermutu.
2.3.1.3

Kemanusiaan adalah dalam melakukan pekerjaan

kefarmasian harus memberikan perlakuan yang sama


dengan tidak membedakan suku, bangsa, agama, status
sosial dan ras.
2.3.1.4

Keseimbangan adalah dalam melakukan pekerjaan

kefarmasian

harus

tetap

menjaga

keserasian

serta

keselarasan antara kepentingan individu dan masyarakat.

11

2.3.1.5

Perlindungan dan keselamatan adalah pekerjaan

kefarmasian tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan


semata, tetapi harus mampu memberikan peningkatan
derajat kesehatan pasien.

2.3.2

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, tujuan


pengaturan pekerjaan kefarmasian adalah untuk:
2.3.2.1

Memberikan perlindungan kepada pasien dan

masyarakat dalam memperoleh dan menempatkan sediaan


farmasi dan jasa kefarmasian.
2.3.2.2

Mempertahankan

dan

meningkatkan

mutu

penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian sesuai dengan


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi peraturan
perundangan-undang.
2.3.2.3

Memberikan

kepastian

hukum

bagi

pasien,

masyarakat dan tenaga kefarmasian.

2.4 Pelayanan Kefarmasian


Menurut PP 51 tahun 2009 pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai basil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pelayanan kefarmasian dalam hal memberikan perlindungan terhadap pasien


berfungsi sebagai (Bahfen, 2006):
2.4.1 Menyediakan informasi tentang obat-obatan kepada tenaga
kesehatan

lainnya,

tujuan

yang

ingin

dicapai

mencakup

mengidentifikasikan hasil pengobatan dan tujuan akhir pengobatan,

12

agar pengobatan dapat diterima untuk terapi, agar diterapkan


penggunaan secara rasional, memantau efek samping obat dan
menentukan metode penggunaan obat.
2.4.2 Mendapatkan rekam rnedis untuk digunakan pemilihan obat yang
tepat.
2.4.3 Memantau penggunaan obat apakah efektif, tidak efektif, reaksi
yang berlawanan, keracunan dan jika perlu memberikan saran untuk
memodifikasi pengobatan.
2.4.4 Menyediakan bimbingan dan konseling dalam rangka pendidikan
kepada pasien.
2.4.5 Menyediakan dan rnemelihara serta memfasilitasi pengujian
pengobatan bagi pasien penyakit kronis.
2.4.6 Berpartisipasi dalam pengelolaan obat-obatan untuk pelayanan
gawat darurat.
2.4.7 Pembinaan pelayanan informasi dan pendidikan bagi masyarakat.
2.4.8 Partisipasi dalam penilaian penggunaan obat dan audit kesehatan.
2.4.9 Menyediakan pendidikan mengenai obat-obatan untuk tenaga
kesehatan.

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari


orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian
(Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut,
apoteker/ asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat
berinteraksi langsung dengan pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi
pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik
(penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dengan
catatan penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana,
sarana dan metode tata laksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan
yang ditetapkan (DepKes RI, 2006).

13

2.5 Pelayanan informasi obat (PIO)


Pelayanan informasi obat didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, lengkap,
terkini oleh tenaga teknis kefarmasian yang kompeten kepada pasien, tenaga
kesehatan, masyarakat maupun pihak yang memerlukan. Informasi umum
tentang nama obat, cara pemakaian dan lama penggunaan dapat
disampaikan oleh tenaga teknis kefarmasian atau tenaga kesehatan lain yang
terlatih (KemenKes, 2010).

2.5.1

Tujuan pelayanan informasi obat


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1197/MENKES/SK/X/2004 menunjang ketersediaan dan penggunaan
obat yang rasional, berorientasi kepada pasien, tenaga kesehatan, dan
pihak lain, menyediakan dan memberikan informasi obat kepada
pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain. menyediakan informasi
untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat
terutama bagi PFT/KFT (Panitia Farmasi dan Terapi/Komite Farmasi
dan Terapi).

2.5.2 Informasi obat yang lazim diperlukan pasien antara lain:


2.5.2.1 Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat
digunakan dalam sehari, apakah di waktu pagi, siang, sore
atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum
sebelum atau sesudah makan.
2.5.2.2 Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada
atau harus dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh.
2.5.2.3 Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan
keberhasilan pengobatan, oleh karena itu pasien harus
mendapat penjelasan mengenai cara penggunaaan obat yang
benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti

14

obatoral, obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat
semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep
rektal dan tablet vagina.
2.5.2.4 Efek yang akan timbul dari penggunaan obat, misalnya
berkeringat, mengantuk, kurang waspada, tinja berubah
warna, air kencing berubah wama dan sebagainya.
2.5.2.5 Hal-hal yang mungkin timbul, misalnya interaksi obat
dengan obat lain atau makanan tertentu dan kontraindikasi
obat tertentu dengan diet rendah kalori, kehamilan dan
menyusui serta kemungkinan terjadinya efek obat yang
tidak dikehendaki.
2.5.2.6 Cara penyimpanan obat (KemenKes, 2010).

2.5.3 Beberapa informasi obat yang terdapat dalam kemasan obat, yaitu :
2.5.3.1 Komposisi
Komposisi adalah zat aktif atau berkhasiat yang terkandung
dalam obat.
2.5.3.2

Indikasi
Indikasi adalah kegunaan suatu obat pada kondisi penyakit
tertentu.

2.5.3.3 Dosis dan petunjuk pemakaian


Dosis dan petunjuk pemakaian berkaitan dengan kadar obat
yang berkhasiat dalam tubuh. Sangat penting untuk
memperhatikan dan mematuhi cara pemakaian, jumlah dan
waktu pemakaian suatu obat agar tarapi yang dilakukan
berjalan dengan baik.
2.5.3.4 Efek samping
Hampir setiap obat memiliki banyak efek pada tubuh kita.
Selain efek utama yang dimanfaatkan, juga terdapat efek

15

samping yang mungkin timbul. Efek samping tidak selalu


timbul pada setiap pasien.
2.5.3.5 Kontraindikasi
Kontraindikasi adalah keadaan yang tidak memperolehkan
suatu obat digunakan oleh seorang pasien.
2.5.3.6 Interaksi obat
Penggunaan bersamaan atau berurutan dua obat atau lebih
dapat menimbulkan interaksi sehingga memberikan efek
klinis yang berbeda. Peringatan atau perhatian pemakaian
suatu obat harus dilakukan secara hati-hati pada kondisi
tertentu karena dapat terjadi efek atau keadaan yang tidak
diinginkan oleh pasien.
2.5.3.7 Penyimpanan
Efek suatu obat juga berkaitan dengan kualitas obat karena
setiap bahan obat mempunyai kondisi ideal agar tetap stabil.

2.6

Antibiotik
2.6.1 Pengertian
Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba
yang merugikan manusia. Dalam pembicaraan di sini, yang
dimaksudkan dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak
termasuk kelompok parasit.

Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama


fungi, yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain.
Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik
penuh. Namun dalam praktek sehari-hari AM sintetik yang diturunkan
dari produk mikroba (misalnya sulfonamid dan kuinolon) juga sering
digolongkan sebagai antibiotik (Nafrialdi, 2011).

16

2.6.2 Mekanisme Kerja


Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel
tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma,
akhirnya sel akan pecah (penisilin dan sefalosporin).
2.6.2.1 Mengganggu metabolisme sel mikroba
2.6.2.2 Menghambat sintesis dinding sel mikroba.
2.6.2.3 Mengganggu permeabalitas membran sel mikroba
2.6.2.4 Menghambat sintesis protein sel mikroba
2.6.2.5 Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel
mikroba (Nafrialdi, 2011).

2.6.3

Efek Samping
Penggunaan

antibiotik

tanpa resep dokter atau dengan dosis yang

tidak tepat dapat menggagalkan

pengobatan dan menimbulkan

bahaya-bahaya lain seperti


((http://medicastore.com/apotik_online/antibiotika/antibiotika.html)
(Di akses tanggal 7 mei 2015))
2.6.3.1 Sensitasi/ hipersensitif
Banyak

obat

setelah

digunakan

secara

lokal

dapat

mengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang


sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada
kemungkinan terjadi reaksi hipersentitif atau alergi seperti
gatal-gatal kulit kemerah-merahan, bentol-bentol atau lebih
hebat lagi dapat terjadi syok, contohnya Penisilin dan
Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini maka sebaiknya
salep-salep

menggunakan

antibiotik

yang

diberikan secara sistemis (oral dan suntikan)..

2.6.3.2 Infeksi

tidak

akan

17

Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan


dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda dengan penyebab
infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada
penggunaan

antibiotika

broad

spektrum

yang

dapat

mengganggu keseimbangan antara bakteri di dalam usus


saluran pernafasan dan urogenital.

Spesies mikroorganisme yang lebih kuat atau resisten akan


kehilangan saingan, dan berkuasa menimbulkan infeksi baru
misalnya timbul jamur Minella albicans dan Candida
albicans. Selain antibiotik obat yang menekan sistem tangkis
tubuh yaitu kortikosteroid dan imunosupressiva lainnya dapat
menimbulkan supra infeksi. Khususnya, anak-anak dan
orangtua sangat mudah dijangkiti supra infeksi ini.

Antibiotik diberikan untuk penderita yang belum terkena


infeksi tetapi diduga mempunyai peluang besar

untuk

mendapat infeksi, atau terkena infeksi dapat menimbulkan


dampak buruk untuk penderita. Diperlukan protocol sendiri
untuk tata cara penggunaannya, baik kasus medik maupun
kasus bedah (Reese & Gumustop, 2000).

2.7

Penggolongan Antibiotik BerdasarkanAktivitasnya


2.7.1

Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spektrum)


Zat yang aktif terutama terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja
(bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja).Contohnya
eritromisin, kanamisin, klindamisin (hanya terhadap bakteri gram
positif), streptomisin, gentamisin (hanya terhadap bakteri gram
negatif saja).

18

2.7.2 Zat-zat dengan aktivitas luas (broad spectrum)


Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri
gram

positif

maupun

gram

negatif.Contohnya:

ampisilin,

sefalosporin, dan kloramfenikol.

2.8 Kelompok Antibiotik


2.8.1

Golongan Penisilin

2.8.2

Golongan Karbapenem

2.8.3

Golongan Azrtreonam

2.8.4

Golongan Linkomisin

2.8.5

Golongan Sefalosforin

2.8.6

Golongan Aminoglikosida

2.8.7

Golongan Aminoglikosida Parenteral

2.8.8

Golongan Fluorkinolon

2.8.9

Golongan Metronidazol

2.8.10 Golongan Tetrasiklin


2.8.11 Golongan Makrolida
2.8.12 Golongan Vankomisin
2.8.13 Golongan Nitrofurantion
2.8.14 Golongan Sulfonamida/ Trimetoprim (Sukandar et al.,2009).

2.9 Suspensi
2.9.1

Suspensi Oral
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung
partikel obat yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid)
disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan
kelarutan

yang

sangat

minimum.

Beberapa

suspensi

resmi

diperdagangan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan


dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan
tambahan farmasetik lainnya.

19

Preparat lain yang tersedia adalah serbuk kering yang dimaksudkan


untuk disuspensikan dalam cairan pembawa. Jenis produk ini
umumnya campuran serbuk yang mengandung obat dan bahan
pensuspensi maupun pendispersi, yang dengan melarutkan dan
pengocokan dengan sejumlah tertera cairan pembawa (biasanya air
murni) menghasilkan bentuk suspensi yang cocok untuk diberikan.
Obat seperti itu tidak stabil untuk disimpan dalam periode waktu
tertentu dengan adanya cairan pembawa air (sebagai contoh banyak
obat obat antibiotik) lebih sering diberikan sebagai campuran serbuk
kering untuk dibuat suspensi pada waktu akan diberikan (Ansel,
2005).
2.9.2 Alasan Pembuatan Suspensi Oral
Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral. Salah satu adalah
karena obat obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam
larutan tapi stabil bila disuspensi. Dalam hal seperti ini suspensi oral
menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan.
Untuk banyak pasien, bentuk cair lebih disukai ketimbang bentuk
padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), karena mudahnya
menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian
lebih mudah serta lebih mudah untuk memberikan dosis yang relatif
sangat besar, aman, mudah diberikan untuk anak anak, juga mudah
diatur penyesuaian dosisnya untuk anak. Kerugian dari obat tertentu
yang mempunyai rasa tidak enak bila diberikan dalam bentuk larutan,
akan tidak berasa bila diberikan sebagai partikel yang tidak larut
dalam suspensi (Ansel, 2005).

2.10 Sirup Kering


2.10.1 Pengertian
Sirup

Kering

didenifisikan

sebagai

sediaan

cairan

kental

mengandung sukrosa (gula) tidak kurang dari 50% dan tidak lebih
dari 65% yang belum dikasih air (Farmakope III). Pada sirup dengan

20

kadar gula yang rendah dapat terjadi fermentasi, kadar gula yang
tinggi mempunyai tekanan osmotik yang cukup tinggi sehingga
pertumbuhan bakteri atau fungsi dapat terhambat (Joenoes, 2008).
Kebanyakan sirup-sirup mengandung sebagian besar sukrosa,
biasanya 60%-80%, tidak hanya diserahkan rasa manis dan
kekentalan yang diinginkan dari larutan seperti itu, tetapi juga karena
sifat stabilitas yang berbeda dari sifat larutan encer dari sukrosa yang
tidak stabil. Media gula berair dari larutan sukrosa encer merupakan
suatu

media

makanan

yang

efisien

untuk

pertumbuhan

mikroorganisme, terutama ragi dan jamur. Larutan-larutan gula yang


pekat resisten terhadap pertumbuhan mikroorganise. Sirup yang
kelebihan air sedikit memungkinkan sirup tetap stabil secara fisik
pada keadaan dengan macam-macam temperature. Jika sirup
dijenuhkan secara sempurna dengan sukrosa, dengan penyimpanan
dalam keadaan dingin sebagian sukrosa dapat mengkristal dari
larutan, dan berlaku sebagai inti, akan memulai semacam reaksi yang
akan mengakibatkan pemisahan sebagian sukrosa yang tidak
seimbang dengan daya larutannya pada temperatur penyimpanan.
Kemudian sirup menjadi sangat tidak jenuh dan mungkin terjadi
pertumbuhan mikroba (Ansel, 2008).
2.10.2 Cara Penggunaan Sirup Kering.
Tuang air minum sampai sedikit dibawah tanda lalu tutup botol eraterat, balikan botol dan kocok sampai semua granol terdispersi,
tambah lagi air minum secukupnya sampai tanda dan kocok baikbaik, setelah pencampuran dengan air minum, sirup ini harus
digunakan dalam waktu tidak lebih dari 7 hari, kocok dahulu setiap
akan diminum, simpan dilemari es atau ditempat yang terlindung
dari cahaya.

2.11 Stabilitas Produk Farmasi


2.11.1

Pengertian

21

Stabilitas

obat

adalah

kemampuan

suatu

produk

untuk

mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang


dimilikinya pada saat diprodusi (identitas, kekuatan, kualitas,
kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode
penyimpnan dan penggunaan (shelf-life). Stabililtas didefinisikan
sebagai kemampuan suatu produk obat untuk bertahan dalam batas
spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas dan
kemurnian produk tersebut. Sediaan obat yang stabil adalah suatu
sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama
periode

penyimpanan

dan

penggunaan,

dimana

sifat

dan

karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat diproduksi.


2.11.2 Uji Stabilitas
merupakan bagian penting dalam program uji bahan obat karena
ketidakstabilan produk ditentukan oleh tiga syarat utama yaitu :
kualitas, efikasi, dan keamanan (Carstenten & Rhodes, 2000).
2.11.3 Tujuan
Tujuan dari pengujian stabilitas adalah untuk memberikan bukti
tentang bagaimana kualitas zat aktif atau produk farmasi dengan
waktuyang bervariasi juga dibawah pengaruh berbagai faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan cahaya. Selain itu faktor
yang terkait dalam stabilitas suatu produk misalnya sifat kimia dan
fisik dari zat aktif maupun zat tambahan atau eksipien, bentuk
sediaan dan komposisi, proses memfaktur, sifat wadah dan penutup,
dan sifat-sifat kemasan bahan. Selain itu stabilitas eksipien yang
mungkin mengandung atau membentuk produk degradasi reaktif,
harus dipertimbangkan (WHO, 2009).
2.11.4 Beberapa efek tidak diinginkan yang potensial dari ketidakstabilan
produk farmasi, yaitu (Carstenten &Rhodes 2000).
2.11.4.1 Hilangnya zat aktif
2.11.4.2 Konsentrasi zat aktif meningkat

22

2.11.4.3 Biovability berubah


2.11.4.4 Hilangnya kesegaraman kandungan
2.11.4.5 Menurunnya status mikrobiologis
2.11.4.6 Hilangnya elegansi produk dan `pattent
accepability`
2.11.4.7 Pembentukan hasil urai yang toksik
2.11.4.8 Hilangnya kekedapan kemasan
2.11.4.9 Menurunnya kulitas tabel
2.11.4.10
Stabilitas

obat

Modifikasi faktor hubungan fungsional


perlu

diperhatikan

untuk

mengurangi

terjadinyapenguraian pada zat yang terkandung dalam obat, sehingga


tidak mencapai efek terapi atau memberikan efek lainnya. Terdapat
beberapa jenis degradasi, yaitu: degradasi kimia, fisika, biologi, dan
kombinasi.

2.12 Rekonstitusi
2.12.1

Pengertian
Rekonstitusi adalah penambahan pengencer pada suatu konsentrat
cairan atau serbuk dengan tujuan untuk menghasilkan suatu
konsentrasi tertentu (Ansel & Prince, 2006).

Etiket

pada

kebanyakan

serbuk

rekonstitusi

biasanya

mencantumkan jumlah pengencer yang harus ditambahkan dalam


mililiter untuk mencapai konsentrasi tertentu, umumnya dinyatakan
dalam miligram per mililiter.
Pada saat merekonstitusi serbuk, sejumlah air harus ditambahkan
dengan volume yang tepat. Kesalahan jumlah air akan mengubah
konsentrasi yang dituju, yang dapat menyebabkan kelebihan atau
kekurangan dosis obat (Ansel & Prince, 2006).

23

Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu,


karena lambat laun obat akan terurai secara kimiawi akibat
pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan
berkurang. Tanda-tanda kerusakan obat kadangkala tampak dengan
jelas, misalnya bila larutan bening menjadi keruh dan bila warna
suatu krim berubah tidak seperti awalnya ataupun berjamur. Akan
tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat
aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai dengan membentuk
zat zat beracun.

2.13

Apotek
2.13.1 Pengertian
Menurut Keputusan Menteri kesehatan RI No.1332 /Menkes/
SK/X/2002, Apotek adalah salah satu tempat tertentu, tempat
dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan
farmasi dan perbekalan farmasi kepada masyarakat.

Menurut

Keputusan

Menteri

kesehatan

RI

No.1027/Menkes/IX/2004, Apotek adalah suatu tempatpekerjaan


kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan
kesehatan lainnya pada masyarakat.

2.13.2 Tugas dan Fungsi Apotek


Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51
tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut:
2.13.2.1 Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan.

24

2.13.2.2 Sarana farmasi yang telah melaksanakan peracikan,


pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat
atau bahan obat.
2.13.2.3 Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus
menyalurkan obat yang diperlukan masyarakat secara
luas dan merata.
2.13.2.4 Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan
perbekalan farmasi lainnya kepada masyarakat.

2.14

Kerangka Konsep

KepatuhanTenaga
Teknis Kefarmasian

Menyampaikan
Informasi
Penyimpanan < 7
hari

Patuh

Menyampaikan
Informasi
Penyimpanan 7
hari atau tanpa
menyampaikan
informasi

Tidak Patuh

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

26

26

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode
deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan

suatu

fenomena

yang

terjadi

dalam

masyarakat

(Notoatmodjo, 2010).
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan
antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2007).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan
dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,
pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau
efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.
Penelitian

deskriptif

ini

menggambarkan

kepatuhan

tenaga

teknis

kefarmasian dalam pemberian informasi tentang lama penyimpanan


antibiotik sirup kering yang telah di rekonstitusi di apotek wilayah
Banjarmasin Tengah.
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk
melakukan kuesioner atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
atau fenomena. Definisi operasional ditentukan oleh parameter yang

26

26

dijadikan ukuran dalam penelitian, sedangkan pengukuran merupakan cara


dimana

variabel

dapat

diukur

dengan

karakteristiknya

(Hidayat,

2008).Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan variabel dan definisi


operasional penelitian dalam bentuk seperti berikut:
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel

Definisi

Instrumen

Parameter

Kepatuhan

Operasional
Kepatuhan

Pemberian

Kategori
Penelitian
Lembar
1. Patuh: bila

tenaga teknis

tenaga teknis

informasi

observasi

informasi

kefarmasian

kefarmasian

tentang

(pengamatan

disampaikan

dalam

dalam

lama

sesuai

pemberian

pemberian

penyimpanan

informasi

informasi

dalam waktu

tentang lama

Tentang

<7 hari

Penyimpanan

Lama

Antibiotik

Penyimpanan

Sirup Kering

Antibiotik

yang telah di

Sirup Kering

Rekonstitusi

yang telah di

dengan
parameter
2. Tidak patuh:
bila
informasi
tidak
disampaikan
sesuai
dengan

Rekonstitusi

parameter

3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling


3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini
adalah semua tenaga teknis kefarmasian yang bekerja di apotek
wilayah

Banjarmasin

Kefarmasian.

Tengah

berjumlah

170

Tenaga

Teknis

27

3.3.2 Sampel
3.3.3

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti atau dianggap mewakili seluruh


populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel yang diambil dalam penelitian
ini adalah tenaga teknis kefarmasian yang bekerja di apotek wilayah
Banjarmasin Tengah yang memberikan informasi lama penyimpanan
antibiotik

sirup

kering

yang

telah

direkonstitusi

kepada

pasien/masyarakat pada saat penelitian dilaksanakan.


3.3.4 Sampling
3.3.5
Sampling adalah suatu proses menyeleksi populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada pada penelitian ini. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah teknik accidental sampling yaitu
pengambilan sampel berdasarkan siapa saja yang ditemui asalkan
sesuai persyaratan, dalam hal ini adalah tenaga teknis kefarmasian
yang bekerja di apotek wilayah Banjarmasin Tengah yang
memberikan informasi lama penyimpanan antibiotik sirup kering
yang telah direkonstitusi kepada pasien/ masyarakat pada saat
penelitian dilaksanakan 54 Responden
3.3.6
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1 Tempat Penelitian
3.4.2
Penelitian ini akan dilakukan di apotek wilayah Banjarmasin
Tengah.
3.4.2 Waktu Penelitian
3.4.3
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2015.
3.4.4
3.5 Alat Pengumpul Data
3.4.5
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
lembar observasi (pengamatan) yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh
peneliti. Lembar observasi (pengamatan) ini akan diisi sendiri oleh peneliti
berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan peneliti terhadap tenaga
teknis kefarmasian yang bekerja di apotek wilayah Banjarmasin Tengah
yang memberikan informasi

lama penyimpanan antibiotik sirup kering

yang telah direkonstitusi kepada pasien/masyarakat pada saat penelitian


dilaksanakan.
3.4.6

28

3.6 Teknik Pengambilan Data


3.4.7
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini
dengan cara observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti
melakukan pengamatan dengan cara datang ke apotek sebagai pasien yang
membeli obat antibiotik sirup kering, kemudian peneliti mengamati tentang
pemberian informasi lama penyimpanan yang disampaikan oleh tenaga
teknis kefarmasian dengan cara menyimak apakah informasi

lama

penyimpanan antibiotik sirup kering yang telah direkonstitusi. Setelah


melakukan pengamatan dengan cara datang ke apotek sebagai pasien,
dilakukan kembali pengamatan dengan menggunakan lembar kuesioner
sekaligus meminta izin kepada apoteker atau tenaga teknis kefarmasian
untuk pengambilan data. Untuk data yang digunakan yaitu data yang
digunakan dari hasil pengamatan dengan cara datang ke apotek sebagai
pasien. Dikatakan patuh

apabila menyampaikan

informasi lama

penyimpanan antibiotik sirup kering <7 hari dan dikatakan tidak patuh
apabila tidak menyampaikan informasi lama penyimpanan antibiotik sirup
kering <7 hari atau menyampaikan 7 hari.
3.4.8
3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
3.7.1 Teknik pengolahan data
3.4.9
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses
pengolahan data diantaranya:
3.7.1.1
Editing
3.4.10 Hasil diperoleh atau dikumpulkan dan disunting
terlebih dahulu untuk melihat data yang diperoleh sudah

3.7.1.2

lengkap atau kurang lengkap.


3.4.11
Coding
3.4.12 Mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi dua angka atau bilangan dengan memberi kode 1.

3.7.1.3

Patuh dan 2. Tidak patuh.


Data Entry atau Processing
3.4.13 Jawaban-jawaban dari masing-masing responden
yang dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam program

3.7.1.4

komputer.
Tabulasi

29

3.4.14

Membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan peneliti (Notoatmodjo, 2010).


3.7.2 Analisis data
3.4.15
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa univariat
(analisis deskriptif). Analisis univariat adalah analisa untuk satu
variabel penelitian. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan
atau

mendeskripsikan

karakteristik

setiap

variabel

penelitian.

Umumnya analisis univariat hanya menghasilkan distribusi ferkuensi


dan persentase dari tiap penelitian (Notoatmodjo, 2010).
3.4.16
3.4.17
Analisis data penelitian ini digunakan untuk mengetahui
kepatuhan tenaga teknis kefarmasian dalam pemberian informasi lama
penyimpanan antibiotik sirup kering di apotek wilayah Banjarmasin
Tengah. Seorang tenaga teknis kefarmasian dikatakan patuh apabila
menyampaikan lama penyimpanan antibiotik sirup kering yang telah
direkonstitusi
3.4.18
3.4.19
Penelitian ini akan dianalisis dengan cara mengkonversikan
nilai menggunakan rumus dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.
3.4.20
Rumus perhitungan:
3.4.21
3.4.22
P=

F
N x

3.4.23
Keterangan:
3.4.24
P = Persentase
3.4.25
F = Jumlah jawaban yang benar
3.4.26
N = Jumlah soal
3.4.27
3.4.28 3.8 Etika Penelitian
3.4.29 Etika penelitian mencakup perilaku peneliti terhadap subjek
penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat
(Notoatmodjo, 2010). Menurut Hidayat (2008) penelitian dilaksanakan
berpedoman pada etika sebagai berikut:
3.8.1
Informed consent (lembar persetujuan),

merupakan

bentuk

persetujuan antara peneliti dengan responden atas ketersediaannya


menjadi responden penelitian.

30

3.8.2

Anonymity (tanpa nama), merupakan jaminan dalam penggunaan


subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama responden

3.8.3

pada lembar alat ukur, cukup berupa penelitian yang akan disajikan.
Confidentiality (kerahasiaan), peneliti memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian informasi maupun masalah-masalah
lainnya.

Semua

informasi

yang

telah

dikumpulkan

dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan


dilaporkan dalam data hasil riset.
3.4.30

31

3.4.31

BAB 4
3.4.32 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.4.33

4.1 Gambaran Umum


3.4.34
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati pemberian
informasi tentanglama penyimpanan antibiotik sirup kering oleh tenaga teknis
kefarmasian di apotek wilayah Banjarmasin Tengah dengan menggunakan
lembar observasi (pengamatan) yang diisi sendiri oleh peneliti. Tenaga teknis
kefarmasian yang diamati disini adalah tenaga teknis kefarmasian yang
bekerja di apotek wilayah Banjarmasin Tengah yang memberikan informasi
lama penyimpanan

kepada pasien/masyarakat pada saat penelitian

dilaksanakan.
4.1.1
Keadaan Geografis
3.4.35
Kota Banjarmasin terletak pada 315' sampai 322' Lintang
Selatan dan 11432' Bujur Timur, ketinggian tanah asli berada pada
0,16 m di bawah permukaan laut dan hampir seluruh wilayah
digenangi air pada saat pasang. Kota Banjarmasin berlokasi daerah
kuala sungai martapura yang bcnnuara pada sisi timur sungai Barito.
Kota ini terletak ditepian timur sungai Barito dan dibelah oleh sungai
martapura yang berhulu dipegunungan meratus kota Banjarmasin
dipengaruhi oleh pasang surut air laut jawa, sehingga berpengaruh
kepada drainase kota dan memberikan ciri khas tersendiri terhadap
kehidupan masyarakat, temtama pemanfaatan sungai sebagai Salah
satu

prasarana

transportasi

air,

pariwisata,

perikanan,

dan

perdagangan.
3.4.36
3.4.37
Menurut data statistik 2001 dari seluruh luas wilayah kota
Banjarmasin

yang

kurang

lebih

98,46

km 2

ini

dapat

dipersentasikanbahwa peruntukan tanah saat sekarang adalah lahan


tanah pertaniaan3.111,9 ha, perindustriaan 278,6 ha, jasa 443,4 ha,
pemukiman3.029,3 ha, dan lahan perusahaan seluas 336,8 ha.
Perubahan dan perkembangan wilayah terus terjadi seiring dengan

32

pertambahan kepadatan penduduk dan kemajuan tingkat pendidikan


serta penguasaan ilmu pengetahuan teknologi.
3.4.38
3.4.39 Tabel 4.1 Batas Batas Wilayah Kota Banjarmasin
3.4.40
Uta

3.4.41 Sungai Alalak ( Seberangnya kecamatan Alalak,


Kabupaten Barito Kuala)

3.4.42
Sel

3.4.43 Kabupaten Banjar ( Kecamatan Tanah Bumbu)

3.4.44
Bar

3.4.45 Sungai Barito ( Seberangnya kecamatan Tamban,


Kabupaten Barito Kuala)

3.4.46
Ti

3.4.47 Kabupaten Banjar ( Kecamatan Sungai Tabuk dan


Kertak Hanyar )

3.4.48
3.4.49

Kota Banjarmasin terdiri atas 5 kecamatan, yaitu :


4.1.1.1
4.1.1.2
4.1.1.3
4.1.1.4
4.1.1.5

3.4.50

: 13,37 km2
: 20,18 km2
: 15,25 km2
: 11,54 km2
: 11,66 km2

Banjarmasin Barat
Banjarmasin Selatan
Banjarmasin Utara
Banjarmasin Timur
Banjarmasin Tengah

<http://id.wikipedia.org/wiki/Kota/_Banjarmasin>

(Diakses tanggal 7 Juli 2014).


3.4.51
3.4.52

Kecamatan

Banjarmasin

Tengah

adalah

salah

satu

kecamatandalam wilayah Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan


Selatan, Indonesia Kecamatan Banjarmasin Tengah berbatasan dengan
:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Banjarmasin
Utara
b. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Banjarmasin Barat
c. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Banjarmasin Timur
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Banjarmasin
Selatan

33

3.4.53

Wilayah Banjarmasin Tengah meliputi 12 (dua belas)

kelurahan yaitu:
1) Kelurahan Teluk Dalam
2) Kelurahan Kertak Baru Ilir
3) Kelurahan Pasar Lama
4) Kelurahan Kertak Batu Ulu
5) Kelurahan Seberang Mesjid
6) Kelurahan Melayu
7) Kelurahan Gadang
8) Keluranhan Pekapuran Laut
9) Kelurahan Sungai Baru
10) Kelurahan Kelayan Luar
11) Kelurahan Antasan Besar.
12) Kelurahan Mawar
3.4.54
4.1.2 Keadaan Demografi
3.4.55

Jumlah penduduk di wilayh Kecamatan Banjarmasin tengah

adalah 112.452 jiwa dengan kepadatan 7.871 jiwa/km2. Jumlah


penduduk menurut jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki sebanyak
56.081 jiwa dan perempuan sebanyak 56.371 jiwa.(BPS Kota
Banjarmasin, 2013).
3.4.56

Data apotek yang ada di wilayah kecamatan Banjarmasin


Tengah berjumlah 71 Apotek.
3.4.57
3.4.58 Tabel 4.2 Daftar Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah
3.4.59
NO.
3.4.62
3.4.65
3.4.68
3.4.71
3.4.74
3.4.77

3.4.60 NAMA
APOTEK
3.4.63 AMANDI
T FARMA
3.4.66 AMIN
SYIFA
3.4.69 ARJUNA
3.4.72 ARIEF
3.4.75 AZZMI
3.4.78 ANDALA
S FARMA

3.4.61 ALAMAT
3.4.64 Jl.Melayu Darat
No.56
3.4.67 Jl.Perintis
Kemerdekaan No
15
3.4.70 Jl.Sudimampir
No.11
3.4.73 Jl. Pasar Baru
Permai Lt.II
No.4C
3.4.76 Jl. Simp.Sungai
Bilu Rt 21 No.34
3.4.79 Jl.Perintis
Kemerdekaan

34

3.4.80
3.4.83
3.4.86
3.4.89
10
3.4.92
11
3.4.95
12
3.4.98
13

3.4.81 AKBAR
FARMA
3.4.84 BARITO
FARMA
3.4.87 BIO
MEDIKA
3.4.90 CHENDR
AWASIH
3.4.93 ERHA 21
3.4.96 FAIHA
ZALFA
3.4.99 FIRDAUS
3.4.102

3.4.101
14
3.4.104
15
3.4.107
16
3.4.110
17
3.4.113
18
3.4.116
19
3.4.119
20
3.4.122
21
3.4.125
22
3.4.128
23

GA
RUDA
ESTETIK
A
3.4.105
GU
ARDIAN
DUTA
MALL

No.13-15 Rt.22
3.4.82 Jl.S.Parman
No.19 Rt.002
Rw.002
3.4.85 Jl.Kinibalu No 5
Banjarmasin
3.4.88 Jl.Cempaka IV
No.21 B.masin
3.4.91 Jl.P.Samudra
No.6
3.4.94 Jl.A.Yani Dumol
Lt Dasar Unit
A/II B
3.4.97 Pasar Baru
Permai Lt.II
No.297-299
3.4.100
Jl.Pasar
Baru Permai

3.4.108

GR
AND EYE

3.4.111HALIM
3.4.114HUSADA
FARMA
3.4.117HASANA
H
3.4.120

HA
SNUR

3.4.123

IN
AYAH

3.4.126

IR
HAMNA

3.4.129

JA
YA

3.4.103

Jl.Veteran
No.53A
Banjarmasin

3.4.106

Jl.A.Yani
Km.2 Lt.I
3.4.109
Jl.H.Anan
g Adenansi No
2A
3.4.112Jl.Brigjen
Katamso No.08
Bjm
3.4.115Jl.Jend A.Yani
No.77
3.4.118Pasar Baru
Permai
3.4.121
Jl.Pasar
Baru Permai Lt.I
No.227
3.4.124
Jl.Pasar
Baru Permai
3.4.127
Jl.Kol
Sugiono No.34
Rt.3
3.4.130
Jl.Pahlawa
n No 77 Rt 8

35

3.4.131
24

3.4.132

KA

3.4.133

Jl.Hariyon
o MT No.125

SIO
3.4.135

3.4.134
25

3.4.137
26

3.4.140
27

3.4.143
28
3.4.146
29
3.4.149
30
3.4.152
31
3.4.155
32
3.4.158
33
3.4.161
34
3.4.164
35

KI
MIA
FARMA
KM.2
3.4.138
KI
MIA
FARMA
CEMPAK
A
3.4.141
KI
MIA
FARMA
S.PARMA
N
3.4.144
KI
MIA
FARMA
VETERA
N
3.4.147
KI
MIA
FARMA
3.4.150

KI
NI BALU

3.4.153

KO
PEGTEL

3.4.156

MA
JOE JAYA

3.4.159

MI
TRA

3.4.162

MO
NZI

3.4.165

MU
JARAB

3.4.168
3.4.167
36
3.4.170
37

NA
SYWA

3.4.171

NA
TASHA

3.4.136

Jl.A.Yani
Km.2 No.136

3.4.139

Jl.Cempak
a No.18

3.4.142

Jl.S.Parma
n No.42

3.4.145

Jl.Veteran
No.51 B
3.4.148
Jl.Mayjen
d Sutoyo S No
176
3.4.151
Jl.Kini Balu
No.41
3.4.154
Jl.H.Anan
g Adenansi
3.4.157
Jl.Pasar
Baru Permai Lt.2
No.179-180
3.4.160
Jl.S.Parma
n No.48
3.4.163
Jl.Perintis
Kemerdekaan
No.7 Rt.22
3.4.166
Jl.Niaga
Utama No 14 rt
18
3.4.169
Jl.Sulawes
i No.12 Rt.14
B.masin
3.4.172

Jl.A.Yani
Km.2 Duta Mall

36

Lt.3
3.4.173
38

3.4.174

3.4.176
39

3.4.177

3.4.179
40
3.4.182
41
3.4.185
42
3.4.188
43

PIA
LA BARU
PU
RI SEHAT

3.4.180

PL
US DUTA
MALL
3.4.183
RA
WASARI
3.4.186
RIT
A
3.4.189

TA
AMIR

3.4.192

Jl.Cempak
a Besar IX No.73
Rt.10
3.4.178
Jl.Jend
A.Yani Km.1
No.31
3.4.181
Jl.A.Yani
Km.2 Komp
Duta Mall Lt.1
3.4.184
Jl.Rawasa
ri RT 54 RW 005
3.4.187
Jl.Mayjen
Soetoyo S Rt.18
3.4.190
Jl.Zafri
zam-zam RT 51
no 43

SA

3.4.191
44
3.4.194
45

3.4.175

RI
MULIA
INDAH
3.4.195

SIN
AR MAS

Jl.Soetoyo
S No.1 Rt.17
3.4.196
Jl.Niaga
No.4 Rt 17
Banjarmasin

3.4.198
3.4.197
46
3.4.200
47
3.4.203
48
3.4.206
49
3.4.209
50
3.4.212
51
3.4.215
52

SU
MBER
BAHAGI
A
3.4.201
SU
MBER
SEHAT

3.4.193

3.4.204

SU
KSES

TE
LUK
DALAM
3.4.210
TA
LITHA
FARMA
3.4.213
TA
SYA
MUKAR
RAMAH
3.4.216
VE
TERAN

3.4.199

Pasar
Baru Permai Lt
II No.22
3.4.202
Jl.Ais
Nasution No.11
Rt.13
3.4.205
Jl.Kampu
ng Melayu Darat
No 30

3.4.207

3.4.208

Jl.Soetoyo
S No.2

3.4.211Jl.Kol.Sugiono
No. 22 Rt.3
3.4.214
Jl.Zafri
Zam-zam RT 23
No.18
3.4.217

Jl.Veteran
No.11 RT 34

37

3.4.218
53
3.4.221
54
3.4.224
3.4.225
3.4.226
4.2.1

3.4.219

ZA
HRA

3.4.222

ZA
MIR

3.4.220

Jl.Kini
Balu No.7 Rt.56
3.4.223
Jl.Niaga
No 20 B Rt 18

4.2 Karakteristik Responden


Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
3.4.227

Distribusi frekuensi jenis kelamin responden di Apotek

Banjarmasin Tengah Tahun 2015 dapat dilihat dari tabel 4.3 berikut :
3.4.228

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

3.4.229

RespondenApotek Banjarmasin Tengah

Tahun 2015
3.4.232
Responden
3.4.235
3.4.236
(
Frekuensi
%)
3.4.237 3.4.238
Laki- 3.4.239
3.4.240
2
1
laki
13
4,07%
3.4.241 3.4.242
Peremp 3.4.243
3.4.244
7
2
uan
41
5,93%
3.4.246
3.4.247
1
3.4.245
Total
54
00%
3.4.248Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden
3.4.230 3.4.231
Jenis
No
Kelamin

terbanyak adalah perempuan yang berjumlah 41 responden


(75,93%) dari total 54 responden.
3.4.249
4.2.2

Distribusi Frekuensi Umur Responden


3.4.250Distribusi frekuensi umur

responden

di

Apotek

Banjarmasin Tengah Tahun 2015 dapat dilihat dari tabel 4.4 berikut
:
3.4.251 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur
Responden
3.4.252
3.4.253

di Apotek Banjarmasin Tengah Tahun 2015

38

3.4.254
3.4.255
3.4.256
Ke
N
lompok Umur
o
3.4.262
3.4.263
17
1
25
3.4.266
3.4.267
26
2
34
3.4.270
3.4.271
35
3
42
3.4.274
3.4.277

3.4.257
Responden
3.4.260
3.4.261
(%)
Frekuensi
3.4.264
3.4.265
57,41 %
31
3.4.268
3.4.269
35,19%
19
3.4.272
3.4.273
7,41%
4
3.4.275
Total
3.4.276
100%
54
Berdasarkan tabel 4.4 dapat digambarkan bahwa

responden terbanyak adalah umur 17-25, yang berjumlah 31

4.2.3

responden (57,41%) dari total 54 responden.


3.4.278
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden
3.4.279
Distribusi frekuensi Pendidikan

responden

di

Apotek Banjarmasin Tengah Tahun 2015 dapat dilihat dari tabel


4.5 berikut :
3.4.280
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan
3.4.281
Responden di Apotek Banjarmasin Tengah
Tahun 2015
3.4.284
Responden
3.4.287
3.4.288
(%
Frekuensi
)
3.4.289 3.4.290
SMF/ 3.4.291
3.4.292
87
1
SMK Farmasi
47
.04 %
3.4.293 3.4.294
D3
3.4.295
3.4.296
12
2
Farmasi
7
,96 %
3.4.298
3.4.299
10
3.4.297
Total
54
0%
3.4.300
Berdasarkan tabel 4.5 dapat digambarkan bahwa
3.4.282 3.4.283
Pendi
No
dikan

responden terbanyak adalah berpendidikan terakhir SMF, yang


berjumlah 47 responden (87,04%) dari total 54 responden.
3.4.301
3.4.302 Univariat
4.3 Analisa

39

4.3.1

Distribusi Frekuensi 54 Responden Berdasarkan Gambaran


Kepatuhan

Tenaga

Teknis

Kefarmasian

Dalam

Pemberian

Informasi Tentang Lama Penyimpanan Antibiotik Sirup Kering


Yang Telah di Rekonstitusi di Apotek Wilayah BanjarmasinTengah
Tahun 2015. Hasil didapatkan berdasarkan pengamatan terhadap
TTK yang dinilai berdasarkan lembar observasi/check listdidapat
dilihat dengan

hasil dalam bentuk Tabel distribusi frekuensi

sebagai berikut :
3.4.303
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tentang Gambaran
Kepatuhan Tenaga

Teknis Kefarmasian Pemberian

Informasi Tentang Lama Penyimpanan Antibiotik Sirup


Kering Yang Telah Di Rekonstitusi Di Apotek Wilayah
Banjarmasin Tengah Tahun 2015
3.4.304
3.4.305

3.3.2 Gambaran kepatuhan Tenaga

Teknis Kefarmasian dalam


3.3.1 pemberian informasi tentang lama
No penyimpanan antibiotik sirup kering
yang telah di rekosntitusi apotik
wilayah Banjarmasin Tengah
3.3.5

1
3.3.9

3.3.6 Patuh
3.3.10 Tidak Patuh
3.3.13 Total

3.3.3 Fre

kuensi

3.3.7 13
3.3.11 41
3.3.14 54

3.3.4

(%)

3.3.8

24,07
3.3.12

75,93
3.3.15

100

3.4.306
3.4.307
3.4.308
3.4.309
3.4.310
3.4.311
3.4.312
3.4.313
3.4.314
3.4.315
3.4.316Tabel 4.6 Menunjukan bahwa dari 54 responden Tenaga
Teknis Kefarmasian didapatkan sebagian besar yaitu 41 responden

40

(75,93%) yang tidak mematuhi memberikan informasi lama


penyimpanan antibiotik sirup kering.
3.4.317
3.4.318Kepatuhan tenaga teknis kefarmasian dalam pemberian
informasi lama penyimpanan antibiotik sirup kering yang telah
direkonstitusi berdasarkan parameter dapat dilihat seperti pada
tabel berikut.
3.4.319
3.4.320
4.4 Pembahasan
3.4.321

Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 8 Julisampai tanggal 24Juli

2015. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pemberian


informasi tentang lama penyimpanan antibiotik sirup kering yang telah
direkonstitusi, yang dilakukan di apotek wilayah Banjarmasin Tengah dengan
total responden sebanyak 54 orang sebagai sampel

Tenaga Teknis

Kefarmasian yang bekerja di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah yang


berada di 9 Kelurahan di Wilayah Banjarmasin Tengah dengan menggunakan
lembar observasi.
3.4.322
3.4.323

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 54 orang

responden didapatkan sebagian besar responden yaitu, sebanyak 41 orang


responden (75,93%) diketahui tidak patuh dalam pemberian informasi tentang
lama penyimpanan anitbiotik sirup kering yang telah direkonstitusi.
Ketidakpatuhan tenaga teknis kefarmasian dalam pemberian informasi obat
merupakan pelanggaran terhadap perundang-undangan dan hal tersebut
ditemukan di apotek wilayah Banjarmasin Tengah. Hal ini berarti terdapat 41
orang tenaga teknis kefarmasian yang tidak patuh terhadap perundangundangan yang berlaku.
3.4.324
3.4.325 Pelaksanaan pemberian informasi obat merupakan kewajiban
farmasis komunitas yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor:
922/Menkes/Per/X/1993 pasal 11, dimana pelayanan ini wajib didasarkan
pada kepentingan masyarakat. Selain itu, apotek juga merupakan sarana

41

kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker (PP No.51


tahun 2009 pasal 1 ayat 13). Yang dimaksud praktek kefarmasian tersebut
meliputi

pembuatan

termasuk

pengendalian

mutu

sediaan

farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat,


pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, bahan obat dan
obat tradisional (PP No. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 1). Keberadaan apotek
turut membantu pemerintah dalam memelihara dan menjaga kesehatan
masyarakat.
3.4.326
3.4.327

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pengertian


Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker. Dan Pemberian informasi obat diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 1027/MENKES/SK/2004 yaitu
informasi mengenai obat yang diberikan kepada pasien haruslah benar, jelas,
dan mudah dipahami/dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan
terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas
serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi untuk
menghindari interaksi obat.
3.4.328
3.4.329

Namun, walaupun demikian berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan

bahwa terdapat 41 orang tenaga teknis kefarmasian yang tidak patuh dalam
pemberian informasi tentang lama penyimpanan antibiotik sirup kering yang
telah direkonstitusi. Hal ini berarti dapat dikatakan bertentangan dengan
Peraturan Menteri Kesehatan nomor: 922/Menkes/Per/X/1993 pasal 11
tentang kewajiban farmasis komunitas dalam pelaksanaan pemberian
informasi obat. Faktor-faktor yang biasanya terjadi dilapangan karena
pendidikan, usia, situasi pelayanan, komunikasi dan sumber daya.
3.4.330

42

3.4.331

Penilaian yang dilakukan berdasarkan tentang pemberian informasi

tentang lama penyimpanan antibiotik sirup kering yang telah direkonstitusi


harus disampaikan oleh tenaga teknis kefarrnasian kepada pasien tentang lama
penyimpanan antibiotik sirup kering yang telah direkonstitusi, karena apabila
tidak disampaikan lama penyimpanan tidak boleh lebih dari 7 hari antibiotik
yang telah diberi air, rentan akan menimbulkan resistensi.
3.4.332

Masa penyimpanan berengaruh dalam hal ini yaitu semua jenis

obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun obat akan terurai secara
kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan
berkurang. Tanda - tanda kerusakan obat kadang kala tampak dengan jelas,
misalnya bila larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim
berubah tidak seperti awalnya ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses
rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya
obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau
terurai dengan membentuk zat zat beracun. Banyak obat setelah digunakan
secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang
sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada kemungkinan
terjadi reaksi hipersentitif atau alergi seperti gatal-gatal kulit kemerahmerahan, bentol-bentol atau lebih hebat lagi dapat terjadi syok, contohnya
Penisilin dan Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini maka sebaiknya
salep-salep menggunakan antibiotik yang tidak akan diberikan secara sistemis
(oral dan suntikan) ((http;// medicastore.com/apotik_online/antibiotika.html)
( tanggal 7 mei 2015)
3.4.333
3.4.334

Permasalahan resistensi pada pengguna antibiotik merupakan salah

satu masalah yangberkembang diseluruh dunia. Bahkan pasien dengan


pengetahuan yang salahakan cenderung menganggap wajib diberikan
antibiotik dalam penanganan semua penyakit. WHO dan beberapa organisasi
telah mengeluarkanpernyataan mengenai pentingnya mengkaji faktor-faktor
yang terkait denganmasalah tersebut strategi untuk mengendalikan kejadian

43

resistensi. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik secara bijaksana merupakan


hal yang sangat penting penerapan pengendalian infeksi secara baik untuk
mencegah berkembangnya kuman-kuman resisten tersebut kemasyarakat
(Lestari Wulan et al., 2011).
3.4.335
3.4.336

Jadi pemberian informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang

dilakukuan o1eh tenaga teknik kefarmasian untuk memberikan informasi


secara akurat, tidak bias, dan terkini untuk menjamin pengobatan yang aman
dan efektif. Penyediaan informasi obat yang tidak benar, tidak objektif dan
tidak lengkap dapat menurunkan kemanfaatan dan keamanaan penggunaan
obat.
3.4.337
3.4.338
3.4.339
3.4.340
3.4.341
4.5 Keterbatasan Penelitian
3.4.342

Keterbatasan penelitian pada penelitian ini terletak pada teknik

penelitian dimana penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara


langsung tingkah dan perilaku responden sehingga cenderung akan terjadi
perubahan perilaku yang menyebabkan hasil penelitian tidak maksimal atau
terlihat tidak nyata sesuai dengan keadaannya.

3.4.344

3.4.343
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
3.4.345

5.1 Kesimpulan
3.4.346 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap tenaga teknis
kefarmasian di apotek wilayah Banjarmasin Tengah tahun 2015 didapatkan
sebagian besar tenaga teknis kefarmasian yaitu, sebanyak 41 orang atau
sekitar 75,93% dari total sampel diketahui tidak patuh dalam pemberian
informasi lama penyimpanan antibiotik sirup kering yang telah direkonstitusi
3.4.347
5.2 Saran
5.2.1
Bagi Apotek

43

3.4.348

Penanggung jawab Apotek hendaknya membuat SOP agar

Tenaga Teknis Kefarmasian mematuhi tentang pemberian informasi


obat yang baik dan benar obat supaya memudahkan pasien/masyarakat
untuk bertanya dan mendapatkan informasi yang jelas tentang lama
5.2.2

penyimpanan antibiotik sirup kering yang telah direkonstitusi .


Bagi Tenaga Teknis Kefarmasian
3.4.349 Tenaga Teknis kefarmasian diharapkan mengaplikasikan
segala pengetahuan yang pernah diperoleh pada masa sekolah/kuliah
dalam

proses

pelayanan

kefarmasian

dan mematuhi

tentang

penyampaian informasi obat yang tepat khususnya lama penyimpanan


5.2.3

antibiotik sirup kering yang telah direkonstitusi.


Bagi Institusi Pendidikan
3.4.350 Menjadikan penelitian ini sebagai bahan kepustakaan untuk
proses belajar mengajar dan menjadi referensi bagi mahasiswa lain

5.2.4

yang ingin meneliti obyek yang terkait dalam penelitian ini.


Bagi Peneliti Lain
3.4.351 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

dengan

mengembangkan variabel atau tempat yang berbeda, yaitu dengan


peneliian dilakukan di puskesmas atau di rumah sakit oleh tenaga
teknis kefarmasian dalam memberikan informasi yang berhubungan
dengan antibiotik sirup kering.
3.4.352
3.4.353
3.4.354
3.4.355
3.4.356
3.4.357
3.4.358
3.4.359
3.4.360
3.4.361
3.4.362
3.4.363
3.4.364
3.4.365
3.4.366
3.4.367
3.4.368
3.4.369

44

3.4.370
3.4.371
3.4.372
3.4.373
3.4.374
3.4.375
3.4.376
3.4.377
3.4.378
3.4.379
3.4.380

3.4.381

DAFTAR RUJUKAN
3.4.382

3.4.383
3.4.384
3.4.385

Abu, A.(2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta


Anief, M.(2005). Farmasetika Dasar. Yogyakarta: UGM
Pres

3.4.386
3.4.387

Anief, M.(2006). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM


Pres

3.4.388
3.4.389
Anonim.(2002). Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta
3.4.390
3.4.391
Anonim.(2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek. Jakarta, 2004.
3.4.392
3.4.393
Anonim. (2004). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 1197/MENKES/SK/X/2004. Tujuan pelayanan informasi obat
3.4.394
3.4.395
Anonim.(2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian . Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
3.4.396
3.4.397
Anonim. (2009). WHO. (internet). Termuat dalam :
http://repositoy.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25
479/1/ADINA%20siti%20MARYAM%20TALAGO%20%20fkik.pdf (di akses 12 juli 2015)
3.4.398
Anonim.(2011). Resistensi Pada Antibiotic.Jakarta, 2011
3.4.399 http://www.semnasffua.com/pub/2013/prosiding-semnasffua201315-tinjauan-akumulasi-seftriakson.pdf (Diakses 8 Juli 2015).
3.4.400
3.4.401
Anonim. (2014).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2014.Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
3.4.402
3.4.403
Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4.
Jakarta. UI Press.
3.4.404
3.4.405
Ansel, H.C.,& Prince, J.S.(2006).Kalkulasi Farmasetik, Panduan
untuk Apoteker. Jakarta: EGC
3.4.406
3.4.407
Ansel, H.C. (2008). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4.
Jakarta. UI-Press

3.4.408
Aronson, E., Wilson, T.D., and Akert, R.M.(2010). Sosial Psychology.
Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, (Online),
3.4.409
http://en.wikipedia.org/wiki/Compliance_%28psychology
%29, (Diakses tanggal 2 juni 2015)
3.4.410
3.4.411Bahfen, F. (2006).Aspek Legal layanan Farmasi komunitas konsep
pharmaceutical Care. Majalah Medisina
3.4.412
3.4.413
Carstenten, J.T., & Rhodes.(2000). Drug Stability. 3rd. ED
3.4.414
3.4.415
Depkes RI. (2006). Pedoman Pelayanan Kefarmasian. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta
3.4.416
3.4.417
Hidayat, A.A. (2008). Metodologi Penelitian Keperawatan dan
Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
3.4.418
3.4.419
Joenoes, N.Z. (2008).Ars Prescribendi Resep Yang Rasional.Edisi
2.Surabaya : Airlangga Uniiversity Press
3.4.420
3.4.421
Katzung, B.G. (1997). Farmakologi Dasar dan Klinik.Edisi
6..Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
3.4.422
3.4.423
KemenKes.(2010). Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian Di
Apotek.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Ditjen Bina Kefarmasian Dan
Alat Kesehatan, Ditjen Bina Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan.
3.4.424
3.4.425
Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
3.4.426
3.4.427
Nafrialdi, S.R. (2011). Farmakologi dan Terapi. Jakarta. Fakultas
Kedoteran-Universitas Indonesia
3.4.428
3.4.429
Resse, B. &Gumustop.(2000). Handbook of Antibiotics.3rd
Edition.Lippicort Williams & Wilkins. Philadelphia
3.4.430
3.4.431
Sarwono, S. (2009). Psikologi Sosiologi.Indonesia.
University:Jakarta
3.4.432
3.4.433
Sukandar, Y.E., Andrajati, R., Sigit, I.J., Adnyana, K.I., Setiadi,
P.A.A. & Kusnandar. (2009). Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFI
penerbitan
3.4.434

3.4.435
Sukmadinata, N.S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya
3.4.436
Tjay, T.H & Rahardja, K. (2007). Obat obat
Penting.Jakarta: PT. Gramedia
3.4.437
3.4.438
http://medicastore.com/apotik_online/antibiotika/antibiotika.html)
(Di akses tanggal 7 mei 2015))
3.4.439
3.4.440
3.4.441
3.4.442
3.4.443
3.4.444
3.4.445

3.4.446
3.4.447
3.4.448
3.4.449
3.4.450
3.4.451
3.4.452

3.4.453
3.4.454
3.4.455
3.4.456
3.4.457
3.4.458
3.4.459
3.4.460 LAMPIRAN LAMPIRAN
3.4.461

3.4.462
3.4.463

Lampiran 1. Surat Keterangan Permohonan Bimbingan KTI

3.4.464
3.4.465

3.4.466
3.4.467

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

3.4.468
3.4.469
3.4.470
3.4.471

Lampiran 3 Surat Izin Studi Pendahuluan

3.4.472

3.4.473
3.4.474

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Pembimbing I

3.4.475
3.4.476
3.4.477

3.4.478
3.4.479
3.4.480
3.4.481
3.4.482
3.4.483

Lampiran 5. Lembar Konsultasi Pembimbing II

3.4.484
3.4.485
3.4.486

3.4.487
3.4.488
3.4.489
3.4.490
3.4.491
3.4.492
3.4.493

Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden

3.4.494

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


3.4.495
3.4.496

3.4.497

Kepada Yth.

3.4.498

Calon Responden Penelitian

3.4.499

Tenaga

Teknis

Banjarmasin, Juni 2015

Kefarmasian

di

Apotek

Wilayah

Banjarmasin Tengah
3.4.500
3.4.501

Dengan hormat,

3.4.502

Saya yang bertanda dibawah ini:

3.4.503

Nama : Muhammad Noraidi Nafarin

3.4.504

NPM : 11104 D3 Fi

3.4.505

Adalah mahasiswa Program Studi D3 Farmasi Sekolah


Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin yang sedang
melakukan penelitian dengan judul Gambaran Kepatuhan Tenaga
Teknis Kefarmasian
LamaPenyimpanan

dalam Pemberian Informasi tentang


Antibiotik

Sirup

KeringYang

Telah

Direkonstitusi Di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah. Tujuan


penelitian ini adalah untuk mengetahui Kepatuhan Tenaga Teknis
Kefarmasian
LamaPenyimpanan

dalam

Pemberian

Antibiotik

Sirup

Informasi
KeringYang

Direkonstitusi Di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah


3.4.506

tentang
Telah

3.4.507

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan


bagi Anda sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang
diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian. Jika Anda telah menjadi responden dan terjadi hal-hal
yang memungkinkan untuk mengundurkan diri, maka Anda
diperbolehkan mengundurkan diri untuk tidak ikut serta dalam
penelitian ini. Sebagai bukti kesediaan anda menjadi responden
dalam penelitian ini, saya mohon kesediaan anda untuk
menandatangani lembar persetujuan yang telah saya siapkan.
Partisipasi anda dalam lembar observasi (pengamatan) ini sangat
bermanfaat dan sangat saya hargai dan saya ucapkan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya

3.4.508

Lampiran 7. Surat Persetujuan Menjadi Responden

3.4.509
3.4.510

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


3.4.511

3.4.512

Judul

penelitian:

Gambaran

Kefarmasian

dalam

LamaPenyimpanan

Kepatuhan Tenaga Teknis

Pemberian

Informasi

tentang

Antibiotik Sirup KeringYang Telah

Direkonstitusi Di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah


3.4.513
3.4.514

Setelah saya mendapat penjelasan dari peneliti yang


bermaksud mengadakan penelitian kepada diri saya, dengan ini
saya
3.4.515
3.4.516

Bersedia

3.4.517
3.4.518

Untuk berpartisipasi dalam penelitian tersebut tentang


Gambaran Kepatuhan Tenaga Teknis Kefarmasian

dalam

Pemberian Informasi tentang LamaPenyimpanan Antibiotik Sirup

KeringYang Telah Direkonstitusi Di Apotek Wilayah Banjarmasin


Tengah.
3.4.519
3.4.520

Dengan persetujuan ini saya tanda tangani dengan sejujurjujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun.

3.4.521
3.4.522

Banjarmasin, Juni 2015

3.4.523
3.4.524
3.4.525

Responden

3.4.526
3.4.527
3.4.528
3.4.529

Lampiran 8. Lembar Observasi (Pengamatan)


3.4.530

3.4.531

LEMBAR OBSERVASI (PENGAMATAN)

3.4.532
3.4.533

Inisial

3.4.534

Jenis Kelamin

3.4.535

Tingkat Pendidikan

3.4.536

Usia

3.4.537
3.4.538
3.4.539
3.4.540
3.4.541
3.4.542 Parameter

3.4.543 Ya

3.4.544 Tidak

3.4.545 Pemberian

informasiTentang Lama
Penyimpanan Antibiotik
Sirup Kering <7 hari

3.4.546

3.4.547

3.4.548
3.4.549

3.4.550
3.4.551
3.4.552
3.4.553
3.4.554
3.4.555
3.4.556
3.4.557
3.4.558
3.4.559
3.4.560
3.4.561
3.4.562
3.4.563

Lampiran 9. Lembar Kuisioner ( Pengamatan )

3.4.564
3.4.565
3.4.566

KUESIONER TINGKAT KEPATUHAN TENAGA


TEKNIS KEFARMASIAN PEMBERIAN INFORMASI
ANTIBIOTIK
3.4.567
SIRUP KERING DI APOTEK BANJARMASIN
TENGAH
3.4.568
A Identitas Responden
3.4.569
Nama
:
3.4.570
Usia
:
3.4.571
Alamat
:
3.4.572 Pendidikan Terakhir :
3.4.573

Apakah anda pernah memberikan informasi tentang aturan pakai, lama


penyimpanan, dll antibiotik sirup kering?
a Ya
b Tidak

Menurut anda, kapan obat antibiotik sirup kering tidak boleh digunakan
lagi?
a 7 hari setelah diberi air
b 7 hari setelah diberi air

3.4.574

3.4.575
Apakah obat antibiotik sirup kering yang digunakan selalu diminum sampai
habis?
a Ya
b Tidak

3.4.576
3.4.577
3.4.578
3.4.579
3.4.580
3.4.581
3.4.582

Lampiran 10. Hasil (Lembar Observasi).

3.4.583

Kepatuhan Tenaga Teknis Kefarmasian dalam Pemberian


Informasi Lamapenyimpanan antibiotik sirup kering yang telah
direkonstitusi di ApotekWilayah Banjarmasin Selatan Tahun 2015
Berdasarkan Parameter

3.4.584
3.4.585
No.
Responden
3.4.592
1
3.4.595
2
3.4.598
3

3.4.586
3.4.588
3.4.590

Parameter
Lama Penyimpanan
Ya

3.4.591

Tid

3.4.593

ak
3.4.594

3.4.596

3.4.597

3.4.599

3.4.600

3.4.601
4
3.4.604
5
3.4.607
6
3.4.610
7
3.4.613
8
3.4.616
9
3.4.619
10
3.4.622
11
3.4.625
12
3.4.628
13
3.4.631
14
3.4.634
15
3.4.637
16
3.4.640
17
3.4.643
18
3.4.646
19
3.4.649
20
3.4.652
21
3.4.655
22
3.4.658
23
3.4.661

3.4.602

3.4.603

3.4.605

3.4.606

3.4.608

3.4.609

3.4.612

3.4.611
3.4.614

3.4.615

3.4.617

3.4.618

3.4.620

3.4.621

3.4.623

3.4.624

3.4.626

3.4.627

3.4.629

3.4.630

3.4.632

3.4.633

3.4.635

3.4.636

3.4.638

3.4.639

3.4.641

3.4.642

3.4.644

3.4.645

3.4.647

3.4.648

3.4.650

3.4.651

3.4.653

3.4.654

3.4.656

3.4.657

3.4.659

3.4.660

3.4.662

3.4.663

24
3.4.664
25
3.4.667
26
3.4.670
27
3.4.673
28
3.4.676
29
3.4.679
30
3.4.682
31
3.4.685
32
3.4.688
33
3.4.691
34
3.4.694
35
3.4.697
36
3.4.700
37
3.4.703
38
3.4.706
39
3.4.709
40
3.4.712
41
3.4.715
42
3.4.718
43
3.4.721
44

3.4.665

3.4.666

3.4.668

3.4.669

3.4.671

3.4.672

3.4.674

3.4.675

3.4.677

3.4.678

3.4.680

3.4.681

3.4.683

3.4.684

3.4.686

3.4.687

3.4.689

3.4.690

3.4.692

3.4.693

3.4.695

3.4.696

3.4.698

3.4.699

3.4.701
3.4.704
3.4.707
3.4.710
3.4.713
3.4.716

3.4.702

3.4.705

3.4.708

3.4.719
3.4.722
-

3.4.711
3.4.714

3.4.717

3.4.720

3.4.723

3.4.724
45
3.4.727
46
3.4.730
47
3.4.733
48
3.4.736
49
3.4.739
50
3.4.742
51
3.4.745
52
3.4.748
53
3.4.751
54
3.4.754
Total
3.4.757
3.4.758
3.4.759
3.4.760
3.4.761
3.4.762
3.4.763
3.4.764
3.4.765
3.4.766
3.4.767
3.4.768
3.4.769
3.4.770

3.4.725
3.4.728
3.4.731
3.4.734
3.4.737
3.4.740
3.4.743
3.4.746
3.4.749
3.4.752
3.4.755

13

3.4.726

3.4.729

3.4.732

3.4.735

3.4.738

3.4.741

3.4.744

3.4.747

3.4.750

3.4.753

3.4.756

41

3.4.771

Lampiran 11. Hasil (Lembar Kuesioner).

3.4.772

Kepatuhan Tenaga Teknis Kefarmasian dalam Pemberian


Informasi Lamapenyimpanan antibiotik sirup kering yang telah
direkonstitusi di ApotekWilayah Banjarmasin Selatan Tahun 2015
Berdasarkan Parameter

3.4.773
No.
Responden
3.4.780
1
3.4.783
2
3.4.786
3
3.4.789
4
3.4.792
5
3.4.795
6
3.4.798
7
3.4.801
8
3.4.804
9
3.4.807
10
3.4.810
11
3.4.813
12
3.4.816
13
3.4.819
14
3.4.822

3.4.774
3.4.776
3.4.778

Parameter
Lama Penyimpanan
Ya

3.4.781

3.4.784

3.4.779

Tid

ak
3.4.782

3.4.785

3.4.787

3.4.788

3.4.790

3.4.791

3.4.793

3.4.794

3.4.796

3.4.797

3.4.799

3.4.800

3.4.802

3.4.803

3.4.805

3.4.806

3.4.808

3.4.809

3.4.811

3.4.812

3.4.814

3.4.815

3.4.817

3.4.818

3.4.820

3.4.821

3.4.823

3.4.824

15
3.4.825
16
3.4.828
17
3.4.831
18
3.4.834
19
3.4.837
20
3.4.840
21
3.4.843
22
3.4.846
23
3.4.849
24
3.4.852
25
3.4.855
26
3.4.858
27
3.4.861
28
3.4.864
29
3.4.867
30
3.4.870
31
3.4.873
32
3.4.876
33
3.4.879
34
3.4.882
35

3.4.826

3.4.827

3.4.829

3.4.830

3.4.832

3.4.833

3.4.835

3.4.836

3.4.838

3.4.839

3.4.841

3.4.842

3.4.844

3.4.845

3.4.847

3.4.848

3.4.850

3.4.851

3.4.853

3.4.854

3.4.856

3.4.857

3.4.859

3.4.860

3.4.862

3.4.863

3.4.865

3.4.866

3.4.868

3.4.869

3.4.871

3.4.872

3.4.874

3.4.875

3.4.877

3.4.878

3.4.880

3.4.881

3.4.883

3.4.884

3.4.885
36
3.4.888
37
3.4.891
38
3.4.894
39
3.4.897
40
3.4.900
41
3.4.903
42
3.4.906
43
3.4.909
44
3.4.912
45
3.4.915
46
3.4.918
47
3.4.921
48
3.4.924
49
3.4.927
50
3.4.930
51
3.4.933
52
3.4.936
53
3.4.939
54
3.4.942
Total
3.4.945

3.4.886

3.4.887

3.4.889

3.4.890

3.4.892

3.4.893

3.4.895

3.4.896

3.4.898

3.4.899

3.4.901

3.4.902

3.4.904

3.4.905

3.4.907

3.4.908

3.4.910

3.4.911

3.4.913

3.4.914

3.4.916

3.4.917

3.4.919

3.4.920

3.4.922

3.4.923

3.4.925

3.4.926

3.4.928

3.4.929

3.4.931

3.4.932

3.4.934

3.4.935

3.4.937

3.4.938

3.4.940

3.4.941

3.4.943

54

3.4.944

3.4.946
3.4.947
3.4.948
3.4.949
3.4.950
3.4.951
3.4.952
3.4.953
3.4.954
3.4.955
3.4.956
3.4.957
3.4.958
3.4.959
3.4.960

Lampiran 12. Daftar Riwayat Hidup


3.4.961
3.4.962

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


3.4.963

3.4.964

A. BIODATA

3.4.965

Nama

3.4.966

Tempat/Tanggal Lahir : Banjarmasin, 25 Januari 1994

3.4.967

Jenis Kelamin

3.4.968

Nama Orang Tua

3.4.969

Ayah

3.4.970

Ibu

3.4.971

Agama

3.4.972

: Muhammad Noraidi Nafarin


: Laki-laki
: Junaidi. A
: Norlaila Herawati
: Islam
Alamat : Jl. Belitung darat Gg. Bina Karya Rt. 26
No. 31

3.4.973
3.4.974

Rw. 002

3.4.975

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

3.4.976

1. SD : SD Negeri Belitung Selatan 5 Banjarmasin

3.4.977

2. SMP

: Mts Negeri Mulawarman Banjarmasin

3.4.978

3. SMA

: MA Negeri 2 Model Banjarmasin

3.4.979

4. PT/Akd

: Stikes Muhammadiyah Banjarmasin

3.4.980
3.4.981
3.4.982

Anda mungkin juga menyukai