OLEH :
MUHAMMAD NORAIDI NAFARIN
12484011I04 FI
Oleh :
MUHAMMAD NORAIDI NAFARIN
NPM. 11104 D3 Fi
KATA PENGANTAR
menyelesaikan
pendidikan
D.3
Farmasi
Stikes
Muhammadiyah
Banjarmasin.
Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan rasa hormat dan terimakasih
sebesar-besarnya kepada:
1. M. Syafwani, S.Kp., M.Kep., Sp. Jiwa selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Risya Mulyani, M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi D.3 Farmasi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Siti Nasihah, S.Farm, Apt selaku dosen Pembimbing I yang telah dengan
sabar membimbing, memberikan banyak masukan serta meluangkan
waktunya untuk membimbing penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Sukarlan, SKM., M.Kes selaku dosen Pembimbing II yang telah dengan sabar
membimbing, memberikan banyak masukan serta meluangkan waktunya
untuk membimbing penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh dosen pengajar STIKES Muhammadiyah Banjarmasin khususnya
yang telah memberikan ilmu bermanfaat sehingga turut membantu dalam
penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh Apoteker Pengelola Apotek di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah.
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL..................................................................................... ......i
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH ...............ii
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................vii
DAFTAR SKEMA ......viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
BAB 1
PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
1.5 Penelitian Terkait ........................................................................ 5
BAB 2
BAB 3
DAFTAR RUJUKAN 31
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1
Tabel 3.2
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2.1
Kerangka Konsep .. 24
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Permohonan Bimbingan KTI
Lampiran 2. Lembar Konsultasi Pembimbing I
Lampiran 3. Lembar Konsultasi Pembimbing II
Lampiran 4. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5. Surat Persetujuan Menjadi Responden
11
BAB 1
PENDAHULUAN
Obat merupakan bahan yang sangat berpotensi bila digunakan dengan tepat.
Obat dapat membantu menyembuhkan penyakit atau mengatasi masalah
kesehatan. Dalam dunia farmasi dikenal golongan obat bebas dan obat bebas
terbatas atau dikenal dengan istilah OTC (Over The Counter) yaitu obat
yang boleh diberikan tanpa resep dokter dan Obat Ethical yaitu obat yang
hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.
Sirup kering adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus bahan dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat
yang terdispesi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok
perlahan-lahan endapan harus terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat
tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi
harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dihitung sehingga pada etiket
12
harus tertera label kocok dahulu dan disimpan dalam wadah tertutup baik
dan di tempat yang sejuk (Anief, 2006). Contoh dari suspensi oral adalah
sirup kering antibiotik oral, yang umumnya mengandung 125 sampai 500
mg zat padat per 5 ml (Ansel et al, 2008).
Antibiotika adalah obat yang sangat ampuh dan sangat bermanfaat jika
digunakan secara benar. Namun, jika digunakan tidak semestinya antibiotika
justru akan mendatangkan berbagai mudharat. Yang harus selalu diingat,
antibiotika hanya ampuh dan efektif membunuh bakteri tetapi tidak dapat
membunuh virus. Karena itu, penyakit yang dapat diobati dengan antibiotika
adalah penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Penyebab
timbulnya resistensi antibiotika yang terutama adalah karena penggunaan
antibiotika yang tidak tepat, tidak tepat sasaran, dan tidak tepat dosis.
(http://medicastore.com/apotek_online/antibiotika/antibiotika.html)
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini yang
dibuat secara semi-sintetis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula semua
senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri, para peneliti diseluruh dunia
menghasilkan banyak zat lain dengan khasiat antibiotis. Tetapi berhubung
dengan sifat toksisnya bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat
digunakan sebagai obat. Yang terpenting diantaranya adalah streptomisin,
kloramfenikol, tetrasiklin, neomisin, eritromisin, vankomisin, rifampisin,
gentamisin, bleomisin, doksurabisin, minosiklin dan tobramisin (Tjay &
Rahardja, 2007)
Kebanyakan bahan - bahan antibiotika tidak stabil bila berada dalam larutan,
untuk waktu lama yang diinginkan. Dan oleh sebab itu dilihat dari stabilitas,
13
bahan obat dengan bentuk tidak larut dalam suspensi berair atau sebagai
serbuk kering untuk dioplos sangat menarik bagi pabrik obat. Suspensi oral
antibiotik juga memberikan cara yang memuaskan dari pemberian sediaan
kepada bayi dan anak anak, sebagaimana juga pada orang dewasa yang
lebih isenang memilih sediaan cair daripada bentuk sediaan padat. Banyak
dari suspensi oral yang dimaksudkan terutama untuk bayi dikemas dengan
penetes yang berukuran, guna membantu pemberian dosis yang telah
ditetapkan. (Ansel, 2005). Contoh dari suspensi oral adalah sirup kering
antibiotik oral, yang umumnya mengandung 125 sampai 500 mg zat padat
per 5 ml (Ansel et al, 2008).
Penyimpanan obat karena beberapa obat tertentu harus disimpan pada suhu
khusus. Obat yang disimpan khusus salah satunya adalah sediaan sirup
kering antibiotik. Sediaan sirup antibiotik kering setelah dilarutkan dengan
air umumnya penyimpanannya tidak melebihi dari 7 hari untuk menghindari
kontaminasi atau penurunan efek farmakologi obat. Penyimpanannya harus
disimpan pada suhu 2-8C didalam lemari pendingin untuk menghindari
penurunan atau pengurangan konsesntrasi dan efektivitas
obat. Hal ini menjadi hal yang penting karena apabila Tenaga
Teknis Kefarmasian karena apabila Tenaga Teknis Kefarmasian
tidak mengetahui penyimpanan antibiotik secara tepat atau tidak
memberikan informasi kepada pasien penyimpanan antibiotik
secara tepat dapat membahayakan kesehatan. Efek yang dapat
ditimbulkan dari penyimpanan yang tidak tepat adalah penurunan
efektivitas dari obat yang menyebabkan efek terapi pengobatan
tidak
((http://www.jasopline.com/admin/php/uploads/336.pdf)
tercapai.
Diakses
14
Dari teori di atas saya tertarik ingin mengetahui dilapangan secara langsung
peran tenaga teknis kefarmasian. Untuk itu saya melakukan studi
pendahuluan terlebih dahulu di 10 Apotek yang ada di Banjarmasin. Studi
pendahuluan saya lakukan pada tanggal 13 April 2015. Di dapatkan data,
hasil wawancara dengan tenaga teknis kefarmasian di Apotek Wilayah
Banjarmasin Tengah
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana Gambaran Kepatuhan Tenaga Teknis
Kefarmasian Dalam Pemberian Informasi Tentang Lama Penyimpanan
Antibiotik Sirup Kering Yang Telah Direkonstitusi di Apotek Wilayah
Banjarmasin Tengah
1.3
Tujuan Penelitian
15
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peniliti
Untuk menambah pengetahuan, kreatif dalam bepikir dan pengalaman
serta penerapan teoriyang diperoleh selama pendidikan di bangku
kuliah
masukan
bagi
tenaga
kesehatan
dalam
rangka
1.5
Penilitian Terkait
16
Penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian ini adalah, penelitian oleh
Risda Paujiah (2014) dengan judul Tingkat pengetahuan Tenaga Teknis
Kefarmasian Tentang Penyimpanan Sirup Kering coamoxiclav setelah
direkonstitusi di Apotek kimia Bjm. Perbedaan penelitian saya dengan Risda
Paujiah adalah terletak pada tujuan penelitian, dimana penelitian oleh Risda
Paujiah bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan tenaga teknis
kefarmasian tentang penyimpanan sirup kering coamoxiclav setelah
direkonstitusi di Apotek Kimia Banjarmasin. Sedangkan penelitian saya
bertujuan
untuk
mengetahui
gambaran
kepatuhan
tenaga
tekhnis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepatuhan
2.1.1 Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan adalah taat atau tidak taat pada perintah, aturan dan
disiplin. Perubahan sikap dan perilaku individu di mulai dari tahap
kepatuhan, identitas dan internalitas. Pada umumnya kepatuhan
didasarkan karena ingin memperoleh imbalan, mengikuti pimpinannya
karena kelompoknya. Pada dasarnya kepatuhan seperti ini adalah
kepatuhan bersifat sementara. Kepatuhan dimana individu melakukan
sesuatu karena memahami makna, mengetahui pentingnya tindakan
atau keadaan adalah kepatuhan yang di harapkan (Aronson dkk, 2010)
Bahwa perubahan sikap dan perilaku individu diawali dengan proses
patuh, identifikasi, dan tahap terkhir berupa internalisasi. Pada
awalnya individu mematuhi anjuran/instruksi tanpa kerelaan untuk
melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari
17
hukuman/ sangsi jika dia tidak patuh, atau untuk memperoleh imbalan
yang dijanjikan jika dia mematuhi anjuran tersebut.Tahap ini disebut
tahap kepatuhan (compliance). Biasanya perubahan yang terjadi pada
tahap ini sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan ini dilakukan
selama masih ada pengawasan, tetapi begitu pengawasan itu
mengendur/ hilang, perilaku itupun ditinggalkan (Sarwono, 2009).
2.1.2 Faktor Penentu
Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah kemampuan,
kesadaran, keterampilan, tingkah emosional dan motivasi, sedangkan
faktor eksternal adalah lingkungan, sarana, prasarana, kontak dengan
pasien. Kata- kata, tindakan
apoteker
18
pengelolaan,
peracikan,
pengubahan
bentuk,
peracikan,
pengubahan
bentuk,
pencampuran,
19
sediaan
farmasi
dan
perbekalan
bertanggung
jawab
dalam
memberikan
untuk
menambah/meningkatkan
mendapatkan
pengetahuan
kesempatan
baik
melalui
20
dalam
pendidikan
termasuk
pendidikan
harus
tetap
menjaga
keserasian
serta
21
2.3.2
meningkatkan
mutu
hukum
bagi
pasien,
lainnya,
tujuan
yang
ingin
dicapai
mencakup
22
apoteker
sebagai
tenaga
farmasi
dituntut
untuk
2.5.1
23
dalam obat.
Indikasi
24
Antibiotik
2.6.1 Pengertian
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik,
yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses
biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh
bakteri. Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai substansi
yang bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat
pertumbuhan dan reproduksi bakteri dan fungi (Baratawidjaja, Karnen
Garna, 2006).
25
2.6.3
EfekSamping
Penggunaan antibiotika
digunakan
secara
lokal
dapat
26
2.6.3.2 Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah, atau
waktu terapi kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan
terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka lagi terhadap
obat
yang
bersangkutan.
Untuk mencegah
resistensi,
2.6.3.3 Infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan
dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda dengan penyebab
infeksi yang pertama. Supra infeksi terutama terjadi pada
penggunaan
antibiotika
broad
spektrum
yang
dapat
untuk
27
2.7
yang
sangat
minimum.
Beberapa
suspensi
resmi
28
didenifisikan
sebagai
sediaan
cairan
kental
mengandung sukrosa (gula) tidak kurang dari 50% dan tidak lebih
dari 65% yang belum dikasih air (Bambang, 2007). Pada sirup
dengan kadar gula yang rendah dapat terjadi fermentasi, kadar gula
yang tinggi mempunyai tekanan osmotik yang cukup tinggi
29
gula
yang
pekat
resisten
terhadap
pertumbuhan
terdispersi
dalam
pembawa.
2.10.2.3 Redispersi dan penuangan mudah.
2.10.2.4 Bentuk, bau, dan rasa acceptable
((www.pdfssearch.com/pdf/antibiotik_sirup_kering.html)
( Di akses tanggal 7 mei 2015)).
2.10.3 Cara Penggunaan Sirup Kering.
Tuang air minum sampai sedikit dibawah tanda lalu tutup botol
erat-erat, balikan botol dan kocok sampai semua granol terdispersi,
tambah lagi air minum secukupnya sampai tanda dan kocok baikbaik, setelah pencampuran dengan air minum, sirup ini harus
30
digunakan dalam waktu tidak lebih dari 7 hari, kocok dahulu setiap
akan diminum, simpan dilemari es atau ditempat yang terlindung
dari cahaya.
2.11 Stabilitas Produk Farmasi
2.11.1 Pengertian
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau
kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan
sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin
identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian produk tersebut.
(Joshita, 2008).
rasa,
kekerasan,
kerapuhan,
kelarutan,
31
2.12
Rekonstitusi
2.12.1 Pengertian
Rekonstitusi adalah penambahan pengencer pada suatu konsentrat
cairan atau serbuk dengan tujuan untuk menghasilkan suatu
konsentrasi tertentu (Ansel & Prince, 2006).
Etiket
pada
kebanyakan
serbuk
rekonstitusi
biasanya
2.13 Apotek
2.13.1 Pengertian
Menurut Keputusan Menteri kesehatan RI No.1332 /Menkes/
SK/X/2002, Apotek adalah salah satu tempat tertentu, tempat
dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan
farmasi dan perbekalan farmasi kepada masyarakat.
Menurut
Keputusan
Menteri
kesehatan
RI
32
2.13.2.1
KepatuhanTenaga
Teknis Kefarmasian
Menyampaikan
Informasi
Penyimpanan 7
hari
Patuh
Menyampaikan
Informasi
Penyimpanan 7
hari
Tidak Patuh
BAB 3
METODE PENELITIAN
33
suatu
fenomena
yang
terjadi
dalam
masyarakat
(Notoatmodjo, 2010).
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan
antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2007).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan
dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,
pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau
efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.
Penelitian
deskriptif
ini
menggambarkan
kepatuhan
tenaga
teknis
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk
melakukan kuesioner atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
atau fenomena. Definisi operasional ditentukan oleh parameter yang
dijadikan ukuran dalam penelitian, sedangkan pengukuran merupakan cara
dimana variabel dapat diukur dengan karakteristiknya (Hidayat, 2008).
Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan variabel dan definisi operasional
penelitian dalam bentuk seperti berikut:
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Operasional
Parameter
Instrumen
Penelitian
Kategori
34
Kepatuhan
Ketaatan
Ada tidaknya
Lembar
a. Patuh: bila
tenaga teknis
tenaga teknis
informasi
observasi
semua
kefarmasian
kefarmasian
tentang:
(pengamatan
informasi
dalam
dalam
Lama
disampaikan
pemberian
pemberian
penyimpanan
sesuai
informasi
informasi
dalam hari
dengan
tentang lama
Tentang
( 7 hari)
Penyimpanan
Lama
Antibiotik
Penyimpanan
Sirup Kering
Antibiotik
yang telah di
Sirup Kering
Rekonstitusi
yang telah di
parameter
b. Tidak patuh:
bila semua
informasi
tidak
disampaikan
sesuai
Rekonstitusi
dengan
parameter
Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
objek yang diteliti atau dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Sampel yang diambil dalam penelitian ini
adalah tenaga teknis kefarmasian yang bekerja di apotek wilayah
Banjarmasin Tengah yang memberikan informasi lama penyimpanan
antibiotik
3.3.3
sirup
kering
yang
telah
direkonstitusi
kepada
35
lama
36
kurang lengkap.
Coding
Mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi dua
angka atau bilangan dengan memberi kode 1. Patuh dan 2.
3.7.1.3
Tidak patuh..
Data Entry atau Processing
Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
3.7.1.4
teknis
kefarmasian
dalam pemberian
informasi
lama
37
P=
F
N
x 100
Keterangan:
%
P = Persentase
F = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah soal
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner dianalisa satu persatu dan
hasilnya dapat digambarkan dalam tabel distribusi frekuensi seperti
berikut:
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi
Kategori Kepatuhan
Jumlah
Persentase (%)
Patuh
...
Tidak Patuh
(lembar
persetujuan),
merupakan
bentuk
3.8.3
pada lembar alat ukur, cukup berupa penelitian yang akan disajikan.
Confidentiality (kerahasiaan), peneliti memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian informasi maupun masalah-masalah
lainnya.
Semua
informasi
yang
telah
dikumpulkan
dijamin
38
DAFTAR RUJUKAN
Abu, Ahmadi.(2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Anief. (2006). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Pres
Anonim. (2009). Peraturan Pemerintah Republic Indonesia Nomor 51 Tahun
2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian . Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Anonimus.
(2013).
Mekanisme
Kerja
Antibiotik.
Upper
Saddle
River,
NJ:
Prentice
Hall,
http://en.wikipedia.org/wiki/Compliance_%28psychology%29,
(Online),
(Diakses
Bahfen,
F.
(2006).Aspek
Legal
layanan
Farmasi
komunitas
konsep
39
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia
Keputusan.
(2002).
Menteri
40
Joenoes, Nanizar Zaman. (2008). Ars Prescribendi Resep Yang Rasional. Edisi 2.
Surabaya : Airlangga Uniiversity Press
Joshita, 2008. Kestabilan Obat http://staff.ui.ac.id/internal/130674809/ material/
KestabilanobatkuliahS2.pd. (Diakses 7 Juni 2015)
Katzung, Bertram, G. (1997). Farmakologi Dasar dan Klinik . Edisi 6.. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kemenkes. (2010). Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian Di Apotek.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan, Ditjen Bina Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan.
Mayo, Clinic. (2013). Clostridium Difficile Infection. Merck manual
Mboi, Nafsiah., (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 35 Tahun 2014. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Resse, Betts& gumustop. (2000). Handbook of Antibiotics. 3rd Edition. Lippicort
Williams & Wilkins. Philadelphia
41