Anda di halaman 1dari 12

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Kota Banjarmasin terletak pada 315' sampai 322' Lintang Selatan
dan 11432' Bujur Timur, ketinggian tanah asli berada pada 0,16 m
di bawah permukaan laut dan hampir seluruh wilayah digenangi air
pada saat pasang. Kota Banjarmasin berlokasi daerah kuala sungai
martapura yang bcnnuara pada sisi timur sungai Barito. Kota ini
terletak ditepian timur sungai Barito dan dibelah oleh sungai
martapura yang berhulu dipegunungan meratus kota Banjarmasin
dipengaruhi oleh pasang surut air laut jawa, sehingga berpengaruh
kepada drainase kota dan memberikan ciri khas tersendiri terhadap
kehidupan masyarakat, temtama pemanfaatan sungai sebagai Salah
satu

prasarana

transportasi

air,

pariwisata,

perikanan,

dan

perdagangan.
Menurut data statistik 2001 dari seluruh luas wilayah kota
Banjarmasin yang kurang lebih 98,46 km2 ini dapat dipersentasikan
bahwa peruntukan tanah saat sekarang adalah lahan tanah pertaniaan
3.111,9 ha, perindustriaan 278,6 ha, jasa 443,4 ha, pemukiman
3.029,3 ha, dan lahan perusahaan seluas 336,8 ha. Perubahan dan
perkebangan wilayah terus teijadi seiring dengan pertambahan
kepadatan penduduk dan kemajuan tingkat pendidikan Serta
penguasaan ilmu pengetahuan teknologi.
Tabel 4.1 Batas Batas Wilayah Kota Banjarmasin
Utara

Sungai Alalak ( Seberangnya kecamatan Alalak, Kabupaten Barito

Selatan
Barat

Kuala)
Kabupaten Banjar ( Kecamatan Tanah Bumbu)
Sungai Barito ( Seberangnya kecamatan Tamban, Kabupaten Barito

Timur

Kuala)
Kabupaten Banjar ( Kecamatan Sungai Tabuk dan Kertak Hanyar )

Kota Banjarmasin terdiri atas 5 kecamatan, yaitu :

4.1.1.1
4.1.1.2
4.1.1.3
4.1.1.4
4.1.1.5

Banjarmasin Barat
: 13,37 km2
Banjarmasin Selatan : 20,18 km2
Banjarmasin Utara
: 15,25 km2
Banjarmasin Timur
: 11,54 km2
Banjarmasin Tengah
: 11,66 km2

<http://id.wikipedia.org/wiki/Kota/_Banjarmasin> (Diakses tanggal 7 Juli 2014).


Kecamatan Banjarmasin Tengah adalah salah satu kecamatandalam wilayah Kota
Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia Kecamatan Banjarmasin
Tengah berbatasan dengan :
4.1.1.1
4.1.1.2
4.1.1.3
4.1.1.4

Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Banjarmasin Utara


Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Banjarmasin Barat
Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Banjarmasin Timur
Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Banjarmasin Selatan

Wilayah Banjarmasin Tengah meliputi 12 (dua belas) kelurahan yaitu:


4.1.1.1
4.1.1.2
4.1.1.3
4.1.1.4
4.1.1.5
4.1.1.6
4.1.1.7
4.1.1.8
4.1.1.9
4.1.1.10
4.1.1.11
4.1.1.12

Kelurahan Teluk Dalam


Kelurahan Kertak Baru Ilir
Kelurahan Pasar Lama
Kelurahan Kertak Batu Ulu
Kelurahan Seberang Mesjid
Kelurahan Melayu
Kelurahan Gadang
Keluranhan Pekapuran Laut
Kelurahan Sungai Baru
Kelurahan Kelayan Luar
Kelurahan Antasan Besar.
Kelurahan Mawar

4.1.1 Data Apotek


Apotek yang ada di wilayah kecamatan Banjarmasin Tengah
berjumlah 71 Apotek.
4.2 Analisa Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Data Demografi

Data hasil penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner


pada 113 Tenaga Teknik Kefarmasian yang bersedia menjadi
responden di Apotek Wilayah Banjarmasin Tengah.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur
No.
1.
2.
3.
4.

Umur
18-23
24-29
30-35
35-41
Jumlah
Sumber Data Primer

Frekuensi
86
15
7
5
113

Persentase
76
13
6
4
100

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui golongan umur responden yang terbanyak


adalah 18-23 tahun yang berjumlah 86 responden atau 76%.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan
No.
1.
2.

Pendidikan
Frekuensi
Persentase
SMF
83
73
D-3
30
27
Jumlah
113
100
Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa pendidikan responden yang terbanyak
adalah SMF yang berjumlah 83 responden atau 73%.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
No.
1.
2.

Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
P
89
79
L
24
21
Jumlah
113
100
Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa jenis kelamin responden yang terbanyak
adalah Perempuan yang berjumlah 89 responden atau 79%.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Tenaga Teknik Kefarmasinan Tentang
Pemberian Informasi Obat Antibiotik Cefixime Suspensi Kering Di Apotek
Wilayah Banjarmasi Tengah.

No.
1.
2.

Kategori
Frekuensi
Persentase
Patuh
15
13
Tidak Patuh
98
87
Jumlah
113
100
Sumber Data Primer
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang terbanyak adalah
responden yang masih tidak patuh tentang pemberian informasin obat antibiotik
cefixime suspensi kering yaitu 98 responden atau 87%.

4.2.2 Tabulasi Silang Kepatuhan Tenaga Teknik Kefarmasian Berdasarkan


Karakteristik Umur
Tabel 4.6 Tabulasi Silang Berdasarkan Umur
No
.
1.
2.
3.
4.

Patuh

Umur

18-23
24-29
30-35
30-35
Jumlah

8
5
1
1
15

7
4
1
1
13

Tidak Patuh
F
%
78
10
6
6
98

69
9
5
5
87

Jumlah
F
%
86
15
7
7
113

77
13
6
6
100

Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden terbanyak dengan umur 18-23 berjumlah
78 orang atau 69% cenderung tidak patuh tentang Pemberian Informasi Obat
Antibiotik Cefixime Suspensi Kering
4.2.3 Tabulasi Silang Kepatuhan Tenaga Teknik Kefarmasian Berdasarkan
Karakteristik Pendidikan
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan
No

Pendidika

Patuh

Tidak Patuh

Jumlah

.
1.
2.

n
SMF
D-3
Jumlah

F
6
9
15

%
5
8
13

F
77
21
98

%
68
19
87

F
83
30
113

%
73
27
100

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden terbanyak dengan


pendidikan SMF berjumlah 77 orang atau 68 % cenderung tidak patuh tentang
pemberian Informasi Obat Antibiotik Cefixime Suspensi Kering
4.2.4 Tabulasi Silang Kepatuhan Tenaga Teknik Kefarmasian Berdasarkan
Karakteristik Jenis Kelamin
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan
No
.
1.
2.

Jenis
Kelamin
P
L
Jumlah

Patuh
F

10
5
15

9
4
13

Tidak Patuh
F
%
79
19
98

70
17
87

Jumlah
%

89
24
113

79
21
100

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden terbanyak dengan Jenis
Kelamin Perempuan berjumlah 79 orang atau

70 % cenderung tidak patuh

tentang pemberian Informasi Obat Antibiotik Cefixime Suspensi Kering


4.2.5

Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner


Pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner.
Kuesioner yang diberikan pada regponden terdiri dari 6 pertanyaan, tiap
pertanyaan terdiri dari 2 pilihan yaitu Ya dan Tidak Serta pertanyaan
positif dan negatif Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui jawaban
dari responden seperti yang terlihat di tabel.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Kuisioner Responden


No
.
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Pertanyaan
Apakah
anda
memberikan
penjelasan kepada pasien bahwa
penggunaan
obat
cefixime
suspensi kering diminum 3 kali
sehari
Apakah anda menjelaskan kepada
pasien bahwa penggunaan jangka
waktu pengobatan minimal 3 hari
dan maksimal 7 hari
Apakah anda menjelaskan kepada
pasien cara penyimpanan obat
boleh lebih dari 7 hari setelah
ditambahkan air
Apakah anda menjelaskan kepada
pasien bahwa cefixime suspensi
kering dapat berinteraksi dengan
antasida
Apakah anda menjelaskan kepada
pasien bahwa efek samping
suspense
kering
dapat
menimbulkan diare
Apakah anda menjelaskan kepada
pasien tentang makanan dan
minuman yang harus dihindari
selama terapi seperti jeruk yang
akan menurunkan efektifitas
antibiotik

Benar

Salah

81

72

32

28

111

98

75

66

38

34

19

17

94

83

58

51

55

49

44

39

69

61

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa masih banyak responden yang tidak patuh
dalam menyampaikan informasi obat antibiotik cefixime suspensi kering dengan
jumlah 111 responden (98%).

4.3 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2014 untuk mengetahui Gambaran
Kepatuhan Pemberian Informasi Obat Oleh Tenaga Teknik Kefarmasian
Kepada Pasien Tentang Obat Antibiotik Cefixime Suspensi Kering Di Apotek
Wilayah Banjarmasin Tengah dengan jumlah sampel 113 orang dari 157
populasi,

menggunakan

teknik

penelitian

accidental

sampling

yaitu

pengambilan sampel dari populasi yang kebetulan ada atau berdasarkan


kriteria atau persyaratan yang telah ditentukan. Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian

adalah lembar kuesioner yang terdiri dari 6 pertanyaan

dimana terdapat 2 soal negatif (-) dan dan 4 soal positif (+), yang terdiri dari
2 pilihan yaitu Ya dan Tidak, dari 6 pertanyaan tersebut responden harus
menjawab semua pertanyaan dengan benar karena kategori penilaian yang
digunakan adalah, patuh dikatakan apabila semua pertanyaan dijawab dengan
benar dan tidak patuh dikatakan apabila semua pertanyaan terdapat jawaban
yang salah, setiap pertanyaan memiliki point terpenting yang berhubungan
dengan gambaran kepatuhan pemberian informasi obat oleh tenaga teknik
kefarmasian kepada pasien tentang antibiotik cefixime suspensi kering oleh
sebab itulah semua pertanyaan harus dijawab benar.
Dari tabel 4.5 diatas dapat diketahui tentang kepatuhan tenaga teknik
kefarmasian berdasarkan tujuan penelitian tentang gambaran kepatuhan
pemberian informasi obag oleh tenaga teknik kefarmasian kepada pasien
tentang obat antibiotik suspensi kering, dari data diatas diperoleh hasil
penelitian yaitu dari 113 responden diketahui, 98 responden (87%) yang masih
tidak patuh dalam pemberian informasi obat antibiotik cefixime suspensi
kering dan terdapat 15 responden (13%) yang patuh dalam memberikan
informasi obat antibiotik cefixime suspensi kering.
Penilaian yang dilakukan berdasarkan tentang pemberian informasi obat
antibiotik cefixime suspensi kering harus disampaikan oleh tenaga teknik
kefarrnasian kepada pasien karena penggunaan antibiotik cefixime suspensi
kering tidak sesuai efek texapi dapat menyebabkan resistensi. Permasalahan
resistensi pada pengguna antibiotik merupakan salah satu masalah yang

berkembang diseluruh dunia. Bahkan pasien dengan pengetahuan yang salah


akan cenderung menganggap wajib diberikan antibiotik dalam penanganan
semua penyakit. WHO dan beperapa organisasi telah mengeluarkan
pernyataan mengenai pentingnya mengkaji faktor-falctor yang terkait dengan
masalah tersebut, termasuk strategi untuk mengendalikan kejadian resistensi.
Oleh karena itu, penggunaan antibiotik secara bijaksana merupakan hal yang
sangat penting disamping penerapan pengendalian infeksi secara baik untuk
mencegah berkembangnya kuman-kuman resisten tersebut kemasyarakat
(Lestari Wulan et al. 2011). Jadi pemberian informasi obat merupakan
kegiatan pelayanan yang dilakukuan o1eh tenaga teknik kefarmasian untuk
memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini untuk menjamin
pengobatan yang aman dan efektif. Penyediaan informasi obat yang tidak
benar, tidak objektif dan tidak lengkap dapat menurunkan kemanfaatan dan
keamanaan penggunaan obat.
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahvya semua kategori umur cenderung tidak
patuh dalam pemberian informasi obat antibiotik ceiixime suspensi kering
dengan jumlah sebanyak 78 responden (69%). Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam
kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan. semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam berpikir
dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya.
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin
dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan teratur melakukan
antenatal care (Notoatmojo, 2007).
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden berdasarkan pendidikan sebagian
besar responden tidak patuh dalam pemberian informasi obat antibiotik
cefixime suspensi kering yaitu sebanyak 77 responden (68%), dikarenakan
tenaga teknis kefarmasian tersebut setelah lulus SMF banyak yang tidak
melanjutkan ke perguruan tinggi, karena lebih memilih bekelja sehingga
wawasan ilmunya tidak begitu luas (Mubarak, 2007). Dan menurut Niven,

2008 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar

dan

proses

pembelajaran

agar

peserta

didik

secara

aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan,


pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, rnasyarakat bangsa dan negara. Pendidikan klien
dapat rneningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut
merupakan pendidikan yang aktif.
Pada tabel 4.8 menunjukan bahwa responden berdasarkan jenis kelamin dalam
kategori tidak patuh, yang terbanyak adalah perempuan dengan jumlah 79
responden (70%). Berdasarkan teori fimgsional dan struktural munculnya
tuntutan untuk kesetaraan gender dalam peran sosial dimasyarakat sebagai
akibat adanya perubahan struktur nilai sosial ekonomi masyarakat. Dalam era
globalisasi yang penuh dengan berbagai persaingan peran seseorang tidak lagi
mengacu kepada norma-norma kehidupan sosial yang lebih banyak
mempertimbangkan faktor jenis kelamin, akan tetapi ditentukan oleh daya
saing dan keterampilan (Suryadi dan Idris, 2004). Jenis kelamin tidak terlalu
berpengaruh terhadap informasi atau pengetahuan yang didapat. Setiap orang
dapat rnemberi dan menerima informasi atau pesan- pesan kesehatan dari
siapa saja.
Pada tabel 4.9 menyatakan bahwa tentang cara pemberian informasi
penyimpanan obat cefixime suspensi kering diminum 3 kali sehari dengan
jumlah 81 responden (72%), penggunaan jangka waktu pengobatan obat
cefixime suspensi kering minimal 3 had dan maksimal 7 hari bexjumlah 111
responden (98%), dan cara penyimpanan obat antibiotik cefixime suspensi
kering berjumlah 75 responden (66%) informasi obat tersebut sudah sesuai
di sampaikan oleh tenaga teknik kefarmasian dan dapat dilihat dari hasil
persentasinya melebihi dari 50%. Sedangkan untuk interaksi obat ceiixime
suspensi kering dengan antasida berjumlah 19 responden (17%), efek samping
obat cefixime suspensi kering berjumlah 58 responden (51%), dan makanan
Serta minuman yang harus dihindari selama terapi berjumlah 44 responden
(39%) tidak disampaikan, jadi sebagian besar responden tidak patuh dalam

menyampaikan informasi obat. Apabila diantara diantara interaksi obat, efek


samping dan makanan yg harus dihindari selama terapi tidak disampaikan
maka reaksi obat tidak maksimal dan efek terapi obat pun tidak tercapai.
Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh banyak hal yang berhubungan
dengan kepatuhan tenaga teknik kefannasian dalam pemberian informasi
obat antibiotik cefixime suspensi kering. Tenaga teknik kefarmasian tidak
patuh di ukur berdasarkan parameter dan didapatkan hasil responden tidak
patuh 98 responden (78%) dan tenaga teknik kefarmasian yang patuh dalam
memberikan informasi obat antibiotik ceiixime suspensi kering beljumah 15
respondent (13%). Sehingga ketidakpatuhan dalam memberikan informasi
obat kepada pasien tidak tepat dan akurat maka dapat menyebabkan penyakit
menjadi resistensi atau kebal terhadap antibiotik tersebut.
Kebanyakan responden menjawab lembar kuesioner paling menjawab benar
pada pertanyaan no. 2 yaitu apakah anda menjelaskan kepada pasien bahwa
penggunaan jangka waktu pengobatan minimal 3 hari dan maksimal 7 hari
yang berjumlah 111 responden atau 98% dan responden paling banyak
menjawab salah pada pertanyaan no. 4 yaitu apakah anda menjelaskan kepada
pasien bahwa cefixime suspensi kering dapat berinteraksi dengan antasida,
berjumlah 94 responden (83%).
4.4 Keterbatasan Penelitian
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang bersifat subyektif
sehingga kebenaran data pada kejujuran responden.
5.2.4

Bagi Peneliti Lain


Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan referensi bagi mahasiswa
yang ingin meneliti hal yang sama namun penelitiannya menggunakan
dengan cara observasi dan tempat yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai