Pemeliharaan Mesin RF T 333927 Dengan Pendekatan FMEA Daan OEE
Pemeliharaan Mesin RF T 333927 Dengan Pendekatan FMEA Daan OEE
(Rachmat Firdaus,ST.,MT
Tedjo Sukmono,ST.MT, Ali Akbar,ST)
ABSTRAK
Muffler adalah alat peredam kebisingan juga berfungsi sebagai asesoris pada kendaraan. Kendala utama
proses produksi muffler adalah masih tingginya produk cacat yang dihasilkan sebesar 8% dari keseluruhan part
yang dihasilkan.. Untuk meminimalkan produk cacat diterapkan metode FMEA (Failure Modes Effect Analisys )
pada seluruh proses produksinya. FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan
mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode) dengan sekala prioritas. Hasil akhir dari FMEA
adalah Risk Priority Number(RPN) atau angka resiko prioritas. RPN dihitung berdasarkan perkalian antara
tiga peringkat kwantitatif yaitu efek/pengaruh, penyebab, dan deteksi pada setiap proses. Kemudian diurutkan
mulai rating tertinggi, serta tindakan yang disarankan untuk perbaikan. Hasil penerapan FMEA ini menunjukkan
nilai RPN tertinggi pada proses plong dengan nilai RPN sebesar 80 kemudian disusul dengan proses nozzle
forming dengan nilai RPN 64 dan yang terkecil pada proses finishing dengan nilai RPN 1. Tindakan yang
diambil adalah memodifikasi alat plong dan dihitung kembali nilai RPN masing-masing proses. Setelah dihitung
RPN tertinggi adalah proses nozzle forming sebesar 64. Dan ini dilakukan secara terus menerus sehingga nilai
RPN masing masing menjadi kecil dan produk cacat dapat diminimalkan.
Kata kunci: FMEA, RPN, produksi muffler
ABSTRACT
Muffler is a noise reducer tool also serves as an accessory on the vehicle. The main obstacle muffler
production process is still high defective products produced by 8% of total parts produced. To minimize the
defective product applied FMEA method (Failure Modes Effect ANALISYS) on the entire production process.
FMEA is "a structured procedure to identify and prevent as much as possible failure modes (failure modes) with
the scale of priority". The end result of the FMEA is a "Risk Priority Number" (RPN) or risk priority number.
RPN is calculated by multiplying the three quantitative ranking of the effects / influences causes and detection at
each process. Then sorted began the highest rating, and suggested actions for improvement. The results
demonstrate the application of FMEA is the highest RPN values in the process of punch hole with RPN value of
80 was followed by the process of forming the nozzle with the NDP 64 and the smallest in the process of
finishing with a value of RPN 1. The action taken is to modify the punch hole and recalculated the value of
individual RPN each process. Having calculated the highest RPN is the process of forming Nozzle by 64. And
this is done continuously so that the value of RPN each becomes small and defective products can be minimized.
Key words: FMEA, RPN, muffler production
TEKNOLOJIA Vol. 5
Page 83
1. Pendahuluan
Muffler selain sebagai peredam kebisingan juga
sebagai asesoris pada kendaraan. Sehingga produsen
muffler berlomba dalam performance dan model
pada desain produknya. Salah satunya adalah
pengrajin muffler di Sidoarjo dimana Proses
produksi muffler dilaksanakan secara sederhana
dengan penerapan teknologi dan peralatan yang
sederhana pula. Seiring tumbuhnya permintaan pasar
baik jumlah maupun kualitas produk yang tinggi
para pengrajin harus bisa memenuhi tuntutan
tersebut. Kendala utama para pengrajin muffler
adalah masih tingginya produk cacat yang dihasilkan
sebesar 8% dari keseluruhan part yang dihasilkan.
Salah satunya adalah meminimalkan produk cacat
dari produk muffler yang dihasilkan.
Untuk meminimalkan produk cacat para
pengrajin menerapkan metode FMEA (Failure
Modes Effect Analisys ) pada seluruh proses
produksinya. FMEA adalah suatu prosedur
terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah
sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode)
dengan sekala prioritas. Hasil akhir dari FMEA
adalah Risk Priority Number(RPN) atau angka
resiko prioritas. RPN adalah nilai yang dihitung
berdasarkan informasi yang diperoleh berkaitan
dengan
Potential Failure Modes, Effect dan
Detection. RPN dihitung berdasarkan perkalian
antara
tiga
peringkat
kwantitatif
yaitu
efek/pengaruh, penyebab, dan deteksi pada setiap
proses atau dikenal dengan perkalian S, O, D
(severity,
occurance,
detection).
Kemudian
diurutkan mulai rating tertinggi, serta tindakan yang
disarankan untuk perbaikan.
Tujuan pengrajin penerapan metode FMEA
pada setiap prsoes pembuatan muffler ini adalah
untuk Meningkatkan Kualitas, Keandalan, dan
safety dari product dan proses dalam arti
proaktive.
Membantu untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan (customer satisfaction).
Mengurangi biaya dan mempercepat proses
produksi.
Mengurangi resiko dengan melakukan
dokumentasi dan tracebility.
Mengidentifikasi proses utama yang beresiko
tinggi (rework, delivery terlambat).
Dengan demikian produk muffler yang
dihasilkan akan bertambah dengan kwalitas yang
tinggi.
2. METODE
Penelitian dilakukan pada industri kecil yaitu
pengrajin muffler di sidoarjo
dimana produk
muffler yang dihasilkan melalui banyak proses dan
tiap-tiap proses berpotensi mengahsilkan produk
cacat.
TEKNOLOJIA Vol. 5
(Rachmat Firdaus,ST.,MT
Tedjo Sukmono,ST.MT, Ali Akbar,ST)
Kontrol
pasti
1
mendeteks
i
Kontrol
hampir
2 pasti
mendeteks
i
Kontrol
mungkin
3 pasti
mendeteks
i
Hampir
Dibuat
tidak ada
kontrol
(0.1/50
pokayoke
produk)
Deteksi Rendah /
dengan
kegagalan
mengguna sangat
kan kontrol jarang
tidak
(0.1secara
0.5/50
manual
produk)
Sedang /
Deteksi
kegagalan
berdasarka
jarang
n
X
terjadi
pengeceka
(0.6n pada part
0.8/50
pertama
produk)
Hampir tidak
ada rework
dari setiap
pekerjaan
yang
dilakukan/
max kegiatan
rework 30dt
Terjadi
rework pada
source awal
proses(20%
dari total
stasiun kerja
yang
ada)/max
kegiatan
rework 30
detik
Terjadi
rework proses
stasiun kerja
(50% dari
total stasius
kerja yang
ada)/max
kegiatan
rework 30 dt
Page 84
Kontrol
mungkin
4 tidak
mendeteks
i
Terjadi
rework di
setiap proses
Kontrol Tinggi /
stasiun kerja
pengeceka kegagalan
(100% dari
n
sering
X
total stasius
dilakukan terjadi
kerja yang
secara
(0.9- 1/50
ada)/max
random produk)
kegiatan
rework 30
detik
Terjadi
rework di
Sangat
setiap proses
Tidak
tinggi
stasiun kerja
dapat
/kegagalan
(100% dari
X mendeteksi selalu
total stasius
/ tidak
terjadi (2 kerja yang
dicek
5/50
ada)/ kegiatan
produk)
rework > 30
detik
Kontrol
pasti tidak
5
mendeteks
i
(Rachmat Firdaus,ST.,MT
Tedjo Sukmono,ST.MT, Ali Akbar,ST)
FUNCTION
PROSES
1. Cutting
(Pemotongan)
POTENTIAL
EFFECT(S) OF
JENIS
FAILURE
KEGAGALAN
AKIBAT
KEGAGALAN
Salah ukuran
Reject
2. Rolling
(Penggulungan)
kurang rata
3. Nozzle forming
Retak / tidak
presisi
Reject/waktu proses
lama
4. Plong
Tidak presisi /
pecah
Reject/waktu proses
lama
5. Las Argon
6. Las Asyteline
7. Assembly
(Perakitan)
Reject/waktu finishing
lama
Reject/waktu finishing
hasil las tidak rata
lama
Tidak simetris
Rework lagi
3. HASIL
8. Moles
9. Finishing
(Pengkilat)
kurang mengkilat
Function
80
64
24
18
12
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
8. Moles
9. Finishing
(Pengkilat)
RPN
%Kum.
Diagram Pareto
Potential
Cause (S) Of
Failure
Penyebab
Proses
Kegagalan
1. Cutting
Tidak ada
(Pemotongan) mal
2. Rolling
alat kurang
(Penggulungan) presisi
7. Assembly
(Perakitan)
225
200
175
150
125
100
75
50
25
0
kurang mengkilat
Current
Process
O Controls
RPN
2 Visual
12
1 visual
4 Visual
64
80
24
18
2 Visual
2 Visual
1 Visual
Detektor
Kegagalan
Tidak ada
standart
4 Visual
kepresisian
masih manual 3 visual
masih manual 3 Visual
Pemukulan
berulangulang
dari material
dan debu
bahan kimia
dan
pencahayaan
(Rachmat
(
Firdaus,ST.,MT
Tedjo Sukmono,ST.MT, Ali Akbar,ST)
Akbar,ST
Funnction
JENIS
KEGAGALAN
Proses
1. Cutting
(Pemotongan)
2. Rolling
(Penggulungan)
3. Nozzle forming
4. Plong
POTENTIAL
EFFECT(S) OF
FAILURE
Akibat Kegagalan
Salah ukuran
Reject
kurang rata
Reject/waktu proses
4
lama
Reject/waktu proses
5
Tidak presisi / pecah
lama
Retak / tidak presisi
5. Las Argon
Reject/waktu
finishing lama
6. Las Asyteline
Reject/waktu
finishing lama
7. Assembly
(Perakitan)
Tidak simetris
Rework lagi
8. Moles
kurang halus/rata
permukaan kurang
rata
9. Finishing
(Pengkilat)
kurang mengkilat
kurang mengkilat
Function
Proses
1. Cutting
(Pemotongan)
Tidak ada
mal
2 Visual
12
2. Rolling
alat kurang
1 visual
(Penggulungan) presisi
64
60
24
3 Visual
18
1 Visual
2 Visual
1 Visual
4. Plong
5. Las Argon
6. Las Asyteline
7. Assembly
(Perakitan)
8. Moles
Potential
Current
Cause (S)
Process
Of Failure O Controls D RPN
Penyebab
Detektor
Kegagalan
Kegagalan
9. Finishing
(Pengkilat)
Tidak ada
standart
3 Visual
kepresisian
masih
3 visual
manual
masih
manual
Pemukulan
berulangulang
dari
material
dan debu
bahan
kimia dan
pencahaya
an
Page 86
(Rachmat
(
Firdaus,ST.,MT
Tedjo Sukmono,ST.MT, Ali Akbar,ST)
Akbar,ST
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
and
Operation Management Manufacture and
Services.
. McGraw Hill, eight edition. 1998.
Hartini, Sri dan Saptadi, Singgih. Analisis
4. KESIMPULAN
Metode FMEA bisa diterapkan pada industri
kecil terutama pengrajin logam dimana produk yang
dihasilkan membutuhkan
kan proses yang banyak.
Karena pada suatu produk yang pembuatannya
mengalami banyak proses, pengrajin akan sulit
sekali mengontrol jumlah produk cacat yang
dihasilkan. Selain itu kesulitan mengambil tindakan
mana yang lebih prioritas dan langkah apa yang
dilakukan. Dengan adanya penerapan metode FMEA
ini pengrajin lebih mudah mengendalikan proses
produksi agar produk cacat dapat diminimalkan
dengan tepat.
TEKNOLOJIA Vol. 5
Page 87
TEKNOLOJIA Vol. 5
(Rachmat Firdaus,ST.,MT
Tedjo Sukmono,ST.MT, Ali Akbar,ST)
Page 88