2
dalam Tangkilisan dan Nogi (2003) mengungkapkan bahwa pengukuran kinerja
adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
dan akuntabilitas, sehingga dalam penerapannya akan membutuhkan artikulasi
yang jelas mengenai misi, tujuan, dan sasaran yang dapat diukur dan berhubungan
dengan hasil program.
Salah satu sektor publik yang memiliki peran vital bagi masyarakat adalah
sektor transportasi yang berada di bawah naungan Dinas Perhubungan dan
Pariwisata. Lembaga ini berfungsi mengatur dan mengawasi serta menyediakan
sarana dan prasarana transportasi, termasuk di dalamnya perawatan dan perbaikan
dari sarana yang sudah ada. Akan tetapi, hingga saat ini Dinas Perhubungan masih
belum melaksanakan fungsinya secara optimal. Ketidakoptimalan ini dapat kita
lihat pada fenomena di beberapa terminal dimana masih banyak penumpang yang
memilih menunggu bis di luar terminal. Hal ini menunjukkan bahwa Dinas
Perhubungan dan Pariwisata dengan berbagai UPT terminalnya, belum mampu
mengoptimalkan fasilitas yang ada di dalam terminal sehingga penumpang tidak
bersedia menunggu bis di dalam terminal. Oleh karena itu, Dinas Perhubungan
dan Pariwisata harus meningkatkan kinerja mereka agar penumpang mau tertib
menunggu bis dalam terminal, ketertiban ini tentunya akan membantu kelancaran
arus keluar masuknya bis.
Berangkat dari berbagai pemahaman akan kondisi objektif dan realitas
yang terjadi di lapangan, maka kami merasa perlu dilakukan pengukuran terhadap
kinerja dinas terkait. Oleh karena itu, kami melakukan pengukuran kinerja pada
Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Lamongan yang kami fokuskan
pada UPT Terminal Lamongan dengan menggunakan coverage ratio sebagai
parameternya. Tulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi seberapa efektif kinerja
Dinas Perhubungan dan Pariwisa Kabupaten Lamongan di terminal.
Kabupaten Lamongan memiliki dua terminal yaitu Terminal Babat dan
Terminal Lamongan. Terminal Babat merupakan terminal yang kurang aktif dalam
menjalankan operasinya sehingga penelitian ini di fokuskan pada Terminal
Lamongan yang lebih eksis keberadaannya. Meskipun demikian, keberadan
terminal di Kabupaten Lamongan ini pun masih dinilai belum mampu
menjalankan fungsinya secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
penumpang yang enggan untuk menunggu bus di dalam terminal. Keadaan ini
3
disebabkan ketidaknyamanan fasilitas di dalam terminal, seperti kondisi jalan
yang rusak dan becek, ruang tunggu yang kurang nyaman, jumlah kios yang
minim, serta fasilitas lainnya yang kurang memadai. Keadaan ini mengakibatkan
hanya sedikit bis yang masuk ke dalam terminal yang pada akhirnya akan
berdampak pada minimnya retribusi yang diterima oleh UPT terminal. Minimnya
retribusi ini menyebabkan keterbatasan fasilitas yang dapat disediakan UPT
terminal.
Retribusi dan fasilitas di terminal merupakan satu pola hubungan
melingkar. Retribusi akan meningkat apabila terdapat kenyamanan fasilitas,
karena pada dasarnya retribusi yang diperoleh UPT sebagian dialokasikan untuk
pembangunan serta pemeliharaan fasilitas yang mendukung terminal.
Beberapa hal yang menjadi indikator kinerja dalam pengukuran ini antara
lain:
1. Besarnya potensi/sasaran yang distandarkan/dianggarkan dan realisasi yang
dinyatakan dalam rupiah ( Rp ).
2. Jumlah angkutan penumpang bus dan non bus yang masuk ke Terminal
Lamongan.
Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi
dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik (Ulum 2004).
Selain itu, pengukuran kinerja terhadap sektor publik juga dapat dijadikan
parameter untuk mengetahui seberapa efektif organisasi tersebut telah melayani
masyarakat selama ini. Menurut Mardiasmo (2004) pengukuran kinerja sektor
publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, membantu memperbaiki
kinerja pemerintah. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk
pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, mewujudkan
pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan. Dengan
adanya pengukuran kinerja tersebut, diharapkan pada masa mendatang berbagai
unit usahanya bisa menjadi lebih efektif dan efisien serta mampu memberikan
pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat sebagai konsumennya.
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai
pengukuran kinerja manajemen, memberikan arah dalam mencapai target kinerja
yang ditetapkan dan perbaikan yang harus dilakukan serta bisa menjadi parameter
untuk menilai keberhasilan organisasi sektor publik dalam menjalankan tugasnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur efektivitas kinerja Dinas
Perhubungan dan Pariwisata pada UPT Terminal Lamongan. Penelitian ini bersifat
analisis
terhadap
data
sekunder
yang
berupa
dokumentasi
laporan
5
sifatnya harian diakumulasikan menjadi bulanan untuk kemudian dijadikan
tahunan. Selanjutnya melakukan penghitungan coverage ratio tahun 2003 dan
2004, sehingga bisa untuk diperbandingkan.
3. Interpretasi atas hasil pengolahan data
Hasil pengolahan data yang telah dilakukan diinterpretasikan serta
dilakukan analisis mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja Dinas
Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Lamongan di terminal ditinjau dari
aspek rasio pencapaian (coverage ratio).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi yang diharapkan selama tahun 2003 dan 2004 masing-masing
sebesar Rp 58.392.000,00. Total realisasi tahun 2003 (Januari-Desember) adalah
Rp 58.435.600,00 dan tahun 2004 sebesar Rp 58.429.800,00. Pada Januari 2003
realisasi yang diperoleh adalah Rp 4.889.400,00 atau sebesar 8,37% dari total
realisai tahun tersebut, dan pada Januari 2004 realisasi yang diperoleh sebesar Rp
4.992.200,00 atau sebesar 8,56% dari realisasi tahun tersebut. Data lebih lengkap
dapat dilhat pada tabel 1.
Tabel 1:
Perhitungan Proyeksi dan Realisasi
Retribusi Bus/NonBus
UPT Terminal Kabupaten Lamongan
Tahun Anggaran 2003-2004
No
Bulan
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
jumlah
Potensi/sasaran
setahun (Th.20032004)
58.392.000
Realisasi
Th.2003
4.889.400
4.527.400
5.003.600
4.854.000
5.010.500
4.916.400
4.994.900
4.989.700
4.830.900
4.929.900
4.766.700
4.722.200
58.435.600
Realisasi
Th.2004
8,37
4.992.200
7,76
4.607.800
8,57
4.878.700
8,31
4.740.800
8,58 5.046.500
8,42
4.928.700
8,55
4.920.900
8,55
5.038.100
8,27
4.779.800
8,44
4.931.900
8,18
4.784.400
8,08
4.780.000
100,07 58.429.800
%
8,56
7,76
8,35
8,12
8,65
8,56
8,00
9,00
8,00
8,56
8,20
8,30
100,06
6
Pada tahun 2003 jumlah bus (AKDP dan AKAP) serta nonbus
(Angdes/MPU) di UPT Terminal Kabupaten Lamongan sebesar 84.364,
sedangkan jumlah Rit sebesar 216.037. Pada tahun 2004 jumlah kendaraan bus
(AKDP dan AKAP) serta nonbus (Angdes/MPU) sebesar 82.052, dengan jumlah
Rit sebesar 215.956. Data selengkapnya pada tabel 2.
Tabel 2:
Indikator Pengaruh Perhitungan Proyeksi
Potensi Retribusi Bus/NonBus
UPT Terminal Kabupaten Lamongan
Tahun Anggaran 2003-2004
No
Nama Obyek
Indikator Kinerja
2003
1
2
Bus (AKDP+AKAP)
Nonbus (Angdes/MPU)
Jumlah
Bus
47.499
36.865
84.364
Rit
152.282
63.755
216.037
2004
Bus
50.315
31.737
82.052
Rit
152.386
63.570
215.956
Rit
Pnp
AKDP
AKAP
Angdes
MPU
=
=
=
=
=
=
7
Tabel 3:
Perhitungan CR Retribusi Bus/NonBus
Kabupaten Lamongan
Tahun 2003
No
Uraian
1 Realisasi PAD Th. 2003
2 Potensi/sasaran Th. 2003
3 CR
CR
Jumlah dalam Rp
58.435.600
58.392.000
99,93%
0,07%
Tabel 4:
Perhitungan CR Retribusi Bus/NonBus
Kabupaten Lamongan
Tahun 2004
No
Uraian
1 Realisasi PAD Th. 2004
2 Potensi/sasaran Th. 2004
3 CR
CR
Jumlah dalam Rp
58.429.800
58.392.000
99,94%
0,06%
8
Mogok jalan yang dilakukan oleh bus PO. Widji nomor kendaraan S 6072 R juga
menyebabkan kurangnya penerimaan pendapatan, mogok jalan ini disebabkan
tidak adanya kesepahaman antara pengemudi, kernet, dan kondektur sehingga
pengemudi tidak mau melanjutkan perjalanan dan mengoperkan penumpang ke
bus lain. Selain itu mogok jalan juga terjadi karena adanya pertengkaran antar bus
trayek Antar Kota dalam Provisi (AKDP) dan AKAP di terminal tuban, bus trayek
AKDP memprotes bus trayek AKAP untuk tidak mengambil penumpang bus
trayek AKDP (jurusan Surabaya-Tuban).
Selain beberapa kondisi di atas, kodisi di dalam terminal juga
menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan, di antaranya kondisi fisik
terminal yang masih perlu perbaikan serta kurangnya pengadaan sarana dan
prasarana guna peningkatan pelayanan UPT terminal lamongan seperti: alat-alat
kantor, petugas administrasi, petugas penyidik, dan sepeda motor untuk patroli.
Adanya penurunan retribusi di tahun 2004 sebesar 0,01% dibandingkan
tahun 2003, merupakan dampak dari penurunan jumlah arus perjalanan
Angdes/MPU pada tahun 2004.
KESIMPULAN
Pada tahun 2003, realisasi pendapatan yang diperoleh UPT terminal
Lamongan adalah sebesar Rp 58.435.600,00 sedangkan sasaran/potensi yang
dianggarkan adalah Rp 58.392.000,00 Ini berarti terminal memperoleh surplus
retribusi bus/non bus sebesar 0,07% dari potensi yang ditargetkan. Pada tahun
2004, UPT terminal mengalami surplus sebesar 0.06%, dimana realisasi
pendapatan yang diperoleh UPT terminal Lamongan adalah sebesar Rp
58.429.800,00 dengan potensi yang dianggarkan sebesar Rp 58.392.000,00
Hasil analisis Kinerja Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten
Lamongan di UPT terminal berdasarkan perhitungan dengan coverage ratio tahun
2003 dan 2004 menunjukan hasil yang positif. Berdasarkan perhitungan untuk
kedua tahun tersebut, dapat dinyatakan bahwa Dinas Perhubungan dan Pariwisata
Kabupaten Lamongan telah cukup berhasil dalam menciptakan efektivitas kinerja
pada UPT Terminal Lamongan. UPT terminal tidak hanya mampu memenuhi
sasaran/potensi yang dianggarkan, tetapi juga mampu menghasilkan surplus
pendapatan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. (2004). Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta, ANDI.
Masmudi, Sulistiyowati dan Mahsun et al. (2002). Pengukuran Kinerja Proyek
Irigasi pada Sub Dinas Pengairan PUPP Kabupaten Sleman Tahun Anggaran
2002, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, vol.03, no. 01, pp. 17-30.
Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang. (1999). Laporan Final Retikat-Patda,
Jombang.
Suratman. (2001). Studi Kelayakan Proyek : Teknik dan Prosedur Penyusunan
Laporan, Yogyakarta, J&J Learning.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. (2003). Manajemen Modern untuk Sektor Publik.
Yogyakarta, Balairung&Co.
Ulum, Ihyaul. (2004). Akuntansi Sektor Publik, Malang, UMM Press.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. (2003). Metodologi Penelitian
Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.