Anda di halaman 1dari 11

Definisi

Pneumonia adalah suatu peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan


pengisian rongga alveoli oleh eksudat ( Askep Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan). Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacammacam sebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing ( Kapita Selekta Kedokteran edisi
kedua). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. ( Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid 2 edisi ketiga).
Epidemiologi
Pneumonia dapat terjadi pada berbagai usia, meskipun lebih banyak terjadi pada usia
yang lebih muda. Masing-masing kelompok umur dapat terinfeksi oleh pathogen yang
berbeda, yang mempengaruhi dalam penetapan diagnosa dan terapi. Sekitar 80% dari seluruh
kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi
dimasyarakat (pneumonia komunitas / PK) atau didalam rumah sakit ( pneumonia
nosokomial/ PN). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di
parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20 %. Pneumonia nosokomial di ICU lebih
sering daripada PN diruangan umum yaitu 42%: 13% dan sebagian besar yaitu sejumlah 47%
terjadi pada pasien yang menggunakan alat bantu mekanik. Kelompok pasien ini merupakan
bagian terbesar dari pasien yang meninggal di ICU akibat PN.
Penyebab / Etiologi
Virus

: virus influenza.

Bakteri

:Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, Hemofilus influenza,


Stafilokokus, Pneumokokus.

Jamur

: Pseudomonas, Candida albican.

Aspirasi

: makanan atau benda asing.

Patofisiologi
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia melalui
udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga
membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas,
anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar

masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang menimbulkan
manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial
oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru
menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi
perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi
hipoksemia
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul, yaitu : Risiko kekurangan volume cairan,
Nyeri (akut), Hipertermi, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Bersihan jalan
nafas tak efektif, Gangguan pola tidur, Pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.
Klasifikasi
Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi :
1) Klasifikasi klinis
Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yg klasik antara
lain awitan yg akut dgn gambaran radiologist berupa opasitas lobus,
disebabkan oleh kuman yang tipikal terutama S. pneumoniae, Klebsiella
pneumoniae, H. influenzae.
b. Pneumonia atipikal, ditandai dgn gangguan respirasi yg meningkat lambat dgn
gambaran infiltrate paru bilateral yg difus, disebabkan oleh organisme atipikal
dan termasuk Mycoplasma pneumoniae, virus, Chlamydia psittaci.
Klasifikasi berdasarkan factor lingkungan dan penjamu, dibagi atas :
a. Pneumonia komunitas sporadis atau endemic, muda dan orang tua
b. Pneumonia nosokomial didahului oleh perawatan di RS
c. Pneumonia rekurens mempunyai dasar penyakit paru kronik
d. Pneumonia aspirasi alkoholik, usia tua
e. Pneumonia pd gangguan imun pada pasien transplantasi, onkologi, AIDS
Sindrom klinis, dibagi atas :
a. Pneumonia bacterial, memberikan gambaran klinis pneumonia yang akut dgn
konsolidasi paru, dapat berupa :
- Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai parenkim paru
-

dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar


Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi klinis atipikal yaitu
perjalanan penyakit lebih ringan (insidious) dan jarang disertai konsolidasi

paru. Biasanya pada pasien penyakit kronik


b. Pneumonia non bacterial
Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh Mycoplasma, Chlamydia
pneumoniae.
2) Klasifikasi berdasarkan etiologi, dibagi atas

a. Bakterial : Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, H. influenza,


Klebsiella,dll
b. Non bacterial : tuberculosis, virus, fungi, dan parasit
Pathway

Gejala klinis
Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat penyakit
Adapun gejala klinis dari pneumonia yaitu :
-

Dispnoe
Hemoptisis
Nyeri dada
Takipnea
Demam, menggigil
Malaise

Kepala pusing
Batuk produktif berupa sputum
Peningkatan suhu tubuh
Hipoksemia

Pemeriksaan Fisik :
Dari hasil pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda-tanda konsolidasi paru berupa perkusi
paru pekak, auskultasi terdapat ronchi nyaring dan suara pernapasan bronchial, inspirasi rales
dan terdapat penggunaan otot aksesori.
Pemeriksaan diagnostik / penunjang
a. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray) teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus
dan bronchial), menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus),
penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
b. Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED) leukositosis menunjukkan adanya
infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat.
Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun. Bilirubin biasanya meningkat.
c. Analisis gas darah dan Pulse oximetry menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan O2.
d. Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah untuk mengetahui oganisme penyebab
e. Pemeriksaan fungsi paru-paru volume mungkin menurun, tekanan saluran udara
meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia.

Diagnosis
Penegakan diagnosis dibuat dengan pengarahan kepada terapi empiris, mencakup bentuk dan
luas penyakit, tingkat berat penyakit dan perkiraan jenis kuman penyebab infeksi. Dugaan
mikrorganisme penyebab infeksi mengarahkan pada pemilihan antibiotic yang tepat.
Penatalaksanaan Medis

Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun, yang
dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
Terapi suportif umum
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasar

pemeriksaan AGD
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap
pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila
terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy
distress dan respiratory arrest
g. Drainase empiema bila ada
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
No

Data subyektif

Nyeri

dada

Data obyektif
-

Tampak meringis

Px. Tanda vital : nadi meningkat

Kesimpulan
Nyeri (akut)

(takikardi)
2

Batuk

Batuk produktif berupa sputum

bercampur

sputum

rales, ronchi nyaring

Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi

Muntah

Nafsu makan menurun


4

Bersihan jalan napas tak


efektif

Perubahan

nutrisi

dari kebutuhan tubuh

Sulit

Tampak sesak

bernafas

Px. Tanda vital : respirasi meningkat

Pola napas tak efektif

kurang

Px. Fisik : penggunaan otot aksesori,

suara nafas bronchial


5

Muntah muntah

Risiko kekurangan volume


cairan

Badan
6 lemas

Tampak lemah

Sulit

Tampak sesak

bernapas

Px. Tanda vital : respirasi meningkat

Tampak menggigil

Px. Tanda vital : suhu meningkat

Px. Tanda vital : suhu meningkat

Badan

panas
Badan
8 panas
9

Sering
terbangun

Tampak lelah

Intoleran aktivitas

Hipertermi
Risiko terhadap infeksi
Gangguan pola tidur

di

malam

hari

karena

sulit

bernapas dan
batuk

Dari data di atas rumusan masalah yang muncul, yaitu :


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Nyeri akut
Bersihan jalan napas tak efektif
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Pola napas tak efektif
Risiko kekurangan volume cairan
Intoleran aktivitas
Hipertermi
Risiko terhadap infeksi
Gangguan pola tidu

Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
2) Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder
terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur sputum, tampak
batuk produktif berupa sputum, Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi
nyaring.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya
nafsu makan sekunder terhadap mual dan muntah ditandai dengan pasien mengeluh
mual, nafsu makan menurun dan muntah.
4) Pola napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder terhadap
infeksi ditandai dengan pasien mengeluh sulit bernapas, tampak sesak, px. tanda
vital : respirasi meningkat, px. fisik : penggunaan otot aksesori, suara nafas bronchial.

5) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan


akibat muntah
6) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengeluh lemas, sulit bernapas, tampak
lemah, sesak, px. tanda vital : respirasi meningkat.
7) Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien
mengatakan badan panas, tampak menggigil, px. tanda vital : suhu meningkat.
8) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama
sekunder terhadap perlengketan secret di saluran pernapasan.
9) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder tehadap
gangguan pernapasan, batuk ditandai dengan pasien mengatakan sering terbangun di
malam hari karena sulit bernapas dan batuk, tampak lelah.
Perencanaan Keperawatan
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder
terhadap infeksi ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur sputum,
tampak batuk produktif berupa sputum, Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales,
ronchi nyaring.
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat
(takikardi).
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat
(takikardi).
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya
nafsu makan sekunder terhadap mual dan muntah ditandai dengan pasien
mengeluh mual, nafsu makan menurun dan muntah.
5. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengeluh lemas, sulit bernapas,
tampak lemah, sesak, px. Tanda vital : respirasi menurun.
6. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien
mengatakan badan panas, tampak menggigil, px. Tanda vital : suhu meningkat.
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun sekunder tehadap
gangguan pernapasan, batuk ditandai dengan pasien mengatakan sering terbangun
di malam hari karena sulit bernapas dan batuk, tampak lelah.
8. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama
sekunder terhadap perlengketan secret di saluran pernapasan.

9. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


berlebihan akibat muntah
b. Rencana Tindakan
1. Dx 1
Kriteria tujuan : menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
Rencana tindakan :
a. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi
napas krakels
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan,
krakels terdengar sebagai respon terhadap pengumpulan cairan, secret.
c. Berikan minum air hangat daripada air dingin
Rasional : cairan hangat memobilisasi dan mengeluarkan secret.
d. Kolaborasi pemberian mukolitik, ekspektoran
e. Rasional : membantu menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret.
2. Dx 2
Kriteria tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Rencana tindakan :
a. Tentukan karakteristik nyeri, misal : tajam, ditusuk, konstan
Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat dalam pneumonia,
juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
b. Pantau tanda vital
Rasional : perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien
mengalami nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, misal : relaksasi, pijatan punggung
Rasional : tindakan non analgesikdiberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesic.
d. Kolaborasi dalam pemberian analgesic
Rasional : diharapkan dapat membantu mengurangi nyeri.
3. Dx 3
Kriteria tujuan : mempertahankan ventilasi adekuat
Rencana tindakan :
a. Kaji frekuensi, kedalaman bernapas
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
b. Auskultasi bunyi napas
Rasional : menunjukkan terjadinya komplikasi (adanya bunyi tambahan
menunjukkan akumulasi cairan/sekresi).
c. Pantau tanda vital
Rasional : abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut
d. Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
4. Dx 4

Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan nafsu makan


Rencana tindakan :
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual muntah
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada faktor penyebab masalah.
b. Auskultasi bunyi usus
Rasional : bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi
berat/memanjang.
c. Beri makan porsi kecil tapi sering, termasuk makanan yang menarik untuk
pasien
Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan nafsu makan meskipun lambat
untuk kembali.
d. Kolaborasi pemberian antiemetic
Rasional : diharapkan mampu mencegah muntah
5. Dx 5
Kriteria tujuan : menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Rencana tindakan :
a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : menetapkan kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut ssi
indikasi
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan
istirahat.
c. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
6. Dx 6
Kriteria tujuan : mempertahankan suhu dlm batas normal
Rencana tindakan :
a. Pantau suhu pasien
Rasional : suhu 38,9 oC-41,1 oC menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
b. Beri kompres mandi hangat
Rasional : dapat membantu mengurangi demam
c. Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : diharapkan dapat membantu menurunkan demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus
7. Dx 7
Kriteria tujuan : Pola tidur pasien adekuat
Rencana tindakan :
a. Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi
Rasional : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
b. Beri tempat tidur yang nyaman
Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur dan dukungan psikologis
c. Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : membantu menginduksi tidur
d. Dorong posisi nyaman, Bantu dalam mengubah posisi

Rasional : pengubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan


istirahat
8. Dx 8
Kriteria tujuan : infeksi tidak terjadi
Rencana tindakan
a. Pantau tanda vital, khususnya selama awal terap
Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi dapat terjadi.
b. Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik
Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
c. Batasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : menurunkan pemaajanan terhadap pathogen infeksi lain.
d. Kolaborasi pemberian antimikrobial sesuai hasil kultur sputum/darah
Rasional : digunakan untuk membunuh kebanyakan mikrobial pneumonia.
9. Dx
Kriteria tujuan : menunjukkan volume cairan adekuat
Rencana tindakan
a. Kaji perubahan tanda vital
Rasional : peningkatan suhu meningkatkan laju metabolik dan kehilangan
cairan melalui evaporasi
b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
Rasional : indikator langsung kekuatan volume cairan.
c. Catat laporan mual muntah
Rasional : adanya gejala ini menunjukkan masukan oral.
d. Kolaborasi pemberian antipiretik, antiemetic
Rasional : berguna menurunkan kehilangan cairan.
Evaluasi
1)

Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih

2)

Nyeri berkurang atau hilang

3)

Pola napas pasien adekuat

4)

Nafsu makan pasien meningkat

5)

Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas

6)

Suhu dalam batas normal

7)

Pola tidur pasien adekuat

8)

Infeksi tidak terjadi

9)

Volume cairan adekuat


DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 1. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.
Charles, J.Reeves, dkk. 2001. Buku 1 Keperawatan Medikal Bedah Ed. I. Salemba
Medika. Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit
Ed. 6 Vol 2. EGC. Jakarta.
Slamet suyono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed.3. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai