Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKENARIO 2
Edema
KELOMPOK B 4
KETUA
1102014237
1102014232
: 1. Salsha Alyfa R.
1102014236
2. Nur Rahmadina
1102014259
3. Syaqofi Elthazar I.
1102014259
1102014246
6. Melati Ganeza
1102014153
7. Yurri Kamala
1102014290
8. M. Fadhli Kurniawan
1102013167
DAFTAR ISI :
Daftar Isi
Skenario
Kata Sulit
Branstorming Problem
Analisis Masalah
Hipotesa
10
10
12
13
14
14
14
17
18
20
21
Daftar Pustaka
24
A. SKENARIO
EDEMA
Seorang Laki-laki umur 60 tahun berobat ke dokter dengan keluhan perut membesar
dan tungkai bawah bengkak sejak 1 bulan yang lalu. Peeriksaan fisik didapatkan
adanya asites pada abdomen dan edema pada kedua tungkai bawah. Dokter
menyatakan pasien mengalami kelebihan cairan tubuh. Pemeriksaan laboratorium :
kadar protein albumin di dalam plasma darah 2,0 g/l (normal > 3.5 g/l). Keadaan ini
menyebabkan gangguan tekanan koloid osmotik dan tekanan hidrostatik di dalam
tubuh.
B. KATA-KATA SULIT
1. Asites
: Penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum
(pada bagian perut) karena banyak penyakit
2. Edema
: Penimbunan cairan secara berlebihan antara sel-sel tubuh atau
dalam berbagai rongga tubuh.
3. Protein Albumin
: Protein plasma utama yang berperan penting
menimbulkantekanan osmotik koloid plasma dan berperan sebagai protein transpot.
4. Tekanan Hidrostatik : Tekanan plasma dan sel-sel darah dalam pembuluh kapiler.
5. Tekanan Koloid Osmotik
yang tidak dapat berdifusi.
C. PERTANYAAN
1. Apa saja faktor penentu terjadinya edema?
2. Apa saja jenis-jenis edema?
3. Bagaimana ciri-ciri dari asites?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya edema?
5. Bagaimana penanganan edema?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi cairan tubuh?
7. Apa perbedaan dari asites dan edema?
8. Apa hubungan dari tekanan hidrostatik dengan tekanan koloid osmitk?
9. Apakah pada penderita edema mengalami gangguan sirkulasi darah?
10. Bagaimana keseimbangan cairan tubuh yang normal?
D. ANALISIS MASALAH
1. - Stress
- Usia
- Iklim
- Diet
- Kondisi tubuh yang tidak sehat (sakit)
- Tekanan Hemodinamik
- Retensi Natrium di Ginjal
E. HIPOTESIS
4
Edema adalah penumpukan cairan interstitial yang dipengaruhi oleh tekanan kapiler
yang abnormal. Faktor penentu edema adalah tekanan Hemodinamik dan retensi
Natrium di ginjal. Tekanan koloid osmotik, tekanan hidrostatik, dan kelebihan cairan
menyebabkan edema. Salah satu contoh dari edema adalah asites.
F. SASARAN BELAJAR
Kapiler merupakan tempat pertukaran bahan antara darah dan sel jaringan- jaringan,
dan bercabang-cabang secara ekstensif untuk membawa darah agar dapat dijangkau
oleh setiap sel. (sherwood, 2011)
- Kapiler berdinding sangat tipis (ketebalan 1m; garis tengah manusia 100 m). Kapiler
terdiri dari satu lapisan sel endotel gepeng yang tidak memiliki otot ataupun jaringan ikat.
- Jarak antara kapiler dan sebuah sel sangat cepat, hal ini memungkinkan kapiler menempuh
jarak pendek antara darah dan sel sekitar kapiler yang tipis.
- Kapiler hanya mengandung 5% dari darah normal yaitu 250 ml dari total 5000 ml).
- Sel-sel endotel membentuk dinding yang sangat rapat. Sebagian besar kapiler terdapat celah
sempit atau pori kapiler. Pori kapiler berisi air yang memungkinkan lewatnya molekulmolekul kecil larut air. Sedangkan molekul yang larut lemak, hanya bisa menumbus kapiler
pada hati.
- Difusi bergantung pada permeabilitas dinding kapiler.
- Histamin bisa memicu perangkat kontraktil aktin-miosin di dinding sel endotel yang dapat
memperbesar pori-pori kapiler, akibatnya protein-protein plasma yang tadinya tertahan dapat
lewat ke jaringan sekitar, dan menimbulkan tekanan osmotik.
2.
3.
pada
termasuk otot
paru,susundan
saraf pusat dan kulit. Sitoplasma sel endotel menebal d tempat yang berinti dan
menipis di bagian lainnya.
Kapiler bertingkat
Kapiler bertingkat dijumpai pada mukosa usus,glomerulus,ginjal dan pancreas.
Sitoplasma tipis dan tempat pori-pori.
Kapiler sinusidal
Kapiler sinusidal mempunyai garis tengah,lumen lebih besar dari normal.
(Sheerwood)
- Pertukaran zat
Oksigen dan zat-zat makanan dimasukkan ke dalam sel melaui pembuluh kapiler.
-Menghubungkan ujung pembuluh nadi terkecil dan berhubungan langsung dengan sel-sel
tubuh.
-Mengangkut zat-zat sisa pembakaran (kapiler yang berhubungan dengan vena).
-O2 dan nutrien masuk ke cairan interstisial dan CO2 dan produk sisa masuk ke aliran darah
melalui dinding kapiler sistemik. (Fisiologi kedokteran, w.f. ganong hal 609)
Difusi: peristiwa mengalirmya suatu zat dalam pelarut dari konsentrasi tinggi ke
rendah
Transport aktif: pergerakan atau pemindahan yang menggunakan energy untuk
mengeluarkan dan memasukkan ion ion dan molekul melalui membran sel yang
bersifat permeable.
O2 dalam alveolus - berdifusi melalui membrane kapiler pulmonalis - diikat Hb dalam sel
darah merah - dikapiler darah jaringan O2 dilepas Hb - O2 menuju sel jaringan.
Darah mengalir dari jantung ke arteri, yang bercabang dan menyempit ke arteriola,
dan kemudian masih bercabang lagi menjadi kapiler. Setelah terjadinya perfusi jaringan,
kapiler bergabung dan melebar menjadi vena, yang mengembalikan darah ke jantung.
Kapiler bercabang langsung dari arteriol atau dari mertarteiol, suatu saluran utama
antara arteriol dan venula. Kapiler-kapiler menyatu kembali di venula atau metarteriol.
Mertaarteriol dikelilingi oleh otot-otot polos yang membentuk sfingter prakapiler yang
mengelilingi kapiler sewaktu pembuluh ini muncul dari mertarteriol Sfingter prakapiler
bekerja sebagai keran untuk mengatur aliran darah melalui kapiler tertentu. (Sherwood)
Arteri arteriol Pembuluh metaarteriol (arteri terminalis) Kapiler Venula
Sirkulasi sitemik.
Bagian fungsional dari sirkulasi :
Arteri, berfungsi untuk mentransport darah dibawah tekanan tinggi kejaringan, maka
dinding arteri kuat dan darah mengalir kuat di arteri
Kapiler, berfungsi untuk pertukaran cairan, zat makanan, elektrolit, hormon, dan
bahan lainnya antara darah dan cairan intertisial, dinding kapiler sangat tipis untuk zat
bemolekul kecil
Vena, berfungsi untuk saluran drah dari jaringan kembali ke jantung. Dinding vena
sangat tipis tapi dindingnya memiliki otot sehingga dapat meluas dan menampung darah
sesuai kebutuhan tubuh.
Pembuluh darah kapiler adalah ujung yang berada di paling akhir dari pembuluh arteri.
a.Venule=Pembuluh darah kapiler dari vena
b. Arteriole = Pembuluh darah kapiler dari arteri
.
Pengeluaran protein plasma yang berlebihan lewat urin, akibat penyakit ginjal.
Penurunan sintesis protein plasma, akibat penyakit hati.
Memakan makanan yang kurang mengandung protein
Pengeluaran protein plasma, akibat dari luka bakar yang luas
10
cenderung mendorong cairan masuk ke dalam kapiler adalah tekanan osmotik kapiler dan
tekanan hidrostatik cairan interstitium. Pertukaran neto di setiap tertentu dinding kapiler
dapat dihitung dengan menggunsksn persamaan berikut:
Tekanan pertukaran neto =
(HPc+OPi)
(tekanan ke luar)
- (OPc+HPi)
(tekanan ke dalam)
11
Tekanan pertukaran neto positif apabila tekanan ke arah luar melebihi tekanan ke dalam,
merupakan tekanan ultrafiltrasi. Tekanan pertukaran neto yang negatif apabila tekanan yang
ke dalam melebihi tekanan ke arah luar, merupakan tekanan reabsorpsi.
Edema = HPc + OPi > HPi + Opc
Organ yang bekerja pada kelebihan cairan tubuh
Ginjal
Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan:
- Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan eksresi selektif cairan tubuh.
- Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi yangdibutuhkan .
- Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen.
- Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik.
Oleh karena itu gagal ginjal jelas mempengaruhi keseimbangan cairan, karena ginjal tidak
dapat berfungsi.
Jantung dan pembuluh darah
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang sesuai untuk
menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung ini mengganggu perfusi ginjal dan karena itu
mengganggu pengaturan air dan elektrolit
Paru-paru
Melalui ekhalasi paru-paru mengeluarkan air sebanyak +300L setiap hari padaorang dewasa.
Pada kondisi yang abnormal seperti hiperpnea atau batuk yangterus-menerus akan
memperbanyak kehilangan air; ventilasi mekanik dengan air yang berlebihan menurunkan
kehilangan air ini.
Kelenjar pituitary
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yaitu ADH yang disebut juga hormon penyimpan
air, karena fungsinya mempertahankan tekanan osmotik sel denganmengendalikan retensi
atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur volumedarah.
Kelenjar adrenal
Aldosteron yang dihasilkan/disekresi oleh korteks adrenal (zona glomerolus).Peningkatan
aldosteron ini mengakibatkan retensi natrium sehingga air jugaditahan, kehilangan kalor.
Sedangkan apabila aldosteron kurang maka air akan banyak keluar karena natrium hilang.
Kortisol juga menyebabkan retensi natrium.
Kelenjar paratiroid
Mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid (PTH).Sehingga
dengan PTH dapat mereabsorbsi tulang, absorbsi kalsium dari usus danreabsorbsi kalsium
dari ginjal.
LI.2.2. Memahami dan menjelaskan jenis kelebihan cairan tubuh
a. Perubahan hemodinamik dalam kapiler yang memungkinkan keluarnya cairan
intravaskular kedalam jaringan interstisium. Yang dipengaruhi oleh :
a). Permeabilitas kapiler
b). Selisih tekanan hidrolik dalam kapiler dengan tekanan hidrolik dalam intersisisum
c). Selisih tekanan onkotik dalam plasma dengan tekanan onkotik dalam interstisiim
12
13
Pada ekstremitas bawah, terutama setelah berdiri lama dan disertai dengan edema pada
paru hingga kelainan jantung
Pada mata terutama setelah bangun tidur mengakibatkan kelainan ginjal dan gangguam
ekskresi natrium
Asites, edema pada ekstremitas dan skrotum menyebabkan sitosis ataugagal jantung
14
diutamakan ke pembuluh darah otak, jantung dan paru. Sehingga VDAE akan berkurang
dan ginjal akan menahan Na dan air. Kondisi gagal jantung yang sangat berat, juga akan
terjadi hiponatremia, ini terjadi karena ginjal lebih banyak menahan air dibanding dengan
natrium. Pada keadaan ini ADH akan meningkat dengan cepat dan terjadi pemekatan urin.
Keadaan ini diperberat oleh tubulus proksimal yang juga menahan air dan natrium secara
berlebihan sehingga produksi urin akan sangat berkurang.
Tubuh akan menafsirkan seolah-olah terjadi penurunan VDAE. Reaksi yang dikeluarkan
untuk melawan keadaan ini adalah meningkatkan tonus saraf simpatis adrenergik. Hasil
akhirnya adalah aktivasi sistem vasokonstriktor dan anti diuresis yakni SRAA, saraf
simpatis dan ADH. Peningkatan kada ADH akan menyebabkan retensi air, aldosteron
akan menyebabkan retensi garam sedangkan sistem saraf simpatis dan angiotensin akan
menyebabkan penurunan kecepatan filtrasi glomelurus dan meningkatkan reabsopsi garam
pada tubulus proksimal.
c) Pembentukan edema karena obat
Mekanisme edema karena obat diantaranya terjadinya
1) Vasokonstriksi arteri renalis : obat anti inflamasi non steroid
2) Dilatasi arteri sistemik (vasodilator) : minoksidil, hidralazin, klonidin,
metildopa, guanetidin.
3) Meningkatkan reabsobsi natrium di ginjal (hormon steroid) : glukokortikoid,
anabolik steroid, estrogen, progestin.
4) Merusak struktur primer.
d) Edema idiopatik
Pada edema idiopatik ini terdapat perbedaan berat badan yang dipengaruhi
oleh posisi tubuh. Pada posisi berdiri terjadi retensi natrium dan air sehingga terjadi
peningkatan berat badan, ini diduga karena terjadi peningkatan permeabilitas kapiler pada
posisi berdiri.
16
edema
disebabkankan
rendahnya
kadar
mengakibatkan rendahnya tekanan osmotik plasma, sehingga cairan dari kapiler berpindah
ke interstitial, akibatnya volume darah yang beredar akan berkurang.
Selanjutnya
mengakibatkan perangsangan SRAA yang meretensi natrium dan air di tubulus distal.
LI.3.3. Memahami dan menjelaskan manifestasi edema dan asites
Edema :
-
Edema paru pada gagal jantung kongestif, sindroma nefrotik, sirosis hati & gagal
ginjal
Edema perifer (di tungkai, asites)
Bendungan setempat (di tungkai unilateral karena bendungan vena dalam akibat
trombosis = deep vein thrombosis atau bendungan limfatik)
Bengkak, mengkilat, bila ditekan timbul cekungan dan lambat kembali seperti semula
Berat badan naik, penambahan 2% kelebihan ringan, penambahan 5% kelebihan
Efusi pleura
Denyut nadi kuat
Edema perifer dan periorbita
Asites
Asites :
-
Mual (nausea).
Nafas pendek/sesak (shortness of breath).
Nyeri perut (abdominal pain).
Nyeri ulu hati atau sensasi terbakar/nyeri di dada, pyrosis (heartburn).
Pembengkakan kaki (leg swelling).
Peningkatan berat badan (weight gain).
Sesak nafas saat berbaring (orthopnea).
Ukuran perut membesar (increased abdominal girth). (Kabarindonesia.com)
18
karena kelebihan cairan yang difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak
dapat dikembalikan ke darah melalui sistem limfe. Akumulasi protein di cairan interstisium
memperberat masalah melalui efek osmotiknya. Penyumbatan limfe lokal dapat terjadi,
misalnya di lengan wanita yang saluran-saluran drainase limfenya dari lengan yang tersumbat
akibat pengangkatan kelenjar limfe selama pembedahan untuk kanker payudara.
Penyumbatan limfe yang lebih meluas terjadi pada filariasis, suatu penyakit parasitic yang
ditularkan melalui nyamuk yang terutama dijumpai di daerah-daerah tropis. Pada penyakit
ini, cacing-cacing filaria kecil mirip benang menginfeksi pembuluh limfe sehingga terjadi
gangguan aliran limfe. Bagian tubuh yang terkena,terutama skrotum dan ekstremitas,
mengalami edema hebat.Kelainan ini sering disebut sebagai elephantiasis,karena ekstremitas
yang membengkak seperti kaki gajah.
Apapun
penyebab
edema,
konsenkuensi
pentingnya
adalah
penurunan
pertukaranbahan-bahan antara darah dan sel. Sering dengan akumulasi cairan interstisium,
jarak antara sel dan darah yang harus ditempuh oleh nutrient, O2, dan zat-zat sisa melebar
sehingga kecepatan difusi berkurang. Dengan demikian, sel-sel di dalam jaringan yang
edematosa mungkin kurang mendapat pasokan darah.
(Ilmu Penyakit Dalam (IPD), Jilid 2 Ed. V)
Asites
hati kronik
Penyebab yang paling sering terjadi adalah sirosis, hepatitis kronik, hepatitis alkohol yang
berat (tanpa sirosis) dan obstruksi vena hepatika (sindroma Budd-Chiari)
Gagal jantung
Sindroma nefrotik
Hipoalbuminemia yang berat
Gangguan intra abdomen : karsinomatosis, peritonitis tuberkulosis, pankreatitis
(asites pankreatik)
19
FAKTOR
AKIBAT
KONDISI KLINIS
Tekanan
hidrostatik plasma
kapiler meningkat
Gagal jantung
Gagal ginjal
Obstruksi vena
Kehamilan
plasma menurun
Konsentrasi plasma
protein berkurang
tekanan osmotik koloid
plasma menurun
air berpindah dari plasma
masuk kedalam jaringan
edema
Malnutrisi
Diare kronik
Luka bakar
Sindroma nefrotik
Sirosis
Permeabilitas kapiler
meningkat
Peningkatan permeabilitas
kapiler menyebabkan
terjadinya kebocoran
membran kapiler sehingga
protein dapat berpindah dari
kapiler masuk ke ruang
interstitial
Infeksi bakteri
Reaksi alergi
Luka bakar
Penyakit ginjal akut:
Nefriris
Retensi Natrium
meningkat
Retensi Natrium
meningkat
Ginjal mengatur ion natrium
dicairan ekstrasel oleh.
Fungsi ginjal dipengaruhi
oleh aliran darah yang
masuk. Bila aliran darah
Drainase
limfatik menurun
Gagal jantung
Gagal ginjal
Sirosis hati
Trauma (fraktur,
operasi,luka bakar)
Obstruksi limfatik
(kanker sistem limfatik)
20
Furosemid :
- 40-120 mg (1-2 kali sehari)
- masa kerja pendek, poten
- efektif pada laju filtrasi glomerulus (LFG) yang rendah
Bumetanide :
- 0,5 2 mg (1-2 kali sehari)
- digunakan bila alergi terhadap furosemid
Asam etakrinat
- 50-200 mg (1 kali sehari)
- masa kerja panjang
2.
Bekerja di tubulus distal, tidak hemat kalium (menyebabkan hipokalemia)
Hidroklorotiazide (HCT)
- 25-200 mg (1 kali sehari)
- bekerja bila LFG > 25 ml/menit
Clortalidone
- 100 mg (1 hari atau 2 hari sekali)
- masa kerja panjang sampai 72 jam
- bekerja bila LFG > 25 ml/menit
Metolazone
- masa kerja panjang
- efektif pada LFG yang rendah
3.
Bekerja di tubulus distal, tapi hemat kalium
Spironolakton
- 25-100 mg (4 kali sehari)
21
Asetazolamide (Diamoks)
Teofilin
23
Daftar pustaka
Dorland, W.A. New man.2002. Kamus Kedokteran Dorland ed29. Jakarta:EGC
Ganong W.F. 2005. Fisiologi kedokteran.EGC.Jakarta
Hendra,utama.2013.GANGGUAN KESEIMBANGAN AIR-ELEKTROLIT DAN ASAM-BASA
ed.2 . Jakarta : balai penerbit FKUI
http://kamuskesehatan.com/arti/kapiler
Sherwood L. (2001). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem edisi 2. Jakarta: EGC.
Sudoyo, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi kelima. Jakarta: Dapertemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
http://kamuskesehatan.com/arti/kapiler
24